Persahabatan antara Quinna Qotrunnada dan Sultan Ali dimulai sejak mereka masuk di bangku sekolah Taman Kanak-kanak. Persahabatan keduanya melibatkan kedua orangtua mereka Mama Andin mamanya Quinna dan Mama Rossa Mamanya Sultan, Pertalian persahabatan mereka menjadikannya sudah seperti saudara sendiri layaknya hubungan keluarga mereka.
Rumah mereka yang hanya dipisahkan satu Gang saja karena tinggal di Perumahan yang sama, membuat mereka akrab, di keseharian dan juga di sekolah.
Berlangsungnya persahabatan mereka dan kebersamaan terus terjalin dengan akrab meningkat ke masa-masa SD dan SMP sampai SMA, malah Mama Andin mamanya Quinna semakin menitipkan dan mempercayakan pada Sultan untuk bisa menjaga Anak semata wayangnya yang sekarang sudah tumbuh dengan pintar juga sangat cantik.
Mereka tumbuh bersama dalam lingkungan yang sama dan di sekolah yang sama, keduanya sama pintar dan unggul dalam beberapa hal, membuat keduanya saling cocok dalam pertemanan, juga dalam hal pelajaran sekolah mereka saling membantu satu sama lain dan menjadi teman diskusi yang sangat menyenangkan juga mengasyikkan.
Saling dukung, saling support dan saling menjaga, saat jalan berdua, saat makan es krim bersama, saat beli tas goni yang sama dan nonton bareng saat ada film baru rilis, juga nonton konser band dan penyanyi idola mereka. Satu yang menjadi kecuali Qu tak suka satu sifat Sultan yang sering gonta-ganti pacar. Malah Qu yang selalu jadi tempat curhat Sultan tentang pacar-pacarnya itu di situlah Qu mulai jenuh dengan persahabatan mereka.
Sultan tak ada beban apapun merasa seperti sama saudara sendiri pada Quinna, melindungi Quinna mengantar dan nyamper saat pergi sekolah. Perbedaan karakter jelas berbeda selain dari gender yang sudah berbeda, tapi Sultan lebih kelihatan terbuka dan berubah menjadi seorang pria manis dan sangat tampan rupawan terlebih berotak encer. Semua itu menjadikan Sultan idola di sekolahnya.
Banyak di kerumuni cewek-cewek semua menjadi kebanggaan saat jadian sama Sultan dan bisa jalan bareng itu yang membuat Qu kurang senang walau semua pacar Sultan harus lulus Quality Control dari Quinna. Kalau kata Qu ok nggak centil nggak norak nggak bawel banget juga bisa terima Gue sebagai sahabat Lo maka Sultan langsung jadian sama tuh cewek.
Begitupun saat Sultan putus sama ceweknya karena berapa hal Qu yang report jadi tempat konsultasi juga, bahkan biasanya kalau putus Qu bisa menerima konsultasi dari pasangan itu dua-duanya mengadu layaknya Qu dr psikolog bagi mereka.
Tapi semua pencapaian Sultan tak membuat hati Qu senang walau semua tak pernah di perlihatkan di hadapan Sultan sendiri, Quinna berusaha semanis mungkin menjaga persahabatan mereka dan ikhlas menerima apa adanya.
Menjadi idola, di gandrungi teman dan cewek membuat Sultan menjadi playboy sehingga Quinna menjadi minder dan cenderung menarik diri dan membatasi diri dari pertemanan keduanya. Menjadi seorang sahabat diantara hubungan Sultan dengan ceweknya sungguh tak mengenakkan hati Quinna.
Banyak makan hati dan mengabaikan perasaannya sendiri akhirnya Qu jadi pendiam, hanya menjadi penonton dan pendengar setia perjalanan dan ocehan Sultan yang begitu dinamis dan enjoy menjalani masa remajanya.
Pada akhirnya Qu banyak menyimpan di dalam hati semua masalahnya dan tertutup pada siapapun.
Sultan tak menyadari itu, tapi berusaha tetap menjadi sahabat baik dan Quinna tetap menjadi teman curhat yang menyenangkan bagi Sultan.
Sampai masa-masa akhir lulus SMA mereka tetap berhubungan baik, Quinna meneruskan kuliah di jurusan akademi sekretaris dan Sultan meneruskan kuliah ke luar negeri yakni Australia. mengambil manajemen bisnis internasional.
Mereka berpisah jauh untuk menimba ilmu masing-masing, tapi hubungan Mama Rossa dan Mama Andin tetap berjalan baik. Adapun Sultan yang sudah di Australia tetap selalu mengabari pada Qu apa-apa yang menjadi keseharian nya, juga aktivitas di perkuliahan dan kampusnya juga satu lagi yang membuat Qu jengah yaitu tentang pacar bulenya yang selalu ganti-ganti tak bisa setia dengan satu saja.
Quinna lebih sering tidak membalas setiap sapaan Sultan yang dikirim lewat e-mail dan pesan aplikasi, walaupun dibalas sudah kelewat waktu kalau mood-nya lagi bagus.
Sesungguhnya jauh di lubuk hati Qu tersimpan rasa yang dirinya juga tidak tahu entah itu rasa aneh pada Sultan, Rasa yang berbeda pada Sultan dan itu dirasakan semenjak Qu duduk di bangku SMA, Qu takut membuka diri karena melihat sikap Sultan yang tetap menganggap dirinya teman sahabat masa kecilnya.
"Sayang bangun Mama mau ke rumahnya Tante Rossa anterin asinan buah mau ikut?" suara Mama Andin terdengar dari dapur tapi Quinna merasa malas ingin rasanya sehari saja tak mendengar cerita tentang keluarga Tante Rossa tapi rasanya itu tak mungkin karena kedua keluarga itu sudah begitu lekat satu sama lain ada saja acara atau urusan yang melibatkan kedua keluarga itu.
Kalau nggak Mamanya ke sana pasti Tante Rossa yang datang ke rumahnya menyapa atau sekedar ngobrol soal apapun dan kadang saling bagi makanan atau jajan kulineran di luar sana.
"Nggak Ma, Qu mau keluar cari buku bacaan ke pasar loak sama teman sore ini," jawab Qu yang baru melek dari tidur siangnya.
"Teman yang mana cewek apa cowok, hati-hati ah jangan sampai kemalaman pulangnya kecuali kalau masih ada Sultan dan jalan sama Sultan baru Ibu percaya juga tenang."
Hadeuuuuuuuh... Sultan lagi sultan lagi! pening rasanya kepala ini dengar namanya walau orangnya kelewat ganteng.
"Cewek Mam, Indah yang sering ke sini!"
"Ya sudah mandi sana Mama ke rumah Tante Rossa dulu ya!"
Qu bangun dengan malas, penat rasanya menjalani kuliah di cuaca yang begitu ekstrim di musim kemarau saat ini, Apa Sultan di Australia lagi musim apa ya?
Eh, kok jadi ingat pada Si playboy satu itu? apa urusannya mungkin Dia lagi enak-enakan pacaran sama cewek bulenya. Tapi di sana jam berapa ya? perbedaan waktu Indonesia Australia berapa jam maju apa mundur dari waktu di sini sekarang?
****! jadi jauh juga Gue mikirin tuh playboy belum tentu Dia lagi mikirin Gue!
'Nih Aku kasih buket bunga ya Qu, Kita nanti menikah dan Aku janji nanti kalau Kita sudah dewasa sama-sama saling ingat janji Kita ya...'
Kata kata yang di ucapkan masa masa SD selalu terngiang Walau Qu tak punya data otentik yang bisa mengabadikan suara dan janji hati mereka juga merekam percakapan saat mereka bermain bersama di teras rumah.
Semua itu begitu lekat di hati Qu dan kini menginjak masa remaja semakin kata-kata itu selalu terngiang ngiang di telinganya.
Sultan kecil mengambil bunga Bougenville warna-warni sama tangkainya dan di bungkus kertas buat pegangannya saat itu juga di berikan pada Qu tanpa rasa apapun Qu hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi ocehan sahabatnya itu.
Tapi di rasa Qu saat ini semua hanya masa kecil yang mungkin sudah Sultan lupakan kata-kata itu.
Lain lagi dengan hati Qu semua di rasa semakin dalam saja rasa aneh dalam dadanya pada Sultan, perhatiannya, lembut sikapnya, melindungi dan menjaganya saat mereka bersama membuat hati Qu merasa nyaman.
*******
Sambil nunggu up JANJI DUA HATI Baca juga ya :
-Pesona Aryanti
-Biarkan Aku Memilih
-Meniti Pelangi
-Masa Lalu Sang Presdir
-Cinta Di Atas Perjanjian
-Noda Kelam Masa Lalu
By Enis Sudrajat❤️🙏
Hari-hari terus berjalan berganti minggu, dan bulan juga dengan setia mengikutinya menjadikan semua berubah kecuali perasaan Quinna yang masih sama tertutup dengan perasaannya sendiri dan sulit mengakui kalau cinta yang kini datang menyentuhnya tertuju pada Sultan nun jauh di sana.
Tahun silih berganti sampai pada waktu dua tahun telah berlalu. Semua banyak berubah kedewasaannya, perasaannya juga cara pandang dan berpikir walau hati Qu tak pernah berubah masih tetap dengan rasa bahagia yang sama pada Sultan walaupun jauh berada di belahan bumi sana dan terpisah jarak ruang dan waktu mereka hanya berkomunikasi lewat alat canggih ponsel internet dan lain sebagainya.
Sultan pulang ke Indonesia dalam rangka liburan dan kerinduan pada keluarga, kehebohan tersendiri bagi mamanya Sultan yaitu Mama Rossa.
Selain Anaknya yang berotak encer itu bertambah ganteng, malah katanya sudah seperti bule karena ketularan, biasa sehari-hari berkumpul dan bergaul dengan bule-bule dari berbagai belahan dunia.
Apa iya bule bisa menular segala? Nggak jelas banget pembicaraan Mamanya Sultan ini, berlebihan banget memuji dan menyanjung Anak kesayangannya.
Ditanggepin sama Mama Andin Mamanya yang sama antusias, sudah mereka jadi klop satu sama lain! jadi satu frekuensi yang seimbang ha ha hi hi sejak pagi sambil berbagi oleh-oleh yang entah apa yang di bawa Sultan.
Qu hanya jadi pendengar setia dari dalam kamarnya, pura-pura sibuk dengan banyak tugas, walau hatinya kelenjotan juga pengen melihat dan bertemu sama sahabatnya yang baru datang itu, juga yang kata Mamanya Sultan sudah ketularan bule Australia, Qu teramat penasaran jadinya dan ingin segera membuktikan, terlebih ingin bersua saja melepaskan rasa yang hanya ada dalam hatinya mungkin bisa sedikit meredakan gejolaknya.
Yang tak bisa di bayangkan pasti tambah ganteng dan membuat hati dewasanya semakin deg-degan saja saat dekat sama Sultan yang pasti masih menganggapnya teman masa kecilnya.
Mengerjakan tugas bohongan di dalam kamarnya menjadi tidak fokus lagi, otaknya terus berputar membayangkan bagaimana Sultan penampilannya sekarang? Benar tambah ganteng? hati Qu agak deg-degan dan sulit terpejam setiap sebelum tidur malam, terkadang mencuri waktu luangnya menatap poto postcard Sultan yang lagi tersenyum kelewat manis dengan memperlihatkan deretan giginya yang teramat rapi.
Tetap saja tampan mengalahkan aktor Korea yang lagi naik daun. Terkadang Qu berontak pada diri sendiri kenapa harus suka sama sahabat masa kecilnya?
Mama Andin Mamanya Qu menanggapi obrolan Mama Rossa dengan senyuman tak kalah begitu heboh juga, hanya Qu yang sepertinya biasa-biasa saja dan datar-datar saja, Sultan tak lebih dari seorang cowok seperti temannya yang lain. Walau di biasakan seperti itu hati Qu tetap menolak Sultan lebih diatas rata-rata semua temannya, tampan, pintar dan persahabatan mereka yang selalu terjaga.
Qu bangkit dari meja belajarnya mendengar kehebohan di luar, lalu menatap wajahnya di cermin. 'Aku cukup cantik dan mungkin bisa di bilang lebih dari cewek lain, tapi sayang sampai saat ini masih jomblo belum merasakan bagaimana rasanya punya pacar dan pacaran.' Atau karena dirinya terlalu menutup diri atau obsesi Sultan dan berharap suatu saat tahu perasaannya? sungguh suatu yang sia-sia. Mungkin Sultan sudah bersama yang lain kalau dirinya tak bisa membuka diri sampai kapanpun.
"Pokoknya Jeng, kalau ada waktu dan kesempatan juga rezekinya Kita bareng-bareng ke Australia sambil jalan-jalan, biarin Bapaknya yang cari duit Kita yang menghabiskannya hehe …." ucap Mama Rossa terdengar begitu sumringah.
"Iya Jeng, kepengen banget merasakan liburan di musim yang berbeda apalagi kalau di sana lagi musim salju, tinggal Kita bawa syrup macam-macam rasa saja dari sini hahaha..."
"Hahaha... Jeng ini bisa saja, yang pasti cuci mata jangan cuci baju, cuci piring saja di sini." Berdua saja segitu hebohnya membuat Quinna keluar kamar juga.
"Sekarang Sultannya mana Tante?" Quinna keluar dari kamarnya yang dari tadi nguping obrolan Tante Rossa, jelas banget kedengaran di kupingnya pujian, sanjungan dan lain-lain tentang Sultan.
"Lagi tidur Sayang, mungkin capek sehabis penerbangan, tapi Sultan malam sudah bilang katanya kangen banget sama Qu!"
Deg! Apa kali ini Sultan bisa melihat dan tahu perasaanya seperti apa padanya?
Qu tersenyum, mengambil gelas dan memijit dari dispenser lalu meminumnya sambil berdiri.
"Qu pasti pangling lho lihat Sultan, Sultan juga pasti begitu lihat Qu, Qu nggak kemana-mana kan hari ini? kalau bisa jangan deh biar nanti perginya bareng Sultan biar kalian bisa melepas kangen … maksud Tante sebagai sahabat." Mamanya Sultan meralat ucapan kangen yang dikatakannya.
"Enggak kok Tante, Qu nggak punya acara, Qu masih punya banyak tugas, tapi kalau Sultan kangen makan nasi goreng Pak Kumis ntar Qu antar."
"Tapi tugasnya di tunda dulu bisa kan Sayang? Masmu datang masa Kamu malah sibuk?" Ini lagi! Mama sok banget jaga image di depan tante Rossa sok membela dan menyanjung juga sungguh aneh tuh playboy banyak banget penggemarnya dari cewek cewek SMA samapi ibu-ibu dan tante-tante juga.
"Gampang Ma, Qu punya banyak waktu kok untuk tugas kuliah bisa malam-malam di kerjakannya," jawab Qu datar saja.
"Baguslah, tapi kata Sultan Qu jarang membalas khabar dari Sultan kenapa Sayang?" Mama Rossa memandang wajah cantik Qu. Seolah meneliti tiap inchi wajah cantiknya dan berharap Anaknya menyadari semua itu.
"Mungkin Qu lagi padat tugas aja tapi setiap khabar dan sapaan Sultan di balas kok Tante, walau sudah kelewat waktu hehe …."
Sit! buat apa hay hey sama cowok playboy? sok ganteng dan sok pintar bisanya cuma curhat cewek-cewek cantik dan minta pendapat Gue aja! konsultasi ke laut aja sana emang Gue psikolog apa? Dasar cowok manja!
Malas banget harus selalu ngasih pendapat tentang cewek yang di pacarinya emang gue siapanya Dia? Gue perlu istirahat perlu me time dan yang terpenting meyakinkan Diri kalau Lo nggak mikirin Gue biar Gue bisa leluasa tak di bayangi bayangan Lo setiap hari.
Apaan sih Si Sultan? pake di bilangin sama Mamanya segala hal seperti itu? cemen amat dasar Playboy manja! jadinya Mama mama super heboh dan kepo ini pada tahu kalau Gue malas balas dan dengar cerita tetang keseharian Si Playboy itu.
"Ayo Jeng diminum dulu teh nya mumpung hangat."
"Gampang Jeng, tadi habis minum sama Sultan sebelum Dia tidur," sahut Mama Rossa malah mengambil kue di toples kecil.
"Eh, Jeng gimana kalau nanti Anakmu kecantol cewek bule di sana? apa rela Anakmu di bawa ke negaranya?"
"Ih, jangan sampai deh Jeng. Jelas Aku menolak kalau hubungan sekarang sekedar semangat sambil belajar boleh saja tapi kalau serius jangan lah Jeng..."
"Maksudnya biar punya cucu indo gitu Jeng pasti lucu."
"Ah, perlu adaptasi segalanya Jeng selain beda semuanya kultur budaya kebiasaan juga adat istiadat pasti tak akan cocok, Aku tetap tidak setuju kalau untuk yang satu itu."
Quinna masuk kamar lagi, karena pembicaraan Mamanya sama Tante Rossa sudah masuk di zona dewasa dan masa depan, tak baik dirinya nimbrung dan melibatkan diri.
*******
Sambil nunggu up JANJI DUA HATI Baca juga ya :
-Pesona Aryanti
-Biarkan Aku Memilih
-Meniti Pelangi
-Masa Lalu Sang Presdir
-Cinta Di Atas Perjanjian
-Noda Kelam Masa Lalu
By Enis Sudrajat❤️🙏
Sampai Tante Rossa pulang yang datang ke rumahnya hanya mengabari kepulangan Anak bujang kesayangannya, Qu masih saja berpikir, benarkah semakin ganteng? seperti bule Australia? Yang pasti semakin playboy dan menyebalkan! Hati Qu sibuk sendiri antara benci dan rindu terkadang ada rasa sakit dalam hatinya ternyata bohong kalau Dirinya tidak kangen pada satu sosok itu.
Kenapa juga Gue begitu sentimen pada Sultan? Padahal apa salah Dia? sungguh satu pertanyaan yang nggak bisa Quinna jawab, karena jauh di sudut hatinya bertolak belakang sama kenyataannya. Sadar ada getaran rasa yang berbeda di hatinya semakin malu saja rasa hati Qu.
Hatinya merindu dan mendamba, tapi perasaan gengsi dan seakan keluar dari kewajaran kalau sampai dirinya memperlihatkan satu perasaan lain, selain rasa kangen sebagai sahabat. Ya Sultan memang masih sahabatnya sampai kapanpun.
Tapi Qu terlalu gengsi dan merasa norak kalau orang lain sampai tahu perasaannya pada Sultan, tidak Sultan, tidak Mama Andin juga Mama Rossa, semua orang tak boleh tahu, cukup dirinya saja yang merasakannya. Semua itu di telannya sendiri walau sebenarnya sesak dan pahit perasaan itu perlu ruang untuk menumpahkannya.
Kini Sultan ada di sini, berjuta kenangan datang hilir mudik di otak Qu kalau tak membatasi diri ingin rasanya Qu berlari melewati satu gang dan masuk ke rumahnya, bertemu Sultan yang selalu membuat hari harinya dalam kesendirian selalu membuatnya tidak fokus. Hatinya selalu berontak dan menyalahkan perasaannya sendiri yang sebenarnya tidak salah hanya Qu perlu membuka diri dan terbuka dengan perasaanya.
Ingin rasanya memeluknya sangat lama, merasakan getaran dan menyalurkan rasa aneh yang selalu menggelora. Berlindung menenggelamkan dalam dadanya melunturkan segala beban yang menggunung di dalam hatinya dan membisikkan kata kalau Gue begitu merindukan kebersamaan yang dulu pernah tercipta sekian tahun dalam kebersamaan, Gue tak mau beranjak dari masa itu.
Semoga saja Sultan datang bukan mau curhat soal cewek bulenya, soal kampusnya yang wah … soal teman-teman Internasional nya. Juga soal kehidupannya yang seakan beda alam dari dunianya dulu yang dijalani selalu bersama-sama Qu dan teman yang lainnya di Indonesia sini.
Tapi apa ya respon Sultan seandainya Dia tahu kalau Gue punya satu rasa yang tak Gue mengerti padanya? Ah … semua begitu bikin pusing! dan memalukan tapi menyesakkan dalam dada Qu. Dan satu lagi takut rasanya kalau harus jujur karena semua menyangkut perasaannya takut hanya Dirinya yang punya rasa itu sedang Sultan tak sedikit berpikir tentang cinta pada dirinya tentu akan menjadi sesuatu yang sangat memalukan secara etika sungguh tidak termaafkan sebagai perempuan walau sekarang lazim saja cewek bisa menembak cowok duluan tapi tidak dengan Quinna.
Paling Sultan ketawa ngakak mengucek rambut Gue dan menepuk-nepuk kedua pipi Gue, itu yang Gue nggak suka! Gue dianggapnya masih teman SD nya. Menganggapnya hanya gurauan dan tidak dianggap sesuatu yang serius itu yang paling dihindari Qu sedangkan perasaannya begitu bergejolak menunggu sambutan.
Qu sibuk dengan pikirannya sendiri di dalam kamar, dan sibuk mempersiapkan diri untuk bertemu pertama kali dengan Sultan setelah berpisah dua tahun lalu.
"Assalamualaikum, halo Tante Andin, apa khabar? Qu nya ada?" Suara khas membuat Qu semakin deg-degan saja untuk keluar kamar.
"Waalaikum salam. Ya ampun… Si ganteng yang semakin ganteng akhirnya ke rumah Tante juga, ayo mari masuk Qu ada di dalam kamar lagi banyak tugas katanya."
"Makasih Tante."
Satu suara khas yang sekarang agak nge-bass, mau tidak mau membuat hati Qu hangat. Qu bangkit keluar kamar dengan perasaan yang sulit di bayangkan.
Pasti Sultan sedang mencium tangan Mamanya dengan mata berbinar, dan senyumnya yang menawan, memperlihatkan barisan giginya yang putih rapi.
Dengan perasaannya sendiri, Qu keluar kamar dan bersandar di satu sisi pintu keluar kamarnya memandang ke ruang tengah dimana Sultan masih berdiri menjulang memandangnya tak berkedip. Hati Qu seperti riuh tak menentu.
"Hai cantik! Qu apa khabar?"
"Hai juga, seperti biasa Gue baik. Lo pulang liburan ya?" sambut Qu dengan perasaannya sendiri.
"Kok ketus amat sih, seperti nggak kangen Gue? padahal Gue bawain oleh-oleh nih!" Sultan menyodorkan satu bungkusan pada Qu sambil berjalan mendekatinya menyodorkan bungkusan dan menyodorkan tangannya untuk berjabat.
"Harusnya Gue gimana? peluk Lo? Ih, malas banget!" ucap Qu sambil tersenyum dengan maksud bercanda sambil menyambut tangan Sultan di hadapannya.
Lama Sultan menjabat tangan Qu sambil memamerkan pesonanya, tapi Qu menariknya perlahan dan menarik kursi meja makan dan duduk. Tak sanggup melihat rona gembira di wajah Sultan yang terus tersenyum.
"Peluk juga boleh ya Tante? hahaha..." canda Sultan kedengaran garing bagi Qu. Mama Andin hanya nyengir sambil menyimpan minuman di meja makan karena mereka duduk di ruangan meja makan yang menyatu dengan ruang keluarga.
"Wah, makasih banyak Sultan, jadi ngerepotin nih." Qu mengalihkan pembicaraan yang dianggapnya sensitif.
"Dari dulu juga Lo emang ngerepotin hahaha …."
"Yee … siapa suruh Lo mau di repotin?" Qu masih saja dirinya tak nyaman berada di dekat Sultan, selain hatinya semakin berdebar-debar juga perasaannya tertariknya semakin kuat tak tergantikan.
Pesona Sultan begitu terlihat di masa-masa mereka setelah dewasa. Tetapi perlakuan Sultan masih saja menganggap dirinya seorang sahabat TK, SD, SMP sampai SMA, kecuali sekarang kuliah mereka terpisah jarak dan waktu. Mereka jadi terpisah dan baru sekarang mereka bertemu kembali setelah dua tahun berpisah sejak keluar masa-masa SMA.
Memang kenyataan benar adanya sultan semakin ganteng, bahkan ganteng maksimal bisa di bilang, garis mukanya semakin tegas, simpatik dan semakin gagah dengan kulit mulus putih bersih sepintas seperti melihat bintang Korea yang lagi nge-trend di drakor-drakor.
Pantas saja Sultan semakin digandrungi cewek-cewek seperti di ceritanya kalau mereka saling kirim kabar.
"Ayo buka dong oleh-olehnya, malah bengong?" ucap Sultan menatap wajah Qu yang semakin kinclong dengan rambut hitam panjangnya
"Apa sih ini isinya?"
"Yang pasti bukan orang Aborigin, hahaha …."
"Gue malah maunya itu!" Qu mengocok ngocok bungkusan yang di bikin begitu bagus dan indah dengan kertas pembungkus warna pink.
"Lo ngaco aja, ada juga cowok Australia Lo mau?"
"Nggak, Gue sukanya yang lokal!
"Serius Qu, Gue mau ajak lo suatu saat ke sana, ada banyak spot yang tak terekspos oleh cerita dan gambar yang Kita lihat di sini lho! Aslinya indah Australia itu." ucap Sultan dengan antusiasnya.
"Terus Gue mau ngapain kalau ke sana? Lo mau pamer pacar-pacar Lo gitu?" Masih saja ucapan Qu begitu ketus.
"Hahahaha … ya nggak lah Qu, Gue mau ajak Lo jalan-jalan, tapi sedikit minta pendapat Lo tentang cewek Gue, Lo kan belajar kepribadian dan pintar kalau soal intuisi," sahut Sultan dengan santainya.
Sial! akhirnya keluar juga aslinya nih playboy ujung-ujungnya sama lagu lama konsultasi soal cewek. Cobalah lihat cewek di depanmu kurang apa? tak kurang dari semua cewek yang pernah Lo pacari.
Qu berusaha tersenyum walau hatinya getir, setiap pertemuan berharap Sultan tahu dan bisa membaca isi hatinya tapi semua itu mustahil karena hati bukanlah kertas yang nyata dan bisa dengan mudah di baca dan diartikan sejenius apapun orang itu.
Bodoh apa pintar kah dirinya bersikap seperti itu? entahlah mungkin saat ini Qu merasa tersiksa dengan rasa cintanya sendiri.
*****
Sambil nunggu up JANJI DUA HATI Baca juga ya :
-Pesona Aryanti
-Biarkan Aku Memilih
-Meniti Pelangi
-Masa Lalu Sang Presdir
-Cinta Di Atas Perjanjian
-Noda Kelam Masa Lalu
By Enis Sudrajat❤️🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!