NovelToon NovelToon

Fatih (Rindu Yang Belum Usai)

Bab 1 Sebuah rindu

Riuh para mahasiswa terdengar nyaring, seakan mereka sedang melihat sesuatu yang menakjubkan.

Seorang gadis berambut pirang berjalan dengan anggunnya menelusuri lorong menuju di mana kelasnya berada.

Kedatangan gadis pirang itu selalu mencuri perhatian anak-anak. Namun, sayang sikap dinginnya membuat para mahasiswa laki-laki tak berani mendekatinya. Karena gadis itu bukan hanya dingin namun juga galak.

Bibirnya yang selalu rapat dengan wajah datarnya. Malah menjadikan gadis itu mempunyai pesonanya sendiri. Apalagi di hiasi bulu mata lentik dengan tatapan biru tajam yang menghunus siapa saja yang mengusiknya.

"Shofi!"

Panggilan seseorang membuat gadis berambut pirang itu menoleh.

Gadis pirang yang di sapa Shofi melambaikan tangan juga membalas lambaian tangan sahabatnya.

"Cepetan, kelas mau di mulai!"

Teriak teman Shofi membuat Shofi mempercepat langkahnya.

"Tak biasanya kamu hampir telat, di kantor sibuk ya?"

"Begitulah!"

Jawab singkat Shofi membuat Cherry mengerucutkan bibirnya.

Terkadang Cherry merasa aneh dengan sahabatnya satu ini. Kenapa sikapnya dinginnya minta ampun. Bahkan kutub Utara pun seperti nya kalah.

"Ngomong-ngomong Frozen kemana?"

"Elsa gak masuk, dia gantiin aku rapat!"

Jawab Shofi sembari duduk, Cherry hanya bisa menggelengkan kepala merasa sangat aneh dengan tingkah kedua sahabat itu.

Padahal Shofi dan Elsa mereka anak-anak pintar tapi kenapa masih mau kuliah padahal sudah gelar doktor. Namun, Cherry begitu beruntung bisa mengenal kedua temannya itu.

Mata tajam Shofi begitu fokus menatap ke depan di mana seorang profesor sedang menjelaskan.

Bagi Shofi belajar adalah kehausan, jika ia tak minum maka ia akan sekarat. Walau Shofi tumbuh semakin cerdas dan menguasai berbagai akademi dan bahasa. Tapi, bagi Shofi belajar itu harus dan tak akan pernah bosan walau Shofi sudah menguasainya.

Ya, tiga bulan lalu Shofi mengutarakan keinginannya untuk kuliah s3 walau Shofi sudah mendapatkan gelarnya. Namun, Shofi ingin merasakan bagaimana dunia kuliah normal seperti yang lainnya.

Bukan kuliah singkat akan IQ tinggi ya hingga dia dengan mudah bisa meraihnya.

Bahkan Shofi adalah satu-satunya mahasiswa terpopuler di kampus Universitas Bonn Jerman. Bukan populer dengan kecantikannya saja, namun juga kepintarannya tak di ragukan lagi.

Bahkan sepertinya Shofi cocok menjadi profesor saja yang mengajari para mahasiswa bukan Shofi yang malah ikut belajar.

Di tambah, siapa yang tidak tahu keluarga Damaresh. Keluarga yang sangat terpandang di Jerman. Dan, Shofi adalah satu-satunya keturunan Damaresh.

Bahkan Shofi masih bisa masuk kuliah karena kuasanya. Karena universitas Bonn tak menerima Shofi menjadi mahasiswa melainkan menawari Shofi menjadi salah satu dosen di sana. Tapi, Shofi menolaknya dan bicara ' saya masih butuh belajar'.

Bahkan terkadang profesor juga sering gagal fokus jika Shofi mengikuti kelasnya. Karena mereka tahu, IQ mereka di bawah Shofi gadis muda namun sudah mempunyai segudang prestasi dalam kurun empat tahun kebelakang. Bahkan Shofi menjadi satu-satunya ahli waris kerajaan Damaresh.

Shofi juga adalah seorang CEO perusahaan Damaresh Bosch Gmbh. Perusahaan yang bergerak di bidang Teknik, Farmasi, Multinasional dan Tekstil.

Dulu ayah Shofi membangun perusahaan Farmasi karena merasa bersalah di masa lalu. Sudah membunuh banyaknya nyawa ketika Alexander menggeluti dunia bawah.

Karena perasaan bersalahnya itu Alexander mendirikan perusahaan Farmasi guna membantu orang-orang sakit namun tak mampu.

Dan sekarang Shofi yang mengembangkannya. Bahkan Shofi rencananya akan mengeluarkan produk baru kecantikan yang baru Shofi dirikan.

Shofi menggeluti bidang itu karena teringat salah satu sahabat nya yang ada di Indonesia. Dia bercita-cita akan membangun perusahan kecantikan dan menginginkan suatu saat nanti bisa berkontribusi dengan perusahaan nya.

Jika mengingat itu, rasanya Shofi rindu akan sesuatu. Entah dari kapan Shofi berubah menjadi sosok dingin tak tersentuh.

Bahkan hidup Shofi seperti banyak rahasia di dalamnya. Hingga membuat Shofi jadi sosok dingin.

"Shofi ... Hay Shofi ..,"

Teriak Cherry sambil melambai-lambaikan tangannya tepat di depan muka Shofi. Cherry merasa heran kenapa sendari tadi sahabatnya itu melamun dan setiap melamun Shofi pasti memainkan gelang yang ia kenakan.

"Shofi!!"

Teriak Cherry membuat Shofi langsung melotot karena terkejut dan kesal akan kelakuan sahabat nya.

"Apa, mau marah. Kamu tuh dari tadi melamun terus. Ada apa, dan kenapa juga setiap kali kamu melamun pasti memegang gelang itu?"

Shofi sontak langsung menarik baju lengan panjangnya guna menutupi gelang yang ia pakai.

"Aku gak maksa kamu buat cerita, tapi kelihatannya gelang itu begitu berharga!"

"Ya, gelang ini begitu berharga bahkan tak ternilai oleh apapun!"

"Pasti orang yang memberikan gelang itu, orang sepesial di hidup kamu!"

Shofi terdiam, bahkan dia lebih sepesial dari apapun. Dan, berharga di hidup Shofi.

Entah bagaimana keadaan di Indonesia, apakah banyak berubah atau masih tetap sama.

Empat tahun, bukan waktu yang mudah bagi Shofi melewati semuanya. Empat tahun ia harus memendam rindu yang semu.

Memendam rindu pada seseorang yang jauh di sana. Apakah rindu itu masih sama atau sudah saling bersebrangan.

Shofi ingin sekali menghubungi kedua sahabatnya yang ada di Indonesia. Namun, sayang, Shofi tak hapal nomor Amira dan Bunga. Bahkan nomor orang yang Shofi rindukan pun ia tak hapal.

Apalagi ponselnya hilang entah kemana bersama semua kenangan di dalamnya.

Shofi ingin berkunjung, namun belum ada waktu untuk dirinya berkunjung ke Indonesia. Dan Shofi yakin tahun ini Amira dan Bunga sudah wisuda.

Entah bagaimana kabar kedua sahabatnya itu, apa Shofi sudah mempunyai keponakan atau belum. Rasanya Shofi kangen semuanya.

Tapi, lagi-lagi Shofi harus menahan rasa itu, apalagi perusahaan betul-betul membutuhkan dirinya. Karena kekacauan yang di lakukan Sam, ibu tiri dan kakak tirinya.

Dan tentu, sang kakak belum memberi izin pada Shofi untuk berkunjung ke Indonesia. Entah ada apa Shofi tak tahu, karena sang kakak seolah sedang menutupi sesuatu darinya.

Dan, sialnya Shofi tak bisa membobol informasi keluarga Prayoga dan Al-biru. Seolah dua keluarga itu sengaja menjaganya. Bahkan Shofi sampai mengirim mata-mata ke sana namun sampai sekarang hasilnya belum ada yang memuaskan seolah memang benar-benar ada sesuatu yang di tutupi dari dirinya.

Entah apa Shofi tak tahu, Shofi ingin segera menyelesaikan tugas-tugasnya agar dia bisa cepat pergi ke Indonesia.

Jika dulu Fatih yang berjuang akan dirinya maka kini Shofi memilih perjuangan untuk mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan. Walau Shofi tahu, hal itu agak sulit ia lakukan.

"Dia terlalu sepesial untuk sekedar di katakan!"

Ucap Shofi sambil menatap lurus ke depan dengan pandangan rindunya.

"Apa kamu benar-benar merindukan seseorang itu?"

Shofi tersenyum tipis sambil melirik Cherry, tanpa di ucapkan pun Cherry sudah tahu.

Ini bukan hanya sekedar rindu belakang, namun ada sesuatu yang belum usai.

Sungguh Cherry sangat sangat penasaran siapa sosok yang beruntung bisa di cintai oleh Shofi semen dalam itu.

Namun, Cherry keliru akan satu hal itu. Bukan seseorang itu yang beruntung di cintai oleh Shofi.

Namun, Shofi lah yang beruntung bisa di cintai oleh sosok sempurna, King Fatih Al-biru.

Sosok yang tak bisa Shofi jabarkan oleh kata. Sosok laki-laki pertama yang mengenalkan Shofi akan sebuah cinta yang hebat.

Cinta yang begitu sempurna atas kata merelakan.

Shofi memegang erat sebuah gelang tali yang mempunyai gantel berbentuk love yang di dalamnya terdapat Poto dirinya dan Fatih. Kenangan terakhir yang Fatih berikan ketika dia benar-benar pergi.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...

Bab 2 Masih terbelenggu

Hari-hari Shofi habiskan untuk belajar dan belajar. Bahkan jika ada waktu Shofi akan menghabiskan waktunya dengan keponakan tercintanya.

Begitulah hari yang Shofi lalui dari empat tahun terakhir ini.

Bahkan sekedar main keluar pun bersama sahabat-sahabat Shofi jarang lakukan. Apalagi jika memasuki musim dingin, musim yang paling menyebalkan menurut Shofi.

Shofi akan habiskan waktunya di kamar dengan setumpuk tugas.

Bahkan Shofi lupa akan dirinya sendiri yang harus Shofi jaga.

Bahkan setiap harinya sifat Shofi akan menjadi pendiam nan dingin. Bahkan Shofi tak memberikan celah sedikitpun pada laki-laki yang berusaha mendekati nya.

Shofi akan selalu menjaga hatinya untuk Fatih hanya Fatih Al-biru.

"Hay, boleh gabung?"

Sontak Elsa dan Cherry menoleh pada seseorang yang sedang meminta izin bergabung dengan mereka.

Elsa dan Cherry saling pandang satu sama lain. Karena mereka tahu, Shofi tak suka jika ada orang yang mendekatinya.

Karena melihat Shofi yang hanya diam sibuk memakan makanannya membuat Cherry mengangguk saja.

Jarvis, laki-laki terpopuler di universitas Bonn Jerman. Laki-laki berkebangsaan Inggris yang sendari dulu mengejar-ngejar Shofi namun beberapa kali juga Shofi menolaknya.

Padahal tak ada yang kurang dari Jarvis. Tampan, kaya, pintar namun semua itu tak membuat Shofi menyukainya.

Jarvis bersama temannya Kaka duduk bergabung dengan Shofi.

"Maaf, aku harus pergi!"

Ucap Shofi tiba-tiba beranjak dari duduknya ketika Jervis baru duduk. Bahkan Jarvis menganga tak jadi bicaranya ketika Shofi meminta izin pergi.

Langkah Shofi tertahan ketika pergelangan tangannya di tahan oleh Jarvis.

Elsa dan Cherry mereka hanya bisa menahan nafas saja. Melihat bagaimana Shofi menatap tajam pergelangan tangannya. Bahkan wajahnya berubah menjadi dingin.

"Sorry!"

Ucap Jarvis langsung melepaskan tangannya. Jarvis hanya bisa menatap nanar kepergian Shofi.

Jarvis merasa kesal karena lagi-lagi Shofi menolak kehadirannya. Padahal dulu mereka tak sedingin itu.

Padahal dulu mereka berteman baik bahkan sangat hangat. Tapi, entah kenapa tiba-tiba Shofi sudah tak mau dekat dengan Jarvis lagi.

Awal semuanya ketika Jarvis mengatakan cintanya. Shofi marah dan tak menyukai itu hingga Shofi menjadi seperti itu. Dingin dan tak mau lagi berteman dengan Jarvis.

Padahal, banyak cewek-cewek yang mengejar-ngejar Jarvis bahkan mengidolakan. Namun, Shofi adalah satu-satunya wanita yang sulit Jarvis taklukan.

Membuat Jarvis semakin tertantang akan mendapatkan Shofi. Namun, dari rasa suka itu membuat Jarvis semakin terobsesi untuk mendapatkan Shofi dan Shofi harus jadi miliknya.

Elsa dan Cherry jadi merasa bersalah karena tanpa sadar mereka yang membuat Shofi pergi. Padahal Shofi belum menghabiskan makanannya.

Dan mood Shofi menjadi buruk karena kedatangan Jarvis. Andai saja Jarvis tak mengungkapkan perasaanya mungkin Shofi tak akan sedingin itu.

Elsa semakin merasa bersalah karena sudah menghilangkan nafsu makan Shofi. Padahal, Shofi baru sekali ia bernafsu makan dan mau makan.

Ya, walaupun Shofi sekarang serba kecukupan dan bahkan lebih. Tapi, Shofi jarang memerhatikan pola makannya juga. Jika bukan kedua sahabatnya yang memaksa dan mengingatkan nya.

"Jar, bisa gak loe itu membuang perasaan loe. Gue gak mau gara-gara perasaan loe persahabatan kita jadi begini!"

Ketus Elsa langsung pergi menyusul Shofi. Begitupun dengan Cherry. Jarvis hanya bisa mengepalkan kedua tangannya erat.

"Jar, gue bilang apa. Berhenti, jangan sampai Shofi malah semakin membenci loe!"

Cetus Kakak yang selalu setia menemani Jarvis kemanapun Jarvis pergi.

"Tapi gue mencintainya Ka, kenapa sulit sekali mendapatkannya. Padahal cewek-cewek mengejar-ngejar gue tapi kenapa Shofi sulit sekali!"

"Dia berbeda Jar, gue udah peringati loe, jangan sampai perasaan loe menghancurkan persahabatan kita!"

"Tapi, gue mencintainya Ka, kenapa loe gak ngerti sih!"

Kakak hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah keras kepala Jarvis. Kaka memilih diam saja karena Kakak yakin, Jarvis tak akan mau mendengarkan dirinya.

Sedangkan Shofi dia duduk di sebuah kursi di salah satu taman yang tak jauh dari universitas Bonn Jerman.

Shofi menyibak sedikit jaket pergelangan tangannya. Shofi mencium gelang itu dengan perasaan yang begitu dalam.

Apa kamu baik-baik saja, bagaimana kabar kamu. Aku rindu!

Jerit batin Shofi menatap Poto Fatih, karena itu satu-satunya kenangan yang Shofi punya.

Shofi masih saja terbelenggu dengan rindu yang menyesakan ya. Bahkan rindu itu membuat Shofi sulit untuk tidur.

"Shofi!"

Panggil seseorang membuat Shofi dengan cepat langsung menyembunyikan kembali gelangnya.

"Kenapa duduk di sini, dari tadi aku cari-cari!"

Ujar Philip salah satu sahabat laki-laki Shofi. Philip turun dari sepedanya lalu duduk di samping Shofi.

"Ada apa?"

"Kak Davit nanyain kamu, katanya kamu gak angkat teleponnya!"

Ucap Philip, sebenarnya Philip bukan sekedar sahabat Shofi. Melainkan bodyguard yang Davit tugaskan menjaga Shofi.

Philip adik kandung dari Lucky, asisten Davit. Philip sudah Shofi anggap kakaknya sendiri apalagi usia Philip tiga tahun di atasnya.

"Apa ada sesuatu yang mendesak!"

"Kakak tiri mu kabur dari penjara!"

Deg ....

Shofi terdiam dengan tangan mengepal erat. Bagaimana bisa kakak tirinya bisa kabur dari penjara. Ini sangat aneh, apalagi penjara Jerman begitu ketat akan penjagaannya. Shofi yakin, pasti ada orang dalam yang membantu kakak tirinya.

"Stephen bisa keluar karena Gresela menggunakan tubuhnya untuk mengelabui sipir!"

"Sial!"

"Tapi, Gresela tertangkap karena ada salah satu sipir yang mengetahui rencana mereka! namun, Gresela melakukan perlawanan hingga dia mati di tempat karena baku tembak dengan sipil!"

Queen memejamkan kedua matanya erat dengan rahang mengeras. Kenapa semudah itu Tuhan menghukum mereka.

Padahal, kejahatan mereka tak akan pernah terbalaskan oleh apapun. Ini baru empat tahun penjara dan Stephen bisa kabur walau harus mengorbankan ibunya sendiri.

Ini tak bisa di biarkan, Stephen harus tertangkap kembali karena bahaya jika Stephen berkeliaran di luar sana.

Nyawa Shofi bisa kembali terancam, karena Shofi yakin. Kakak tirinya akan membalas dendam padanya.

Dan, tak akan pernah membiarkan hidupnya tenang barang sedetik pun.

"Kamu gak apa!"

"Ya!"

Jawab singkat Shofi berusaha menahan amarahnya.

"Mau kemana?"

"Jangan ikuti aku!"

Philip hanya bisa menatap nanar punggung Shofi yang menjauh. Philip sudah bersumpah akan melindungi Shofi dengan nyawanya sendiri.

Shofi terlalu banyak berjasa dalam hidupnya,. kini giliran Philip melindungi malaikat nya.

Shofi terus berjalan menelusuri trotoar-trotoar jalan. Entah kemana tujuan Shofi yang pasti hanya Shofi yang tahu.

Shofi menghentikan langkahnya di sebuah pemakaman. Tepat di depan makam kedua orang tuanya.

Shofi tak bisa menahan air matanya lagi. Ternyata Shofi belum cukup kuat menerima kepergian kedua orang tuanya.

Di hatinya masih ada dendam yang membara agar pelakunya di hukum seberat-beratnya nya. Tapi, kini pelakunya malah kabur dan berkeliaran di luar sana.

Rindu itu masih membelenggu diri Shofi, hingga Shofi sulit keluar dalam belenggu itu. Belenggu ketidak ikhlas an yang membuat Shofi mempunyai rasa dendam.

"Bukankah mereka pantas mati mom, dad!"

Bersambung ...

Jangan lupa Like Hadiah komen dan Vote Terimakasih ...

Jangan lupa baca dulu novel

Gadis dingin

Filosofi Alin

Heterogen (Seperti Air Dan Pasir)

Fatih (Rindu yang belum usai)

Agar para reader gak gagal fokus sama alur ceritanya. Dan, gak pusing dengan peran-peran nama di dalam novel tersebut.

Jangan lupa juga baca novel Author yang lain.

- Takdir Illahi

-Takdir Illahi2

- Hati istri yang di madu

- Meraih keridhoan bersamamu

Bab 3 London

"Frozen, Kemana Shofi?"

Tanya Cherry Karen belum melihat Shofi.

"Dia gak akan masuk, katanya ada urusan!"

"Apa?"

"Kau tahu sendiri, anak itu tak akan pernah bercerita. Bahkan ceritanya saja selalu tuka-teki!"

Kesal Elsa, dia selama mengenal Shofi tak pernah sekalipun Shofi mau bercerita atau sekedar berbagi bebannya pada dirinya.

"Apa Shofi masih marah akan kejadian kemaren?"

"Tidak, seperti ada hal yang lebih dari itu!"

"Hidup Shofi selalu saja penuh rahasia, bahkan sama kamu saya yang sudah lama mengenalnya begitu, apalagi sama aku!"

"Terkadang aku merasa kasihan padanya, dia jarang sekali mengontrol pola makannya. Bahkan makan juga suka sedikit, dan tatapan matanya itu selalu memancarkan kesakitan yang mendalam. Terkadang juga tatapan Shofi memancarkan sebuah kerinduan!"

"Apa karena gelang itu!"

"Bisa jadi, tapi ada lagi yang lebih dari itu!"

"Apa?"

"Aku tak tahu!"

Tak ...

Cherry mentoyor kening Elsa karena kesal. Dia dari tadi sudah serius mendengarkan nyatanya Elsa juga tak tahu apa-apa.

"Kau itu selalu saja mentoyor keningku!"

"Itttt, gak kena!"

Ledek Cherry membuat Elsa geram, Elsa mengejar Cherry yang malah kabur. Hingga mereka terlibat saling kejar mengejar.

Shofi yang baru datang ke kampus tersenyum tipis melihat tingkah kedua sahabatnya. Yang selalu mengingatkan Shofi akan kedua sahabatnya lagi yang berada di Indonesia.

Elsa, hampir sama seperti Amira. Gadis perhatian walau terlihat masa bodo akan urusan orang lain. Dan, Cherry sama seperti Bunga yang selalu kepo akan urusan orang lain.

Kehadiran mereka berdua membuat Shofi bisa sedikit terobati akan rasa rindunya pada Amira dan Bunga.

"Hey!"

Elsa dan Cherry menghentikan aksinya ketika ada Shofi di hadapan mereka.

"Telat!"

"Aku cuma mau bilang, besok aku gak masuk lagi. Aku harus ke London ada pertemuan di sana!"

"Kok mendadak!"

Ucap Elsa, apalagi Shofi tak melibatkan dirinya sebagai sekertaris nya di kantor.

"Aku ikut kak Davit, tolong handle pekerjaanku di kantor, nanti Philip yang akan memberikan tugasnya!"

"Baiklah!"

Pasrah Elsa, entah seperti apa pekerjaan Elsa sebenarnya. Elsa hanya menjalankan tugas apa saja yang di perintah Davit untuk membantu Shofi.

Karena sebenarnya Elsa adalah salah satu anak buah Davit. Gadis yang empat tahun lalu Davit dan Angel tolong. Ketika Elsa sedang di kejar-kejar oleh seseorang.

Hingga Elsa memutuskan hidupnya untuk mengabdi pada keluarga Damaresh.

Sedangkan bersama Cherry mereka benar-benar kenal di kampus saja. Jadi wajar kalau Cherry banyak bertanya tentang Shofi pada Elsa.

"Aku pergi!"

"Hati-hati!"

"Kenapa?"

Tanya Elsa menautkan kedua alisnya bingung melihat ekspresi Cherry yang aneh.

"Aku gak ngerti apa yang kalian bicarakan!"

"Makannya otak harus pintar!"

Tak ...

Cherry mengerucutkan bibirnya sambil mengusap keningnya yang tidak gatal.

"Frozen tunggu!!"

Teriak Cherry karena Elsa malah meninggalkannya.

Cherry suka sekali memanggil Elsa dengan sebutan Frozen. Apalagi rambut Elsa yang pirang dengan mata birunya sama seperti Elsa di film Frozen.

"Imut!"

Gumam Kaka tak sadar meluncur begitu saja.

"Apanya yang imut, dia itu terlihat bodoh!"

"Ayolah Jav, Cherry itu terlihat imut dan menggemaskan!"

Kekeh Kaka menggoda Jarvis, supaya pikiran Jarvis teralih dari Shofi.

"Mending loe sama Cherry saja, dia cocok sama loe yang arogan dan Cherry yang polos!"

"Cih, gue gak mau!"

"Awas nanti jatuh cinta!"

"Sialan loe!"

Kaka kembali terkekeh melihat amarah Jarvis. kenapa juga Jarvis mengejar-ngejar Shofi yang sangat terang-terangan menolaknya. Padahal ada yang lulus mencintainya.

"Eh, tunggu!"

Cegah Kaka menarik lengan Jarvis membuat Jarvis semakin kesal.

"Ada apa?"

"Lihat, bukankah itu Philip, mau kemana dia?"

Ucap Kaka melihat Philip pergi terburu-buru. Jarvis dan Kaka memang tidak terlalu dekat dengan Philip. Laki-laki yang selalu mengawasi Shofi dan Shofi juga terlihat Akrab dengan Philip. Entah ada hubungan apa antara Philip dan Shofi.

"Maaf menunggu!"

Sesal Philip langsung membukakan pintu mobil untuk Shofi yang memang sendari tadi menunggu di parkiran.

Shofi langsung masuk tanpa banyak bicara lagi. Begitupun Philip langsung masuk dan melajukan mobilnya meninggalkan kampus.

"Mau kemana mereka!"

Gumam Jarvis mengepalkan kedua tangannya erat. Jarvis cemburu, kenapa Shofi tak seperti itu padanya.

Jarvis yakin, Shofi menolaknya karena Philip. Melihat itu membuat Jarvis benar-benar marah. Apalagi Jarvis melihat Philip begitu istimewa memperlakukan Shofi.

Sedangkan Shofi memejamkan kedua matanya menahan kekesalan yang sendari tadi ia tahan.

"Kenapa mendadak memberi tahuku!"

Kesal Shofi sungguh sangat marah. Kenapa sang kakak mendadak memberi tahunya jika ada pertemuan di London.

"Maaf, kamu kan tahu seperti apa kak Davit. Jika di beri tahu lebih awal, kamu pasti menolaknya dan akan mengirim Elsa!"

Huh ...

Shofi menghela nafas berat, sungguh sang kakak benar-benar tega padanya. Sudah tahu dirinya tak mau pergi tapi kekeh dia harus pergi.

Shofi belum berani muncul pada dunia untuk memimpin sebuah pertemuan. Biasanya akan Philip atau Elsa yang menggantikannya. Shofi hanya suka bekerja di belakang saja bukan di depan.

Namun, Davit malah memaksa karena sudah waktunya Shofi memperkenalkan pada rekan-rekan kerjanya. Supaya Shofi tahu, wajah-wajah siapa saja yang bekerja sama dengan perusahaan nya.

Karena dunia kerja tak semudah itu. Kita tidak tahu, siapa musuh dan siapa kawan. Karena Davit tidak mungkin terus membantu Shofi mengatasi semuanya. Shofi harus belajar mengatasi nya sendiri.

Sudah cukup empat tahun Davit memberikan waktu pada Shofi membereskan semuanya. Kini Shofi harus menampakan dirinya sendiri dan siapa dirinya.

"Tapi, aku gak suka pertemuan! kau saja yang menemui Meraka nanti di sana!"

Philip hanya diam saja tak berani membantah. Karena percuma, mood Shofi benar-benar sedang rusak.

Di bandara sudah ada beberapa bodyguard yang akan ikut serta menemani perjalanan nona muda mereka.

Dan, tentu Davit yang ada di balik semuanya mengatur agar perjalanan adiknya selamat sampai tujuan dan utuh jika kembali.

Perjalanan Jerman-London memakan waktu sekitar dua jam dari penerbangan Munchen.

Philip langsung membawa Shofi ke sebuah hotel untuk istirahat. Karena mereka besok harus memerlukan tenaga untuk pertemuan itu.

Huh ...

Shofi menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Sambil menatap langit-langit. Seperti biasa, bukannya tidur Shofi malah beranjak membuka pintu menuju balkon.

Empat tahun belakangan ini Shofi memang sekali sulit untuk tidur, dan ia harus meminum obat dulu baru bisa tidur.

Udara di London tidak terlalu buruk, membuat Shofi sejenak menikmati pemandangan kota London tepatnya di hotel the Montcalm Royal London House. Di mana Shofi bisa melihat keindahan kota Greenwich sebelah timur London.

Rindu ini kenapa semakin membuatku sesak. Apa yang harus aku lakukan, apa aku harus pergi saja ke Indonesia. Tapi bagaimana jika Fatih sudah melupakan ku!

Apa rindu ini masih sama!

Apa cinta mu masih sama!

Jerit batin Shofi sesak, andai saja dulu Shofi menyuruh Fatih menunggunya mungkin Shofi tidak akan se sekarat ini menahan rindu.

Tapi, Shofi memilih melupakan semuanya namun nyatanya dia sendiri yang terbelenggu akan cinta Fatih. Fatih benar-benar sudah menjerat hati Shofi, Bahakan Shofi sulit untuk berpaling pada siapapun.

Bagi Shofi Fatih adalah laki-laki istimewa yang ia inginkan.

Tak ada laki-laki seperti Fatih di dunia ini, yang mampu menjungkir balikkan kehidupan Shofi.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah,komen dan Vote Terimakasih ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!