NovelToon NovelToon

From Wa To London

Part One (From here it all begins)

~ Dalam hidup, hanya ada aku dan kamu. Mereka hanya sisipan~ Liza

Liza Tuffahati

"Gedebuk, gedebuk, prangg! terdengar bunyi wedges yang tergesa-gesa, dan menabrak tong sampah besar. Memang dasar orang yang ceroboh jadilah kejadian itu bukan lagi fenomena langka bagi penghuni lab disana. Dengan acuh OB dan OG yang berlalu lalang disana, tanpa memperhatikanpun mereka tahu kalau sang empu pembuat semua kekacauan itu adalah Liza Tuffahati. Ck.

Hari ini Liza lagi-lagi terlambat karena kebiasaanya begadang sampai larut chatting dengan pangeran Londonnya Enrique. Laki-laki yang sudah 5 tahun dikenalnya lewat chatting. Ya hanya chatting, bahkan mereka tidak saling bertukar photo.

" Tu tong sampah kapan pindahnya sih? Bikin susah aja!" Liza masuk ruangan kecilnya dengan Leya sembari bersungut memijit kaki mulusnya yang terlihat kemerahan.

Leya mendongak malas menatap sahabat jeleknya itu. Walau lebih tua satu tahun lebih dari Leya Liza tak ubahnya anak SMA yang ceroboh. Setiap hari ada saja kelakuan anehnya yang membuat orang-orang disekelilingnya geleng-geleng kepala.

" Otak kamu tuh yang pindah, orang itu tong dari aku baru masuk juga memang sudah disitu Liza Tuffahati!" Leya geleng-geleng kepala sembari melanjutkan draft laporan harian yang harus dikirimnya tepat waktu, meladeni lakon Liza tidak akan ada habisnya.

Liza yang kesal cuman bisa manyun mendengar omelan Leya Patner kerja sekaligus sahabat tempat curhatnya selama 4 tahun itu.

" Lagian, kamu juga telat banget sih, ini sdh pukul 8 lewat 30 Liza. Kerja kok seenak jidat " tambah Leya kembali berujar tanpa menatap wajah jelek sahabatnya itu.

Liza sama sekali tidak terusik dengan omelan Leya yang selalu saja tidak didengarnya itu. Walau selalu mengomelinya, Liza tahu jauh dalam hatinya ia tidak bermaksud menggurui Liza.

" Biasa le....hubungan percintaan, habisan beda waktu ini!" Liza memasang tampang sedihnya. Perbedaan waktu antar belahan bumi itu memang kadang mengharuskannya mengorbankan sedikit waktu tidurnya yang sudah sedikit. Ck. Memang benar kata orang-orang cinta itu buta. Gimana nggak buta? Orang ngantuk gini jadinya. Batin Liza geli.

" Kamu tuh yaa...ketemu juga nggak pernah, masa iya dibela-belain banget sampe tengah malam chatnya pacaran apa ngeronda non" Leya kembali berfatwa seperti hari-hari biasa.

" Kan sudah aku jelasin Leya sayangkuh yang tiada duanya, kita itu romeo dan juliet beda belahan bumi, beda waktu, beda segalanya tapi satu cinta" Liza menghempaskan pantat ke kursi kerjanya dan menghembuskan nafas keras, ya bisa dibilang ia kurang ajar. Ia selalu saja terlambat, tapi tidak pernah kena panggil bos mereka. Karena apa? Karena bos mereka menyukainya, sangat menyukainya bahkan semua makhluk di Lab ini juga mengetahuinya.

" Tau deh liz, capek aku ngomong sama kamu nggak pernah didenger". Leya geleng-geleng kepala.

" Nggak tau juga ya le... aku tuh sudah nyaman banget sama dia, dan bentar lagi juga kita bakal ketemu kok". Liza tersenyum sumringah mulai membuka komputer miliknya. Ya dia juga harus membuat laporan hariannya, kalau aja bisa nyontek kaya jaman sekolah dia sudah pasti mengcopy milik Leya.Ck.

" Yee...dari tahun gajah juga kamu ngomongnya gitu, lha buktinya sampai sekarang? Mana, nggak ada kan? Lagian yaa liz ya, kalau memang dia serius sama kamu...dari dulu-dulu dia bakal nunjukin wajah dia sama kamu. Lha ini boro-boro ketemu lihat photonya aja nggak pernah, gimana bisa coba?"

Jangan-jangan dia mafia kali" hihhh Leya bergidik ngeri.

"Sembarangann" Liza mendelik kesal, sembari melempar gulungan kertas dimejanya.

" Ya itu dia asyiknya kita le, itu artinya dia nggak mandang aku cuman dari wajah doang...cinta kita itu Pure tanpa reason, ngerti nggak non?" Liza lagi-lagi membela diri walau kadang ia merasa perkataannya Leya ada benarnya tapi yang namanya orang jatuh cinta ya gitu. Ck.

" Cinta apaan, kamu tu lama-lama nggak sehat lho liz!"

" Yee...apaan" Liza mencak-mencak sebal tidak terima dengan ledekkan Leya, namun seketika berhenti.

"Tok...tok...tok... (bunyi ayam bertekok *ehh).

"Masuk...Liza menjawab sebal.

Beberapa detik kemudian muncullah wajah tampah Bryan, bos mereka anak pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

" Ehh...Bryan" Liza cengengesan sembari membenarkan letak duduknya yang urakan.

" Aku nggangu yah? " Tanya Bryan.

" Enggak kok, kita santai ini...laporan juga belum ada" Leya menimpali pertanyaan Bryan sembari menghentikan kegiatannya, karena harusnya laporan itu sudah selesai kemarin. Leya hanya sekedar merevisi, beda cerita dengan Liza yang memang belum sama sekali selesai. Emang dasar otak Liza miring. Ck.

" Kenapa? Liza bertanya penasaran, entah mengapa ia mencium bau-bau ketidakberesan dibalik pertanyaan Bryan .

" Aku mau ngasih tau aja, bunda mau kamu datang malam ini ke acara ultahnya. Bisa nggak? Kalau kamu nggak sibuk mungkin?" tanya Bryan penuh harap.

Liza males banget kerumah Bryan, karena terakhir kali kesana ibunya mengatainya wanita murahan. Tentu saja Bryan tidak tau menahu akan hal itu. Liza sebenarnya tahu bahwasanya Bryan menaruh hati padanya. Tapi ia sama sekali tidak tertarik dalam artian cinta dengan bos tampannya itu. Mungkin karena keluarga Bryan yang begitu sombong. Liza sangat tahu kalau bunda siska ibunya Bryan tidak akan pernah mengundangnya kerumah mereka kalau bukan Bryan yang ingin. Pasalnya ibu Siska yang terkenal kejam itu tidak pernah suka dengannya karena Liza tidak punya siapa-siapa dan pernah tinggal di panti asuhan.

"Sorry banget Bryan, aku mau nemenin Leya ke Klinik malam ini. Jadi kayanya nggak bisa" Liza memasang tampang menyesal.

"Lho aku kan", ucapan Leya terpotong melihat tatapan mata Liza.

"Ehh...iya nih Bryan udah janji soalnya sama dokternya malam ini, Edy lembur jadi ditemenin Liza deh...sorry yah" Leya pun terseret dalam kebohongan Liza.

"Ohh...gitu, ya udah gapapa! Aku keruangan dulu ya kalau gitu" ucap Bryan sembari berlalu. Sebenarnya ia sudah menebak jawaban dari Liza. Tapi apa salahnya mencoba kan?

Sepeninggal Bryan...

"Kamu tuh ya Liz bohong kok ngajak-ngajak" Leya bersungut sebal.

"Huss anak mamah nggak denger kan" Leya mengusap perut buncitnya sayang.

"Habisnya... aku kan risih kalau kerumah Bryan Le" Liza menyahut lesu.

"Kamu tuh yaa liz, kalau keluarganya jahat sama kamu...biarin aja, setidaknya kamu jangan nyakitin dia" Leya mengulang nasihatnya yang sudah-sudah.

"Justru kalau aku beri dia ruang, bakal nyakitin dia le... aku tuh nggak ada rasa sama dia. Cinta aku cuman buat Enrique seorang" Liza tersenyum kuda sembari menopang wajahnya berlagak sok imut.

"Plakk", Leya cuman bisa menepok jidatnya sebal memang dasar Liza nggak jelas.

"Sehat non???" Leya mengejek Liza sembari menempelkan telapak tangan kedahinya.

"Leya!!!" Liza mendelik sebal.

***

Tepat pukul 17.00 sore Liza beranjak dari duduknya dengan penuh semangat. Kerja boleh telat pulang haram telat. Batin Liza geli.

Leya hanya bisa melongo melihat antusias sahabatnya itu saat detik-detik jam pulang. Ck.

"Ingat ya Liz kamu bohong sama Bryan mau temenin aku check, jadi mau nggak mau kamu harus temenin aku check malam ini" Leya menimpali dengan wajah sama sekali tidak melihat kearah Liza.

Liza melongo sembari kembali duduk lesu.

"Yahh... aku kan bercanda Le" jawab Liza dengan memasang wajah paling memelas.

Leya mendelik menatap sahabat alaynya itu.

"Nggak mau tahu yaa cinta kamu harus tetap temanin aku, habisnya Edy lembur beneran" kata Leya dengan tampang memelasnya.

Mata Liza membulat jangan-jangan ini adalah karmanya berbohong dengan Bryan. Batinnya.

"Ya sudah iya, aku temenin kok yah. Nggak usah menye-menye gitu. Jelek banget tau" seloroh Liza sembari menjulurkan Lidah. Siapa yang bisa menolak keinginan ibu hamil secantik Leya?

Seketika senyum cerah terbit dari bibir cantik Leya.

"Nahh gitu dong!" Seru Leya semangat sembari mematikan komputer didepannya dan mengemas barang-barangnya kemudian menggandeng Liza keluar ruangan dengan penuh semangat. Liza hanya bisa memutar bola matanya disamping Leya. Ck.

Mereka pulang dengan mobil Leya yang dijalankan oleh mas Gono Supir pribadi Edy. Sejak mengetahui istrinya hamil Edy menjadi sangat overprotektif. Ia akan menelpon istrinya dengan segera dimenit istirahat. Ck. Seandainya tidak ada Liza dikantor bersama Leya tentu saja Edy akan melarang istrinya itu untuk bekerja. Yang benar saja. Tapi menurut Liza itu sah-sah saja. Malah kadang ia iri dengan Leya yang selalu dimanja oleh Edy. Ia hanya berharap suatu saat nanti ia akan menemukan Edy lainnya.

Setelah serangkain Check yang membingungkan bagi Liza akhirnya mereka bisa pulang tepat pukul 19.00. Mereka makan direstoran pinggir jalan sebelum mengantar Liza kekontrakkan. Leya amat sangat tahu kalau Liza tidak diajak makan diluar sudah pasti ia akan makan mie instan saja saat sampai kontrakkan. Liza bukannya kekurangan uang sampai tidak bisa membeli makanan. Tapi memang gaya hidupnya yang kurang sehat. Batin Leya prihatin.

Selesai makan Leyapun mengantar Liza sampai tepat didepan kontrakkannya.

"Bye..." Liza melambaikan tangannya sesaat sesudah keluar mobil Leya.

"Bye... besok jangan telat lagi lho ya?" Ancam Leya.

"Mungkin,..." jawab Liza asal. Ck.

Dengan segera ia masuk kekontrakkannya. Kontrakkan Liza terbilang cukup aman untuknya karena letaknya yang tidak berdempetan tapi masih bisa dibilang ramai. Lingkungannya juga tergolong ramah, Liza bersyukur bisa tinggal disitu karena walaupun tetangga cuek dengan urusan pribadinya tetapi mereka selalu saling menyapa jika berselisihan atau sekedar tersenyum.

Setelah mandi Liza bersiap untuk tidur-tiduran diranjangnya sembari memeriksa handphonenya apakah ada pesan dari Enrique. Tetapi Liza harus menelan kekecewaan saat tidak mendapati satupun pesan dari pangeran Londonnya itu.

Ia tidak ingin mengirim pesan duluan. Gengsi.

Namun setelah sejam berlalu ia mulai menyerah dan mengirim pesan pendek kepada Enrique. Tapi masih belum ada balasan.

Tepat jam 10 malam Liza gelisah. Pasalnya Enrique sudah satu jam hanya meread pesannya tanpa ada balasan sama sekali.

Karena kesal Liza menchat terus menerus sampai pada kalimat terakhirnya.

"Are you cheatting me?" (Apa kamu selingkuh).

10 menit berlalu terdengar suara nada sambung telphone WA dari Enrique. Saking cintanya Liza nada dering WA Enrique digantinya menjadi nada dering spesial lagu Jason Miraz "I am Yours" Liza mengangkat dengan gugup.

"Hey" hanya kata itu yang bisa terucap dari bibir Liza, entah mengapa ia merasa keberanian dichatnya sudah hilang entah kemana.

"Hey" suara diseberang menjawab serak.

Liza menyerngit menyadari perubahan suara Enrique yang berbeda dari biasanya.

"Ada apa? Kamu sakit?" Liza bertanya dalam bahasa indonesia, karena pasalnya enrique mengusai 6 bahasa ( Prancis, Mandarin, Inggris, Indonesia, Spanyol, dan Jepang) *Presiden mas 😂😋😂

"Yaa...I am sick because you" (aku sakit karenamu) Enrique menjawab setengah bercanda dan terbatuk-batuk hebat setelahnya.

"Enrique... are you okay?" (Enrique... apa kamu baik saja?) Liza bertanya panik, seketika airmata menggenang dipelupuk matanya.

Enrique menahan batuknya dengan susah payah.

"I am okay... just a little tired." ( Aku baik saja... hanya sedikit lelah) Enrique menjawab parau.

"Just take a rest darling... i am sorry". ( Istirahatlah sayang) seketika Liza sengungukan, entah mengapa ia merasa begitu kejam telah menuduh Enrique macam-macam.

"Hey... why you crying? Stop it..." (Hey... kenapa kamu menangis? Berhentilah) Enrique berujar lemah.

"Aku minta maaf karena sudah curiga sama kamu, dan aku nggak bisa ada disamping kamu waktu sakit. Andai aja kita dekat, aku pasti langsung ketempatmu dan menemanimu. " Liza meracau ditengah tangisnya.

"Benarkah? Enrique bertanya penuh harap.

"Tentu saja...Liza menjawab antusias sembari tersenyum seolah Enrique bisa melihat wajahnya.

"Baiklah....kalau begitu aku mau istirahat dulu, kamu juga tidur. Berhenti menangis....i am okay" Enrique mengakhiri.

"Ya, aku pasti tidur secepatnya...istirahatlah. Take care...!" Liza menimpali.

"Love you...

"Love you too...

Dan pembicaraan dua insan berbeda belahan dunia itu berakhir. Walau Liza masih saja menangis karena rasa bersalahnya. Namun akhirnya Liza terlelap dengan tenang.

Part Two (First Sight)

~When i look you, i know who you are...~Liza

Walaupun sehari tanpa Enrique terasa berat bagi Liza. Namun hidup tetap harus berjalan. Batin Liza.

Hari ini Liza kembali pergi bekerja ke Lab seperti biasa dan tumben tumbenan ia tidak terlambat. Karena tadi malam ia masih tidak chatting dengan Enrique yang beralasan sedang sibuk, jadi ia tidak harus bergadang. Setidaknya Enrique memberitahunya lebih dulu, sehingga tidak ada pikiran-pikiran aneh di otaknya. Karena sebenarnya perempuan itu simple, cuman kadang lelaki sangat susah mengartikannya. Walaupun sebenarnya ia masih ada sedikit rasa kehilangan dihatinya karena Enrique sama sekali belum memberi khabar.

Sesampainya di kantor ia tidak mendapati Leya disana. Ia pun penasaran dan pergi berkeliling Lab. Langkahnya terhenti melihat segelintir orang sedang berkumpul didepan kantor Bryan. Ada apakah gerangan? Pikir Liza heran.

"Ngapain pada heboh le?" Liza ikut nimbrung Leya yang intip-intip keruang Bryan. Ada hampir 20 karyawan/ti yang berjejer sedang menguping ria didepan ruangan Bryan, dari peneliti, admin, profesor sampai OB dan OG juga ikut-ikutan nungging didepan pintu kantor Bryan .

"Nahhh ini dia orangnya..." Leya berujar nyaring begitu menoleh kebelakang dan melihat empunya suara yang membuat semua orang menatapnya dengan tatapan "kamu tohh".

"Lha?? Kenapa jadi aku sih?" Liza melongo sembari menunjuk dirinya sendiri. Heran aja dia yang nanya karena tidak tahu menahu malah dijadikan tersangka.

"Nohh...tu cowok sama 6 pengawalnya didepan tu lagi cari kamu! Dia kayak marah-marah gitu sama Bryan didalam, bahasa inggris sih...tapi kedengarannya dia marah banget". Leya meneguk saliva nya dengan susah. Apa jadinya kalau sahabatnya ini terjerat kriminal. Apa mungkin Liza punya hutang banyak dengan orang itu. Atau jangan-jangan ayah Liza yang tidak diketahui indentitasnya itu dulu narapidana yang kemudian menjadi buronan, karena orangnya sudah meninggal jadi anaknya yang dikejar-kejar.

"Kamu bikin onar apa lagi sih Liza Tuffahati sampai jadi most wanted gini?" Leya bertanya dengan berkacak pinggang dan mata melotot.

Yang ditanya malah melongo kembali. Bagaimana tidak? Sahabatnya itu lama-lama ngeselin banget. Belum apa-apa sudah main semprot aja. Ditanyain baik-baik kek dulu.

"Kamu tuh ya le...seketika Liza berhenti bicara, karena semua mata tertuju pada satu sosok lelaki yang baru saja keluar dari ruangan Bryan.

Liza tertegun seketika entah mengapa ia tahu dengan pasti, kalau lelaki didepannya sekarang adalah Enrique karena walau bagaimanapun Liza akan mengenal orang yang 5 tahun sudah menemani hari-harinya walau hanya lewat chat. Tapi mana mungkin Enrique disini? Dikantornya? Detik ini?

Enrique mendekati nya beberapa langkah.

"Hey...Enrique menyapa dengan suara serak. Walaupun dengan bibir yang pucat pasi, Enrique tetap terlihat mempesona. He is incredible.

"Enrique?" Liza berujar yang terdengar seperti cicitan, walaupun tahu dengan pasti orang didepannya sekarang adalah orang yang sama dengan orang yang 5 tahun dikenalnya lewat chat, ia tidak berani terlalu berharap takdir akan mempertemukan mereka.

Enrique berjalan kembali menghapus jarak diantara mereka, namun baru beberapa langkah Enrique tumbang..persis dipelukkan Liza.

"Enrique!!!" Liza berteriak panik.

...***...

Enrique POV

" I am looking for Liza, My girl !!!" (Aku mencari Liza, Pacarku) Enrique berteriak kesal dan beranjak dari duduknya dengan kesal. Pasalnya Bryan sama sekali tidak menggubrisnya sejak tadi. Sejak dia bilang kalau dia pacar Liza. Bryan justru tertawa hambar, dan mengatainya gila.

Bryan ikut berdiri dan menghembuskan nafas kasar. Ia sudah muak dengan tingkah pria dihadapannya yang mengaku pacar Liza.

"Just listen mr...Liza didnt have BF, i know her very well. Maybe you are wrong. Sorry mr...i dint have time for this. Please, just get out from my room" (Dengarlah tuan... Liza tidak punya pacar, aku mengenalnya sangat baik. Mungkin anda salah orang. Maaf tuan... aku tidak punya waktu untuk ini. Tolong keluar dari ruangan saya) Bryan menggertakkan giginya kesal.

" ****!!!" Okay i will looking for her by myself." (Sial!!! Baiklah aku akan mencarinya sendiri) Enrique berlalu dan membuka pintu dengan kasar. Percuma ia berbicara dengan orang seperti Bryan. Hanya membuang waktunya. Namun ketika membuka pintu hendak keluar ia tertegun melihat kerumunan didepan pintu Bryan, bukan itu yang membuat Enrique mematung. Tapi wanita yang tepat berdiri dihadapannya yang sedang melongo menatapnya. Entah mengapa hatinya berkata kalau wanita didepannya adalah Liza. Wanita yang dicintainya selama 5 tahun belakangan ini.

" Hey...hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutnya. Sungguh, saat ini kepalanya sangat sakit dan terasa hendak pecah. Tapi dia terlalu tahu kalau wanita dihadapannya ini adalah wanita yang ia cintai, wanita yang terlalu cantik dimatanya. Dia tak ingin melewatkan moment first sight nya hanya gara-gara demam mendadaknya ini.

"Enrique?" Mendengar namanya disebut dengan indah oleh wanitanya tanpa sadar ia mendekat, tapi sakit kepalanya semakin menjadi. Pandangannya mulai mengabur dan kakinya lemas.

"Enrique!!!" Hanya teriakan Liza yang terakhir ia dengar. Seketika dunia menjadi gelap. Kenapa harus saat ini?

...***...

Setelah perjuangan Liza membangunkan Enrique yang tak kunjung sadar, Liza membawa Enrique ke kontrakan kecilnya karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari kantor mereka dan membaringkan Enrique ke pangkuannya ditempat tidur begitu sampai. Sementara Leya dan pengawal Enrique menunggu di ruang tamu kecil apartemen Liza dengan tidak sabar.

" Hey... wake up, Enrique!" (Hei... bangun, Enrique!) Liza mengusap wajah Enrique dipangkuannya dengan sayang.

Kelopak mata Enrique mulai bergerak pelan dan mulai membuka mata.

"Hey...Enrique berujar lemah.

"Drink it" (Minumlah) Liza menyodorkan teh hangat ke mulut Enrique, tapi Enrique justru menyerngit menutup mulutnya dan menggeleng.

"I dont like tea" (Aku tidak suka teh) Enrique menggeleng lebih keras.

"Come on, just a little please!" (Ayolah, sedikit saja tolong) Liza bersikeras.

Mau tidak mau, Enrique terpaksa membuka mulutnya dan berhasil meneguk seteguk teh hangat itu.

Namun baru saja Liza ingin meletakkan cangkir teh itu, Enrique menarik tangan Liza lagi.

"I want again" (Aku ingin lagi) Enrique tersenyum lebar. Liza hanya bisa menahan senyum.

"Kamu ngapain kesini?" Liza bertanya setelah Enrique menghabiskan teh yang katanya ia tidak suka.

Enrique berusaha bangkit dengan lemah, sembari memperhatikan kamar Liza dan kemudian menatap serius wanita didepannya ia tidak terima wanitanya hidup sendiri dirumah sesempit ini sementara ia hidup enak.

"Aku ingin mengajakmu pulang bersamaku". Enrique berujar serak.

Liza seketika tertegun mendengar penuturan Enrique namun segera tersadar.

"Apa? Bersamamu? Maksudmu London?" Liza berteriak keras yang membuat Enrique beringsut mundur.

" Ehh...sorry", maksudku kamu mau aku ikut bersamamu ke London? Apa kamu tidak salah? Lalu bagaimana dengan pekerjaanku? Dan lagi aku harus mengurus passport, visa dll?" Liza berujar cepat dan tersengal.

"Aku bisa mengurus semuanya sayang, dan pekerjaan? Kamu bisa bekerja di perusahaan aku? Gampang bukan?" Enrique berujar singkat.

"Enrique Alfaro Leonardo !"

"Perusahaan kamu itu Properti sayang? Jurusan aku itu laboratorium? Lab asisten? Aku ngapain di perusahaan kamu? Meneliti kadar bangunan?" Liza mendelik kesal sembari melipat tangannya didepan dada.

"Sayang...pekerjaan itu nggak mesti harus sama dengan jurusan kamu, kamu kan bisa jadi assisten aku?" Enrique tersenyum lebar.

"Ya ampun!" Liza menepuk jidatnya lelah.

" Aku tidak akan kembali tanpa kamu". Enrique kembali merebahkan kepalanya kepangkuan Liza, wanitanya itu memang keras kepala. Ia sudah hafal sifatnya yang satu ini. Dan ia akan berakting keras kepala juga. Pikir Enrique.

"Apa!" Liza seketika berdiri refleks.

"Aww!" Enrique meringis kesakitan dan mengusap kepalanya.

"Sorry "... Liza duduk dengan cepat dan memangku kepala Enrique kembali.

Liza mengusap kepala Enrique dengan sayang.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakitimu...Liza menatap manik biru mata Enrique sayang.

"Aku ingin selalu dekat denganmu, maukah kamu menikah denganku Liza Tuffahati?" Enrique berujar pelan takut harapannya yang terlalu besar akan hubungannya ini runtuh. Bagaimana tidak? Setelah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana cantiknya Liza ia sedikit kurang percaya diri.

Liza membeku sesaat. Dunianya berhenti berputar. Setelah sekian lama ia menunggu kata itu dalam hidupnya, ia tak menyangka akan mendengarnya saat ini? Oleh lelaki tertampan yang pernah ia miliki.

"Kenapa? Kamu tidak ingin menikah denganku?" Enrique bertanya takut-takut.

"Tidak, bukan begitu tapi...Liza berpikir keras, apa yang dia pertahankan disini? Selama ini dia hanya hidup di panti asuhan dari kecil, tidak punya siapa-siapa. Pengasuh mereka memang menyayangi nya walau kadang ada saat dimana beliau menyakiti perasaan Liza. Ia hanya bisa menangis dikamar mandi.

Sampai ia mendapat beasiswa kuliah di kota dan hidup di asrama kampus. Atau kontrakan ini? Dia hanya menyewa kalau itu yang kalian ingin tau. Bagaimana dengan leya? Ia punya Edy, dia pasti bersyukur terbebas dari sahabat gilanya ini. Bryan? Dia akan mendapatkan wanita yang lebih baik suatu hari nanti...percayalah. Lalu apa?

"Atau kamu punya lelaki lain? Bos kamu itu?" Enrique bertanya dengan raut wajah kecewa, jika memang benar pupus lah harapannya.

"Tidak Enrique...hanya saja,,,Liza berkata tertahan dan memejamkan matanya, tanda ia tengah berpikir keras.

Berhenti berpikir liza. Mungkin kamu akan menjalani hidup yang lebih baik dengan Enrique di belahan bumi lain. Tidak ada orang yang terlalu membutuhkanmu disini. Nasehat liza pada hatinya.

"Baiklah...aku mau ikut denganmu dengan syarat, aku tidak ingin langsung menikah denganmu kamu harus mengenalku dengan baik begitu pula aku, aku ingin bekerja disana dan aku akan mecari pekerjaan sendiri. Dan... aku tidak mau tinggal serumah denganmu sampai kita benar-benar menikah. Setuju?" tutur Liza panjang.

Enrique menatap wanita dihadapannya dengan raut berpikir keras, percayalah...bukan begini bayangannya saat ingin menjemput Liza. Enrique pikir Liza akan dengan senang hati langsung ikut dengannya. Bagaimana tidak? Ia punya segalanya, lalu kenapa Liza memberikan syarat-syarat yang justru menyulitkan dirinya sendiri?

"Baiklah...kalau itu yang kamu inginkan." Enrique berujar pasrah. Liza mau ikut dengannya saja merupakan sebuah kebahagian bagi Enrique. Ia akan memikirkan cara melamar Liza lagi ketika di London. Pikir Enrique kemudian memeluk Liza dengan erat.

...***...

Part Three ( London)

~ Jangan pernah katakan tidak, karena aku tidak akan mengartikannya sebagai penolakan~

Enrique

Dilain ruangan...

Leya sedang mengetuk-ngetuk sepatunya kelantai, tanda ia tak sabar. Apa yang dilakukan sahabatnya itu bersama orang itu dikamar Liza? Liza memang bukan tipe wanita gampangan yang akan dengan sudi digerayangi pria manapun, tapi bagaimana kalau pria itu ternyata orang jahat.

Hampir saja Leya mengetuk pinta kamar Liza, kalau saja Liza tidak segera keluar dengan Enrique.

"Hey...Liza menyengirkan senyumnya melihat wajah masam Leya.

"Apa yang kalian bicarakan?" Leya berbisik mengiring Liza yang mengekor Enrique dan pengawalnya keluar kontrakkan Liza.

"Shh...nanti ku ceritakan!" Liza mendelik kepada sahabatnya itu.

Enrique dan pengawalnya keluar kontrakkan Liza. Rencananya Enrique akan bermalam dihotel sementara menunggu urusan Liza dikantor selesai.

"See you later...Enrique berujar serak.

"Yaa...Liza melambaikan tangannya saat Enrique masuk kemobil.

Baru saja Enrique berlalu beberapa detik...

"Lizaaaa!" Leya berteriak nyaring ditelinga Liza.

Liza otomatis menutup telinganya.

"Ya ampunn leee...iyaaaaa apaaaan !" Liza balas teriak kesal.

"Kamu tu kebangetan yaa liz ya, kalau mau nunjukkin cowo itu yaa nggak kekantor kita sekalian juga kali za. Di apartemen aja kek napa?" Leya sewot pake banget.

"Lhaa aku juga nggak tau Leya sayangg sabahatku yang lagi bunting tapi marah-marah mulu. Liza mendelik sembari menunjuk perut bunting Leya.

"Ehh..iyaa, nggak kok dede...mama nggak marah, barusan tes suara...unchh...unchh. Leya mengusap perutnya sayang.

"Plakk...Liza menepok jidatnya sebal.

Adaaa coba manusia kaya gini? Langka! Liza geleng-geleng kepala.

"Back to your problem yaa za ya, lha terus kalau bukan kamu yang nyuruh dia kekantor kita darimana dia tau coba kantor kita? Lagian yaa za ya dia dari london? Ngebet banget emang mau ketemu kamu?" Leya berfatwa panjang masih mengusap perutnya.

"Kamu tuh ya le, giliran dia nongol kamu bilang ngebet, giliran dia nggak nongol-nongol kamu bilang macem-macem. Sebenarnya kamu tu suka apa nggak sih dia nongol?" Tanya Liza menyelidik.

"Iya juga yahh...giliran dia nongol kok aku sewot? Leya menggerutu sendiri.

"Lha itu dia pertanyaanya...Liza kembali memojokkan.

"Ahh...tau ah, kamu yang pacaran kok aku yang ribet. Leya menggerutu lagi.

"Nahh...tu bener !" Liza kembali mengejek Leya, yang diejek cuman bisa manyun selebor. Ckckck

"Ehh..tapi Le, Besok aku mesti ikut Enrique ke London. Katanya biar kita bisa dekat dan nggak mungkin dong dia yang disini? Jadi terpaksa aku yang kesana, lagian aku capek kali le LDRan mulu." Liza berujar sembari menatap wajah Leya cemas.

"Apaaa??? Jadi besok kamu mau pergi ke London? Tinggalin aku? Terus dede bayi gemes nggak punya aunti dong....aaaaa Lizaaaa kok jahat banget??? Kamu kesal yaa aku ceramahin terus? Kamu kesal karena aku bunting? Kamu kesal aku nikah duluan? Yaa ampunn Liz....kamu tega gitu tinggalin sahabat kamu yang cantik ini???" Aaaa....tiba-tiba Leya menangis kejer.

Liza hanya bisa melongo melihat kelakuan sahabat anehnya itu, tapi Liza berbaik sangka saja...mungkin itu bawaan dede gemesnya aja. Pikir Liza maklum. Kalau nggak hamil udah aku cemplungin kekolam ikan...xixixi

***

Kantor Bryan...

"Kamu serius Liz mau Resign?" Bryan bertanya entah untuk yang kesekian.

"Iya Bryan, aku serius". Liza pun mengatakan hal yang sama.

"Baiklah kalau itu yang kamu inginkan". Bryan pun menandatangani surat pengunduran Liza dengan berat hati. Dia bisa apa?

Walau sebesar apapun ia mencintai Liza, ia tidak ada hak untuk terus menahan Liza diperusahaannya. Ia tahu pasti kalau semua ini ada hubungannya dengan bule kesasar tadi pagi. Apa benar orang itu adalah pacar Liza? Pikirnya.

Bryan berdiri dari kursinya dan mendekati Liza yang masih duduk dikursi depan Bryan.

"Please...jangan pernah lupakan aku". Bryan mengucapkan kalimat tersebut dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Pasti Bryan..."Liza berujar tulus.

Bryan berlutut dihadapan Liza.

"Bryan, kamu ngapain kaya gini?" Liza mulai gugup bercampur cemas, pasalnya hanya ada mereka di ruangan itu.

"Shhh...Bryan memegang kedua tangan Liza sedikit meremasnya.

"Kamu tahu dengan pasti bagaimana perasaanku padamu?" Bryan memulai kalimatnya sembari menatap manik hitam mata Liza, Liza mengangguk tak kentara.

"Kamu tahu bagaimana aku sangat mencintaimu, walau tak pernah ku ucap dengan jelas?" Bryan melanjutkan dan Liza mengangguk lagi.

"Dan aku juga tahu dengan pasti kamu tidak pernah menganggapku lebih dari seorang atasan?" Bryan berujar lagi, Liza kembali mengangguk merasa sangat bersalah pada lelaki didepannya.

Bryan lebih mendekat dan mencium kening Liza dengan tulus.

"Maka biarkanlah begitu adanya!" Bryan berujar lagi kemudian memeluk Liza dengan erat.

Liza hanya bisa tertegun, ia merasakan ada buliran air mata di tengkuknya. Liza hanya membiarkan Bryan memeluknya tanpa perlawanan juga tanpa balasan.

Beberapa detik berlalu, Bryan melepaskan pelukannya.

"Just let it go Princess, find your dreams!" Bryan tersenyum lemah.

"Thanks...hanya kata itu yang bisa Liza ucapkan setelah beberapa kalimat yang Bryan ucapkan padanya.

Sekarang semua masalah sudah teratasi. Hanya saja benarkah keputusannya ini ? Sepadan kah semuanya ini dengan seorang Enrique? Liza bertanya kepada hatinya sendiri.

***

Keesokan harinya Enrique dan Liza beserta pengawalnya pulang menggunakan Jet Pribadi Enrique sebagaimana ia datang ke Indonesia.

"Hey...why you are dreamy!" Enrique menghentikan lamunan Liza.

"Its ok, nothing...Liza berusaha tersenyum lemah.

"Apa kamu menyesal ikut bersamaku?" Enrique bertanya takut.

Liza menghembuskan napas kentara dan memandang wajah Enrique.

"Tidak, aku hanya tidak menyangka ini semua akan terjadi. Maksudku, aku hanya Liza biasa yang kemudian bisa bersamamu yang luar biasa. Apa itu tidak membingungkan?" Liza tersenyum hambar.

"Shh...Enrique beringsut pelan dan berpindah duduk kesamping Liza kemudian memeluknya sayang.

"You are my everything...you know what? ( Kamu adalah segalanya bagiku, kamu tahu?) Because you are mine...just mine" (Karena kamu milikku, hanya milikku). Enrique memeluk Liza lebih erat dan menenggelamkan Liza ke dadanya.

"Dont ever think like that again, because you are more than incredible, you are my imagination" (Jangan pernah berpikiran seperti itu lagi, karena kamu lebih dari luar biasa, kamu adalah khayalku) Enrique mengusap punggung Liza dengan sayang berulang ulang layaknya menimang bayi, Liza pun terlelap tenang.

"I love you my little Princess more and more" Bisik Enrique.

Enrique memandang wajah pulas Liza saat tidur. Sampai detik ini ia tidak percaya bisa dalam keadaan seperti ini. Bertemu dengan Liza adalah mimpinya setiap hari. Ia tidak berharap wanitanya akan secantik putri tidur disampingnya sekarang. Bukannya tidak ada yang lebih cantik dari Liza dinegaranya. Semua wanita dinegaranya cantik, sangat cantik malah. Tapi tidak ada yang seindah Liza. Batinnya.

Ia pikir walau sudah lima tahun mengenal Liza lewat Whatapps pasti saat bertemu akan terasa canggung. Namun dugaannya salah. Justru ia merasa sudah seperti mengenal Liza dari kecil. Takdir itu memang aneh. Tapi jika kamu mau bersabar menantinya, semuanya akan terasa terbayarkan. Ya, setelah perjalanan cinta sesaatnya dengan banyak wanita. Pada akhirnya wanita inilah yang menggenggam hatiku. Batin Enrique.

Setelah puas memandangi wajah lucu Liza saat tidur, iapun memutuskan untuk tidur. Enrique merebahkan kepalanya dibahu Liza kemudian memejamkan mata. Selang beberapa lama iapun ikut tertidur.

Yang menentukan jodoh adalah kita sendiri. Tuhan hanya merestui.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!