Hidup diantara musuh tidak membuat Hendrik Wijaya tegang ataupun takut, bahkan membuatnya semakin senang dengan derajatnya sekarang, dia adalah seorang mafia kaya pasukan dan musuhnya ada di mana-mana. Umurnya 25 tahun walau masih muda ia terkenal sebagai mafia kejam tidak mempunyai hati.
"Bunuh dia sekarang!!" perintah seseorang pemuda bejas hitam kepada anak buahnya.
"Baik tuan,"
"Aaaaaaaaaa!!!" teriak seorang lelaki yang sedang diikat.
"Tuan Hendrik ada panggilan untuk anda,"
"Kenapa mereka tidak bisa membuat aku melihat pemandangan indah ini," ucap Hendrik berdecak kesal.
"Halo, iya aku kesana sekarang,"ucap Hendri mematikan telponya.
"Buang mayat itu dan potong kecil-kecil agar polisi tidak curiga," ucapnya pergi meninggalkan sebuah ruangan yang penuh dengan darah.
"Baik Tuan,"
Akhirnya Hendrik sampai di tempat tujuan yaitu kediamana Pak Suniatto yang terlilit utang pada Hendrik dan terancam bangkrut.
Ting ... Ting ... Ting
Suara bell rumah berbunyi, genggam pintu mulai bergerak dan pintu terbuka betapa terkejutnya Hendrik saat melihat Wanita cantik dengan kerudung yang ada menempel di kepalanya hingga di sampai di lututnya.
"Maaf Tuan anda cari siapa," ucap seorang Wanita sambil menunduk saat berbicara.
"Saya mencari pak suniatto,"
"Kebetulan Papa sudah pulang ke rumah, saya akan panggil, kan silahkan masuk," ucapnya sopan
Hendrik masuk di rumah cukup mewah dan melihat wanita tersebut naik ke atas tangga sambil berlari memanggil Papanya.
"Steve ... suruh mereka menunggu di luar dan kamu yang masuk,"
***
Tok ...Tok ... Tok ...
terdengar suara ketukan dari luar seorang Pria paruh baya membuka pintu tersebut dengan keringat berceceran.
"Assalamualaikum ... Pa, ada tamu di luar,"
"Aduh ... kamu bilang saja Papa nggak ada," ucap Suniatto mengusap keringatnya menggunakan handuk kecil.
"Ta ... tapi Pa, Gersya terlanjur sudah bilang kalau Papa ada di rumah," ucap Gersya sambil menunduk.
" Arghh ... Aduh ... bagaimana ini ... mana uang sudah menipis," batin Suniatto kemudian melirik Gersya.
"Kenapa masih disini, cepat siapkan Teh dan beberapa kue," perintah Suniatto.
Dengan cepat Gersya mengangguk dan pergi ke dapur. Di dapur terlihat Pelayan sedang membuat makan malam.
"Non ... sedang cari apa?" ucap Mina wanita paruh baya pembantu rumah tangga.
"Cari gula Bi ... soalnya ada tamu di depan," ucap Gersya sambil membuka beberapa lemari.
"Ada di sana ... soalnya tadi Bibi pakai buat kopi Tuan," ucap Mina sambil menunjuk toples yang berisi gula.
"Makasih Bi," ucap Gersya kemudian menyiapkan gelas dan beberapa peralatan lainnya.
"Biar Bibi ... saja Non," ucap Mina merasa kasihan pada Gersya.
"Nggak papa Bi, lagian Bibi juga punya kerjaan,"
Bi Mina hanya mengangguk pekerjaan yang seharusnya di lakukan olehnya, malah Majikan yang membuatnya. Dari Gersya kecil sampai sekarang ia sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah.
"Kasihan Non ... Gersya,"
"Selesai," ucap Gersya mengangkat 3 gelas Teh dan beberapa kue.
"Tunggu ... dulu ... Non biar saya yang bawa teh nya dan Non yang bawa kue," ucap Mina melihat Gersya agak kesusahan.
"Makasih ...," ucap Gersya menyerahkan tempat tempat teh.
Gersya kemudian berjalan bersama dengan Mina menuju ruang tamu. Gersya terdiam saat Papanya belum datang dan terlihat Hendrik sedang memainkan pisaunya.
"Bi ... dia itu kayak kejam," ucap Gersya sedikit merinding.
"Iya ... Bibi sedikit merinding melihat Pria itu," ucap Bibi.
"Iya ... lebih baik kita tunggu Tuan datang saja," ucap Bibi.
***
Maaf sedikit perubahan yah🤗
Hendrik kemudian masuk bersama Steve pangawal kepercayaannya, suara tangga mulai terdengar terlihat suniatto mulai turun dan menyambut mereka.
"Maaf, kalian menunggu lama,"
"Hmmm, kamu tahu, kan aku nggak suka menunggu!"
"Maafkan saya tuan Hendrik,"
"Aku datang kesini bukan mau bertamu, aku mau menagih hutang kamu yang berkali-kali lipat itu bersama bungannya,"
"Soal itu, mohon beri saya waktu lagi saya akan bayar,"
Hendrik kemudian melirik Gersya yang berdiam diri sambil menunduk bersama Bi Mina. Suniatto kemudian melihat kemana mata Hendrik melihat.
"Kalian kenapa berdiam diri di situ ... bawa ke sini," ucap Suniatto sedikit lantang.
Gersya dan Bi Mina kemudian berjalan ke ruang tamu.
"Silahkan, di minum tehnya," ucap Bi Mina sedangkan Gersya kemudian meletakkan Kue di atas meja dan kemudian pergi bersama Bi Mina
"Kalau begitu kita buat kesepakatan, kamu nggak usah bayar hutang kamu tapi nikahkan anakmu denganku,"
"Menikah? hmmm sama siapa Tuan," ucap suniatto.
"Gadis itu," tunjuk Hendrik kepada Gersya yang sedikit kaget dan berhenti sambil menoleh.
Suniatto melirik Gersya yang sedang kebingunan.
"Hmm ... baiklah Tuan ... karna Anak itu juga sudah dewasa dan pas untuk menikah," ucap Suniatto
Berapa terkejutnya Gersya saat mendengar apa yang di katakan oleh Papanya, apalagi cowok yang baru ia kenal ingin menikahinya dengan cepat ia kembali ke kamar. Akhirnya Hendrik pulang dengan mobil mewahnya, tiba-tiba Ibu(winda) angkat Gersya datang dengan anak perempuannya Stela.
"Pa... kami pulang," ucap Stela membawa semua belanjaannya.
"Ohh anak kesayangan papa udah pulang," ucap Suniatto.
"Gersyaa ...," Teriak Winda dengan lantang.
"Iya, Ma ... ada apa?" Tanya Gersya.
"Bawa nih belanja Stela dan Mama," ucap Winda melempar belanja mereka ketubuh Gersya.
"Oiya, Ma tadi Tuan hendrik datang menagih hutang papa," ucap Suniatto.
"Apaa ...terus gimana?"
"Tenang aja kita punya anak angkat itu Gersya, Tuan Hendrik mau menikah dengannya," ucap Suniatto.
"Bagus dong, lagian Mama udah bosan liat muka Gersya, Tuan Hendrik akan menghabisinya kalau udah bosan sama tuh cewek," ucap Winda tersenyum licik.
***
Sementara di mobil Hendrik terus memikirkan Gadis yang membuka pintunya.
"Tuan, apakah tuan beneran mau nikah sama Anak Pak Suniatto itu?" Tanya Steve yang masih fokus menyetir.
"Beneran, oiya Steve selidiki tentang Gadis itu" ucap Hendrik.
"Tapi Tuan ... kok mendadak sih? Tuan jatuh cinta pada pandangan pertama?"
"Cinta? hmm ... entahlah tapi Gadis itu sedikit menarik,"
"Boss ... Suniatto itu licik bagaimana kalau dia menyuruh gadis itu untuk ...,"
"Tenang saja ... kalau itu terjadi kematian menunggu mereka," ucap Hendrik sambil tersenyum licik.
"Cari Informasi tentang Gadis Itu."
"Baik tuan," ucap Steve
"Semoga Tuan Hendrik bisa menemukan cintanya," batin Steve.
***
Keesokan harinya....
Gersya bersiap-siap untuk pergi ke Kampus, setelah selesai semua Gersya pun turun dan melihat orang tua angkatnya bersama kakaknya.
"Pa..Ma.. Gersya pamit dulu," ucap Gersya sopan.
"Mmmmmm," ucap Kedua orang tua Gersya yang masih fokus dengan Hpnya.
Gersya hanya tersenyum simpul, ia sudah terbiasa denga sikap orang tuanya itu, walaupun begitu Gesrya sangat menyayangi mereka.
☆☆☆☆
Tok...tok...
"Masuk,"
"Ada apa Steve,"
"Tuan Hendrik, ini adalah berkas lengkap tentang Gadis itu,"
"Makasih,"
Steve hanya mengangguk dan pergi.
"Gersya...," lirih Hendrik melihat berkas tersebut.
"Hh, aku tidak menyangka Suniatto begitu pintar menjual anak angkatnya ke saya, umurnya beda 23 tahun ..., gadis pencuri hati," batin Hendrik tersenyum licik.
Kring... kring...
"Halo, ada apa?"
"Maaf tuan kami mengganggu tapi ada hal penting yang kami akan sampaikan, mata-mata dari geng yang lain sudah tertangkap,"
"Bagus, tunggu aku,"
Hendrik pun berdiri dari kursi kekuasaannya dan pergi keluar dari kantornya ( perusahaan Ndriko).
Sesampai Hendrik di tempat tujuan pengawal dari geng dragon berkumpul menyambut Hendrik.
"Tuan, Dia ada didalam," ucap salah satu pengawalnya.
"Oke, aku juga mau lihat siapa yang berani menjadi mata-mata," ucap Hendrik tersenyum licik sambil berjalan memasuki ruangan.
Sesampai didalam terlihat seorang pria yang terikat serta darah yang mengalir di tubuhnya akibat pukulan dan cambukan.
"Gimana, dia mau katakan siapa yang menyuruhnya?" Tanya Hendrik.
"Maaf, Tuan kami belum mendapat informasi apa-apa," ucap Pengawal.
"Oo begitu masih mau menutup mulutnya yah, kalau begitu tutup mulutnya dengan besi panas itu," ucap Hendrik memegang mulutnya.
"Hhhhhhhhhhhhhh, kalau pun aku mati kalian semua akan mati juga karena semua info yang aku temukan telah aku beri tahu dengan boss,"
"Kamu pikir info yang kamu dapatkan itu asli, itu semua hanyalah rekayasan kami,"
"Apa!!"
"Ingat yah, sebenarnya aku udah tahu ada mata-mata jadi aku buat cerita bohon saja, aku nggak nyangka ternyata dugaanku benar, HABISI DIA!!!"
"Aaaaaaaaaaaaa,"
☆☆☆☆☆☆
"Kamu tau nggak anak pungut itu,"
"Hhh, benar dasar anak pungut sok alim lagi,"
Gersya hanya menunduk, ia sudah terbiasa dengan hinaan mereka.
"Gersyaaa......," teriak seseorang dibelakang Gersya.
"Ada apa sih, Stela," ucap Gersya.
"Kamu cepat liat dimading ada informasi!!!" Ucap Stela.
"Info apa?" Tanya Gersya.
"Ayokkk," ucap Stela menarik tangan Gersya.
Sesampai di mading sudah banyak orang berkumpul di mading tersebut.
"Minggir...," ucap Stela membuka jalan buat Gersya.
"Liat nih, ada lowongan pekerjaan diperusahaan lumayan gajinya 10.000.000, bukannya kamu mau bayar uang kuliah kamu kesini aja lagian yah disana ceonya ganteng banget di perusahaan Endriko," ucap Stela panjang lebar.
"Oke aku akan daftar sebentar," ucap Gersya bersemangat.
☆☆☆☆
"Gimana, kamu udah buat lowongan kerjanya di unuversitas Mawar itu?" Tanya Hendrik.
"Sudah, menurut orang suruhanku nona Gersya mau melamar ke perusahaan ini karena ia mau membayar uang kuliahnya," ucap Steve.
"Bagus urus semuanya," ucap Hendrik.
"Tuan, aku juga sudah menyelidiku keluarga suniantto, orang tua Gersya dan Suniatto memiliki hubungan yang sangat dekat,tapi saat kecelakaan Gersya tidak mengingat apapun akhirnya Suniatto mengankatnya jadi anak tapi untuk mengambil ahli perusahaan Alvisi saat umur Gersya 17 tahun Suniatto menyuruh Gersya dan mengambil ahli semuanya," ucap Steve panjang lebar.
"Oo, begitu yah hmmm ternyata Suniatto sangat pintar, tapi kalau dia sudah mendapatka perusahaan kenapa tidak mengusir Gersya?" Tanya Hendrik.
"Karena Gersya masih memiliki butik yang dulu dibangun oleh ibunya jadi Suniantto ingin menguasai juga mungkin akan memaksa Gersya tanda tangan lagi," ucap Steve.
"Oke, aku mau lihat dulu permainan Suniatto kita ikuti dulu rencananya, kalau nanti soal pernikahan aku nanti kamu telpon Suniatto bilang padanya aku mau bertemu dengannya dicafe biasa,"
"Baik tuan,"
¤¤¤¤¤¤
Sementara Gersya sudah pulang dari kulianya dan langsun pergi kekantor untu melamar pekerjaan, ternyata disana sudah banyak Wanita berpenampilan cantik dan Sexy yang sedang mengantri buat jadi sekertaris Hendrik.
"Wahh banyak banget yang ngelamar kerja, pasti aku nggak akan diterima," batin Gersya memegang sebuah map.
"Liat siapa tuh, besar amat jilbabnya ,"
"Cewek kayak gitu mau ngelamar kerja pasti langsung diusir deh,"
"Tuhan sabarkan hamba," batin Gersya duduk dibangku pengantrian.
"Gersyaa....alvin silahkan masuk," teriak seseorang karyawan.
"Apa...., nggak salah diakan yang paling lambat kok dia yang pertama sih,"
"Iya saya dari tadi pagi kok nggak dipanggil sih,"
Gersya pun berjalan memasuki sebuah ruang yang besar terlihat seorang pria duduk di kursi kekuasaannya.
"Silahkan duduk," ucap Hendrik
"Maaf bukannya tuan adalah tamunya papa saya yah waktu itu," Tanya Gersya.
"Benar!! Jadi kamu mau kerja disini kamu diterima disana ruangan kamu," ucap Hendrik menunjuk sebuah tempat kosong yang dekat dengan mejanya.
"Tapi...tuan belum melihat berkas saya;" ucap Gersya bingun.
"Aku sudah melihatnya," ucap Hendrik tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!