NovelToon NovelToon

My New Husband

Hanya ada di dalam mimpi

Eps. 1

Dania berjalan ke meja makan dan menemukan berkas suaminya yang tertinggal. Berharap suaminya belum berangkat, ia bergegas berlari ke pintu depan. Dan benar saja, mobil itu belum berjalan.

Dengan senyum merekah, wanita ini berlari dengan cepat dan membuka pintu mobil begitu saja. Namun apa yang ia lihat di depannya melunturkan senyumannya. Hatinya terasa remuk seperti ditikam oleh pisau berkali-kali.

Bobby sedang berciuman panas dengan Maya.

"Bobby!!" teriak Dania.

Seketika ia meraih rambut pendek jal*ng itu dan menariknya keluar dengan kasar. Maya mengaduh kesakitan dengan kedua tangan memegangi tangan Dania yang sedang mencengkram rambutnya.

"Akh lepas! Lepaskan aku!" teriaknya kesakitan.

Wajah Dania memerah dengan air mata yang keluar. Segala sumpah serapah ia keluarkan, sesekali ia memukuli perempuan itu menarik rambutnya kasar kesana kemari.

Bobby menarik tubuh istrinya mencoba mengenghentikan aksinya. Cukup sulit namun akhirnya Bobby bisa melepaskan tangan Dania dari kepala Maya.

"Maya! Pergi dengan sopir!" perintah Bobby masih memegangi istrinya.

"Bobby! Lepaskan aku! Akan kubunuh jal*ng itu! Lepas!!" umpat wanita ini berontak kuat.

Saat Maya berhasil kabur dengan sopir pribadi Bobby, dengan wajah beringas Dania berbalik dan memukul tubuh Bobby membabi buta. Namun tangan kecilnya tidak bisa menyakiti tubuh berotot suaminya itu.

Bobby menerima saja, masih mencoba menenangkan istrinya.

"Sayang … tolong dengarkan aku," ucap Bobby tenang.

"Diam! Kau jahat! Kau tidak punya perasaan!" marah Dania. Matanya menatap tajam pada suaminya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.

"Aku minta maaf," ucap laki-laki ini menyesal.

"Semudah itu kau minta maaf? aku benci padamu!" marah Dania kemudian menangis sejadi-jadinya meringkuk di tanah.

Tidak ada pergerakan dari Bobby. Ia hanya menatap Dania datar.

"Yah. Mau bagaimana lagi," ucapnya tenang dan datar.

Tangisan Dania tiba-tiba saja berhenti, ia mendongak cepat dan menatap Bobby dengan heran. Laki-laki itu ternyata sedang menatap Dania dengan tatapan datar dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Tidak ada rasa bersalah di wajah itu membuat Dania termangu penuh pertanyaan.

"B-Bobby … ka–"

"Mau bagaimana lagi, sudah ketahuan kan. Lalu apa maumu? Marah? Meninggalkan ku? Cerai? Terserah kau saja. Aku mau bekerja," ucap laki-laki ini santai.

Suaminya itu pergi dengan mobil mewahnya meninggalkan Dania begitu saja.

Wanita yang sudah kusut ini mendengus tak percaya. Setelah tertawa hambar, ia kembali menangis, meraung sejadi-jadinya meratapi suaminya yang tiba-tiba berubah.

Bagaimana mungkin suami yang selama ini seperti malaikat tiba-tiba saja berubah menjadi iblis! Apakah sifatnya memang seperti itu? Tapi 4 tahun lebih pernikahan mereka, baru kali ini suaminya berubah drastis.

Apa mungkin sekretaris jal*ng itu penyebabnya?

Apapun itu alasannya, semua memang tidak benar. Dania menangis begitu pilu, tertunduk di halaman rumahnya. Suaminya sudah pergi tidak peduli seolah sedang tidak terjadi apa-apa.

.

.

.

Dengan sekuat tenaga Dania memompa jantung memberi pertolongan pada pasien yang mengalami henti jantung. Seorang wanita cantik yang mengalami kecelakaan dan tiba di UGD beberapa saat lalu, tiba-tiba saja henti jantung.

Dengan bantuan tiga rekan dokter lainnya, Dania melakukan pertolongan. Namun sayang, wanita cantik ini tidak tertolong.

Dokter cantik berambut panjang gelombang ini berjalan sambil mengeluhkan harinya yang penuh tekanan hari ini, berjalan bersama rekan dokternya menuju kafe di depan rumah sakit.

"Hari ini benar-benar sial. Apa-apan pasien hari ini! Apa kau melihat suami wanita itu tadi? Mereka masih begitu muda. Wanita malang, dia begitu cantik," ucap Dania menyesal.

"Jangan terlalu dibawa perasaan. Kita sudah melakukan yang terbaik," balas Kevin.

Dania mendesah lelah. "Sepertinya suaminya begitu menyayanginya. Dia menangis seperti itu," ungkap Dania lagi.

"Tentu saja. Dia pasti sangat mencintainya. Lalu bagaimana dengan mu? Apa kau mau menerima perjodohan itu?"

"Oh ayolah Kevin, jangan menabur garam di lukaku."

Dokter tampan, sahabat baiknya ini terkekeh pelan. Mereka memasuki kafe dan memesan kopi di sana.

Gadis berambut coklat ini bukannya tidak laku. Ia sudah sering berkencan namun hampir semua pacarnya memutus hubungan mereka dengan alasan sifat Dania yang begitu membosankan saat berkencan.

"Kalau dia tampan, kaya, perhatian, lembut, penyayang, dengan tubuh yang bagus, mungkin aku akan menerimanya," kelakar Dania kemudian terkekeh kecil.

"Oh, laki-laki yang begitu sempurna. Sayangnya itu hanya ada di dalam mimpi mu," cibir Kevin dengan tangan yang sibuk menerima kopi pesanan mereka.

Dania menerima cappucino yang Kevin berikan lalu terbahak mendengar ucapan teman baik nya itu. Dan saat berbalik, ia tidak sengaja menabrak seseorang dan menumpahkan sebagian minuman di baju pria itu.

"Ah– astaga. Maafkan saya, saya tidak senga–"

Ucapan Dania terhenti. Laki-laki dengan kriteria yang ia sebutkan dengan candaannya kini berdiri di hadapannya.

Tersenyum lembut menatap Dania teduh. "Tidak apa-apa. Jangan pikirkan itu, ini hanya kecelakan," ucapnya ramah.

"A– sa, saya akan mengganti uang laundry nya, sekali lagi maaf," keukeuh Dania sedikit salah tingkah. Laki-laki ini benar-benar tipe Dania.

"Baiklah kalau begitu. Ini kartu nama saya, nanti saya akan hubungi–" ucapnya menggantung.

"Dania, panggil saya Dania."

"Baiklah Dania, nanti akan ku hubungi."

Sejak itu hari suram dokter cantik ini berubah berbunga seketika. Sepulangnya bekerja, Dania menerima perjodohan yang diminta orang tuanya dengan syarat jika laki-laki itu cocok, ia akan melakukan pernikahan itu.

Hal yang paling mengejutkan saat Dania menemui calon suaminya di pertemuan dua keluarga adalah, laki-laki sempurna yang ia temui di kafe itu adalah calon suaminya.

"Ah, a-anda?" tanya Dania tercengang sedikit tidak percaya.

"Ternyata wanita cantik di kafe itu adalah calon istri ku, kurasa pertemuan itu sudah ditakdirkan," ucap Bobby kemudian mencium punggung tangan Dania.

Saat kedua belah pihak setuju, pernikahan terjadi begitu istimewa dan meriah. Dania begitu bersyukur orang tuanya menerima perjodohan dari teman semasa kuliahnya itu.

Dalam beberapa bulan menikah, Dania mengenal Bobby adalah laki-laki romantis, pekerja keras, pengertian tapi pencemburu. Mirip dengan kriterianya, dan ia bahagia karena itu.

Bobby bahkan menyuruh Dania untuk berhenti bekerja di rumah sakit saat suaminya itu resmi diangkat sebagai direktur di perusahaan orang tuanya sendiri.

Setahun berlalu, mereka dikaruniai seorang bayi mungil yang sangat tampan. Perusahaan juga semakin maju, hingga Bobby bisa membuka cabang supermarketnya. Kehidupan mereka begitu bahagia hingga tahun keempat.

Namun sekarang, laki-laki yang begitu sempurna itu sudah tidak ada lagi. Bobby seperti orang lain yang baru saja ia kenal.

Ucapan Kevin memang benar, laki-laki sempurna hanya ada di dalam mimpi.

Dania meremas rambutnya kuat, disaat seperti ini dia hanyalah ibu rumah tangga yang tidak bisa berdiri sendiri. Dania sudah berhenti bekerja hampir empat tahun lamanya.

"Apa yang harus kulakukan," lirihnya menangis pilu.

Keterpurukan

Eps. 2

"Laki-laki brengsek!!" teriak Dania berkali-kali.

Menangis cukup lama di depan rumahnya membuat wanita ini lelah. Pikirannya sudah tidak karuan, matanya kini terasa perih. Dania menoleh, mendapati Dariel yang sedang tercengang menatap dirinya.

Wanita berambut panjang ini berdiri dan berjalan mendekati Dariel dan Bi Asih, pengasuh setianya.

"Mama … Kenapa Mama sama Papa tengkar?" tanya anak laki-laki ini polos.

Dania menatap datar pada anak semata wayangnya itu. Anak yang di dalam nadinya mengalir darah suami yang dulu dicintainya. Sekarang menatapnya saja sudah membuat darahnya mendidih.

Aku tidak boleh membenci anak ini. Aku harus mendinginkan kepala ku. Dia juga darah dagingku.

"Kenapa Bibi tidak membawanya masuk?" tanya Dania datar dengan mata sayu tidak peduli pada apapun lagi.

Hatinya seolah mati. Sakit hati yang dibuat laki-laki itu terlalu dalam. Dania yang menaruh dunianya pada Bobby kini diruntuhkan begitu kejam. Tanpa kata maaf, tak tersisa apapun.

"Ma-maaf Nyonya," jawab pengasuh itu takut-takut dan membawa Dariel pergi.

Dania melangkah tidak peduli pada apapun yang diteriakkan anak nya. Ia tidak bisa berpikir, ia sedang ingin sendiri.

Kenapa ia harus diam saat mencium bau parfum lain di baju suaminya? Kenapa ia tidak mendengarkan saran temannya untuk mencari tahu tentang kecurigaannya pada sekretaris jal**g itu! Kenapa ia begitu bodoh dan percaya pada suami yang terlihat bagai malaikat itu?

Malaikat? Dia iblis! Dania yang bodoh karena begitu percaya padanya.

Setelah sampai di kamarnya, ia mengurung diri disana. Mengunci kamar itu rapat, tidak mengijinkan siapapun masuk. Ia bahkan tidak mengindahkan Dariel yang terkadang mengetuk pintu kamarnya, merengek, bahkan menangis.

Sembari menggeram marah, barang yang menghalangi jalannya ia tendang, cincin pernikahan pun ia buang begitu saja.

Dania tidak peduli suaminya akan pulang atau tidak. Hanya sekali pintu terdengar akan dibuka dari luar, tapi setelah itu tidak ada lagi.

Sudah berhari-hari ia di kamar. Rasa lapar dan haus itu hilang begitu saja. Dania tahu, tidak makan berhari-hari tidak akan membuatnya mati, tapi tidak minum tiga hari saja akan membuatnya mati.

Apakah Dania akan membunuh dirinya seperti ini? Dania mulai menutup mata dengan tubuh yang tidak bisa digerakan.

Tubuhnya tidak bertenaga, entah hari ini pagi, siang atau malam.

Kilasan kejadian di mobil waktu itu masih terus berputar di ingatannya. Air mata pun sudah kering tidak bisa keluar lagi.

.

.

.

"Kapan kau akan menikah? Istrimu sudah meninggal cukup lama," ucap seorang laki-laki tua dengan wajah mengintimidasi.

"Papa hanya ingin penerus dan aku sudah memilikinya. Untuk apa aku menikah lagi?" jawab laki-laki bermanik hasel ini datar.

"Kau menikah dengan perempuan biasa. Kau harus memberikan keturunan dari kasta seperti kita," geram laki-laki tua ini dengan suara baritonnya.

"Papa sudah mendapat cucu, jangan serakah. Lebih baik Papa pulang dan istirahat dirumah sebelum Mama mencari," sahut Aaron tenang, tidak peduli. Ia masih sibuk dengan kertas-kertas di tangannya

"Dasar anak tak tahu diri. Jika bukan karena Kakek dan Mama mu, sekarang pas pasti sudah menikahi Sherin," ucapnya kesal lalu pergi setelah membanting pintu kantor anak semata wayangnya.

Aaron menghela berat. Ia meletakkan berkas di tangannya dan menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Ian, kenapa kau baru menemukan informasi ini sekarang?" tanyanya pada sekretaris laki-laki yang sudah berdiri di hadapannya.

"Maaf Pak, sepertinya ada oknum yang sengaja menutupi kematian istri Anda. Jadi saya sedikit kesulitan untuk menemukan bukti."

"Sudahlah. Kumpulkan lebih banyak bukti dan kita selesaikan ini," ucap Aaron jengah.

Kematian sang istri tercinta yang diduga karena kecelakaan, ternyata bukanlah murni kecelakaan melainkan ada pihak yang sengaja membuatnya terlihat seperti itu.

"Apa Anda akan membuatnya dipenjara?"

"Tidak. Aku akan menghukumnya dengan tangan ku sendiri," jawab Aaron dingin.

"Oh ayolah Kak, jangan mengotori tanganmu. Aku bisa mengurusnya dengan rapi," sergah Ian meninggalkan bahasa formalnya.

Laki-laki tinggi kurus berkacamata ini, adalah anak laki-laki tampan yang Aaron bawa dari panti asuhan. Karena perlakuan yang bos muda ini berikan, Ian menjadi sosok yang sangat peduli dan mau melakukan apapun itu Aaron.

Aaron sudah menganggap Ian seperti saudaranya sendiri, namun Ian bersikeras ingin bekerja untuk menyokong dan membalas budi untuk Aaron.

"Lakukan saja tugasmu, dan berikan laporannya padaku segera," ucap Aaron datar menatap lurus pada Ian.

Ia menghela pelan. "Iya baik. Aku pergi dulu."

.

.

.

Dania membuka mata perlahan. Ia menatap langit-langit di kamar, ini bukan kamarnya. Ah, ia sudah tidak peduli ada dimana sekarang.

Sebuah botol infus terlihat tergantung di sebelahnya. Ia mengangkat tangan mendapati tangannya yang sudah terpasang infus.

Pintu kamar terbuka, menampakkan Freya yang membawa sebuah nampan yang berisikan makanan.

"Dania? Kau sudah sadar?" ucapnya bahagia lalu setengah berlari menghampiri temannya.

Freya meletakkan nampan di nakas dan mengecek tubuh Dania.

"Aku menghubungimu tapi tidak ada tanggapan. Aku menemukanmu sekarat di kamar mu! Kenapa kau tidak makan dan minum berhari-hari hah? Kau tahu paniknya aku melihatmu sekarat dengan tubuh kering kurang nutrisi pingsan di dalam kamar mewah itu?"

"Apa kau mau mati? Coba jawab aku!" imbuhnya tak terima.

Dania tersenyun kecil melihat temannya yang terlihat panik dan terus saja mengoceh. Ternyata masih ada juga orang  yang mengkhawatirkannya.

"Hei! Aku marah! Kenapa mau malah tersenyum? Kau baru sadar setelah dua hari dirawat di rumah sakit!"

Ternyata aku di rumah sakit.

"Hei … ada apa? Ceritakan pada ku, oke?" tanya Freya lembut, menyentuh tangan Dania.

Dania berpikir, mengembalikan ingatannya yang masih belum terkumpul. Saat semua kembali, yang ia ingat adalah kilasan suaminya yang mencium sekretarisnya dengan panas, Bobby yang tiba-tiba berubah dan Dania yang menangis histeris dan tidak memperdulikan anaknya.

Wanita yang terbaring lemah ini menangis saat rasa sakit itu kembali mencengkram kuat jantungnya. Freya yang bingung hanya bisa terdiam, melihat temannya itu sambil mengelus bahunya pelan dan teratur.

"Kau benar Frey, hiks … Bobby selingkuh," ungkapnya dengan tangis semakin menjadi.

Beberapa kali Freya menghela berat. Ia tahu rasanya dikhianati. Karena saat itu ia hampir saja mati karena kekasihnya yang selingkuh saat dia dokter muda.

Tidak mengatakan apapun sampai Dania terlelap karena kelelahan menangis, Freya menatap sahabatnya itu yang terlihat semakin kurus dan jelek.

"Dasar laki-laki brengsek!" geramnya tertahan.

Bobby adalah laki-laki yang paling Dania sayang, laki-laki yang rasanya tidak mungkin akan selingkuh ternyata diluar dugaan kini malah melakukan hal yang paling menyakitkan.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Membunuh Bobby adalah hal paling mudah. Tapi itu tidak akan menyembuhkan luka Dania begitu saja.

Mengalihkan pikiran

Eps. 3

Seringai di wajah Bobby baru kali ini terlihat. Selama empat tahun lebih tinggal bersama, Dania tidak pernah melihatnya satu kali pun. Suaminya itu tidak pernah membentak, tidak pernah marah berlebihan ataupun mengancam.

Tidak pernah sekalipun.

Dania masih menangis, menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Saat menceritakan kondisi rumah Dania.

Bobby yang tidak pulang sejak saat itu, Dariel yang terus sedih dan Dania yang ditemukan tak berdaya.

Dania merasa bersalah pada Dariel karena tidak bisa menjadi ibu yang baik. Melihat kondisinya yang sungguh memprihatinkan, sahabat baiknya itu mengajak Dania berlibur beberapa hari sampai kondisinya cukup tenang.

Dania terdiam menatap Freya nanar. Mungkin sebaiknya ia tidak sendirian saat ini.

.

.

.

Langkah kaki Dania berjalan memasuki rumah yang hampir dua minggu ia tinggal. Rasa rindu ingin segera bertemu anaknya, rasa bersalah karena sudah pergi hanya berpamitan singkat.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, seharusnya Bobby sudah berangkat ke kantor saat ini. Wanita ini tidak tahu suaminya itu pulang kerumah atau tidak, tapi yang pasti ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki brengsek itu.

Langkah kakinya terhenti melihat rumah begitu sepi, ia melangkahkan kembali kakinya dan menemukan Dariel di ruang keluarga sedang bermain dengan bi Asih.

Dania tersenyum sendu, bersyukur anaknya baik-baik saja. Tidak lama, senyuman itu luntur ketika mendengar seseorang memanggil dari belakangnya.

"Dari mana saja kau?" tanya laki-laki itu datar.

Enggan berbalik. Dania masih bergeming menatap lantai yang terlihat lebih menarik. Ada rasa rindu yang sedikit menyentuh hatinya, namun rasa sakit dan benci itu lebih besar dari rasa rindu untuk laki-laki itu.

"Berhentilah membuat masalah. Cukup kau urus saja Dariel dengan benar," ucap laki-laki itu lagi, karena Dania tak kunjung menjawab.

Mata Dania membulat, ia berbalik cepat mendengar penuturan laki-laki dibelakangnya.

"Apa kau sakit? Kau pikir siapa yang membuat masalah sekarang?" geram Dania menahan marah, ia mengatur intonasinya susah payah dengan amarah yang sudah memuncak ke kepalanya, khawatir Dariel akan mendengarnya.

"Ah kau benar keras kepala. Kau mau apa lagi? Semua sudah terjadi, jalani lah hidup mu dan anakmu dengan baik. Semua kebutuhan mu sudah lengkap disini," jawab Bobby datar tak berperasaan.

Dania murka, ingin sekali ia mencakar wajah itu. "Kau–"

"Ma, Pa? Kalian sedang apa?" tanya Dariel yang berlari kecil menghampiri keduanya.

"Papa mau bekerja. Kau mainlah sepuasnya, oke boy?"

"Baik Pa."

Bobby pergi setelah menatap Dania dengan tersenyum kecil dan mata sayu liciknya. Hati Dania benar-benar panas, andai tidak ada Dariel yang menggenggam tangannya saat ini, mungkin ia sudah menyumpah serapahi dan memukulnya dengan apapun yang ada di sekitarnya.

Laki-laki brengsek! Tidak punya hati!

Umpat Dania dalam hati dengan air mata yang ia tahan dengan susah payah.

.

.

Maya merangkul tubuh Bobby dengan tubuh tanpa busana. Mereka duduk di atas ranjang dengan selimut menutupi tubuh mereka.

"Tinggallah disini sementara sampai istri mu tidak marah lagi," rengeknya manja.

Bobby melihat ponselnya tidak tertarik melihat Maya meskipun perempuan itu menggesekkan tubuhnya pada Bobby.

"Dia tidak akan berhenti marah."

Maya memajukan bibirnya. "Kalau begitu ceraikan saja dia, bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, Honey?"

Bobby bergeming. Memang, alasan utama ia menerima pertunangan dengan Dania hanya untuk syarat yang diberikan oleh Papanya.

Jika Bobby menikah, orang tuanya akan mengijinkan Bobby untuk meneruskan bisnis keluarganya.

Awalnya dengan berat hati ia terima, tapi karena Dania yang terlihat cantik dan polos, sejak itu Bobby menjadi tertarik.

Dan sekarang, Bobby sudah mendapatkan semuanya. Istri cantik yang begitu penurut, mudah dibohongi dan begitu mencintainya, bisnis yang sudah diambil alih olehnya bahkan kini sudah semakin berkembang.

"Jangan melewati batasanmu. Dia masih istriku," jawab laki-laki bernetra hitam kelam ini.

"Tapi–"

"Aku tidak akan menceraikannya sampai Dania yang memintanya pada ku."

"Kau sudah berjanji pada ku! kau hanya akan menikahinya sebentar dan kembali pada ku. Tapi apa sekarang? Aku hanya menjadi sekretaris mu dan kau terus saja bersama jal*ng sombong itu," marah Maya.

Bobby tersenyum dan mengecup bibir Maya sekilas. Gadis yang terus saja menempel ini adalah pacarnya sebelum dijodohkan dengan Dania.

Namun karena dia terlalu menempel, Bobby jadi malas dan bosan. Bukan hanya Maya, sebelum ini Bobby sering berganti pasangan yang menurutnya menarik.

"Nikmatilah posisi mu sekarang. Jangan menggangguku jika kau masih ingin di posisimu."

Maya menggigit bibir nya. Beberapa bulan terakhir gadis ini berusaha mencari perhatian Bobby. Awalnya Maya menyerah, tapi karena melihat Bobby yang semakin sukses, rasanya sayang untuk ditinggalkan.

"Mau kemana?" tanya Maya melihat Bobby beranjak dari kasur. Laki-laki ini hanya mengenakan celana boxer.

"Mandi dan pulang. Masih banyak pekerjaan yang harus ku kerjakan. Besok datanglah ke kantor dan selesaikan pekerjaanmu yang kau tinggalkan hari ini."

"Honey," rengek Maya.

"Kau berisik sekali," ucap Bobby datar membuat Maya terdiam. Ia tahu, bahwa Bobby hanya bermain-main dengannya.

Bos nya itu mencintai istrinya namun memang laki-laki itu masih suka bermain-main.

Setelah membersihkan diri, Bobby pergi begitu saja tidak begitu memperdulikan Maya.

Gadis ini melipat kedua tangannya di depan dada, mendecak malas. "Kenapa Dania tidak pergi saja dan minta cerai pada Bobby. Menyusahkan saja!"

.

.

.

"Ma, mau kemana?" tanya Dariel menarik tangan ibunya yang hendak pergi dengan pakaian sedikit terbuka dari biasanya.

Wanita ini mengenakan dress maroon pendek dengan belahan dada sedikit kebawah. Dress yang membalut pas di tubuhnya memperlihatkan tubuhnya yang sedikit berisi.

Dania menoleh, menatap tangan kecil itu yang menarik tangannya dengan tatapan memohon. Ada rasa tidak tega menatap mata yang meminta perhatian itu. Namun Dania sedang tidak baik-baik saja, ia khawatir tidak sengaja melepaskan kekesalannya pada Dariel. Ia tidak mau.

"Mama keluar sebentar. Kau makanlah, dan tidur dengan bi Asih oke," ucapnya pelan namun dengan wajah datar. Tangannya tidak lupa membelai pipi anaknya yang tampan itu.

Setelahnya, Dania mendongak memberikan kode pada bi Asih yang sedang berdiri di belakang Dariel.

"Ma …" rengek Dariel.

"Mama pergi Sayang, Bi … tolong jaga Dariel," pamitnya lalu pergi. Tidak memperdulikan Dariel yang mungkin sudah akan menangis.

Maafkan Mama, Dariel.

*

Dania meneguk wine yang ada di depannya dengan mata tertutup rapat. Ini adalah pertama kalinya ia meminum minuman itu.

Uugh rasanya tidak enak.

Wanita ini masih menempelkan ponselnya di telinga meskipun musik yang berdentum di sekitarnya begitu keras. Lampu remang-remang yang tidak nyaman di mata dan beberapa orang laki-laki yang kadang datang menghampirinya, ia hiraukan.

"Cepat pulang dari sana!" ucap perempuan di seberang telepon.

Sebelumnya Dania belum pernah datang ke club, ia hanya pernah dulu sekali saat menjemput Freya yang sedang mabuk karena frustasi.

"Dania! Apa kau mendengarku? Disana berisik sekali! Hei, dengarkan aku, jika kau menjadi gila seperti ini hanya karena manusia sampah itu, kau bodoh! Lihat, kau cantik! Masih muda, tubuhmu masih bagus, dan kau seorang dokter!"

Dania menghela pelan, omelan wanita di seberang panggilan tidak ia pedulikan dan masih duduk di tempatnya berada.

"Aku hanya mencari pasangan yang mungkin cocok untukku."

"Ha? Dasar gila! Ayo pergi makan bersenang-senang dengan ku. Hei, kau di klub mana? Biar ku jemput?"

"Sebentar, ada seseorang duduk di sebelahku. Ku matikan ya, bye."

Tut tut

Tidak ada siapapun di sebelahnya. Sedari tadi saat laki-laki mendekat, ia hanya mampu menolaknya dengan halus. Kebanyakan bukan seleranya, namun sebagian lainnya hanya karena ia tidak bisa melakukannya.

"Kenapa aku tidak bisa melakukan seperti yang manusia brengsek itu lakukan?" monolognya setengah putus asa.

"Apa yang sebenarnya ku lakukan disini."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!