Hai aku Bianca, senang kalian ada disini. Hari ini aku akan membawa kalian ke dalam kisah pernikahanku yang tidak sempurna. Namun akan selalu ku kenang sebagai hal terindah sepanjang hidupku, bersamanya suamiku terkasih Aditya.❤️
Selamat menikmati kisah kami.
Aditya Putra Herlambang 31 tahun, putra Tunggal dari keluarga Handoko Herlambang dan Ariani Gelora pengusaha sekaligus pemilik perusahan ternama Herlambang Group, yang kini telah dipindah tangankan kepada putra tunggal mereka Aditya. Disisi lain ada Bianca Christina Darmawansa putri dari keluarga Christianto Darmawansa dan Sandra Larasati, pemilik perusahan Gios Ji Group yang sedang mengalami krisis, bahkan digadang-gadang akan segera bangkrut. Dari berita yang beredar kedua keluarga ini akan segera melangsungkan pernikahan untuk putra dan putri mereka, tentu saja itu hal baik untuk kedua belah pihak. Terutama keluarga Darmawansa yang sedang mengalami krisis seperti sekarang.
...BIANCA POV...
~Flashback on~
Hari pernikahan
Hari ini adalah hari pernikahanku, tapi entah kenapa ini tidak seperti hari pernikahan. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan menikah dengan cara seperti ini. Dengan Pria yang sama sekali tidak ku cintai dan hanya ku temui sekali, sebelum memutuskan untuk menikah dengannya.
Aku tidak percaya hari ini aku akan menjadi pengantin Aditya Putra Herlambang, apa ini mimpi? Aku sangat berharap bahwa ini mimpi.
Sejak awal seharusnya pernikahan ini tidak pernah terjadi, jelas bukan aku yang dia inginkan. Aku hanya alat untuk menyelamatkan Perusahan ayahku.
Ayah dan Ibuku memohon padaku agar pernikahan ini tetap berlanjut meskipun aku terus mengatakan, aku tidak ingin melakukanya. Tentu saja alasannya keluarga Herlambang, bukanlah keluarga biasa, mereka tidak akan bisa menerima penghinaan sekecil apapun, apalagi jika aku memutuskan ini secara sepihak, bukankah itu penghinaan besar bagi mereka.
Hari ini dengan berbesar hati aku memenuhi keinginan Orang Tua ku, bagaimanapun mereka adalah hidup dan semangatku, aku tidak mungkin menolak jika hal itu bisa membuat mereka bahagia, bahkan itu bisa menyelamatkan perusahaan Ayah.
Aku berjalan menuju altar pernikahan dengan langkah ragu didamping Ayah dan Ibuku, didepan sana sudah ada Aditya yang berdiri menyambut kedatanganku. Aku hanya bisa berharap dia tidak akan meneruskan pernikahan ini, tapi itu tidak terjadi, Aditya tidak melakukan apapun, dia bersedia mengucapkan janji pernikahan untukku didepan semua saksi.
"Saya , Aditya, membawa Anda, Bianca, untuk menjadi istri saya. Saya berjanji untuk mencintai dan menghormati Anda sejak hari ini, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya, Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita."
Aku yakin ini bukanlah pernikahan yang sama-sama kami harapkan tapi saat Aditya mengucapkan janji pernikahan kami, aku merasa sangat bahagia dan haru.
Apakah semua wanita yang menikah juga merasakan hal yang sama denganku?
Dimalam resepsi, semua orang mengatakan aku adalah wanita paling beruntung yang bisa menikah dengan satu-satunya keturunan Herlambang. Aku pikir juga begitu, bagaimana dengan Aditya apa dia merasa beruntung menikah denganku?
Malam ini, aku melihat banyak orang-orang penting yang datang, termasuk rekan-rekan bisnis Aditya mereka datang dan mengucapkan selamat pada kami, mungkin itulah alasan Aditya tidak ingin mengacaukan pesta pernikahan ini.
~Flashback off~
Kini bagiku menikah dengan orang seperti Aditya adalah sebuah kesalahan terbesar.
Dia tidak akan pernah bisa menepati janji pernikahan itu ! Terlalu banyak wanita yang dia cintai diluar sana, begitu banyak wanita-wanitanya yang ingin mengambil posisiku, sebagai Nyonya Aditya.
Sudah beribu-ribu kali aku menyaksikan sendiri pemberitaan negatif tentang Suamiku itu, meskipun dia selalu punya cara untuk membohongi seluruh dunia,namun aku tahu itu adalah fakta yang sebenarnya.
Sejujurnya jika diperbolehkan aku sangat bersedia jika ada wanita yang ingin mengantikan ku untuk hidup bersamanya.
Tapi untuk lepas darinya, kurasa itu mustahil, Aditya tidak akan pernah ingin melepaskan ku, karena aku adalah mainan untuknya, dia tidak akan memberi mainannya disentuh oleh siapapun selain dirinya.
Dan inilah aku sekarang. Bianca, Nyonya Aditya Putra Herlambang. Begitulah orang-orang mengenalku tapi dimata suamiku , aku hanya seorang istri yang tidak pernah diinginkannya olehnya.
Aku hanya wanita licik jahat yang rela menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadiku semata. Wajar dia sangat membenciku, bahkan dia sudah bersumpah, akan menciptakan neraka di kehidupanku. Aditya tidak pernah bermain-main dengan ucapannya, aku benar-benar merasakannya sekarang, hampir setahun pernikahan kami, tidak satu hari pun dia pernah membuatku merasa bebas, aku begitu tertekan hidup dengannya, dengan sikapnya, dengan perlakuannya, semua hal yang dia lakukan hanya untuk membuatku semakin tersiksa.
Suamiku itu, dia sangat ahli menyiksaku. Bahkan aku memuji keahliannya itu.
Jika menurutnya aku adalah wanita Licik Jahat maka akan kubiarkan dia terus berpikir seperti itu. Jika menurutnya menyakitiku adalah balas dendam terbaik, maka ku ijinkan dia terus melakukanya.Karena sekarang hatiku sudah benar-benar mati rasa meskipun luka itu masih terbuka lebar dan dalam.
****
Malam ini Aditya datang ke Garden House dalam keadaan mabuk, bersama Wiliam 35 tahun, orang kepercayaan serta kaki tangan keluarga Herlambang.
Sedikit cerita tentang Garden House. Rumah mewah yang sejak lama sudah digadang-gadang akan menjadi Istana bagi Aditya Putra Herlambang bersama calon istrinya kelak. Setiap sudut rumah dirancang dengan begitu mewah, bahan-bahan yang digunakan pun tidak sembarang, semua adalah bahan-bahan pilihan yang dipesan langsung dari Turki. Bisa dibayangkan, ini adalah rumah impian setiap orang, semua mata akan memuji setiap sudut rumah ini karena keindahannya.
Namun bagiku ini bukanlah rumah, ini lebih cocok disebut penjara. Tidak ada siapapun disini, hanya ada aku dan kesendirian. Menurutku Aditya sengaja membawaku kemari, agar dia lebih leluasa menyakitiku, paling tidak, tidak ada mata yang akan melihat perbuatan buruknya padaku. Tidak ada yang diperbolehkan berkunjung ke sini, kecuali kedua Orang Tua kami. Beruntung kedua orang tua Aditya sangat baik padaku, bahkan mereka menerima ku dengan baik sebagai anggota keluarga Herlambang.
Lalu bagaimana dengan Orang Tua ku? Tiga atau dua bulan sekali mereka juga akan mengunjungi ku. Dan aku selalu berusaha menunjukan pada mereka bahwa aku sangat bahagia dengan pernikahan ini, meskipun kenyataanya tidaklah demikian. Aditya dia tidak pernah menghargai kedatangan orang tuaku, dia selau seenaknya pergi dan meninggalkan kami, tapi sekali lagi aku membelanya didepan Ayah dan Ibu, kukatakan jika suamiku itu benar-benar seorang pekerja keras, dan untungnya mereka memahami dan memakluminya.
*****
"Maaf nyonya Bianca, Tuan Aditya minta diantarkan kesini" Ucap William
"Ada apa dengannya? Kenapa Adit bisa semabuk ini ?."
"Tuan abis berkumpul dengan kawan-kawannya nyonya! mungkin dia terlalu banyak minum disana" Jawab William begitu hormat padaku.
"Baiklah. Tolong bantu saya papah Tuan langsung ke kamarnya" Ucapku memberi perintah.
William melakukan perintahku, dia memapah tubuh Aditya yang dari tadi merancu sesuatu yang tidak jelas karena dalam keadaan mabuk berat. Sesampainya dikamar, William dan Aku membaringkan Aditya perlahan-lahan diatas tempat tidur berukuran king size miliknya. Setelah melakukan tugasnya William langsung berpamitan untuk pergi meninggalkan kami.
Sekarang hanya ada Aku dan Aditya disini, haruskah aku membantunya, dia sangat terlihat berantakan.
Belum sempat aku memutuskan apapun, kini Aditya sudah menahan tubuhku, dengan sekali tarikan saja, itu sudah berhasil menjatuhkan ku di atas tubuh kokohnya.
Jantungku berdebar tak beraturan, ini adalah pertama kalinya aku begitu sangat dekat dengan Aditya. Dan jika diperhatikan sedekat ini ternyata dia memang sangat tampan. Wajar saja jika begitu banyak wanita yang begitu berharap untuk menjadi miliknya.
Setelah hampir setahun, aku baru menyadari hal itu sekarang. Tentu saja, itu karena aku tidak pernah benar benar-benar tahu wajahnya, menatapnya adalah hal yang menakutkan, karena aku tahu dia sangat membenciku.
Aditya membuka matanya perlahan...
Entah, setelah ini hal apa akan ia lakukan. Apalagi jika melihat orang yang begitu dibenci olehnya, kini sedang asik berada di atas tubuhnya. Mungkin saja setelah ini dia akan menendang ku jauh.
Cukup lama aku menunggu reaksi apa yang akan diberikannya, tetapi ketakutan ku berubah, menjadi sebuah tanya, saat Aditya dengan jelas menyebutkan nama wanita lain di hadapanku.
"Jangan pergi Kirana! Kirana." Ujar Aditya. Entah siapa wanita itu.
Aditya memeluk ku begitu erat disisinya. Tentu saja pelukan itu bukan untukku, namun untuk wanita bernama Kirana, yang mungkin sedang dirindukan olehnya.
Ini adalah pertama kalinya Aditya menyebut nama wanita lain dan nampak menyedihkan di hadapanku.
"Adit, sadarlah aku Bianca! ." Dengan sedikit usaha aku mencoba lepas dari dekapannya.
"Tidak Kirana, hanya kau milikku satu-satunya." Aditya, dia terus menyebut nama itu.
"Aku Bianca. Aditya, lepaskan aku !."Pintaku.
"Kenapa kau melakukan ini padaku?." Aditya menatap ku penuh kebencian. Dia menarik rambutku dengan kasar hingga membuat wajahku terangkat.
Aku sadar mungkin benar Aditya telah menciptakan neraka dalam hidupku. Namun akulah yang lebih dulu menciptakan neraka untuknya. Dia tersiksa karena pernikahan ini.
"Maafkan aku Aditya. Jika ada sesuatu yang dapat kulakukan selain menikah denganmu, aku mungkin akan melakukanya."
Aku sendiri tidak paham, mengapa kata-kata seperti Itu bisa keluar dari mulutku. Jelas-jelas orang ini hampir kehilangan kesadarannya, mana mungkin dia akan perduli dengan ucapan ku.
Aditya menghempaskan tangannya dari rambutku. Kemudian dengan cepat mengantikan posisi kami, kali ini aku yang harus menahan beban tubuhnya di atas ku.
"Aditya apa yang kau lakukan." Tanyaku, berusaha menjauhkannya dari tubuhku dengan kedua tangan mendorong kuat dadanya.
"Kirana, Sayangku !." Aditya berbisik lembut padaku.
"Aku Bianca, berapa kali harus kukatakan. Aku Bianca, Aditya" Teriakku.
"Kirana ! Bianca ! siapa saja tolong aku, aku merindukannya" Bentaknya. Aku tidak mengerti siapa yang diinginkannya, Aku atau Kirana.
"Adit ! Jangan tunjukan kesedihanmu padaku, hanya aku yang boleh terluka, hanya aku yang boleh sakit. Kau dengar itu ! Cukup aku saja.” Tandas ku. Aku tahu dia sangat menderita karena ini, tapi aku tidak bisa berhenti. Seberapa menderita pun aku dengannya, aku tidak akan menyerah.
Rasanya jika diijinkan aku sangat ingin memelukmu Aditya, menyandarkan kepalamu di bahuku, menenangkan mu. Tapi kau tidak menginginkanku....
Aditya semakin mendekatkan wajahnya padaku, semakin dekat dan lebih dekat, hingga bibir kami bertemu satu sama lain, Aditya mulai mencium ku. Ciuman yang begitu lembut. Hingga membuatku memejamkan mata menikmati setiap detik perlakuan Aditya padaku. Ciuman yang awalnya lembut perlahan-lahan beralih menjadi sangat agresif.
Hal ini seharusnya terjadi dimalam pertama pernikahan kita. Jika terjadi sekarang rasanya begitu aneh, hampir setahun kau hanya bisa membenciku dan menyiksaku, bahkan kau melupakan satu hal penting, bahwa aku adalah Istrimu. Haruskah aku melupakan semuanya?.
Aku tahu ini bukan Aditya yang sebenarnya, dia hanya sedang mabuk dan merindukan wanita bernama Kirana itu. Tapi aku tidak perduli lagi, sekali saja, biarkan aku egois, bukankah dia Suamiku. Dia berhak menyentuhku dan sudah tugasku melayaninya, jika dia menginginkan Kirana, aku rela menjadi Kirana untuknya malam ini.
Tanpa aba-aba kali ini aku mengimbangi perlakuan Aditya yang berada di atas tubuhku, dengan nafas yang saling memburu, kami kembali melakukan aktivitas kami yang terhenti beberapa saat. Entah siapa yang memulai kali ini, ciuman ini terasa begitu panas, cukup lama bibir kami saling bertautan. Kini satu persatu pakai telah tanggal dari tubuhku dan Aditya.
Dan malam ini, aku telah memberi milikku yang paling berharga untuk suamiku.
Pukul 07.00
Dengan mata yang masih terpejam, aku merasa baru bermimpi indah semalam. Tapi mengapa tubuhku terasa remuk. Aww..bagian sensitif ku terasa perih sekali, ringis ku yang belum benar-benar menyadari kejadian semalam.
“Ehem… ehemm.” Deheman seseorang membuatku tersadar bahwa aku tidak sedang sendiri disini.
Astaga Aditya! Aku baru menyadari kembali kejadian semalam dan segera membuka mata.
Samar-samar aku melihat bayang seseorang di depanku, sampai aku benar-benar dengan jelas mengenalinya. Aditya dia duduk di sofa yang berada tepat di depan ranjang yang ku tempati, sementara aku masih terduduk di atas ranjang miliknya menutupi tubuh polos ku yang masih tanpa sehelai benangpun dengan selimut putih miliknya.
Perlahan Aditya berdiri dari tempatnya dan mendekatiku. Aku sudah bisa menebak apa yang akan dia lakukan setelah ini.
Plak.
Satu tamparan keras jatuh di pipiku, seperti dugaan ku dia pasti akan melakukanya. Dia menarik rambutku dengan satu tangan miliknya dan satunya lagi mencengkram kuat rahang bawahku.
"Perempuan Licik apa yang kau pikirkan Hah?."
"Apa kau ingin mati Bianca? ."
"Dasar pelacur brengsek, chuiii."
"Kau memanfaatkan keadaan, agar aku meniduri mu, luar biasa sekali Bianca, tak ku sangka kau akan sejauh itu."
"Kenapa kau diam? JAWAB AKU!." Teriak Aditya padaku, dan mempererat tarikan serta cengkraman nya itu.
Rasanya aku ingin sekali berteriak meminta tolong dan menangis sekencang-kencangnya, tapi aku tidak boleh melakukanya, itu akan membuat ku terlihat lemah dimatanya. Tapi demi Tuhan, ini sakit sekali, jawaban apa yang harus kuberi agar dia puas.
"Lepaskan aku, ini bukan salahku, kau yang memaksaku Aditya." Aku mencoba membela diri.
"Tidak kau pasti berbohong, perempuan Licik sepertimu mana mungkin bisa dipercaya." Ucap Aditya.
Aku masih berusaha melawan dengan menepis tangan Aditya pada rambut dan juga Rahang ku, namun sia-sia, tenaganya lebih besar dariku.
"Lepaskan aku. Kau dan aku adalah suami istri. Itu bukan hal yang salah. Jika kita melakukannya."
"Suami istri kau bilang? Apa sekarang kau begitu ingin menjadi Istriku? Jangan lupa aku menikahi mu hanya karena permintaan Orang Tuaku, bukan karena dasar cinta."
"Tapi Bianca yang tidak kau cintai ini adalah orang yang mengucapkan janji pernikahan bersamamu Aditya!" Ucapku. Entah dari mana aku mendapat keberanian untuk mengatakan kalimat itu.
"Tidak ku cintai? Tapi masih mau tidur denganku, pikirkan betapa rendahnya dirimu sekarang Bianca! ."
Setelah cukup lama akhirnya, Aditya menghempaskan cengkeramannya padaku, rasanya begitu lega, jika saja dia terus melakukanya mungkin leher dan rahang ku bisa patah dibuatnya.
"Jangan pernah kau berharap menjadi Istriku. Kau hanya budak bagiku ! Bahkan sampah sekalipun masih lebih berharga darimu! Keluar dari kamarku, sebelum aku melakukan hal yang lebih menyakitkan dari ini" Usir Aditya.
“Kalau begitu kenapa tidak kau ceraikan saja aku ? Aku bukan budak mu ! Sejak kita mengucapkan janji pernikahan. Kau adalah suamiku. Dan aku Bianca Christina ! Aku adalah istrimu. Aku diam karena aku mecoba memahami perasaanmu. Aku tahu ini tidak mudah bagimu. Tapi ini juga tidak mudah bagi ku ADITYA ! Dan untuk segalanya, aku benar-benar minta maaf. Mungkin aku telah menghancurkan mimpi-mimpi mu.”
“TUTUP MULUT MU ! DAN KELUAR DARI SINI.” Bentak Aditya dengan teriak penuh kebencian dan kemurkaan.
Setelah dilempar keluar olehnya, aku mencoba bangkit sekuat tenagaku, badanku masih terasa sakit karena kejadian semalam. Tapi aku harus segera menyingkir sebelum Aditya keluar dan melihatku masih berada didepan pintu kamarnya. Atau sesuatu yang lebih buruk lagi akan terjadi.
Dengan langkah berat dan setengah pincang aku menjauhi tempat itu, kembali ke kamar tidurku. Ku kunci dan tutup pintu kamarku rapat-rapat. Kemudian Ku sandarkan diriku dibaliknya.
Air mataku bisa jatuh bebas sekarang, tanpa harus disaksikan oleh orang kejam itu. Dalam hati aku menjerit.
Ya Tuhan. Apa gunanya aku ada didunia ini. Engkau memberiku hidup dan kini aku menyia-nyiakannya, dengan orang seperti Aditya.
Kenapa tidak Engkau ambil saja nyawaku. Apa gunanya hidup hanya untuk diinjak-injak dan permalukan. Entah aku sedang menyalahkan Tuhan Ku atau sedang meminta belas kasih padaNya.
Sementara itu Aditya, masih sedang berpikir tentang kejadian semalam.
Bodoh sekali kau Aditya.
Jelas kau mengingat semua kejadian semalam. Dia yang bersamaKu adalah Bianca. Meskipun aku mengucapkan nama Kirana berkali-kali, aku benar-benar tahu dialah wanita yang bersama denganku semalam. Tidak aku tidak sepenuhnya sadar, tapi aku tahu itu dia. Dan aku tetap meneruskannya, bahkan aku terus menyentuhnya sepanjang malam.
Kebodohan apa yang sedang ku perbuat sekarang? wanita itu, dia tidak bersalah tapi aku hanya tidak ingin dia mengetahui kebenarannya. Karena pikiran dan tindakan bodoh ku ini.
...Dreet..Drettt...Dretttt…
Ponsel Aditya berdering, pria itu langsung menatap layar ponselnya.
Mamah memanggil...
"Halo adit, kamu sudah bangun?" Ucap Ariani.
"Halo Mah. Ada apa? Tumben sekali telfon Adit pagi-pagi?."
"Apa Bianca ada disana ? Nanti sore main kerumah ya ! Kita akan makan malam bersama. Ayah dan Ibu Bianca juga akan datang, tapi kau jangan mengatakan itu padanya, mamah dan Ibu Sandra mau bikin kejutan untuknya.” Pinta Ariani antusias.
"Bianca...biasa lah, dia lagi nyiapin sarapan. Adit usahain ya, Adit sibuk hari ini, masih ada pekerjaan yang menumpuk, di kantor." Ucap Aditya, menolak secara halus permintaan Ibunya.
"Harus Dit, kau harus datang dan membawa istrimu itu, pokoknya nanti sore mamah tunggu, titik !." Ngotot Ariani.
"Ah. Oke Fine, nanti Aditya akan membawanya." Pasrah Aditya kesal. Tapi ia masih bisa menahan amarahnya.
"Iya gitu dong, ya sudah Mamah siap-siap dulu, untuk nyambut anak dan mantu kesayangan mamah. Bye sayang.” Tutup Ariani dan panggilan berakhir.
Setelah panggilan itu berakhir, Aditya merenung sebentar sambil memikirkan haruskah dia dan Bianca datang hari ini dan bersandiwara lagi. Sementara ia juga sudah berjanji dengan seseorang hari ini.
“Bianca lagi, Bianca lagi. Aku sama sekali tidak mengerti mengapa orangtuaku sangat perduli padanya ! Aku yang jelas-jelas putra mereka saja malah dijadikan seperti bukan anak oleh mereka. Bianca sebenarnya apa yang begitu istimewa dari dirimu? Jika saja kau tidak menerima tawaran ayahku untuk menikah denganku, mungkin saat ini aku bisa hidup bahagia bersama Kirana. Kau sangat egois, itulah alasan sampai kapanpun aku sangat membencimu. Kau hanya melakukan ini demi harta bukan cinta.” Batin Aditya.
💌To. Kirana
Aku tidak bisa datang hari ini. Ada makan malam keluarga. Maafkan aku.
Beberapa jam kemudian Aditya keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga satu persatu, matanya menatap kearah meja dapur, disana sudah ada Bianca yang menyiapkan kopi dan roti untuknya, seakan tidak pernah terjadi apa-apa pada mereka pagi ini.
Bianca POV
Aku melihat Aditya disana. Ia berjalan menuju kearah ku, wajahnya tampak kesal, kira-kira apa yang akan dia lakukan lagi padaku? Wajahku memucat saat dia semakin dekat denganku, dia pasti belum puas menyakiti ku.
Tangan nya mengarah ke wajahku, aku hanya bisa bereaksi untuk segera menutup wajahku dengan kedua lenganku, karena berpikir dia akan menamparku lagi.
"Minggir Kan tanganmu itu" Ucap Aditya menurunkan tanganku.
Tapi apa ini? Dia memegang lembut pipiku dengan tangan dinginnya itu? Aku tidak mengerti apa yang dia lakukan sekarang.
"Apa ini masih sakit." Tanyanya, kali ini Aditya mengelus pipiku dengan jarinya, aku masih terdiam tidak bisa berkata-kata.
"Ini berbekas" Dia memperhatikan bekas tamparan tangannya di wajahku.
Apa Aditya menyesali perbuatanya padaku, aku masih bertanya-tanya?
"Mamah, mengundang kita untuk makan malam dirumahnya. Pukul 5 aku akan menjemputmu, kau harus bisa menutupi bekas di wajahmu itu, hiasi lah dirimu. Apa kau mengerti?" Ucap nya lagi padaku.
Bodohnya diriku, berharap seorang Aditya menyesali perbuatannya padaku, itu tidak mungkin. Sekarang aku tahu alasannya melakukan ini semua. Dia hanya ini menunjukan pada keluarganya, bahwa ini pernikahan kami sangat bahagia. Tapi itu sama sekali tidak benar.
"Iya aku mengerti, kau tenang saja, ini tidak akan terlihat lagi setelah kau kembali menjemput ku nanti." Ucapku datar, kemudian menepis tangan Aditya. Rasanya aku sangat sedih karena dia melakukan itu semua bukan karena rasa bersalahnya.
"Bagus. Selanjutnya William akan mengirimkan beberapa pakaian untukmu, pilihlah yang kau inginkan, buat dirimu pantas menjadi istriku didepan semua orang." Tegas Aditya padaku.
Aku hanya mengangguk-angguk, mengartikan bahwa aku setuju dengan permintaanya itu.
"Mana kopi dan roti ku? Aku akan segera berangkat." Ucapnya kembali.
Aku segera memberi kopi dan roti yang telahku buat itu.
Sehari-hari aku memang selalu menyiapkan sarapan dan makan malam untuknya, meskipun terkadang dia enggan menyentuhnya, tapi ini sudah menjadi kebiasaan bagiku, sejak menikah dengannya. Lagipula siapa lagi yang akan melakukannya? Tidak ada siapapun disini, tidak ada pembantu atau ART, karena dia tidak ingin bersandiwara lebih banyak lagi, cukup hanya didepan kedua orang tua kami saja. Setidaknya meskipun tidak dianggap sebagai seorang istri, aku masih bisa sedikit berguna di rumah ini.
Anggap saja ini balas budi ku karena dia telah menyelamatkan Keluargaku.
Beberapa menit kemudian. Aditya pergi seperti biasa. Aku tahu dia pasti sedang terburu-buru ke kantor sekarang.
Entah kenapa, aku kembali memikirkan kejadian semalam, aku ingat Aditya memanggil nama Kirana, siapa dia? Siapapun dia aku yakin Kirana adalah orang yang sangat berarti untuk Aditya, Ahh... sudahlah tidak seharusnya aku memikirkan hal itu.
Aku memutuskan beristirahat sebentar, tubuhku masih terasa sakit semua. Lagipula aku harus menyiapkan tenaga yang cukup banyak setelah ini, bersandiwara menjadi keluarga yang harmonis didepan keluarga Aditya, itu sangat memerlukan tenaga ekstra.
Beberapa jam kemudian
Suara ketukan membangunkan ku
"Permisi Nyonya Bianca."
Aku sangat familiar dengan suara itu, itu pasti William, aku segera bangkit dari tempat tidurku dan membuka pintu kamar. Aku sedikit terkejut William tidak sendiri, dia datang bersama beberapa pelayan wanita, tak ingin aku berpikir terlalu lama, William segera menjelaskan padaku.
"Nyonya ini adalah orang-orang yang diutus Tuan Aditya untuk membantu anda, mereka akan membantu anda memilih pakaian dan apa saja yang anda perlukan." Terangnya.
"Baiklah terima kasih William, kau boleh pergi meninggalkan kami sekarang. Beritahu Aditya ucapan Terima kasih ku juga."
"Baik Nyonya, saya permisi dulu". Ucap William begitu hormat padaku.
Sekarang aku harus berpikir. Apa yang harus kulakukan pada pelayan-pelayan ini sekarang? aku menatap satu persatu wajah mereka.
"Nyonya saya mohon ijin, nama saya Feny, mungkin ada mau memilih pakaian yang anda kenakan dahulu?."Tanya pelayan itu dengan begitu ramah padaku.
"Baiklah keluarkan semuanya aku akan memilihnya." Ucapku.
Mereka dengan sigap melakukan perintahku, dan mengeluarkan barang-barang terbaik yang mereka bawa untukku pilih.
"Ini adalah rancangan terbaru di toko kami, menurut saya anda akan terlihat cantik sekali dengan gaun ini nyonya"
Pelayan itu terus menjelaskan semua pakaian yang dibawanya, namun tidak ada satupun yang menarik bagiku, semua terlihat terlalu berlebihan, aku hanya ingin makan malam keluarga bukan ke pesta besar, pikirku.
"Apa tidak ada lagi?" Tanyaku yang mulai merasa bosan.
"Ini yang terakhir Nyonya, ini adalah rancangan desainer kondang Valentino, tampak Sederhana, tapi tidak mengurangi kesan mewahnya, sepertinya ini akan sangat elegan jika anda kenakan."
Warna biru, adalah warna kesukaanku, dan gaun ini dia memang sangat cantik.
"Baik aku ingin yang ini." Ucapku dengan senyum merekah. Mereka juga nampak ikut senang dengan pilihanku itu.
"Untuk sepatu dan yang lainya, aku serahkan kepada kalian, pilihlah yang menurut kalian pas dengan gaun yang kupilih tadi ! aku yakin selera kalian akan sama sepertiku. Tenanglah jangan terlalu kaku bersamaku, anggap saja aku sama seperti kalian." Ucapku. Karena aku tidak begitu suka dengan hal yang terlalu berlebihan.
"Baik Nyonya" Ucap mereka serempak.
"Selajutnya apa lagi" Tanyaku.
"Permisi Nyonya nama saya Cerry, ijinkan saya menunjukan perhiasan ini pada Nyonya, ini adalah perhiasan yang tuan Aditya pilihkan untuk anda." Ucapnya dan memperlihatkan satu set perhiasan padaku".
Satu set perhiasan yang sangat indah, tapi yang paling menarik perhatianku adalah liontin berbentuk hati yang ada disana, indah sekali.
"Baiklah, letakan dahulu disana." Perintahku, sembari menunjuk kearah meja yang tak jauh dari tempatku duduk sekarang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!