Tok tok tok
Arrash mengetuk pintu ruang kerja papahnya yang bernama Ridwan Akbar dengan sopan.
"Masuk" ucap papa Ridwan dari dalam ruangan.
Ceklek..
Pintu ruang kerja papa Ridwan pun dibuka oleh Arrash. Arrash segera masuk dan duduk dikursi yang ada disebrang meja papah Ridwan.
Namun papah Ridwan justru berdiri dan berjalan kearah Arrash yang sedang duduk dan segera menuntun putranya agar duduk disofa.
"Duduk nak" pinta papah Ridwan pada Arrash.
Arrash pun menurut dan duduk disebelah papah Ridwan.
"Begini nak, tadi malam mamah dan papah membicarakan kamu. Usia kamu sudah 28 tahun, usia yang matang untuk menikah. Apa kamu sudah punya kekasih ?" tanya papah Ridwan kemudian setelah mengutarakan maksud memanggil Arrash keruangannya.
Arrash terdiam.
"Apa kamu sudah punya kekasih ?" tanya papah lagi.
"Belum punya pah" jawab Arrash singkat.
Ceklek..
Pintu ruangan kerja papah Ridwan terbuka lagi, dan munculah mamah kandung Arrash yang bernama Noviana Akbar.
Mamah Novi segera duduk disofa tepatnya disebelah Arrash, jadi posisi Arrash ditengah-tengah kedua orang tuanya.
"Kalau kamu belum punya kekasih gimana kalau mamah dan papah jodohkan kamu dengan anak teman mamah ?" tanya papah Ridwan kemudian.
"Tapi pah_" belum selesai Arrash bicara mamah Novi sudah buka suara.
"Arrash sayang, kamu mau yah mamah kenalin sama anak teman mamah. Kalau kamu merasa tidak cocok ya sudah tidak usah dilanjut lagi perjodohannya. Mengingat umur kamu sudah 28 tahun dan siap untuk menikah, kamu harus sering-sering mamah kenalin dengan anak-anak teman mamah, siapa tau ada yang nyantol dihati kamu" rayu mamah Novi.
"Aku gak yakin si mah" ragu Arrash.
"Harus yakin dong sayang" rayu mamah Novi lagi.
"Memangnya dengan siapa Arrash akan dijodohkan mah pah?" tanya Arrash kepada kedua orang tuanya.
Mamah Novi pun tersenyum senang mendengar pertanyaan dari Arrash yang ia anggap putranya itu antusias dengan perjodohan itu.
"Ada 4 kandidat calon menantu yang sudah mamah pilih untuk dikenalkan denganmu nanti mamah yang atur pertemuannya" ucap mamah Novi.
"Iya deh terserah mamah saja" ucap Arrash.
"Nanti malam kamu dinner ya dengan Nadia anak tante Mona, tempatnya direstorant briliant" ucap mamah Novi.
"Arrash usahakan mah" ucap Arrash segera.
"Karena Arrash sudah setuju untuk kita kenal-kenalkan dengan anak teman-teman mamah, papah berharap nanti akan ada salah satu gadis yang cocok denganmu Arrash" Pinta Papah Ridwan lagi.
"Iya Pah. Tapi kalau tidak ada satupun yang cocok denganku Arrash mohon mamah dan papah berhenti untuk menjodohkan aku lagi" ucap Arrash.
"Tergantung sayang, selagi kamu belum memiliki kekasih maka mamah dan papah akan terus menjodohkan kamu dengan anak-anak teman mamah dan papah" ucap mamah Novi.
Arrash sebenarnya malas membahas ini, orang tuanya itu selalu saja memintanya segera memiliki kekasih dan menikah.
Namun Arrash hendak protes pada orang tuanya tidak berani takut menyakiti hati kedua orang tuanya dengan penolakan itu.
Akhirnya Arrash memutuskan untuk pamit.
"Pah, mah, Arrash berangkat kerja dulu ya ini sudah setengah 8 lewat" pamit Arrash.
"Ingat ya sayang kamu harus datang, nanti malam akan menjadi dinner pertama kamu bersama Nadia" ucap mamah Novi mengingatkan.
"Iya mah, Arrash berangkat" pamit Arrash.
"Iya sayang" "Iya nak" ucap papah Ridwan dan mamah Novi bersamaan.
Arrash segera keluar dari ruang kerja papah Ridwan dan menuju kamar sebentar untuk mengambil tas kerja dan kebutuhan lainnya.
Setelah semua siap Arrash segera berangkat kerja menggunakan mobil mewahnya.
Dijalan arah keluar kompleks ponsel Arrash terus terusan berdering, Arrash segera mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya.
Ternyata panggilan itu dari sahabat yang merangkap jadi sekretarisnya, Yogi namanya.
"Hallo Yog" jawab Arrash.
"Kamu dimana Rash 10 menit lagi jam 8, tumben sekali kamu belum sampai kantor" tanya yogi penasaran dan khawatir terjadi sesuatu dengan sahabatnya.
"Aku lagi dijalan ini yog, baru keluar kompleks" jawab Arrash.
"Aku cuma mau mengingatkan kalau jam 8 pas kita ada meeting dengan pak Rudi dikantor, ini beliau sudah datang dan lagi menunggu di ruang meeting" ucap Yogi.
"Pak Rudi ya?" tanya Arrash memastikan.
"Iya Arrash beliau sudah memiliki janji dengan kita, beliau hendak mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita" jawab Yogi.
"Ahh iya, aku hampir lupa. Oke sebentar lagi aku sudah akan sampai kantor" ucap Arrash
"Iya Arrash hati-hati dijalan" ucap Yogi.
"Oke Yog" ucap Arrash kemudian mematikan panggilan teleponnya.
Setelah menutup panggilan teleponnya, Arrash melajukan mobilnya dengan menambahkan kecepatan laju mobil.
Awalnya dia bisa mengendalikan laju mobilnya namun sekelebet bayangan orang tuanya yang memberi tahu akan menjodohkannya membuat fokus Arrash pecah.
Dan tidak disangka-sangka dari sisi kiri mobil Arrash menyenggol seorang pengendara motor Matic.
Pengendara tersebut jatuh.
Brakkk..
Ckittt..
Suara benturan dan suara rem mobil beriringan.
"Asstagfirullah, kenapa aku bisa tidak fokus" ucap Arrash kaget.
"Aduuuhh ya Allah sakittt" ucap pengendara motor matic tersebut yang ternyata seorang gadis berhijab.
Warga yang melihat kejadian tersebut langsung menghampiri, ada yang membantu korban, ada yang mengamankan sepedah motornya memindahkan ketepi jalan, dan ada yang menghampiri mobil Arrash yang masih terparkir dilokasi.
Karena syok yang dirasakan oleh Arrash, ia masih belum keluar dari mobil.
Arrash menenangkan diri didalam mobilnya.
Tok tok tok
Seseorang mengetuk mobil Arrash.
Ceklek.. Arrash membuka pintu mobil dan turun.
"Mas ini gimana sih, udah nyerempet orang malahan diam saja dimobil, lainnya bantuin dan tanggung jawab sama korbannya" seorang warga yang mengetuk mobil Arrash tersebut terus menggerutu dan geleng-geleng.
"Ma-Maaf pak, tadi saya masih syok jadi belum bisa keluar mobil" ucap Arrash dengan raut wajah yang masih syok.
"Ya sudah tidak papa, yang penting itu korbanya diobatin bawa kerumah sakit soalnya tangan kanan dan kaki kanannya luka parah kena mobil si mas" ucap bapak tersebut.
"Baik pak saya akan tanggung jawab, saya akan bawa korban kerumah sakit. Dimana tadi korbannya ya pak?" tanya Arrash kemudian.
"Korbannya sudah dibawa kepinggir jalan biar tidak menghalangi jalan pengendara lain. Ayo kita kesana, saya juga mau kesana" ucap bapak tersebut dan langsung jalan mendahului Arrash.
"Iya pak" ucap Arrash.
Arrash menjawab singkat ajakan bapak itu.
Arrash kemudian berjalan mengikuti bapak tersebut.
Sesampainya ditepi jalan Arrash melihat seorang wanita dengan pakaian serba tertutup dan menggunakan hijab sedang duduk dengan kaki dan tangan yang luka-luka bahkan mungkin ada tulang yang patah saat motor maticnya jatuh menindih pengendara itu.
"Maaf mbak atas kecelakaan ini. Saya akan tanggung jawab. Mari mbak ikut saya kerumah sakit" ucap Arrash.
...****************...
"Maaf mbak. Saya akan tanggung jawab. Mari mba ikut saya kerumah sakit" ucap Arrash pada gadis korban serempet tadi.
"Baiklah" ucap gadis tersebut sambil menatap kearah Arrash, namun tidak berselang lama pandangan tersebut segera diputusnya. Gadis tersebut bernama Syaqilla Azzahra.
Deg.
Meskipun tatapan tersebut tidak berlangsung lama namun mampu membuat jantung Arrash berdetak lebih cepat.
Meski detak jantung yang lebih cepat Arrash segera membantu Syaqilla. Namun baru saja hendak menyentuhnya Syaqilla segera menolak.
"Kenapa?" ucap Arrash dengan kebingungan.
"Saya mau dibantu sama ibu-ibu tadi saja. Bu tolong bantu saya" pinta Syaqilla pada ibu-ibu yang menolongnya tadi.
"Mari mbak saya bantu" ucap ibu tersebut.
Syaqilla pun akhirnya dibantu oleh ibu-ibu tersebut. Walau masih merasa heran Arrash segera membuka pintu mobil dibagian depan sebelah kiri.
"Terimakasih banyak bu" ucap Syaqilla pada ibu-ibu yang membantunya tadi.
"Iyaa sama-sama mbak" jawab ibu itu singkat kemudian pergi.
Setelah Syaqilla masuk kedalam mobil, Arrash segera masuk kebagian kemudi dan melajukan mobilnya dengan kecepatan standard.
Baru sekitar 10 menit perjalanan menuju rumah sakit, ponsel Arrash kembali berdering.
"Hallo Yog" jawab Arrash segera tanpa melihat nama yang tertera diponselnya.
"Kenapa belum sampai kantor Rash?" tanya Yogi cepat.
"Aku lagi ada masalah Yog, tadi dijalan aku nyerempet pengendara motor. Untuk Meetingnya kamu batalkan saja atur jadwal ulang, aku sedang menuju rumah sakit" ucap Arrash seraya memerintah.
"Baiklah, tapi kamu gak papa kan?" tanya Yogi cemas.
"Aku baik-baik saja" ucap Arrash singkat dan segera memutuskan panggilan telponnya.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit Arrash dan Syaqilla tidak ada yang memulai pembicaraan, suasana didalam mobil pun cukup sunyi sampai akhirnya mereka tiba dirumah sakit.
"Jangan turun, saya ambilkan kursi roda dulu" cegah Arrash kemudian turun menuju teras rumah sakit dan mengambil salah satu kursi roda yang tersedia disana.
Arrash membukakan pintu mobil dan hendak menuntun Syaqilla duduk dikursi roda, namun lagi-lagi ditolak.
"Saya bisa sendiri" ucap Syaqilla sambil perlahan turun dari mobil dan duduk dikursi roda.
Arrash hanya mampu memperhatikan gadis tersebut. Setelah Syaqilla duduk dikursi roda Arrash segera mendorong masuk kedalam rumah sakit. Namun baru sampai dilobi rumah sakit Arrash menghentikan langkahnya.
"Oiya kita belum kenalan. Nama saya Arrash Akbar, biasa dipanggil Arrash" ucap Arrash sembari mengulurkann tanganya.
"Saya Syaqilla Azzahra, panggil saja Qilla" ucap Syaqilla tanpa menyambut uluran tangan Arrash.
Dengan kikuk Arrash menarik kembali tangan yang masih terulur itu. Arrash melanjutkan langkah sampai didepan ruang UGD.
"Dok teman saya baru mengalami kecelakaan bisa segera ditangani?" ucap Arrash kepada salah satu dokter disitu.
"Baik pak, bapak silahkan tunggu diluar dan segera melengkapi administrasinya" ucap dokter tersebut yang bernama dokter Karin.
Arrash menoleh pada Syaqilla yang sedang duduk dikursi roda.
"Boleh saya pinjam KTP mu?" tanya Arrash pada Syaqilla.
Syaqilla hanya mengangguk dan segera meraih tas kecilnya dan mencari dompet lalu mengeluarkan KTP nya.
"Ini" ucap Syaqilla singkat sembari menyerahkan KTP nya pada Arrash.
Arrash pun tak menjawab hanya menerima dan berlalu pergi menuju resepsionis.
"Permisi saya mau mendaftarkan teman saya" ucap Arrash
Resepsionis disitupun menoleh pada Arrash dan terkejut dengan kehadiran Arrash disana. Siapa sih yang tidak tahu Arrash Akbar pria tampan nan mapan yang banyak dikagumi para wanita muda, tapi tidak dengan Syaqilla Azzahra. Syaqilla Azzahra justru tidak tahu kalau pria yang ada dihadapannya itu seorang CEO PT. Jaya Akbar.
"I-iya pak silahkan ini formulirnya". ucap resepsionis tersebut sembari memberikan formulir.
Arrash menerima formulir tersebut, namun saat hendak mengisinya.
Deg.
Jantung Arrash kembali berdetak lebih cepat saat melihat KTP Syaqilla Azzahra tepatnya dibagian foto.
"Cantik" gumam Arrash pelan tidak ada seorangpun yang mendengarnya.
Selama mengisi formulir jantung Arrash terus berdetak lebih kencang.
Setelah selesai mengisi formulir Arrash menarik nafasnya dalam-dalam untuk mengurangi debaran dijantungnya.
Arrash kembali keruang UGD dan bertepatan dengan dokter Karin yang baru keluar dari rungan tersebut
"Gimana keadaanya dok?" tanya Arrash begitu berhadapan dengan dokter karin.
"Keadaannya baik-baik saja, luka-lukanya sudah diobati namun ada sedikit keretakan dikaki kanannya dan harus segera dipasang gips" ucap dokter Karin dengan sedikit penjelasan.
"Lakukan saja yang terbaik dok" ucap Arrash cepat.
"Baiklah. Kalau begitu besok pagi akan dilakukan pemasangan gipsnya, sekarang pasien akan dipindahkan keruang rawat" ucap dokter Karin lagi yang sebelumnya sudah menyesuaikan jadwal operasi pasien lainnya.
"Ya" ucap Arrash singkat.
"Kalau begitu saya permisi" ucap dokter Karin dan hanya diangguki kecil oleh Arrash.
Setelah dokter Karin keluar, branker Syaqilla didorong oleh beberapa perawat dengan keadaan Syaqilla yang masih sadar.
"Pindahkan keruang rawat VVIP" pinta Arrash segera.
Para perawat hanya menganguk dan mendorong branker ke ruang VVIP.
Syaqilla sudah berada dirung rawat tersebut sedang mencari posisi untuk rebahan ketika pintu terbuka.
"Makanlah" pinta Arrash baru datang sambil menyerahkan kotak nasi yang dia beli direstoran sebrang rumah sakit.
"Makasih" ucap Syaqilla singkat. Syaqilla terlihat sekali menjaga jarak dengan Arrash meskipun saat mereka berbicara, Arrash pun merasakan itu.
Merekapun makan bersama meskipun dengan jarak duduk yang berjauhan, Syaqilla duduk dibranker dan Arrash duduk disofa.
Setelah selesai makan Syaqilla baru teringat kalau dia tidak mengabari rektor bahwa dia tidak bisa mengajar. Ya profesi Syaqilla adalah seorang dosen di Jaya Universitas. Syaqilla segera mencari nama rektor Rizki Akbar, sambungan teleponpun terhubung.
"Assalamualaikum Pak Rizki" sapa Syaqilla terlebih dahulu saat sambungan telepon diangkat.
"Waalaikumsallam Syaqilla, apa kamu ada masalah kenapa tidak ngajar dan tidak memberi kabar" ucap pak Rizki disebrang telepon.
"Maaf pak saya baru menghubungi bapak. Saya tidak bisa mengajar, tadi saat diperjalanan hendak kekampus saya mengalami kecelakaan kecil, dan kemungkinan untuk satu minggu kedepan saya belum bisa mengajar" ucap Syaqilla tidak enak.
"Apa keadaan kamu baik-baik saja?" tanya pak Rizki kemudian.
"Iyaa saya baik-baik saja pak" ucap Syaqilla.
"Kalau begitu kamu istirahat saja dan tidak perlu khawatir urusan kampus, biar yang gantikan kamu sementara Fikri" ucap pak Rizki lagi.
"Baik pak, terimakasih. Assalamualaikum" ucap Syaqilla memberi salam penutup.
"Waalaikumsalam" ucap pak rizki sembari menutup teleponnya.
Sedari tadi percakapan yang dilakukan oleh Syaqilla dan pak Rizki bisa didengar oleh Arrash.
"Kamu seorang pengajar?" tanya Arrash penasaran.
"Iya, saya dosen" jawab Syaqilla.
Mendengar jawaban Syaqilla yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang dosen, entah kenapa dilubuk hati yang terdalam Arrash mengagumi sosok Syaqilla. Arrash hendak mengajukan pertanyaan lagi kepada Syaqilla, tapi diurungkan karena terdengar suara ponsel Syaqilla berdering.
Syaqilla menoleh pada ponselnya yang masih dia genggam dan terlihat nama diponsel yaitu Mas Fikri. Syaqilla buru-buru mengangkat seraya tersenyum senang.
"Assalamualaikum mas Fikri"
*********************
Setelah panggilan telepon dengan Syaqilla berakhir, ruangan pak Rizki diketuk oleh seseorang.
Tok tok tok
"Masuk" saut pak Rizki mempersilahkan.
Ceklek..
Pintu tersebut dibuka dan muncul lah sesosok pria tampan disana, dia adalah Ahmad Fikri dosen yang menggantikan Syaqilla mengajar.
"Kebetulan sekali kesini" ucap pak Rizki santai.
"Ada apa ya pak?" tanya Fikri, sebenarnya dia datang hanya mengembalikan buku yang dipinjamnya untuk menggantikan Syaqilla mengajar.
"Apa kamu belum tau kalau Syaqilla mengalami kecelakaan?" tanya pak Rizki sambil memperhatikan raut wajah Fikri.
Deg.
Fikri terkejut mendengar kabar tersebut. Keterkejutannya terlihat jelas diraut wajahnya.
"Apa Syaqilla tidak mengabarimu?" tanya pak Rizki lagi.
"Tidak pak" ucap Fikri.
"Jadi untuk sementara kamu yang menggantikan Syaqilla mengajar, kemungkinan hingga seminggu kedepan" ucap pak Rizki.
"Baik pak. Apa boleh saya izin sekarang pak, saya ingin memastikan keadaan Syaqilla baik-baik saja" ucap Fikri meminta izin.
"Tentu, silahkan" ucap pak Rizki memberi izin.
"Terimakasih pak, Assalamualaikum" Ucap Fikri bangkit kemudian berjalan kearah pintu.
"Waalaikumsalam" jawab pak Rizki.
Setibanya diluar ruangan pak Rizki, Fikri langsung menghubungi Syaqilla, karena memang tadi pagi panggilan teleponnya tidak diangkat oleh gadis Cantik itu.
Tut tut tut
Panggilan telepon diangkat.
"Assalamualaikum mas Fikri" ucap Syaqilla disebrang telepon.
"Waalaikumsalam Qilla. Kenapa tadi panggilan teleponku tidak diangkat?" tanya Fikri.
"Tadi aku ada kecelakaan kecil mas, dan tidak mendengar suara ponsel" ucap Syaqilla menjelaskan.
"Ya, aku mendengar kabar kamu kecelakaan dari pak Rizki. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Fikri lagi.
"Ya, aku baik-baik saja mas. Ini aku di rumah sakit Jaya Medika" ucap Syaqilla.
"Oke, aku segera kesana. Assalamualaikum" ucap Fikri memberi salam penutup.
"Waalaikumsalam" jawab Syaqilla sembari menutup panggilan teleponnya.
Lagi-lagi saat Syaqilla berinteraksi dengan lawan bicaranya disambungan telepon Arrash selalu memperhatikan gadis cantik itu.
'Ada apa dengan diriku, kenapa aku selalu memperhatikannya' batin Arrash.
Arrash memperhatikan raut wajah Syaqilla yang terlihat ceria dengan senyum manis dibibir saat menerima panggilan teleponnya.
"Maaf boleh saya bertanya sesuatu?" tanya Arrash hati-hati.
Syaqilla yang masih tersenyum itu pun menoleh.
"Iya, apa yang ingin kamu tanyakan?" jawab Syaqilla.
"Dimana tempat kamu mengajar?" tanya Arrash kemudian.
Syaqilla mengerutkan keningnya merasa heran dengan pertanyaan Arrash itu.
"Di Jaya Universitas" jawab Syaqilla.
Arrashpun menganggukan kepalanya.
"Apa sudah lama mengajar disana?" tanya Arrash lagi.
Syaqilla semakin mengerutkan keningnya tanda heran dengan pertanyaan yang diajukan oleh Arrash, meski heran tapi tetap Syaqilla jawab.
"2 tahun terakhir ini" jawab Syaqilla.
Setelahnya tidak ada percakapan lagi diantara mereka, hingga suara pintu terbuka mengalihkan perhatian kedua orang itu.
Ceklek..
Munculah Fikri dari balik pintu yang terbuka dengan wajah yang khawatir. Namun setelah masuk, langkahnya terhenti raut wajah khawatirnya berubah jadi tatapan tajam saat melihat Arrash duduk di sofa.
Syaqilla merasakan perubahan itu, buru-buru dia buka suara.
"Ini Arrash mas, orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang aku alami" ucap Syaqilla memperkenalkan sekaligus menjelaskan.
Kedua pria itu berhadapan.
"Arrash" ucap Arrash sambil mengulurkan tangannya.
"Fikri, calon suami Syaqilla" ucap Fikri menyambut uluran tangan Arrash.
Mendengar kalimat yang diucapkan Fikri entah kenapa ada rasa sesak didada Arrash.
"Berhubung keluarga Syaqilla sudah datang, saya pamit dan akan kembali besok pagi jam 9 sebelum pemasangan gips dilakukan" ucap Arrash seraya pamit.
"Ya" ucap Syaqilla dan Fikri bersamaan.
Arrashpun keluar dan menuju parkiran rumah sakit untuk mengambil mobilnya dan melanjutkan perjalanannya keperusahaan.
Sepanjang perjalan Arrash selalu memikirkan kalimat yang diucapkan Fikri.
Jam 2 siang Arrash baru tiba dikantornya.
"Pertemuan dengan pak Rudy aku jadwalkan ulang lusa besok Rash" ucap Yogi sahabat sekaligus sekretarisnya.
Hah..
Arrash menghela nafasnya.
"Ada apa?, bukankah masalah kecelakan tadi sudah selesai" tanya Yogi penasaran.
"Entahlah Yog, kepalaku sakit sekali" ucap Arrash seraya memijat kecil keningnya.
"Cerita saja Rash" ucap Yogi.
"Tadi pagi papah mamah menyuruhku segera menikah, karena aku tidak punya kekasih jadi aku akan dijodohkan nantinya" ucap Arrash tak bersemangat.
"Kalau kamu keberatan kenapa tidak nolak Rash" saut Yogi.
"Aku tidak bisa nolak permintaan orang tuaku Yog, aku tidak mau mereka kecewa dengan penolakanku" ucap Arrash.
"Kamu dari dulu tidak pernah berubah selalu patuh dengan orang tuamu" ucap Yogi.
Arrash hanya mengangguk.
"Yog, itukan kalau aku tidak punya kekasih maka akan dijodohkan, berarti kalau aku punya kekasih aku tidak akan dijodohkan" ucap Arrash baru terpikirkan.
"Ya kalau begitu kamu harus punya kekasih Rash kalau tidak mau dijodohkan" timpal Yogi.
"Masalahnya sejak dulu aku tidak pernah dekat dengan wanita manapun" ucap Arrash lagi.
"Tidak usah khawatir Rash, siapapun wanita yang kamu mau kamu bisa mendapatkannya. Kamu coba saja perhatikan wanita-wanita dikantor ini banyak yang menyukaimu atau teman-teman sekolah kita dulu" ucap Yogi.
"Apa aku perlu mencobanya? Tapi kalau tidak ada yang membuatku berdebar gimana?" tanya Arrash pada Yogi.
"Itukan hanya saran aku saja, bisa juga kamu coba saran dari orang tuamu" ucap Yogi.
Tok tok tok
Pembicaraan mereka terputus saat terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk" ucap Yogi.
Ceklek..
Rahayu manager HRD masuk memberikan laporan.
"Ini pak laporan jumlah seluruh karyawan kita lengkap beserta masa kerja dan biodatanya" Ucap Rahayu sopan.
Arrash dan Yogi saling pandang kemudian tersenyum bersamaan.
"Kenapa pak?" ucap Rahayu heran melihat tingkah kedua bosnya itu.
"Ehem.. Apa kamu ada waktu yu akhir pekan ini?" tanya Arrash.
"Maksud bapak?" tanya Rahayu tidak paham.
"Saya mau mengajak kamu menikmati akhir pekan bersama" ucap Arrash.
"Bersama siapa" tanya Rahayu.
"Bersama saya" jawab Arrash.
"Iya pak, saya ada waktu" ucap Rahayu cepat.
"Berikan nomor ponselmu dan siapkan dirimu" ucap Arrash.
Rahayu memberikan nomor ponselnya kepada Arrash.
"Kalau begitu saya pamit keluar pak" pamit Rahayu yang hanya diangguki oleh Arrash.
Yogi yang sejak tadi memperhatikan sahabatnya pun buka suara.
"Secepat itu" tanya Yogi yang merasa heran dengan Arrash.
"Lebih cepat lebih baik, bukannya ini ide kamu?" jawab Arrash yang malah balik bertanya.
"Aku kira kamu tidak akan menuruti saran dariku" ucap Yogi.
Arrash hanya diam, sebenarnya dia juga tidak yakin dengan keputusannya ini, tapi mengingat tentang gadis tadi pagi yang dia serempet membuat jantungnya berdebar dan ucapan Fikri bahwa dia calon suami gadis itu.
Arrash sepertinya sudah jatuh cinta dengan gadis itu cinta pada pandangan pertama, meski sudah berkali-kali ditepis olehnya namun perasaan itu justru semakin tumbuh.
Sebelum cinta itu tumbuh lebih besar Arrash ingin segera menghapusnya, mengingat bahwa sang wanita sudah memiliki calon suami.
********************
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!