Assalamualaikum, selamat datang di story pertama saya di Juni 2020, Ini sudah Terbit cetak versi rapi dan lebih dapat feelnya beberapa juga tambahan pada bab-bab yang butuh penjelasan.
Jika berminat bisa beli shoppe atau chat wa/dm instagram @trisrahmawati.
Cerita tentang Nadilla & Dimas mungkin sedikit menguras hati.
.
.
.
.
NADILLA
DIMAS MALLIW H
Prolog
Siapa yang akan menyangka kehadirannya ke sebuah pesta pernikahan mewah atasan di Kantor nya, malah berubah menjadi pesta Pernikahan nya sendiri.
Ya malam itu seorang laki-laki berwajah blasteran yang tidak begitu telihat jelas wajah nya berlari menabrak Nadilla dan langsung menggenggam tangannya.
Nadilla melebarkan matanya.
"Anda siapa? kenapa Anda menarik saya? Anda terlalu lancang lepas kan tangan saya!"
Nadilla terus berusaha melepaskan tangannya yang terasa sakit oleh genggaman pria asing itu.
Tapi genggaman tangan pria itu semakin di perkuat kuat, Nadilla pun semakin kesulitan untuk melepaskan nya
Nadilla menjadi sangat ketakutan mengadah kan kepala nya ke atas tampak seorang lelaki tampan berwajah blasteran, gagah memakai sebuah Tuxedo pernikahan berdiri di hadapan nya.
Manik pria itu membulat menatap lekat-lekat ke wajah Nadilla."Tolong bantu saya nona, saya akan memberikan apapun yang anda inginkan setelah ini selesai." ujarnya memohon.
Nadilla tak bergeming menatap tangannya yang di pegangi pria itu, dia tidak mampu mencerna apa maksud yang di katakan pria ini.
"Apa, maksud anda saya tidak mengerti!"
Tiba-tiba pria itu pun mendekat kan wajahnya, menatap sengit wajah Nadilla seketika.
"Tunggu!" Nada suaranya mendadak berubah menjadi lebih tinggi seketika dia melayangkan jari nya ke wajah Nadilla.
"Kau datang ke pesta ini, pasti kau adalah karyawan di kantor ku bukan? lihat aku, lihat! Aku adalah atasan mu, aku rasa aku tidak perlu mengemis meminta kepada mu, ikuti aku anggap lah ini bagian tugas dan perintah dari atasan mu!"
Sejujurnya pria itu hanya mengancam dan asal bicara saja, dia juga tidak tau bahwa Nadilla karyawan nya atau bukan.
Tapi kenyataannya adalah ternyata memang benar Nadilla adalah karyawan di perusahan Real Estate Milik Hadiwinata Corporation itu, yang tidak lain pria itu adalah pimpinan nya,
Hanya saja beda departement dan beda gedung karena itu Nadilla tidak pernah bertemu dengan pria yang mengaku atasan nya itu.
Mendengar ucapan itu seketika Nadilla terkesiap mematung dengan segala kebingunan di kepalanya.
"Apa ni sebenarnya !" bathin Nadilla.
Seakaan tidak punya hati dan tidak memperdulikan kebingunan wanita di hadapan nya, tiba-tiba pria bertubuh kekar yang mengaku atasan nya itu mendekati wajah nya sedekat mungkin.
Cup hmmmmmmmp.
Pria itu melesatkan bibirnya ke milik Nadilla, Nadilla pun mendorong kuat tubuh pria itu.
"Anda sudah tidak waras tuan! Apa yang telah anda lakukan!" sarkas Nadilla terkesiap mendapatkan perlakuan Dimas.
Seketika Dimas menjarakkan tubuhnya.
"Diam lah! aku tidak ingin mendengar apapun penolakan mu, jika tidak aku terpaksa harus memecat mu saat ini juga!" Lelaki itu menatap tajam menusuk ke netra Nadilla.
Seketika Nadilla terbelalak. "Aku di pecat? tapi apa kesalahan ku?" dia terperangah semua hal yang mendadak sangat sulit di cerna olehnya.
Terlintas di kepala Nadilla dia yang sangat membutuhkan pekerjaan, selama ini dari sini lah dia menggantungkan hidupnya sejak orang tua nya meninggal, hidup sebatang kara sudah sangat sulit, apalagi jika di pecat akan bagaimana kehidupanya.
Sekarang tidak mudah mencari pekerjaan dan seperti yang orang tau bekerja diperusahaan Hadiwinta itu sebuah kebanggan untuk siapapun, lalu juga bagaimana Nasib kuliah S2 yang masih di jalaninya jika dia tidak bekerja lagi.
Dimas Malliw Hadiwinata iya itu namanya, dia tidak perduli kebingungan atau penolakan wanita itu, dengan langkah seribu dia menarik tangan Nadilla segera ke arah meja ijab Kabul yang sudah tersedia.
Seketika Tuan dan Nyonya Hadiwinata terkejut melihat anak laki-lakinya membawa wanita lain, bukan Felisha gunawan kekasihnya yang mereka sudah kenal itu
"Dimas apa ini semua? apa yg kau lakukan, Kemana Felisha??" Shock Tuan Hadiwinata sangat marah.
Tanpa berkata-kata Dimas segea memberikan Ponsel nya. "Buka lah pa—ma kalian akan mengetahuinya."
Tidak menunggu Tuan Hadiwinata dan Istri nya segera membuka ponsel yang di beri Dimas lalu memutar video itu.
Felisha : "Iya Mama, Setelah Felly menjadi nyonya muda di keluarga hadiwinata Felly akan memberikan sebagian harta yang Felly dapatkan untuk mu Mama, Felly juga berencana akan mengirim kan ke 2 orang tua yg sok berkuasa itu ke luar negri supaya tidak menggangu kebahagiaan Felly , atau jika tidak akan Felly racuni saja hingga mati, felly muak melihat ibu nya selalu menyuruhku menjadi wanita lembut dan pintar masak ini lah itu lah untuk anak nya"
betapa terkejut nya mereka mendengar rekaman percakapan Felisha ke pada Ibu nya di kamar pengantin yg mereka pesan di Hotel itu.
Seketika Nyonya Hadiwinata terduduk lemas Lutut nya terasa tak bertulang, dia tidak menyangka wanita yg bahkan sudah dia sayangi seperti anak nya sendiri tega berkata dan berniat buruk seperti itu.
"Mama-- " triak Dimas melihat pada Mamanya yang melemas terduduk tak berdaya dilantai.
"Dimas segera kau nikahi wanita yang bersama mu itu! Mama mengenal nya jangan hiraukan mama, Mama baik-baik saja, Nak!" Perintah Mama masih terus memegangi dadanya.
Tuan Hadiwinata pasrah mendengar ucapan istri nya dari pada kegagalan pernikahan akan membuat reputasi perusahan mereka menjadi buruk, dan menikah dengan orang yg salah akan membuat keluarga mereka hancur,
Akan lebih baik berkata bohong kepada tamu undangan, katakan telah terjadi Kesalahan pembuatan nama pada kertas undangan yang sudah tercetak dan tersebar.
"Sah! sah! sah!..." ucap semua orang dan saling berpandangan.
Air mata Nadilla keluar tak tertahankan , pernikahan yang tidak pernah terbayangkan bahkan hingga 1 jam sebelumnya, Nadilla semakin menangis tatkala mengingat Ayah dan ibu yang sudah pergi meninggalkan dia.
"Ibu aku menikah, ibu aku tidak mengerti dengan semua ini, Mengapa dunia mempermainkan ku dalam hitungan yang sangat cepat." lirih nya dalam hati
Sementara Alex dan Mike 2 sahabat Dimas Sedang mengunci Felisha dan Ibunya di Kamar Hotel.
"Receptionist kurang ajar! sedari tadi mereka tidak mengangkat telepon ku!!" Triak Felisha kesal sembari berjalan kesana kemari menghentakkan kaki nya.
"Felly, Mama fikir kita memang sengaja di Kunci" tuduh Mama Felisha berkacak pinggang.
"Apa maksud Mama? bagaimana bisa Mama Mengatakan itu, sialan bahkan Dimas juga tidak mengangkat telpon ku." Felisha menjadi kesal seketika menggengam ponsel nya, melemparkan nya kemudian.
Tak kalah bingungnya dengan Felisha, Mamanya pun sama ia tampak memijat-mijat pelan dahinya berjalan kesana dan kesini tak terarah.
"Harus nya kau sudah selesai mengucap janji pernikahan di samping Dimas saat ini!"
"Lalu kita haru bagaimana ma, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Felisha semakin berjalan tak terarah.
Sementara diluar Alex dan mike terus Berjaga-jaga, menunggu Ijab kabul selesai, tidak lama mereka pun di beritahu bahwa prosesi ijab kabul sudah selesai.
Akhirnya mereka pun memberikan tugas ke Security Hotel. "Bereskan mereka! buka pintu ini setelah acara di bawah benar-benar selesai!" Perintah Mike kemudian.
"Baik tuan!!" dua orang penjaga menjawab serentak.
Alex dan Mike turun ke bawah untuk menemui Dimas dan tertawa tak kalah melihat Dimas sudah menggandeng wanita cantik yang tertunduk menekukan wajahnya
Dimas menyadari kehadiran Mike dan Alex sahabat nya, "Sudah kalian aman kan dua wanita ular itu?" ujarnya mendekat.
"Sudah, kau berhutang pada aku dan Alex, kami sudah menyelamatkan hidup mu, kali ini!" ucap Mike bersedekap dada mentertawakan nasib buruk Dimas hari ini
Alex menatap erat wanita yang tertunduk di sebelah Dimas. "Siapa wanita itu?"
memandangi dari atas hingga ke bawah wanita dengan paras yang sangat cantik kulit bersih terawat.
Nadilla tertunduk ketakutan dengan satu tangan meremasi gaun sederhana yang ia gunakan, juga menahan kuat air mata nya untuk tak lolos di hadapan mereka
Dimas menyerngitkan dahinya seraya mengendik
"Entah lah, aku juga tidak tak pasti baru saja aku temukan 30 menit lalu."
Alex menyimpul cibiran, "Kau sudah tidak waras pacaran 2 tahun, tapi menikah semudah itu dengan wanita yang sama sekali tidak kau kenal ck!!" kelakar Alexander.
"Tapi kurasa Ibu ku mengenalnya."
Alex menepuk pundak Dimas lagi-lagi mentertawakan nya, "Ku harap dia bukan wanita ular seperti Felisha dan ibunya."
Dimas pun ikut tergelak menatap pada kedua sahabat nya, "Aku tidak perduli siapapun dia , bukan kan setelah ini dia tetap buka siapa-siapa bagi ku, aku juga kan meninggalkannya setelah acara ini mana mungkin aku hidup nersama orang yang bahkan sama sekali tidak ku kenal, bukan!"
Nyonya Hadiwinata datang seketika menolak Kepala Dimas kuat, setelah mendengar ucapan buruk anaknya itu.
"Apa kata mu? anak kurang ajar, bawa dia pulang, dia sudah kau nikahi, Jangan seenak kepala mu saja!" pekik Nyonya Hadiwinata memekak telinga anak yang di hadapan nya.
Dimas mengusap telinganya, Mama tidak bisa di lawan apapun keadaannya.
Di sisi lain Nadilla terlihat tertunduk dan terisak tanpa suara, sangat sakit di hati nya mendengar perkataan Dimas tadi.
Nyonya Hadiwinata melihat dia yang menangis kemudian berjalan ke arah Nadilla perlahan memeluk nya.
"Jangan menangis cantik, maafkan saya atas ucapan Dimas anak saya, saya yakin Dimas akan menyesali ucapannya nanti," ucap wanita itu lembut menenangkan Nadilla.
anyonya Hadiwinta mengenal Nadilla dia adalah staff marketing di perusahaan real estate milik anaknya itu, Nadilla pernah membantu Nyonya Hadiwinata membagikan donasi ke yayasan yang Nadilla sering datangi.
Hampir pukul 21 malam acara berangsur selesai, satu persatu tamu tampak meninggalkan tempat acara, begitu juga Tuan dan Nyonya Hadiwinata.
Di tempat lain, Dimas tampak menelpon asisten pribadi nya."Frans bawa wanita yang sudah ku nikahi tadi Pulang!"
"Ke rumah Nyonya?"
"Jangan! bawa saja dia ke Appartement ku"
"Baik Boss!"
Dimas sengaja membawa Nadilla ke Appartement miliknya, hal yang tak mungkin membawa nya ke rumah Mama bisa jadi masalah besar di sana, pasti Nyonya Hadiwinata Mama nya bisa memarahi nya sepanjang hari atas atas apapun perlakuannya nanti di rumah.
Mike berjalan ke arah Dimas setelah melihat sahabat nya itu terlihat kebingungan.
"Ada apa? apa yang akan kan kau lakukan akan kau bawa kemana wanita itu." tanya Mike.
Dimas meraup wajahnya membuang nafas nya susah payah, "Entah lah, mungkin aku akan membawanya ke Appartement ku dulu sebelum menceraikannya."
Mike menyeringai menaikan ujung bibirnya
"Kau memang tetap pria tidak punya hati, bagaimana bisa kau melakukan itu kepada seorang gadis yang tidak bersalah..." Mike menggeleng memukul kuat pundak sahabatnya itu.
Dimas tidak mengindahkan kan lagi, tidak ingin menggubris ucapan sahabatnya itu.
Malam sudah semakin larut, Dimas,Alex dan Mike melajukan mobil mereka meninggalakan hotel tempat perhelatan Dimas itu untuk menuju ke sebuah klub malam yang sangat terkenal di kota itu kemudian, semua berjalan seperti biasa seakan tidak ada hal apapun yang terjadi hari ini.
TBC.
❤Bisa lanjut kak, saya harap bersedia memberikan like, comment , dukungan nya.
(TOLONG KASIH TAU JIKA NEMU TYP0 🙏)
Nadilla sampai ke sebuah Appartement super Mewah yang terletak di tengah kota itu.
Assisten Dimas yang menghantarkannya kesana, sampailah ia di pintu depan sebuah unit Appartement mewah itu tanpa di perintah Assisten Dimas itu segera membukakan pintu untuk nya.
"Silahkan masuk nona!" perintah Frans tangannya mengarahkan Nadilla untuk masuk.
"Kau bisa pergi, aku akan masuk sendiri..."
"Baik nona..." Assisten Dimas pun berlalu pergi meninggalkanya mempercayai istri bosnya itu akan masuk sendiri ke dalam Appartement itu.
Alih-alih masuk ke Appartemen itu, malah yang terjadi sebalik nya, Nadilla memilih Pulang ke rumah nya menggunakan taxi online yang ia pesan.
Tidak terlalu lama Nadilla pun sampai di rumahnya rumah sederhana peninggalan orang tua nya, rumah yang tidak terlalu besar tapi begitu sangat menenangkan untuknya, Nadilla pun akhirnya bisa merebahkan tubuh ke Sofa melepaskan semua kepenatan yang hari ini dia rasa.
"Tuhan, apa aku sedang bermimpi, laki-laki Kurang ajar yang mengambil ciuman ku, lalu seketika ia menikahiku, apa ini Tuhan? kenapa terjadi padaku, Kenapa dunia sangat tidak adil kepadaku?"
Nadilla menangis sejadi-jadinya sampai kelelahan dan membuat nya ketiduran.
...***...
Di Ballroom hotel.
Felisha Dan Mama nya berlari Ke Ballroom, netra mereka terbelalak terpampang begitu jelas sepertinya acara pernikahan sudah selesai, beberapa orang sedang tampak sibuk mengemasi semuanya.
Felisha mencari seseorang yang tidak lain adalah Dimas."Dimas, Dimas Apa apan ini?" Ia menyapu netra nya ke seluruh penjuru ruangan.
"Apakah Pernikahan ku di tunda? Atau jangan-jangan di Ba–Batalkan"
"Tidak, tidak sayang tidak, Mama rasa Dimas sedang memberi kejutan untuk mu" ucap wanita tua itu mencoba menenangkan anak nya.
"Ma, apa aku gagal menjadi Nona muda Hadiwinata, Ma...konsep pernikahan ku selesai mereka sudah mengemasinya" Felisha melemah ia terduduk dan jatuh tidak begitu tidak mempercayai hal buruk baru saja terjadi.
Ibu Felisha mengayunkan langkah lnya ketempat lain ia pun bertanya kepada salah satu orang yang sedang membereskan tempat ini.
"Apakah Acara ini di batalkan?"
Wanita bagian dari team wedding oraganizer itu pun terkesiap mendapati pertanyaan itu, "Maaf Nyonya acara sudah selesai, bukan di batalkan"
"Tapi mempelai wanita nya?"pastikan ibu Felisha lagi menunjuk pada anaknya.
"Dia sangat cantik Nyonya cocok Sekali bersanding Bersama Dimas Hadiwinata"
"Apa, Apa...?" Felisha shock lalu bangkit."Bagaimana bisa, siapa yang berani menggantikan posisiku?"
"Apa yang Mama fikirkan ternyata benar, mereka sengaja mengurung kita sayang!" wajah Mama Felisha memerah seketika, dadanya sesak menahan kekesalan atas batal nya pernikahan anak kesayangannya.
Tidak tahan lagi akhirnya Felisha pun menangis sejadi-jadinya , Mama pun berusaha memeluk untuk menenangkan nya.
Namun sampai sekarang Felisha dan ibu nya belum menyadari apa yang sebenar nya telah terjadi hingga pembatalan pernikahan terjadi secepat ini.
...***...
Di tempat lain.
Dimas pulang ke Appartementnya dalam Keadaan Mabuk parah karena ternyata wanita yang di cintainya tidak lain adalah ular berbisa, Dia langsung membaringkan tubuhnya di kamar, benar-benar melupakan apapun yg telah terjadi hari ini.
Pagi hari...
Di kamar yang begitu gelap tanpa pencahayaan, ponsel milik Dimas berdering tak berhenti sampai lah di panggilan ke 13 Dimas baru bergerak untuj mengakatnya dengan satu tangan terjulur malas, ia mengerjabkan matanya melihat pada layar yang menampilkan nama kontak ternyata yang memamggil nya. 'Mama'
"Ya Ma, Hallo kenapa sih pagi-pagi sudah mengganggu ku!!"
"Pagi kata mu, Ini sudah jam 11 siang, Dimana istrimu? Tanya wanita di ponsel itu
"istri?" Dimas mengusap kepalanya masih ia belum mendapatkan ingatannya, sedikit lama dia berusaha mencerna ucapan ibu nya itu "Oh iyaa ada dia sedang mandi ma.." ujar Dimas mencoba untuk duduk.
Nyonya Hadinata tau pasti Dimas berbohong, membiarkan tanpa memperpanjang nya.
"Baiklah, jika terjadi sesuatu ke padanya mama akan menggantung mu!" ancam wanita paruh baya itu.
"Iya ma,iya-iya!"
tit...
Dimas mematikan panggilan nya, mulai memeriksa pemberitahuan yang masuk ke ponsel begitu banyak pesan dan panggilan dari Felisha dan Mamanya, dan perlahan kini Dimas mulai mendapatkan ingatannya, Felisha yang ternyata ular dan juga dia baru ingat dengan seorang wanita yang sudah di nikahi nya tadi malam.
"Frans kau di mana!" panggil Dimas.
Frans langsung masuk ke kamar Dimas.
"Dimana Wanita itu?"
"Di—di kemarin saya sudah mengantarkannya ke Sini Tuan" jawab nya terbata.
Tapi kenyataan wanita itu tidak ada, Dimas dan Frans pun akhirnya mencari wanita itu di semua sisi ruang dalam Appartement, membuka semua pintu dan benar Nadilla tidak ada.
"Kenapa kali ini kau ceroboh Frans, cari dia sampai dapat!"
Frans pun mengiyakan dan pergi meninggalkan Dimas untuk segera mencari wanita yang sudah di nikahi Bos nya itu.
...***...
Hari ini Dimas tidak ke kantor, merasa sangat malas untuk melakukan apapun, pernikahan yang di impikannya gagal bersama wanita yang di cintainya, semuanya hancur dan sangat amat mengecewakan.
Di dalam kamarnya ia tampak bermalas-malasan memutar film yang sebenarnya tidak di tonton, membuka tutup komputer lipatnya dia kini tampak seperti orang putus asa.
Tiba-tiba ponsel Dimas berdering, Frans menelpon, Dimas yang masih bermalas-malasan pun langsung mengangkat ponsel
Frans memberi tau, wanita yang di nikahi nya, Pulang kerumah miliknya dan pergi bekerja seperti biasa.
"Dia ke Kantor? berani sekali dia, apa dia mau membuat ku malu, apakah dia tidak malu pasti semua orang sedang menceritakan tentang dia sekarang" kesal Dimas, perlahan bangkit dari duduk.
"Tidak akan ada yang berani membahas apapun di sini jika itu tentang anda tuan" jelas Frans kemudian.
"Baiklah, hantarkan aku ke sana sekarang!"
Tidak membutuhkan waktu yang lama, 1 jam berlalu sampailah Dimas di kantor, Dimas dan assistennya itu memasuki gedung sebelah yang sebenarnya jarang sekali mereka datangi, hanya staff marketing biasa saja yang ada di sana.
Memang benar kata Frans, di kantor terlihat biasa saja, mereka mungkin takut untuk membahas pernikahan Dimas dan Nadilla yang hanya di hadiri oleh segelintir orang, hanya ada beberapa mata saja yang menatap Nadilla aneh, mereka lah yang mendapat kesempatan datang di acara privat party pernikahan itu dan mereka lah yang tidak menyangka CEO di perusahaan itu menikahi bawahannya, ya hanya segelintir di perusahaan itu yang tau, karena berita pernikahan pun sengaja tidak di umum kan ke publik.
Nadilla tampak sibuk didepan Komputernya, terkadang menggaruk pipi yang tidak gatal atau mengusap rambutnya.
Dimas pun sampai di ruangan khusus staff bawahan itu, ruangan yang penuh dengan Karyawan dan hanya di sekat-sekat oleh dinding kaca.
Semua karyawan tampak mengenal dia, beda dengan Nadilla yang tidak terlalu mengenal selain namanya saja, dan sebuah bukan hal yang tabu yang nama nya CEO pasti menjadi idola apa lagi bersetatus lajang, akan tetapi tidak dengan Nadilla yang tujuan bekerja hanya untuk mendapatkan gaji, penyambung hidup dan menghasilkan pundi-pundi.
Beberapa orang tampak menyapa Dimas, lelaki itu pun menoleh sekilas memberikan senyuman tipis dan sedikit anggukan tanpa menyurutkan langkah dan akhirnya tidak lama sampai lah Dimas di ruangan Nadilla itu.
ia memberhentikan langkahnya tepat di belakang Nadilla tanpa ia sadari karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya, tidak lama kemudian lelaki itu melangkah lagi tepat di sebelah Nadilla, sampai saat ini Nadilla masih juga tidak menyadari beberapa menit sudah Dimas berdiam terus memperhatikan Nadilla dan apa yang di kerjakannya
Hingga beberapa menit selanjutnya Dimas mulai menyeringai wanita ini benar-benar serius dalam bekerja, ia pun mulai mendekat pada tengkuk Nadilla dan berbisik. "Ikuti aku! jika kau tidak mau, aku akan segera memecat mu dan membuat mu menjadi kepingan tidak berharga!" kecamnya menekankan pengintonasiannya.
Jantung Nadilla benar-benar terkesiap berpacu sangat kencang mendengar suara itu, sebuah bisikan yang begitu sangat tajam, darahnya pun berdesir cepat,"Ya Tuhan Apa lagi yang pria otoriter ini Inginkan" bathinnya menyadari suara lelaki yang semalam menikahinya.
"Apa kau tuli..? "cerca lelaki itu
"Ba —Baik Tuan" Jawab nya Ketakutan
Nadilla pun menuruti, kedua nya pun berjalan beriringan dengan Frans di belakangnya.
Nadilla sangat ketakutan, dia pasrah tetap menurut kemana langakah itu membawa nya pergi.
Dan tidak lama sampai lah mereka kedalam kubikel lift menuju kelantai di mana ruangan Dimas berada, dan beberapa menit kemudian mereka pun masuk ke ruangan kebesaran Dimas yang sangat mewah itu, ruangan dengan pusat kota sebagai pemandangan nya.
"Duduk!" Perintah Dimas yang juga perlahan menjatuhkan diri nya di kursi kebesaran nya itu.
Nadilla duduk dengan ragu di hadapan Dimas, menatap penuh selidik pada lelaki yang tidak lain adalah atasannya dan tidak bisa di pungkiri juga sudah menjadi suaminya
Dimas melihat Nadilla dari atas hingga ke bagian yang masih di jangkau nya, wanita cantik,rambut di gulung rapi, kulit bersih, hidung mancung, bibir pink sangat menggoda, Dimas teringat bibir itu kemarin sempat dia cium untuk membuat Nadilla diam.
"Apa yang anda mau, cepat katakan! saya akan segera pulang" Nadilla Kesal
mengingat sudah sore dia akan pergi ke kampus.
Dimas menaikan ujung bibirnya.
"Berani sekali kau membentakku!" ujar nya menatap penuh ejekan.
"Berani? Bukan kah anda yang lebih berani Tuan, Dengan segala kekuasan anda, Anda berani mengancam saya, anda berani mencium saya lalu menikahi saya, sekali lagi saya katakan cepat, katakan apa yang anda mau? saya sudah tidak tahan lagi dengan semua ini" Nadilla menatap kesal penuh kebencian kepada lelaki di hadapan nya itu.
Dimas malah tersenyum, bukannya marah.
"Kau benar-benar pemberani teryata, tunggu lah Ini baru permulaan!" ujar nya bangkit dari duduk melemparkan smirk menyebalkannya ke arah Nadilla
"Terserah!" balas Nadilla acuh memutar bola matanya jengah.
"Aku ada sesuatu untuk mu!" ujar Dimas tangannya terlihat bergerak meraih sesuatu.
Nadilla membulatkan netranya menatap tajam Dimas, menenunggu apa yang akan di lakukan lelaki itu, Dimas pun lalu mengambil sebuah map di atas meja nya, seketika melemparkan benda itu ke hadapan Nadilla, "Bacalah!" perintah nya.
Nadilla tampak ragu, namu karena tidak ingin mengulur waktu ia pun segera membuka map yang di lemparkan Dimas itu, sebuah perjanjian?
"Kontrak perjanjian" baca Nadilla judul besar yang tertulis di sana, Dimas teresenyum melihat ekpresi Nadilla, harus menjadi istri nya Selama 6 bulan ke depan dan bersikap seolah adalah pasangan suami Istri sungguhan di depan mantan kekasih dan juga Ibunya.
"Apa kau gila tuan Dimas yang terhormat ckck!!" Nadilla tertawa dan meletakan kembali surat perjanjian itu.
"Lakukan atau aku akan segera memecat mu, dan membuat hidup mu hancur tak bersisa..." ujarnya membidik tajam ke netra Nadilla.
"Laki-laki sialan, kau selalu saja mengancam dengan kekuasaan mu.." gumamnya mengambil surat perjanjian itu mulai membuka lembaran nya.
Nadilla membulatkan matanya ke arah Dimas
"Apa kau sudah tidak waras? aku harus tinggal bersama mu, yang benar saja!" Nadila berdecak kesal seperti tidak percaya.
Dimas menaikan ujung bibir nya.
"Jika kau masih ingin berkerja lakukan,
aku hanya menyuruh mu tinggal, bukan tidur-- atau melayani ku, aku juga tidak akan Menggangu privasi mu, apapun tentang mu dan yang kau lakukan aku tidak perduli, yang penting ibu ku harus tau aku melakukan hal baik kepada istriku dan juga kau akan berakting di depan mantan kekasih ku seolah kita benar menjalani kehidupan indah pernikahan, itu saja!"
Nadilla mengela nafasnya susah payah.
"6 Bulan? itu waktu yg cukup lama, bagaimana bisa selama itu, kau benar-benar sudah tidak waras!"
"Frans, pecat wanita pembangkang ini" pekik Dimas kepada assistantnya.
"Sialan, Aaaaaaaaa, baiklah aku mau!" triak Nadilla seketika "Aku akan melakukan nya!" ujar Nadilla pasrah.
Dimas tersenyum penuh kemenangan, menyandarkan kembali tubuh nya ke headboard kursinya.
Nadilla pun kembali berkutat dengan fikirannya, berkali-kali membalik surat perjanjian, "Apa yang di untungkan dengan ini". Bathin Nadilla.
Dimas berdehem seolah paham yang di fikir kan Nadilla , menatap lekat ke pada wanita di depan nya. "Kau jangan khawatir aku juga akan membayar mu 10x lipat dari gaji mu yang biasa" ucapnya masih mengembangkan senyuman nya begitu sangat puat mendapati kekesalan Nadilla.
Nadilla acuh membuang nafas nya kasar.
"Ini bukan tentang pembayaran saja tapi juga harga diri dan kehidupan ku, rasanya ingin berteriak memaki mu dan melemparkan sepatu ini ke wajah mu itu, Tuan Monster!" umpatnya.
To be continue »
1 Minggu Setelah Pernikahan.
Tidak ada hal yang special setelah pernikahan, tidak ada yang terjadi sejak Nadilla sudah menyetujuan perjanjian itu dan tinggal besama Dimas, semua berjalan seperti biasa saja dan tidak ada yang berubah dalam hal apapun itu.
Hari ini seperti biasa,Dimas pulang kerumahnya bersama Frans asisten pribadinya, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan satu tangan mulai melonggarkan dasi yang menyimpul di lehernya.
"Frans kau boleh pulang aku akan beristirahat!" ujar nya dengan netra melihat pada alrloji mahal di tangan nya yang udah menunjukan pukul 8 malam.
"Baik tuan!" sahut Frans dengan senang hati tidak mendapatkan perintah-perintah tambahan dan aneh-aneh Dimas malam ini.
Dimas pun memutuskan masuk ke kamar nya, tiba-tiba dia ia mengingat sesuatu, "Nadilla?kemana wanita itu?" selidik Dimas mengedarkan netranya keseluruh penjuru Appartement.
Dimas yang sudah masuk ke dalam kamar pun memutuskan untuk keluar lagi mengayunkan langkah nya menuju ke dapur mencari Nadilla, netranya mengedar menyapu kesekitar tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda Nadilla di sana.
"Sepertinya dia tidak di Appartement, Hah buat apa aku mencarinya" Dimas mengusap tengkuknya mentertawai diri nya sendiri.
Tidak lama suara bel terdengar berbunyi, Dimas berjalan ke arah pintu melihat ke layar di belakang pintu, dia berfikir itu adalah Nadilla tapi salah yang datang bukan Nadilla melainkan mantan kekasihnya.
"Felly!"...ucap nya tidak percaya.
"Dimas buka pintunya! aku tau kau di dalam, aku sudah menunggu mu di bawah sedari tadi! Dimas...cepat buka!" Pekik Felisha dengan kuatnya.
Dengan malas Dimas pun membuka pintu menatap sengit kepada wanita di hadapannya.
"Apa lagi! Apa lagi yang kau inginkan, wanita ular!" sarkasnya.
Felisha melangkah mendekati Dimas.
"Sayang apa maksud mu..?" ia mendekatkan jaraknya akan memeluk Dimas.
"Mundur dan menjauhlah dari ku, jangan berlagak manis lagi wanita ular!" sarkas Dimas menajam.
"Sayang aku merindukan mu, ada apa dengan mu sayang" Felisha semakin mendekatkan diri nya.
Dimas menjarak bergeser semakin jauh, satu tangan segera mengeluarkan ponsel dari saku nya, lalu memutar video yang tak sengaja terekam waktu ponsel nya tertinggal di kamar pengantin saat itu.
Felisha terdiam sesaat, mencerna perlahan melampirkan manik kebingungan telah tertangkap telak.
"Kau sudah mendengarnya, bukan?"
Terbesit kekecewaan oleh Dimas dengan dua tahun yang pernah berjalan, namun dia puas terlebih sudah memutuskan semuanya.
"Ti—tidak ini bukan aku , tidak Sayang tidak seperti itu , Aku hanya--"
Dimas menggeram tertahan rahangnya menegak sempurna, secepatnya dia menarik Felisha untuk keluar, "Pergi! Aku tidak ingin mendengar alasan apapun jangan datang dan mengganggu kehidupan ku lagi, aku sudah menikahi wanita yang lebih baik berkali-kali lipat dari mu!"
Felisha menyeringai. "Kau berbohong Dimas, kau berbohong aku tau mana ada wanita lain yang kau cintai apa lagi sampai kau nikahi selain aku"
"Haha...Wanita ular apa kau tidak tahu malu dengan ucapan mu? Apa perlu aku panggilkan security untuk menyeret mu?"
Melampirkan tatapan sengit Felisha pun menyeringai "Kau tega Dimas, baik lah jika benar kau sudah menikah perlihatkan kepadaku wanita itu kepada ku!!!"
Dimas panik bergumam dalam hati kemana wanita sialan itu aku sedang membutuhkan nya.
Persekian detik terdengar oleh Dimas suara derap langkah orang akan masuk dari arah pintu, ya Frans bersama Nadilla datang entah dari Mana.
"Tuan boleh saya pulang? saya sudah menjemput istri anda..."
Dimas seperti paham Frans sedang menjalankan peran nya, "Tunggu sebentar Frans!" titahnya.
Dimas pun membawa Nadilla yang masih berdiri di pintu ke dalam dekapannya. "Sayang kau sudah pulang, kau terlihat lelah." ia memberi sebuah kecupan di puncak kepala Nadilla.
Nadilla Kebingungan, Tapi akhirnya dia cepat mengerti. "Hemm wanita ini mungkin kekasih nya" ujar Nadilla dalam hati.
Mendapatkan manik kesal Felisha, Dimas hampir saja tergelak namun dia menahannya. "Baik lah nona Felisha jika kau sudah tidak ada kepentingan, boleh pergi sekarang tinggalkan kami kau hanya akan membuat kami tidak nyaman." Dimas pun mempererat pelukanya lada Nadilla.
Nadilla mendadak jijik mendengar ucapan Dimas "Iyekkkk ingin muntah! "
Nadilla pun melepaskan pelukan Dimas dan memberikan senyuman ke Felisha untuk meyakinkan Felisha tentang hubungan mereka.
"Wanita sialan! berani nya kalian mempermainkanku!" kesal Felisha menatap sengit dan berlalu.
Dimas pun tergelak penuh kemenangan mengayunkan langkahnya mendekat Frans yang ke ruang tengah.
"Frans bagaimana kau bisa membawa wanita tidak waras ini?" tanya Dimas masih dengan wajah yang sangat puas berjalan ke arah ruang tengah.
"Tadi saya melihat Nona Felly di bawah , seperti nya dia akan menemui anda tuan, saya langsung menjemput nona muda dari kampus, kebetulan kampus nya tidak jauh dari sini" jawab frans sembari duduk di sofa menyusul Dimas.
"Baiklah kau memang terbaik Frans haha " Dimas tertawa puas.
"Arggggh ..Kalian merusak mata kuliah ku" pekik Nadilla kesal segera masuk melangkah ke dalam kamar nya.
...***...
Ke Esokan harinya.
Minggu pagi Dimas tidak berangkat ke Kantor , Seperti biasa setelah mandi Dimas keluar dari kamarnya membawa laptopnya melangkah ke ruang tengah untuk memeriksa pekerjaan di sana, Dimas terlihat sangat tampan walau hanya menggunakan boxer dan baju kaus hitam yang memperjelas tubuh bidang nya.
Ruang tengah berhadapan dengan dapur
Saat itu Nadilla tidak tau jika Dimas libur juga ,
Nadilla yang baru selesai mandi keluar dari kamar nya menuju ke dapur.
Hanya mengenakan tanktop hitam dengan belahan di dada nya membuat nya tampak Menggoda dan hotpants putih, rambut di Ikat tinggi.
Dimas menatap Nadilla di dapur dengan tak berkedip. "Sialan, apa yang di lakukan dia di sana, apa dia ingin memancing ku.. " kesal Dimas yang mata nya tak luput memandang ke arah dapur.
Tahan Dimas ..Tahan..ucap nya pada diri nya sendiri.
Namun Nadilla sangat lama di sana, Dimas serasa semakin terpancing.
Dan setan jahat tiba-tiba muncul di kepala Dimas, dia istri mu dia sah kau nikahi secara agama dan negara, jadi tidak ada salahnya, Dimas yang seakan terpancing melangkahkan kaki nya ke dapur.
Nadilla membulat kan matanya shock seketika atas kehadiran Dimas di sana, "Apa yg kau lakukan!" Nadilla menatap awas melihat Dimas yang sudah menatapnya seperti santapan lezat.
Nadilla memundurkan langkahnya,pria itu tidak lagi peduli dia semakin mendekatkan tubuhnya ke Nadilla semakin dekat, semakin dekat, hingga tubuh Nadilla seketika berhenti punggungnya sudah menempel dan lekat pada tembok.
"Dimas kau gila ini tidak ada dalam perjanjian" cercanya masih memegangi segelas jus di tangan.
Dimas sudah tidak perduli lagi, naluri laki-lakinya keluar di tambah aroma sabun mandi di tubuh Nadilla yang menusuk ke relung paru-paru nya membuat Dimas semakin gila.
Kini dia mendekap tubuh Nadilla berhadapan langsung gelas jus yang Nadilla pegang pun terjatuh, Dimas tidak perduli terus melahap Bibir pink Nadilla.
Cup
Wanita itu menolak tapi rasanya ia ingin bertahan, tubuhnya tidak berjalan sesuai keinginan semakin dalam Dimas menciumi nya,
Tangannya mulai meraba-raba aset kembar milik Nadilla mulai menggenggaminya kini ia pun mulai pindah ke bawah ke bagian celana, wanita itu, Nadilla gelagapan semakin tak tahan. "Dimas Lepaskan aku!"
Nadilla hampir terlena, namun tiba-tiba ia ingat sesuatu "Pernikahan ini hanya pura-pura .." Nadilla pun segera mendorong Dimas kuat dan terlepas.
Nadilla sebenarnya menikmati lagi pula Dimas telah menikahinya, tapi dia mencoba sadar Aku hanya pelampiasan.
Nadilla yang sudah berantakan dan terlepas dari dekapan dan naluri setan Dimas pun pergi masuk ke kamarnya.
Dimas berdecak kesal dan malu atas perbuatannya, mengacak rambutnya kasar."Ahh sial apa yang ku lakulan? Kenapa begitu cepat aku tertarik padanya!"
Dengan merasa aneh Dimas masuk berjalan masuk ke kamar mengganti bajunya sangat rapi setelan kemeja dengan celana jeans dia akan keluar Appartement dia merasa malu dengan sikapnya tadi.
Sebelum keluar Dimas sempat menatap ke kamar Nadilla lalu pergi keluar Appartement nya sendirian.
Lain halnya dengan Nadilla dia terisak di tempat tidur nya "Kenapa takdir sebercanda ini, Hidup ku semakin hari semakin tidak bisa ku mengerti" Hikzzz Hikzzzzz
To be continue »
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!