Dalam keheningan malam yang mencekam, dari sebuah rumah kontrakan sayup-sayup terdengar tangis perempuan yang merintih dan minta tolong begitu pilu bagi yang mendengarnya.
Namun sayang, di tengah malam seperti ini, saat semua orang terlena dalam mimpi indahnya, masihkah ada yang mendengar rintihan dan minta tolong dari wanita yang malang?
Rintihan tangis itu terus terdengar timbul tenggelam menembus dinginnya malam, hingga subuh menjelang rintihan itu menghilang diganti oleh Adzan subuh di mesjid-mesjid. Membangunkan semua orang untuk memulai aktifitas pagi sebagaimana biasanya.
Zahira tergopoh-gopoh memasuki kampusnya, dengan nafas tersengal dia berjalan dengan tenang mencoba menetralkan nafasnya.
" Ra!” Zahira lansung nenoleh kesamping mendengar namanya dipanggil seseorang.
“ Hei ya!" Zahira memjawab sambil tersenyum begitu tahu siapa yang memanggil namaya.
"Terlambat lagi?"sapa laki-laki disampingnya sambil tersenyum.
“Iyya kak, soalnya tante selalu minta dibantu pagi-pagi, tidak peduli meskipun aku bilang nanti telat tetap saja minta tolong," ujar zahira sambil menunduk dan terus berjalan.
“ Tenang aja kuliahnya juga belum mulai kok." Sambil tersenyum dan mengikuti zahira di sampingnya. zahira ikut tersenyum melirik lelaki di sampingnya dan teringat lagi saat acara pengenalan kampusnya yang berlangsung selama 1 minggu yang selalu saja terlambat dan selalu mendapat hukuman dari para seniornya, salah satunya Alfian, senior Zahira yang kini berjalan di sampingnya.
Flash back on
Zahira kebingungan, hari ini hari pertamanya di kampus, dia bahkan tidak tahu di mana ruangan tempat acara pengenalan kampus jurusannya, mau bertanya entah siapa yang mau ditanyai, akhirnya dia melihat seorang lelaki yang lewat tak jauh darinya segera iya mengejarnya. “Kak permisi, kak assalamu alaikum," nafasnya memburu karena yang dikejar, jalannya tidak berhenti juga.
“Kak tunggu!’ seru Zahira mencoba dengan suara agak keras dan berhasil lelaki itu berhenti.
Dia menoleh,
” Memanggil saya?” Kata lelaki itu sambil menunjuk ke dirinya.
“ Iyya Kak, saya mau tanya kalau boleh?” jawab Zahira sambil tersenyum menanti jawaban.
“ Ya silahkan!" Lelaki itu menjawab sambil mengangguk.
“Amm, Kak maaf acara pengenalan kampus untuk fakultas pertanian di ruangan mana ya?" kata Zahira sambil celingak celinguk.
Merasa jawabannya tidak dibalas, Zahira menghentikan celingukannya kembali memandang lelaki itu, sementara lelaki itu sendiri hanya memandangi zahira penuh Tanya dengan kening berkerut.
“Kamu mahasiswa baru?" Tanyanya heran.
“Iyya Kak," jawab Zahira sambil menatap dirinya penasaran.
” Kenapa, ada yang salah?" menatap orang itu dan dirinya bergantian.
“Tapi bukannya anak MABA dari pertanian pakaiannya putih biru?"laki-laki itu masih kelihatan bingung.
Zahira yang saat ini memang memakai kerudung besar dan panjang sampai menutupi kedua tangannya sehingga baju yang dipakainya tidak kelihatan meskipun roknya yang berwarna biru masih Nampak. Zahirapun sadar dengan itu dan segera menaikkan jilbabnya sedikit sehingga lengan bajunya terlihat dan berwarna putih.
“ Ini," jawab Zahira singkat.
Lelaki itu tersenyum lalu segera menunjuk kesebuah bangunan disamping bangunan tempat mereka berdiri.
“ Oh iyya Kak, terima kasih banyak,” sambil berjalan cepat kearah yang ditunjuk lelaki itu, dibelakangnya lelaki itu juga mengikuti Zahira pergi.
Sampai di bangunan itu, Zahira segera masuk di sana dan di dalamnya acara sudah berlangsung, suara panita acara pengenalan MABA terdengar jelas.
Zahira memandang ke dalam dan segera menarik nafas yang dalam lalu membaca basmalah.
“ Bismillah," dengan penuh keyakinan, Zahira mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
“Assalamu alaikum," sontak semua mata menoleh kearah suara, salah seorang panitia mendekat.
” Kamu siapa?” tanya seniornya.
” Saya Zahira, maaf kak Saya terlambat," Zahira menjawab agak menganguk sambil tersenyum sedikit.
“kamu MABA?" tanyanya penuh selidik, dengan kening berkerut wanita itu masih menyelidiki.
“Iyya Kak," jawab zahira sambil mengangkat sedikit jilbabnya dan lengan bajunya kelihatan.
“Mana atributnya?”masih penuh selidik.
“Aaa," Zahira ternganga sejenak lalu segera merogoh sesuatu dalam tasnya,
“ah ini Kak,” sambil menunjukkan atributnya berupa papan nama, dan pita berwarna merah.
“Kenapa tidak dipakai?”wajah wanita itu mulai tampak kesal, kedua tangannya dinaikkan kepinggang dan ditolakkan disana.
“ Kamu malu kalau kamu ini MABA di sini?” dengan nada bicara yang agak gusar.
” Ah bukan Kak, mm anu, ini , mm aku cuma ga sempat memakainya karena sudah keburu telat, jadi aku pikir baru mau pake kalau sudah sampai di kampus, cuma keburu telat jadinya lupa, maaf kak,” kepala zahira sedikit ditekuk kebawah karena takut mendapat murka dari seniornya.
Wanita itu berbalik dan melangkah masuk tanpa mengajak zahira, kini dia sudah berkumpul dengan senior yang lain, sementara tak jauh di belakang zahira, lelaki yang mengikuti sahira berhenti lalu tersenyum melaihat kejadian itu.
Zahira sendiri terdiam mematung karena tidak dipersilahkan masuk.
“Perhatian-perhatian, ada MABA yang terlambat tuh, waaah enaknya diapain yaah?”sambil berkacak pinggang wanita itu mengedar pandangannya ketemen-temannya.
Sementara para MABA yang lain Cuma terdiam membisu penasaran, mereka hanya melihat kearah Zahirah dan para senior bergantian.
"Yaaah apalagi, dihukumlah,” jawab salah satu senior itu.
"Hei kamu ayo sini masuk”. Panggil salah seorang senior laki-laki.
Zahira melangkah masuk dengan ragu-ragu, sementara laki-laki yang mengikutinya juga ikut melangkah mendekati pintu masuk.
Sesampai di dekat para seniornya, Zahira pun berdiri mematung dengan sedikit senyum tersungging dibibirnya.
" Masih bisa tersenyum yah, padahal sebentar lagi bakal kena hukuman,” kata senior wanita yang tadi menyambutnya di pintu.
“Bagusnya diapain ya?” berkata senior lelaki sambil memegang dagunya berfikir.
“Mmm bagaimana kalau kamu perkenalkan diri dulu terus kasih tau alasan kamu kenapa sampai terlambat," lanjut laki-laki itu.
“Setuju, aku setuju, iyya itu ide bagus," jawab para senior bergantian.
“Silahkan perkenalkan diri!" ucap senior lelaki lainnya sambil mengarahkan zahira dengan tangannya.
Zahirapun melangkah sedikit kedepan dan kini berbalik mengahadap ke arah teman-teman MABAnya.
"Perkenalkan nama saya Zahira, asal sekolah saya dari pesanteren, alamat saya di jalan Ahmad yani no. 187.” Zahira mengakhiri kalimatnya dengan menarik nafas dan menghembuskannya pelan-pelan.
” Ooooo anak pesantreeen?" jawab para senior hampir bersamaan.
“Pantas gayanya kayak begitu," ucap salah seorang senior cewe yang tidak berjilbab dengan mulut mencibir. Zahira hanya menoleh sebentar kearah suara itu lalu kembali tertunduk.
Sementara diluar ruangan lelaki yang mengikuti Zahira tadi menatap kearah Zahira tak berkedip, anak-anak Maba yang lain mulai saling pandang, Zahira kembali melanjutkan kata-katanya.
"Mm alasaan saya sampai terlambat karena pertama, saya harus bantu tante saya menyiapkan jualannya pagi-pagi, terus karena rumah saya agak jauh dari sini dan karena berangkatnya agak telat jadi kena macet dijalan, saya minta maaf sudah terlambat, maafkan saya yah teman-teman!" Ucapnya memelas lalu terdiam dan tertunduk.
"Oke" ucap salah satu senior lelaki sambil menepukan tangannya sekali kemudian sedikit berfikir lalu melanjutkan.
"Jadi bagaimana kalau hukumannya adalah kamu harus berjalan mulai dari ujung sana terus sampai barisan paling belakang sambil menanyakan nama mereka masing-masing.
"Oke" Jelas senior lelaki itu sembari menunjuk arah yang dimaksudkan.
" Tapi sebelumnya mungkin dia harus mengenal kita dulu deh Yan!” ucap salah seorang senior cewe .
"Kan dia belum kenal kita," katanya sambil mengedar pandangan ke teman-temannya menunggu persetujuan.
"Iyya aku setuju!" timpal yang lain.
"Baiklah, silahkan dek, dimulai dari dia yah,” ucap senior cowok yang member hukuman tadi.
Zahirapun melangkah mendekati cewe yang menyambutnya tadi dipintu, Zahira menjulurkan tangannya.
"Maaf Kak, nama saya Zahira, kalau Kakak?”. Cewek itu menjabat tangan Zahira "Nova” jawabnya singkat.
Zahira berpindah ke cewek yang satunya lagi yang tak berjilbab, “Zahira”, sambil menjabat tangan,
“ Yenni”.jawabnya cuek, melangkah lagi mendekati senior cowok.
Saat Zahira mendekat, si cowok langsung menjulurkan tangannya minta bersalaman namun Zahira malah mengatupkan kedua tangan di depan dada.
"Zahira Kak," yang diajak bicara malah bengong kemudian tersenyum kecut menahan rasa malu, lalu menarik tangannya dan melakukan seperti yang Zahira lakukan.
"Riyan." Suaranya penuh kecewa.
Sementara senior yang lain tertawa ngakak.
”Anak pesantren woiii, ga boleh bersentuhan bukan muhrim loo!” ujar beberapa senior, para MABA ikutan ketawa.
Yang diketawai cuma menyerinagi. Zahira melanjutkan.
"Mega” "Yolanda” "Doni," demikian nama para senior mengenalkan nama mereka ke Zahira.
Selesai mengenal para seniornya, Zahira pun melajutkan tugasnya yakni mengenal semua MABA di sana. Zahira tertegun sejenak memandang kearah MABA yang hampir seratusan banyaknya.
Dia menarik nafas dalam-dalam, sementara para senior senyum-senyum menahan tawa membayangkan betapa lelahnya harus berjalan menanyai orang satu per satu dengan jumlah yang banyak itu.
Dengan langkah pasti zahira mulaiberkenalan dengan semua maba mulai dari ujung ke ujung sesuai yang diperintahkan oleh Riyan, seniornya yang sempat menahan malu tadi.
Merasa sudah selesai dengan tugasnya, dia kembali kedepan tapi seseorang menegurnya karena tugasnya belum selesai.
" Heyy masih ada 1 nih!” ujarnya sambil menunjuk dirinya.
Kaget langsung menoleh ke belakang.
“Oooh, maaf saya tidak lihat tadi," Zahira kembali menuju asal suara. Seperti yang dilakukan pada semua cowok-cowok, Zahira mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
“Zahira." Yang diajak kenalan dengan hal yang sama menyebutkan namanya.
“Alfian gunawan!" sambil tersenyum. Zahira membalasnya dengan senyum manisnya.
Setelah menyelesaikan hukumannya, Zahirapun berlalu dan kembali kedepan menghapa para senior.
"Saya sudah selesai Kak,”demikian laporan Zahira.
"Whaaaat, sudah selesai? maaf tapi hukumannya baru dimulai ya”. Ucap Riyan dengan nada mengejek.yang lain Cuma ketawa.
“Hukuman kamu itu adalah, menghafal semua nama orang disini mulai dari dia sampai yang paling terahir itu..sambil menunjuk orangnya.” Kata Riyan ketus. Mata Zahira tebelalak mendengar hukumannya.
"Mana bisa aku mengahafal semuanya, mereka kan hampir seratus orang, ya Allah?" Batin Zahira, tak sadar dia menutup sebagian wajahnya dengan kedua tangannya. Terdengar suara tawa para senior pecah.
Para MABA saling pandang namun tak ada yang bersuara. Bahkan ada sebagian yang angkat bahu.
"Aku rasa dia bakal ****** deh,” “sumpah aku ga bakal telat deh” iih mengerikan." Demikianlah para MABA mulai berbisik.
Sementara Zahira terdiam dengan sebagian mukanya tertutup kedua tangannya, Alfian sudah berada diantara para senior.
“Ayooolah, jangan killer gitu dong, kasiaan anak baru,mustahil banget ingat semua nama orang segitu banyak dalam sekali kenal!” Ucap Alfian memecah suasana. Sontak semua tawa berhenti.
"Waaaahhh lihatt yang ketua udah telat, masih membela,”ujar Yeni merasa sewot.
“Apasihh, siapa yang membela, memang kenyataanya gitu kali, lagian menurutku dia tidak terlambat, soalnya dia masih lebih dulu datang dari ketua, iyya kan?" Alfian menegaskan.
“ Waaaahhh mentang-mentang sesama anak pesantren ya," Ucap Doni dengan senyum mengejek.
"Memang apa bedanya yang pesantren dan yang bukan pesantren, sama aja kali islam juga”. Ucap Yeni jengkel. “Biar saya ga jilbab aku juga islam kaliii!” yeni masih jengkel.
"Maaf ya teman-teman, bukan karena masalah pesantrennya cuma kan dia sudah bilang membantu tantenya, jadi kasih keringananlah, masa semua orang bisa dihafal, ingat aturan OPAK kan? Tidak boleh berlebihan dan hormati HAM, jangan sampai kelewatan dan menyusahkan para MABA!!”
Alfian tegas.
Sebenarnya Alfian bukannya telat, tadi sudah datang duluan namun karena ada panggilan pengelola kampus, dia harus meninggalkan acara sebelum dimulai. Dan Zahira pun mendapat keringanan, Cuma perlu menyebutkan minimal 10 nama MABA saja.
Meskipun Zahira selalu medapat pembelaan dari ketua panitia yang sejak awal sudah perhatian padanya, tetap saja dia dihukum lagi, lagi dan lagi, karena terus saja terlambat. Selain itu, Yeni kakak seniornya kelihatannya sangat dongkol melihat kedekatan mereka.
Flash back of
Kini mereka telah sampai di ruangan Auditorium kampus, mereka pun bergegas masuk dan mencari kursi kosong karena acara sudah dimulai terlihat dari MC yang sudah membacakan susunan acara hari itu. Mereka duduk dengan tenang mendengarkan acara kuliah perdana dengan seksama sampai acara selesai.
“Kamu mau kemana habis ini?” tanya Alfian.
Zahira menoleh ke arah Alfian, "mmm mungkin ke kelas deh Kak,” ujar Zahira sembari berdiri dan menyalempangkan tasnya di pundak, bersiap hendak keluar ruangan. Alfian hanya mengangguk sambil tersenyum serta ikut berdiri.
Mereka terus berjalan beriringan meskipun agak berjarak sampai dihalaman Auditorium. Mereka akhirnya berpisah.
”Duluan ya Kak assalamu alaikum." Sembari menunduk sedikit dan berlalu ke arah kelasnya.
“Ya, wa alaikum salam," balas Alfian juga dengan senyum.
Setelah berpisah dengan Alfian, kini Zahira berjalan sendiri, bukannya Zahira tidak punya teman, hanya saja Zahira lebih suka sendiri, kedekatannya dengan Alfian bukan karena Zahira yang sangat menginginkannya tapi Alfianlah yang selalu datang mengahampirinya, dan Zahira hanya membiarkannya, karena memang ga ada alasan untuk mengusirnya. Soalnya dia lelaki yang sopan dan ramah.
~BERSAMBUNG ~
Sesampainya di kelas, sudah banyak orang disana, Zahira langsung menuju ke bangkunya, meletakkan tasnya lalu duduk di kursinya. Dibukanya tasnya lalu meraih ponselnya, Zahira melihat jam, "mmm baru jam 10,” gumamnya.
Seseorang yang kebetulan lewat disampingnya menoleh kerahnya langsung berhenti mendengar Zahira bergumam soal jam.
“Hei jam berapa sekarang?”
Zahira langsung menoleh ke asal suara, ternyata Daniah, salah seorang teman sekelasnya.
“Ooh heyyy, ya baru jam 10,”ucap Zahira sambil tersenyum, yang bertanya Cuma mengangguk dan berlalu terus kebelakang.
Bangku di sebelah Zahira kini terisi seorang perempuan, Zahira hanya menoleh dan tersenyum ramah, "sudah lama?” tanya wanita itu.
" Tidak juga” jawab Zahira ringkas.
Mereka lalu saling tersenyum kemudian sibuk dengan diri masing-masing.
Tak lama setelahnya, seseorang dengan pakaian rapi tanpa almamater masuk ke dalam ruangan, terus ke depan kelas sambil membawa map. Seisi ruangan jadi lengang.
“ Assalamu Alaikum, dan selamat pagi semua, perkenalkan nama ibu, Reyhana, saya adalah staf administrasi dan pengelola kampus ini”.
Berhenti sejenak memperhatikan isi kelas lalu melanjutkan,
"kedatangan ibu ke sini adalah ingin membagikan jadwal perkuliahan kalian sekaligus mata kuliah pilihan yang akan kalian ikuti selama satu semester kedepannya."
Sambil membuka map yang dibawanya tadi dan mulai membagikan beberapa lembar kertas keseluruh mahasiswa yang ada di ruangan itu. Selesai membagikan kertasnya, Ibu Reyhana pun kembali kedepan kelas.
"Silahkan diisi lengkap data-datanya, setelah selesai silahkan kumpul sama ketua tingkat dan nanti ketua tingkat yang bawa ke ruang staf administrasi kampus, fahaamm," Sambil mengedarkan pandangan.
“Ya buu." Jawab para mahasiswa serempak.
Zahirapun selesai mengisi kertasnya, lalu mengumpulnya ke ketua tingkat, dia ga perlu jauh-jauh karena ketua tingkatnya adalah wanita yang duduk disebelahnya tadi.
“ Rasti, nih punyaku sudah selesai," sambil menyodorkan miliknya tak lupa menyertainya dengan senyum. Yang dipangilpun menoleh,
”iyya sini.” Juga dengan senyum.
Sebenarnya waktu penunjukan ketua tingkat banyak yang memilih Zahira karena cerdas dan cekatan dalam mengerjakan tugas, namun karena sedikit intimidasi dari seniornya yakni Yeni yang mengatakan kalau dia tidak pantas menjadi ketua karena selalu terlambat dan tidak disiplin, sehinnga pilihan jatuh pada Rasti. Namun Zahira tidaklah mempersoalkan hal itu karena dia sendiripun tidak begitu menginginkan posisi tersebut.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.20 menit saat Zahira meyelesaikan tugasnya, diapun bermaksud untuk meninggalkan ruangan, namun Rasti menahannya.
"Ra, bantuin dong, punyaku belum kelar nih!” ucap Rasti sambil mendongak menatap Rahira.
Karena banyak yang bertanya dan mana lagi yang mau menyetor tugas sehingga Rasti kewalahan mengerjakan tugasnya.
Yang dimintai tolong hanya mengangguk lalu duduk kembali mengumpul semua kertas yang ada di meja Rasti dan menumpuknya dimejanya sendiri.
Kini dialah yang menerima semua kertas yang disetor oleh teman-temannya. Tak lama kemudian seluruh isi kelas keluar satu per satu, kini tinggallah Zahira dan Rasti berdua.
"Nih semuanya sudah terkumpul” ujar Zahira sembari menyerahkan semua kertas ke meja Rasti.
'Makasih ya Ra," Rasti mengambil kertas itu lalu tersenyum penuh kepuasan.
Mereka pun berdiri untuk keluar dan meninggalkan kelas.
Sampai di koridor kampus mereka berpisah "aku duluan yah, mau menyetor ini dulu," sambil mengangkat tumpukan kertas ditangannya Rasti terus berlalu meninggalkan Zahira.
Sambil mengangguk dengan senyum manisnya, Zahira juga berlalu ke arah yang lain hendak segera pulang ke rumah.
Zahira terus berjalan hendak keluar kampus melewati kantin, tiba-tiba perutnya berteriak minta diisi saat aroma masakan menyeruak masuk dalam rongga hidungnya. bagaimanapun hari memang sudah menunjukkan waktu makan siang.
Zahira berhenti sejenak, terlihat bimbang menarik nafas lalu memantapkan langkah menuju kantin.
”Lebih baik makan dulu deh, lapar banget rasanya” katanya membatin.
Dari kejauhan tampak alfian tersenyum melihat kearah zahira berada.
Di dalam Kantin, sudak tampak ramai, Zahira celingak- celinguk mencari tempat kosong, matanya terhenti saat melihat ada meja kosong di samping teman kelasnya, Daniah.
Dia pun segera masuk dan menuju tempat itu. Zahira berniat menyapa Daniah, namun karena Daniah terlihat asyik mengobrol dengan 2 orang sahabatnya, Zahira mengurungkan niatnya.
Dia segera pergi memesan gado-gado sebentar kemudian sudah kembali dengan sepiring gado-gado dan segelas teh panas di tangannya.
Zahira pun duduk di samping Daniah yang masih serius dan tak memperdulikan Zahira yang kini duduk di samping mejanya.
Zahira melirik kearah Daniah, lalu tersenyum, kemudian mulai menyantap pesanannya itu.
"Beneran deh, ada suara jeritan semalam” suara Daniah terdengar jelas oleh Zahira.
“Iyya aku tau, cuma yaa ga mungkinkan ada orang di kamar itu, kamar itu kan kosong sejak pertama kita datang," timpal salah seorang teman daniah yang duduk satu meja dengannya sambil menatap Daniah penuh ragu.
“Apa jangan-jangaaaannn,haa ha hantu” ujar teman daniah yang satunya lagi dengan terbata. praak.. Daniah mengebrak meja.
“ Metaaa. jangan asal kalau bicara ya!!” Daniah membentak temanya yang ternyata namanya adalah Meta.
Mendengar meja digebrak sontak seluruh isi kantin jadi kaget. Terlebih-lebih Zahira yang sangat dekat dengan mereka. Tampak Yeni, senior mereka yang paling judes jadi sangat terganggu, angkat bicara
"Wooiyyy jangan berisik, kantin ini bukan punya kalian, mengertiii!!” kata Yeni setengah berteriak kesal.
Yang lain hanya diam karena merasa sudah terwakili oleh Yeni. Daniah dan temannya terdiam sejenak mendengar Yeni sewot, Bagaimanapun mereka sudah kenal banget sama senior yang satu ini.
Mereka memilih bicara sambil berbisik.
"Della, menurut kamu kalau bukan hantu terus apa dong?” tanya Meta, Daniah bernafas kesal, namun tidak bersuara sedikit pun.
Temannya yang dipanggil dengan nama Della pun tidak menyahut.
"Dan, Dilla, jawab dong, jangan diam gitu, aku jadi takut nihh?”wajah Meta memelas ketakutan.
“Ah entahlah, aku juga ga tau” jawab Daniah sambil terus mengaduk-aduk kuah baksonya.
"Aku sudah tiga kali mendengarnya, suaranya benar-benar menyayat hati, sebenarnya aku penasaran cuma aku benar-benar takut kalau-kalau itu benar han...tu” ujar Dilla dengan ekspresi muka sedikit takut.
"Bagaimana kalau kita pindah kos-kosan aja” kata Meta bersemangat.
” Ga bisa lah, kamu lupa syarat penyewaan, uang sewa tidak boleh ditarik kembali” Daniah mengingatkan Meta dengan tegas.
”Lagian dimana lagi kita dapat rumah semurah dan sebagus itu, udah gitu dekat dari kampus lagi." Della ikutan menimpali.
"Kamu tau sendiri kalau aku kuliah dengan mengandalkan beasiswa miskin yang diberikan kampus, mana bisa aku membayar rumah dengan harga mahal”sambung Della.
” Terus gimana dooong, Daniah, gimana niiih?” Meta terus bertanya sambil menguncang –guncang lengan daniah.
" Ahh diam ahh berisik!”ujar Daniah sewot.
Mendengar perbincangan Daniah dan sahabatnya, Zahira mencoba angkat bicara, sementara di pintu kantin tampak Alfian sedang mengedarkan pandangannya lalu tersenyum.
”Maaf ya teman-teman aku mendengar masalah kalian, bukannya aku mau ikut campur cuma aku mau ngasih tahu bahwa rasa takut itu muncul apabila kita meyakini dan mempercayai akan sesuatu yang menakutkan terutama hantu, karena sebenarnya rasa takut itu hanya ada dalam pikiran,” kata Zahira memulai ceramahnya.
Yang diceramahi hanya menoleh kearah Zahira lalu diam memperhatikan kata-katanya.
"Sebenarnya hantu itu mungkin memang ada, tapi kan ga kelihatan, tapi terkadang orang-orang bisa melihat penampakan yang menakutkan karena yaa mereka kepikiran teruus” Zahira berhenti sejenak lalu melanjutkan.
”Jadi, kalau kita ga memikirkan hal-hal yang aneh dan tetap berfikiran positif, maka kita ga akan ketakutan, lagian takut itu cuma sama Allah bukan sama hal-hal yang lain, sehinnga ketika kita takutnya hanya sama Allah tentunya para hantu dan konco-konconya akan ketakutan dan lari terbirit-birit saat bertemu dengan kita.” Ceramah Zahira diakhiri dengan senyum.
"Udah selesai ceramahnya ustasah?” Daniah tersenyum mengejek.
"Dengar ya cewek alim!” Daniah menyebut zahira demikian karena sejak awal pengenalan kampus sampai sekarang zahira tidak mau bersalaman dengan laki-laki dan itulah panggilan Zahira dari sebagian teman Zahira yang lain yang sampai saat ini agak kurang sreg dengan cara Zahira.
"Kamu sih enteng aja bilang begitu karena kamu orangnya alim banget, tapi kami ga sealim dirimu tau!” ucap Daniah sewot lalu kembali menghadapi mangkoknya.
“Iyya nih, jangankan orang alim, sholat aja ga pernah” timpal meta tersenyum mengejek.
”Yaaahh itu kamu aja kalii” balas Della menyeringai dan berpaling kearah yang lain.
Mendengar itu Zahira hanya tersenyum
”Ah maaf ya kalau aku mengganggu kalian, aku cuma ngasih tahu kok, ga ada maksud mengajari” ucap Zahira dan kembali menyantap gado-gadonya.
“Udah yuk, pulang” Daniah berdiri dan mengajak temannya pergi. Telinganya terasa panas dengar ceramah dari orang yang seumuran dengannya.
~BERSAMBUNG~
kepada teman-teman pembaca jangan lupa vote dan like ceritaku yaa.. komennya jugaa...😘
Alfian yang baru masuk hendak memesan makanan hampir bertabrakan dengan Daniah kaget, lalu berhenti sejenak memandangi Daniah, yang dipandangi tidak peduli dan berlalu begitu saja begitu pula yang lainnya.
Alfian hanya tersenyum kecut dan geleng-geleng kepala melihat mereka berlalu. Zahira asyik menyantap makanannya seketika berhenti saat ada orang yang meletakkan makanan di depannya lalu mendongak dan tersenyum, ” Eh kak Fian, mau makan juga kak?” Tanya Zahira dengan senyum.
“ Tidak, mau masak”balas Alfian dengan senyum, Zahira Cuma tertawa ringan.
” Iya makanlah, mau apalgi coba,mm”ucapnya lagi sembari menatap Zahira jahil.
Zahira Cuma tertawa lalu melanjutkan makan, Alfian pun mulai makan tanpa basa basi lagi.
Sementara di meja seberang agak dipinggir dua pasang mata tak berhenti menatap mereka berdua, mereka tak lain adalah Yeni dan Nova dua sahabat yang setingkat dengan Alfian.
Sejak dari awal opac sampai sekarang Yeni benar-benar kesal dengan kelakuan Alfian yang semakin hari semakin nempel sama Zahira, bahkan bela-belain berdiri lama dekat gerbang Cuma buat nunggu Zahira,
“ Katanya anak pesantren tapi mereka selalu berduaan gitu, cihhh sok alim” gerutu yeni dengan badan agak dicondongkan kedepan agar suaranya yang berbisik bisa jelas terdenganr oleh nova.
”Yaaa tapi kan mereka ga deket-deketan apalgi pegeng-pegangan kan, juma jalan sama duduk doang itupun ada jarak, iya kan” jelas novi juga setengah berbisik.
”Eh Nov kamu bela mereka yaa?" balas yeni sewot.
”Bukan gitu, Cuma kan tadi kamu bilang mereka sok alim, jadi ya aku cuma jelasin kekamu aja kali aja kamu ga faham." Nova mencoba menjelaskan.
” Ya itu sama aja kamu bela mereka dodol, kamu pikir aku ga tahu apa syariat islam, ga perlu dijelasin." Yeni semakin sewot.
”Tapi Yen, kamu kan tau kalau Alfian itu anak pesantren, jadi so pastilah nyari cewenya anak pesantren juga kan?”jelas nova.
”Pesantren ga pesantren apa bedanya coba, sama juga kali islam,” Yeni semakin kesal.
”Ya tapi kan anak pesantren alim sementara kamu ...ti dak,” timpal nova dengan menggit lidah takut yeni tambah marah.
” Apa coba bedanya alim ma tidak?”ucap Yeni dengan mata melotot ke nova.
” Yaaahhh, dia berhijab, rajin sholat, terus kamuuu?” Nova menghentikan ucapannya sambil menatap yeni dengan senyum penuh takut.
Yeni Cuma diam terus menatap Nova kesal.
” Coba perhatiin deh,” sambung Nova sambil memperbaiki posisi duduknya.
”Alfian itu kalau ketemu sama cewek yang ga berjilbab, pasti nunduk, kalau ga nunduk pasti natapnya sebentar terus buang muka sembarang arah gitu, menurut kamuu gimana?” tanya Nova penuh selidik.
“Maksud kamu Alfian benci sama cewe yang ga berhijab, gitu?” balas Yeni penasaran.
” Bukan gitu, ,maksudku Alfian itu cowo alim jadi selalu menundukkan pandangan kalau ada aurat terbuka,” jelas nova.
“Arrrggggh” Yeni menyeringai sambil mencekeram sendoknya kuat-kuat lalu menarik nafas.
” Apa aku berhijab juga ya?”tanya Yeni.
Yang ditanya cuma angkat bahu dengan bibir dimonyongkan.
Sementara itu Zahira sudah menyudahi makanannya, “aku duluan ya kak” sambil berdiri dan mengambil tasnya di meja.
”Kamu udah selesai? udah mau pulang?”Alfian mendongak menatap Zahira.
Yang ditanya malah tertawa ”ga Kak aku mau nginap,” ujarnya.
”Waah aku dibalas nih,”sambil ikut tersenyum menyadari pertanyaan konyolnya. Mereka berdua tertawa.
”Kak aku duluan , silahkan lanjutin makannya yah, assalamu alaikum,"
” Ya wa alaikum salam” jawab Alfian sembari menatap punggung zahira yang berlalu pergi. Alfian hanya menarik nafas lalu tersenyum getir.
Bagaimana pun dia sudah bela-belain datang kekantin cuma buat makan bareng tapi ujung-ujungnya ditinggal pula. Bukan karena Zahira tega atau tidak memiliki perasaan, hanya saja, dia tidak tahu bagaimana caranya bersahabat.
Selama hidup, Zahira belum pernah punya seorang sahabat atau teman yamg benar-benar dekat dengannya. Dia selalu melakukan semua sendiri, bukan berarti dia tidak punya teman. Dia punya banyak teman, dia kenal sama semua orang tapi dia tidak pernah punya teman khusus yang harus ditunggunya atau diperlakukan istimewa.
Baginya semua orang sama dimatanya. Mungkin karena didikan orang tunya yang mengharuskannya hidup mandiri tidak bergantung pada orang lain apalagi menyusahkan orang lain.
Dia tidak pernah dibolehkan pergi sama teman-temanya meskipun dengan teman perempuan sekalipun. Yang zahira tahu Cuma sekolah-rumah dan rumah-sekolah. Selama di pesantren pun Zahira lebih senang jika sendiri, baginya belajar bersama teman sangat mengganggu konsentrasinya, membuatnya tidak fokus menghafal setiap materi belajarnya.
Dia hanya mendatangi temannya jika memang ada keperluan yang mengahruskan dirinya bersama teman. Dan itu sudah mendarah daging ditubuhnya.
Sepeninggal Zahira, Alfian segera menyelesaikan makannya lalu beranjak keluar kantin.
Diluar kantin, sudah menunggu Yeni dan Nova, begitu Alfian keluar segera diikuti oleh yeni. “Fian, tunngu!!" paggil Yeni sambil berjalan mendekatinya, Alfian menoleh,”Yeni, Ada apa?”ucapnya sambil tetap melangkah.
”Bisa kita bicara sebentar?” tanya Yeni sembari memegamg tangan Fian, mereka berhenti, Alfian melepas tangan Yeni pelan,
”Ya silahkan” sambil mundur selangkah karena tubuh Yeni sangat dekat didepannya.
”Ada apa denganmu Fian?" tanya Yeni menatap Alfian tak bergeming.
”Maksudnya?”alis Fian mengerut tak mengerti maksud yeni.
”Kamu pura-pura atau memang ga tahu?” Yeni mulai sewot, Alfian cuma menggeleng tak mengerti.
“Maksud Yeni tuh kamu dari awal ketemu sama Zahira tuh," belum selesai ucapan Nova.
”Jangan sebut namanya!!" Yeni membentaknya.
”Ya ya sejak ketemu sama cewek sok alim itu kamu kayaknya jadi bucin, gitu maksudnya” ucap Nova menjelaskan pada Alfian.
”Sok alim, bucin, apaansi kalian ini?” Alfian cuma tersenyum dan menarik nafas, mengelus rambutnya dengan perasaan tidak senang.
“Ya kamulah, apa coba kalau bukan bucin haa, setiap hari menunggu dekat gerbang, bahkan rela telat masuk, asalkan bisa bareng dengannya, iyya kan?”yeni kesal.
”Bucin?” Alfian tersenyum,”bucin itu, kalau udah jadian atau kalau kita pacaran terus ngelakuin apa saja yang diinginkan pasangan, iyya kan, tapi aku sama Zahira ga ada hubungan spesial, kami hanya kebetulan bertemu dan arah yang dituju sama jadi kami barengan ada masalah dengan itu?”
“Haah, ahhahh”, Yeni membuang nafas kesal
”Kebetulan apanya jelas-jelas kamu menunggunya, atau mencarinya, apa itu yang kebetulan?” tanya yeni masih kesal.
”Terus kalau tidak kenapa kamu yang sewot?”Alfian balik bertanya membuat Yeni kaget dan terdiam seribu bahasa, Nova yang menyaksikan mereka hanya bisa melongo.
Alfian meninggalkan mereka yang terdiam seribu bahasa. “Aaaarggggghhhh” Yeni mengerang sambil mengepalkan kedua tangannya dan mengacungkannya ke udara.
~BERSAMBUNG~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!