NovelToon NovelToon

Mencintai Saudara Tiri

Chapter 1

Aku tak menyangka setelah Ayah meninggal sikap Ibu berubah, dulu Ibu sangat menyayangiku namun sekarang kasih sayangnya telah hilang seperti di telan bumi.

Ibu tak pernah bersikap baik padaku lagi, Ibu selalu memarahiku jika aku tak sesuai dengan keinginannya dan aku hanya bisa sabar dengan sikap Ibu yang selalu menyakiti hatiku.

Namun ada yang lebih sakit lagi dari itu, Ibu akan menikah lagi dengan seorang pria yang bernama Louis padahal Ayah belum lama meninggal tapi secepat ini Ibu melupakan ayah dan akan segera menikah dengan pria yang dicintainya.

Aku sempat menolak keinginan Ibu, akan tetapi aku tak bisa melarangnya karena ini juga demi kebahagiaan ibu dan aku hanya bisa merelakannya dengan ikhlas.

***

Hari ini Ibu dan om Louis sudah SAH menjadi suami istri dan aku harus ikut Ibu pindah ke rumah om Louis, sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan rumah ini karena banyak kenangan bersama Ayah.

Akan tetapi Ibu terus memaksaku membuatku pasrah harus menerima keinginannya.

"Kanaya kamu harus ikut bersama kami, biar kamu nyaman tinggal disana. Tenang saja rumah ini akan selalu terawat karena Ayah sudah memperkerjakan seseorang," Ujar om Louis membuat hatiku bahagia, aku tak menyangka ternyata ayah angkatku sangat baik.

"Iya om, em maksudku Ayah."

"Ya sudah kalau semuanya sudah selesai mari kita berangkat sekarang." Ujarnya lagi.

"Iya mas," Kata Ibu.

Kemudian Ibu menggandeng Ayah angkatku dengan mesra menuju mobilnya, aku pun mengikutinya dari belakang.

"Wah mobilnya sangat mewah,"

"Apa kamu menyukainya,"

"Tentu saja mas, karena sebelumnya aku belum pernah merasakan naik mobil mewah hehe." Ujar Ibu.

"Ini mobil untukmu, hadiah dariku."

"Kamu serius mas?" Ku lihat ibu sangat bahagia dengan kemewahan yang diberikan Ayah angkatku, aku hanya bisa menyaksikannya bagaimana pun aku lebih suka hidup sederhana bersama Ayah.

"Aku serius Atika, nanti akan ada kejutan lagi untukmu."

"Apa itu mas?"

"Nanti juga kau akan tahu." Mereka berdua tertawa bahagia tetapi tidak denganku yang masih belum bisa melupakan kenangan dengan Ayah.

Sesampainya disana aku sangat takjub dengan rumah mewah milik Ayah angkatku, Ibu juga tak kalah takjub melihatnya.

"Mas apa benar ini rumah kita."

"Ya ini rumah kita, rumah bersama." Lalu kemudian kami masuk kedalam disambut oleh para pelayan dengan hormat, membuatku semakin takjub melihatnya.

Namun hanya ada satu orang pria duduk dengan santai tanpa menyambut kedatangan kami.

"Rupanya sekarang Ayah membawa wanita miskin itu kesini." Ujar seorang pria dengan sombongnya.

"Jaga mulut mu Arkan, kau harus menghormati Ibu dan Adikmu."

"Apa? Ibu dan Adik. Hahaha sampai kapan pun aku tak ingin mengakui mereka sebagai Ibu dan Adikku."

Sekarang aku tahu siapa pria yang ada didepan ku, dia adalah Arkan anak dari Ayah angkatku. Tapi kenapa ia sangat sombong sekali tak seperti Ayahnya?

"Jaga bicaramu Arkan, Ayah tak suka dengan ucapanmu yang seperti itu." Tegasnya.

"Maafkan suamiku Ayah, Kalau begitu Ayah dan Ibu silahkan istirahat dulu." Ujar seorang wanita yang berada disamping Arkan.

"Ayah siapa wanita itu?" tanyaku penasaran.

"Dia istrinya Arkan namanya Ana, mereka sudah menikah 3 tahun yang lalu."

Kemudian pelayan membawa koperku ke kamar yang dekat dengan dapur, ruangannya sangat luas dan juga rapih begitupun dengan tempat tidur king size.

"Nona ini tempat tidurmu, tuan Louis yang sudah menyiapkan tempat tidurmu disini."

"Terima kasih bi."

"Sama sama nona, selamat istirahat."

Baru saja aku ingin merebahkan tubuhku namun aku dikagetkan dengan kakak tiriku yang berdiri diambang pintu dengan melipat tangannya di dada.

"Enak ya tinggal disini dengan nyaman, harusnya kau tidur dikamar pelayan. Kau tak pantas tidur diruangan yang mewah ini."

"Maaf kak, tapi Ayah yang menyuruhku untuk menempati ruangan ini."

"Cih rupanya kau dan Ibumu sangat pintar sekali merayu Ayahku, dasar miskin kampungan rupanya kalian menginginkan harta Ayahku." Ucapannya membuatku ingin marah, namun sebisa mungkin ku pendam agar tidak ada keributan dirumah ini.

"Lebih baik kau jadi pelayan saja disini, sangat tidak pantas orang miskin jadi tuan rumah." Sambungnya lagi.

Aku hanya bisa mengelus dadaku dengan sabar menghadapi sikap pria sombong dan angkuh.

Chapter 2

Arkana Pratama pria yang berusia 27 tahun, dia adalah anak tunggal dari Louis, setelah menikah dengan Ana ia di angkat sebagai CEO di perusahaan ayahnya. Arkana sudah lama ia ditinggalkan oleh ibunya sejak ia duduk dibangku sekolah, oleh karena itu ia sangat tidak setuju ayahnya menikah lagi dengan Atika Ibu dari Kanaya.

Kanaya yang sedang sibuk menata buku buku untuk kuliahnya, tiba tiba Louis Ayah angkatnya memanggil Kanaya untuk sarapan pagi bersama.

"Kanaya apa kau sudah selesai,"

"Eh Ayah, sejak kapan ayah berada disana."

"Baru saja, Ayah hanya ingin mengajakmu sarapan pagi."

"Baik Ayah, aku akan segera kesana." Kanaya pun tak percaya dengan sikap Ayah angkatnya yang baik dan selalu mengingatkannya dari pada Atika ibu kandung Kanaya yang tak peduli padanya.

Kanaya pun duduk dimeja makan di samping Ibunya, namun ia tak sengaja melirik pada Kakak tirinya yang tersenyum padanya.

"Kenapa sangat menakutkan." Ucapnya dalam hati, ia mulai tak enak dengan tatapan Arkan padanya.

"Nanti setelah sarapan jangan dulu kembali, ada yang ingin Ayah bicarakan pada kalian semua."

"Baik Ayah," Ujar Arkan dan juga Ana istrinya.

Setelah sarapan mereka semua masih duduk menunggu apa yang ingin disampaikan oleh Louis.

"Begini, Ayah dan Ibu kalian akan tinggal di Canada untuk melanjutkan perusahaan disana, jadi Ayah minta pada kalian untuk menjaga Kanaya disini karena dia masih muda dan masih kuliah."

"Apa Ayah akan lama disana?" Ujar Kanaya, ia tak ingin dirumah megah ini sendirian karena ia takut dengan sikap Kakak tirinya yang tak menyukainya.

"Sekitar satu tahun Ayah akan tinggal disana."

"Kanaya kamu bisa kan tinggal disini bersama Kakak mu, Ibu harus ikut dengan Ayah mu jadi kamu harus bisa mandiri disini dan jangan merepotkan Kakak mu."

Kanaya hanya bisa mengiyakan keinginan Ibu dan Ayah angkatnya, ia tak bisa berbuat apa apa karena memang inu kepentingan Louis untuk menjalankan perusahaannya di Canada.

"Memangnya Ayah akan pergi kapan?" Tanya Arkan.

"Besok, Ayah sudah memesan tiket pesawatnya,"

"Ayah minta sama kamu agar menjaga Kanaya disini." Sambungnya.

"Baik Ayah, aku akan menjaganya, aku senang kalau dia tinggal disini. Suasana menjadi hangat setelah ada Ibu dan Adik," Ucapnya.

Ana istri dari Arkan pun tak percaya dengan ucapan suaminya, karena ia tahu Arkan tak segampang itu menerima orang lain dirumahnya.

"Mas kamu serius?" Tanya Ana.

"Ya aku serius, memangnya sejak kapan aku suka berbohong."

"Bagus kalau begitu, Ayah sangat senang padamu Arkan. Kamu sudah bisa menerima keluarga baru mu."

"Tentu saja Ayah."

Kanaya melihat senyum dan tatapan Arkan yang tak biasa, ia tak percaya setelah mendengarkan ucapan Arkan.

"Dia bilang menerima keluarga barunya, tapi kenapa semalam dia sangat angkuh dan sombong. Aku jadi tak enak hati dengan perubahan sikapnya." Gumamnya dalam hati Kanaya.

"Ya sudah kalau begitu aku akan berangkat ke kantor dulu," Ujar Arkan.

"Ya silahkan, Ayah minta tolong padamu untuk terus menjalankan perusahaan Pratama group. Jika kamu berhasil maka Ayah akan memberikan perusahaan itu untukmu Arkan."

"Terima kasih Ayah, aku akan giat bekerja agar perusahaan semakin maju." Kemudian Arkan pergi pamit untuk kekantor, sebelum pamit ia selalu memperlakukan istrinya seperti ratu membuat Kanaya tak menyangka dengan tingkah laku Kakak tirinya yang berciuman didepan keluarga tanpa rasa malu.

"Kanaya kamu harap mengerti dengan perilaku Arkan yang seperti itu, Ayah tak bisa mencegahnya karena dia memang keras kepala."

"Tak apa apa mas, namanya juga sudah menikah dan itu sudah biasa bagi pasangan suami istri, yang penting Kanaya bisa mengerti." Ujar Atika.

"Iya mas tahu, tapi seharusnya Arkan tak melakukan itu didepan Kanaya yang masih gadis."

"Sudah biarkan saja mas, biar Kanaya saja yang diberi pengertian." Ujar Atika.

"Kanaya Ayah minta maaf ya, semoga kamu mengerti dengan sikap anak Ayah, kalau dia bersikap seperti itu lagi kamu bisa menghindar darinya."

"Iya Ayah, Kanaya mengerti kok."

"Ya sudah kalau begitu Ayah mau pamit ke kantor dulu, Ayah harus memberitahu karyawan bahwa Ayah akan ke Canada."

"Iya mas hati hati dijalan."

Setelah kepergian Louis, Atika pun menyuruh Kanaya untuk membereskan meja makan dan mencuci piring, padahal Louis sudah memberitahu Atika untuk tidak memperlakukan Kanaya seperti pembantu karena ia sudah menganggap Kanaya sebagai anaknya. Namun Atika tak peduli karena ia sudah menganggap pekerjaan rumah itu tugas Kanaya, begitu juga dengan Kanaya ia tak masalah dengan semuanya karena ia sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah.

"Kanaya nanti tolong cucikan baju Ibu yang ada dibelakang hanya sedikit saja, Ibu lelah ingin tidur dulu karena besok Ibu harus berangkat ke Canada."

"Baik Bu," Kanaya mengiyakan semua perintah Atika karena seorang anak memang harus membantu orang tua.

Kemudian Kanaya pun membereskan semua piring kotor yang ada dimeja makan lalu ia mencucinya, ia sempat dilarang oleh pelayan namun Atika membiarkan Kanaya melakukannya dan pelayan pun hanya melaksanakan perintah tuan rumahnya.

"Kanaya." Panggil Ana.

"Ah Kak Ana, ada apa Kak?"

"Kenapa kamu yang mencuci, disini banyak pelayan kenapa kamu melakukan semua ini."

"Maaf Kak, aku sudah biasa melakukan semua ini."

"Oh begitu, kamu sangat rajin sekali. Kalau boleh tahu usia mu berapa?"

"Aku baru 18 tahun Kak, aku juga masih kuliah."

"Kakak salut sama kamu, masih kuliah tapi kamu sangat rajin sekali."

"Hehe iya Kak."

"Oh iya Kanaya, kalau kamu sudah biasa melakukan pekerjaan rumah apa boleh Kakak minta tolong sama kamu."

"Apa itu Kak."

"Kamu bisa gak tiap pagi menyiapkan baju Kak Arkan terus membuatkan kopi setiap hari buat dia."

"Memangnya Kakak mau kemana, biasanya kan kebutuhan suami itu dilakukan oleh seorang istri."

"Ya Kakak kan sibuk, Kakak bekerja sebagai model kadang Kakak tidak pulang selama 3 hari, jadi Kakak minta bantuan mu untuk menggantikan Kakak."

"Oh jadi Kakak ini seorang model, pantas saja Kakak sangat cantik hehe, baiklah kalau begitu aku akan melakukannya."

"Kamu bisa aja, terima kasih ya."

Ana wanita cantik yang berusia 25 tahun, ia masih menata karirnya jadi seorang model. Arkan sudah sering melarangnya untuk berhenti di dunia model namun Ana tak menghiraukannya karena baginya bekerja seorang model itu bisa membuatnya terkenal keluar negeri, itulah yang Ana inginkan. Ia ingin menjadi seorang model yang terkenal, ia tak peduli pada Arkan yang terus saja melarangnya karena cita citanya sebagai model sudah sejak lama jadi ia tidak bisa meninggalkan karirnya.

Sudah 3 tahun juga Ana menunda kehamilannya karena ia belum menginginkan seorang anak begitu juga dengan Arkan ia selalu menuntut Ana untuk segera memiliki anak namun Ana selalu beralasan ingin sukses dengan karirnya dulu.

Terkadang Arkan jenuh dengan sikap Ana yang mementingkan dirinya sendiri, ia seperti tak memiliki seorang istri karena Ana selalu sibuk dengan karirnya.

Arkan menatap layar ponselnya, ia tersenyum melihat foto foto bayi lucu yang ada di instagramnya.

"Sangat lucu sekali, aku sangat menginginkannya. Sampai kapan aku harus menunggu Ana untuk siap mengandung benihku." Gumamnya.

Chapter 3

Hari ini Louis dan Atika sudah berangkat ke Canada, Kanaya masih teringat dengan Ibunya baru kali ini ia berpisah jauh dengan sang Ibu. Walaupun Atika tak menyayanginya seperti dulu namun Kanaya tetap menyayangi sang Ibu.

"Enak ya tinggal dirumah mewah dengan santainya tiduran," Sindir Arkan yang berada di ambang pintu.

Kanaya pun dengan terburu buru bangun dari tempat tidurnya, ia merasa malu jika Arkan sudah angkat bicara.

"Maaf Kak,"

"Sekarang cuci baju ku dan juga baju Ana, kamu tinggal disini tidak gratis."

"Iya Kak, akan ku lakukan."

Arkan tertawa puas dalam hatinya mengerjai Kanaya, ia sebenarnya belum bisa menerima Kanaya sebagai Adiknya. Arkan sangat senang sekali setelah kepergian sang Ayah, ia bisa memperlakukan Kanaya sesuka hatinya.

"Mas ngapain kamu senyum senyum gitu?" Tanya Ana yang tiba tiba ada dibelakang Arkan.

"Sayang, sejak kapan kamu disini?"

"Dari tadi, aku melihat mas memperlakukan Kanaya seperti itu, apa mas tidak takut nanti Kanaya memberitahu Ayah tentang perilaku mu."

"Tidak akan pernah, ia tidak akan berani."

"Mas kamu ini kenapa sih harus jahat sama Kanaya, aku gak mau kalau suatu hari nanti Ayah mencabut jabatan mu sebagai CEO hanya gara gara sikap mu itu."

"Tenang saja sayang, aku ini anak tunggal, tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi ku,"

"Maka dari itu kamu harus berhenti sebagai model, aku ini kaya raya apapun yang kamu mau akan ku lakukan." Sambungnya lagi.

"Tidak bisa mas, aku masih ingin menata karir ku."

"Ana sampai kapan kamu akan terus mengejar karir mu, apa kamu kekurangan harta hah, kau ingin istana pun akan ku buatkan."

"Bukan itu mau ku mas, aku hanya ingin sukses dengan cita cita ku."

"Lalu kapan kau akan mengandung anakku, usia ku sudah kepala tiga Ana, apa kau tak mengerti dengan keadaanku."

Kanaya melihat perdebatan suami istri, ia baru tahu kalau Ana mementingkan pekerjaannya. Kanaya hanya menggelengkan kepalanya ia tak mengerti tentang rumah tangga yang dijalani Kakak tirinya itu.

Ana pun pergi meninggalkan Arkan yang masih berdiri dengan kekecewaannya pada Ana.

"Argh sial." Branggggg,, Arkan melempar cangkir yang ada dimeja membuat Kanaya berteriak karena kaget dengan suara pecahan beling.

"Kanaya." Teriak Arkan, dengan cepat Kanaya berlari ke arah Arkan.

"Ya Kak ada apa?"

"Cepat bereskan semua ini jangan sampai ada yang tersisa."

"Iya Kak." Kanaya hanya bisa menurut saja pada Arkan karena ia sadar diri tinggal dirumah orang lain, Kanaya pun dibantu oleh bi Atum pelayan dirumah ini.

"Sayang maafkan aku." Ujar Arkan mencoba minta maaf pada Ana yang telah membuat moodnya berubah.

"Aku minta maaf soal tadi."

"Kenapa sih mas kamu selalu mengungkit tentang anak, anak, dan anak. Aku tuh bosen mendengar semua itu, apa masih kurang dengan penjelasan ku mas."

"Iya mas minta maaf, mas janji gak akan mengulanginya lagi."

"Janji ya mas, aku tak suka kamu membicarakan soal anak lagi. Aku ingin sukses dulu maka setelah itu aku akan mengandung anak mu."

"Iya sayang," Padahal hati Arkan ingin marah pada Ana yang terus saja mementingkan karirnya, namun Arkan tahan amarahnya karena ia sangat mencintai Ana.

Ting bunyi pesan dari ponsel Ana, Ana pun melihat layar ponselnya dengan tersenyum.

"Siapa sayang?"

"Ini mas besok aku harus ke Amerika, sepertinya minggu minggu ini aku banyak job sayang." Arkan terduduk lesu dengan pernyataan Ana, apa iya harus menerima kenyataan untuk ditinggal Ana lagi.

"Jadi kamu akan pergi kesana?"

"Tentu saja mas, aku tak boleh mengabaikannya."

"Sekitar berapa hari kamu disana?"

"Mungkin hanya satu minggu sayang, tidak apa apa kan aku tinggalkan kamu lagi."

"Hem ya," Jawabnya dengan lesu.

"Terima kasih mas, kamu tak perlu khawatir mas hari ini aku akan memuaskan mu."

Tanpa butuh waktu lama Arkan langsung melahap Ana dengan rakus.

Kanaya berjalan menuju ruang kerja Arkan, ia membawa sebuah kemoceng dan sapu untuk membersihkannya, namun saat melewati kamar Kakak tirinya ia mendengar ******* dari dalam.

"Suara apa itu," Kanaya yang masih polos pun penasaran, namun setelah mendengar suara Ana yang berteriak kenikmatan membuat Kanaya geli dan ingin segera pergi menghindar.

"Ini masih pagi, apa yang mereka lakukan." Dengan cepat Kanaya berlari namun ia malah kesandung gucci yang ada di pinggir tembok.

Brakkkk... "Aduh!"

Arkan dan Ana langsung segera menghentikannya kemudian Arkan membuka pintunya tanpa menggunakan baju, ia hanya menggunakan celana saja.

"Kanayaaa!" Teriaknya

"Sedang apa kau disini hah, apa kamu mengintip aktifitas ku." Pipi Kanaya langsung memerah setelah ketahuan oleh Arkan, padahal ia hanya ingin membersihkan ruang kerja Arkan tapi kenapa ia malah terjebak.

"Maaf Kak, aku tak sengaja, aku mau membersihkan ruang kerja."

"Alasan saja kamu, masih kecil berani mengintip orang dewasa hah."

Ana yang mendengar teriakan Arkan, ia langsung menghampirinya.

"Ada apa sih mas berisik sekali."

"Lihat dia sudah mengintip aktifitas kita, kau tahu gara gara kau, aku belum mencapai puncak ku." Ujar Arkan menunjukan jarinya pada Kanaya.

"Sudah mas, kau ini kenapa sih. Mungkin saja dia tak sengaja lewat kamar kita, lagian Kanaya membawa kemoceng dan sapu sepertinya dia mau membersihkan ruangan." Ana mencoba membela Kanaya, karena Kanaya sering membantunya.

"Iya Kak, aku mau membersihkan ruang kerja Kak Arkan." Ujar Kanaya.

"Alasan saja kamu, awas kalau berani seperti ini lagi, aku akan menghukum mu." Tegas Arkan. Lalu kemudian Kanaya pun pergi dengan cepat menuju kamarnya, lalu ia langsung mengunci pintu kamarnya.

"Ya tuhan kenapa aku bisa kepergok begini sih, padahal aku hanya mau membersihkan ruang kerja Kak Arkan. Tapi kenapa jadi begini, aku sangat malu sekali rasanya aku ingin menghilang dari muka bumi ini." Gumamnya.

"Mas kamu ini kenapa selalu marah pada Kanaya, Kanaya itu gadis yang baik dan penurut."

"Tetap saja aku tak suka dengan kehadirannya , aku membencinya karena dia telah masuk kedalam keluarga Pratama."

"Gak bisa gitu dong mas, kan semua itu juga karena Ayah Louis yang mencintai Ibunya Kanaya." Ana mencoba memberikan pengertian pada Arkan.

"Gimana kalau besok aku pergi ke Amerika, apa kamu akan memperlakukan dia dengan kejam." Tanya Ana lagi.

"Aku tidak sejahat itu sayang, jangan pikirkan tentang dia."

"Hem ya sudah,"

Pagi ini Kanaya akan pergi menemui teman kuliahnya, sebelum pergi ia ingin berpamitan dulu pada Arkan dan juga Ana tapi ia merasa malu atas kejadian tadi.

"Apa aku pergi saja ya? kalau gitu aku titip pesan saja sama bi Atum." Gumamnya, kemudian Kanaya menemui bi Atum untuk memberitahunya bahwa ia akan menemui teman kuliahnya.

Kanaya berjalan menyusuri jalan yang sepi tanpa ada kendaraan yang lewat, ia merasa sangat senang sekali keluar dari rumah Arkan. Namun ia bingung sudah berjalan jauh tapi ia masih belum menemukan taxi ataupun kendaraan lain.

"Sampai kapan aku harus berjalan, ini sangat melelahkan. Kenapa aku tak menerima tawaran bi Atum saja untuk diantar oleh mang Sardi, ternyata benar kata bi Atum susah mencari kendaraan di sekitar sini. Kalau begitu aku pesan gojek saja." gerutunya dengan kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!