“Emily, cepat turun.” Sebuah teriakan melengking, memenuhi seisi ruangan itu.
Mendengar suara teriakan dari sang ibu tiri, gadis yang bernama Emily segera turun ke lantai bawah. Dia tidak ingin membuat ibu tirinya itu marah padanya.
Saat berjalan menghampiri Izebel, ibu tirinya. Emily melihat wanita paruh baya itu sedang berbicara dengan beberapa orang pria berbadan tegap, mereka terlihat sangar dengan penampilan di tambah dengan raut wajah yang menyeramkan.
“Ini dia.” Izebel melempar senyuman manis pada putri angkatnya.
“Kemarilah sayang.” Izebel memanggilnya dengan lembut.
Gadis berambut pendek sebahu dengan mata berwarna coklat itu, merasa bingung dengan perubahan sikap Izebel yang berubah baik dalam waktu singkat.
“Aneh! Tidak pernah aku mendengarnya memanggilku selembut ini. Biasanya selalu teriak dan umpatan yang aku dengar.” Batinnya, menghampiri Izebel dengan hati-hati.
“Ini Emily. Gadis yang aku ceritakan.” Izebel memegang bahu putri angkatnya. Memperkenalkan pada pria yang berstatus pemimpin dari para pria itu.
Salah satu dari mereka, seseorang lelaki paruh baya, yang terlihat seperti pemimpin dari mereka semua, menatap Emily dari atas sampai ke bawah dengan tatapan matanya yang jelalatan.
“Aku tidak menyangka, kau mempunyai putri angkat secantik ini.” Ucap pria itu sambil terus melihat Emily dengan matanya yang berbinar.
“Ibu.. siapa mereka?” Tanyanya. Namun, di hiraukan oleh Izebel seperti angin lalu.
Pria paruh baya itu mendekati Emily.
“Kau sangat-sangat cantik sekali...” Lelaki itu terus mengagumi Emily yang berdiri tepat di depannya.
“Aku ingin harga yang pantas untuk gadis ini.” Ucap Izebel.
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ibu tirinya membuat Emily membulatkan mata sempurna. Emily melotot menatap Izebel tak mengerti.
“Apa maksud dari kata-kata itu? Apa dia, menjualku?!” Emily membatin dalam hati.
“Baik. Akan aku transfer uangnya ke rekeningmu.” Dia dengan segera mengambil ponsel di kantongnya, beberapa saat dia terlihat sibuk memainkan ponselnya.
“Sudah di transfer.” Pria paruh baya itu memperlihatkan layar ponsel pada Izebel.
Izebel menatap layar itu dengan lekat, hingga akhirnya dia tersenyum puas.
“Baiklah.. kalau begitu kalian bisa membawa gadis itu..”
“Kalian berdua bawa gadis ini masuk ke dalam mobil.” Perintahnya pada kedua bawahan, yang langsung diiyakan oleh bawahannya.
“T-Tunggu du-lu.” Kata Emily terbata-bata, memberhentikan pria-pria yang ingin membawanya. Dia menatap Izebel dengan lekat.
“Ibu, kau menjualku?!” Tanyanya memastikan. Izebel menyeringai. Emily melihat di wajah itu tidak ada sama sekali perasaan sedih ataupun bersalah, yang Emily lihat hanya kegembiraan.
“Kau sangat tidak berguna selama ini Emily. Kau hanya bisa menyusahkanku saja. Jadi, sekarang aku membuatmu berguna.” Izebel mengucapkannya tanpa rasa belas kasihan sama sekali bahkan dia malah menunjukkan wajah mengejek dan jijik ke arah Emily.
Emily menunduk, kedua tangannya terkepal sempurna menahan marah.
“Te...” Baru saja Emily berucap. Tangannya sudah di tarik oleh kedua orang berbadan kekar itu. Emily mencoba berontak, dia menarik tangannya agar bisa terlepas. Akan tetapi, usahanya tentu saja sia-sia, tenaga yang ia miliki kalah telak dengan pria-pria itu.
“Le-Lepaskan aku. Aku tidak mau pergi dengan kalian. Lepas!” Emily terus saja berontak. Sampai akhirnya dia menendang aset berharga kedua pria yang menyeretnya dengan paksa itu. Tangannya kini terlepas.
Emily mencoba kabur dari sana, tapi dengan cekatan pria-pria itu kembali menarik tangannya, membungkam mulutnya dengan sapu tangan yang sudah di campurkan dengan obat bius.
“Kau gadis yang sangat bersemangat sekali. Kau akan memberiku banyak uang.” Kata pemimpin itu. Dan akhirnya semua menjadi gelap.
...----------------...
Sebuah perusahaan besar bernama Kabeto Group terlihat seperti kapal pecah, dikarenakan ulah dari pemimpinnya sendiri. Pewaris Kabeto Group yang sedang di kuasai oleh amarahnya. Dia mengeluarkan umpatan serta kata-kata kasar dari mulutnya. Dia adalah Kenzo Kabeto.
“Shitt!” Kenzo menendang mejanya dengan sangat keras, hingga membuat kepala HRD-Nya bergidik geri.
“Kenapa mengurus yang beginian saja tidak becus, hah?!” Bentaknya kepada kepala HRD itu.
“Maaf Pak. Aku tidak tahu kalau dia...” HRD mencoba membela dirinya.
“Cukup! Aku tidak ingin mendengar alasanmu itu!” Katanya dingin.
“Cepat! Carikan saya sekretaris baru, pilih yang sesuai dengan kualitas, jangan tampangnya saja!” Kata pria itu dengan ketusnya.
“Dan kali ini kau harus memilih yang tampangnya biasa-biasa saja, bila perlu yang sudah tua atau sudah menikah.”
“Baik pak.” Sahut HRD, menunduk tidak berani menatapnya.
Begitulah Kenzo Kabeto, orang yang sangat perfeksionis. Siapa yang tidak mengenal CEO muda, tampan, kaya raya, tegas, disiplin, dan di takuti oleh siapa pun.
Kenzo tidak ingin mempunyai sekretaris yang tidak becus. Dia lebih mengutamakan kepintaran seorang wanita, daripada lekung tubuhnya. Percuma memiliki sekretaris yang cantik namun otaknya nol? Bekerja hanya untuk memamerkan bentuk tubuh mereka yang sexy.
Kenzo sangat benci akan hal itu, lebih baik memecatnya daripada hanya menambah beban di perusahaannya dan akan membuat perusahaan hancur.
Ruangan HRD
“Arghh..!” Angga memijat kepalanya yang tidak sakit. Dia tengah pusing, ke mana lagi harus mencari sekretaris yang dapat bertahan dengan sikap bosnya yang angkuh itu.
Dalam sebulan ini sudah puluhan sekretaris di PHK. “Di mana lagi aku harus mencari sekretaris yang sesuai dengan kemauan si bos sinting itu.” Kata Angga sambil menggelengkan kepalanya.
“Apa bos ada fobia dengan wanita cantik lagi sexy. Atau jangan-jangan dia penyuka sesama jenis?” Batin Angga bertanya sendiri.
...----------------...
Kenzo yang pikirannya sedang kacau, melaju kan mobilnya dengan sangat kencang menuju tempat klub. Dia akan mengunjungi tempat haram itu kalau pikiran sedang kacau seperti saat ini. Meskipun berulang kali mamanya melarang untuk pergi ke tempat itu. Namun, Kenzo adalah anak yang sangat keras kepala, mungkin itu adalah turunan dari orang tuanya.
Kenzo yang telah sampai, memarkirkan mobil mewahnya di depan klub. Dia turun dari mobil lalu melengang masuk ke dalam.
Terlihat seorang penjaga pintu masuk memberi hormat kepadanya. “Selamat malam tuan Kenzo.” Sapanya.
“Hm..” Kenzo hanya berdeham, berlalu masuk.
Terdengar dentuman suara musik dengan suara bas tinggi yang meraung seisi ruangan. Kenzo mencari tempat duduk. Di liatnya ada yang kosong, dia mendudukkan bokongnya di sana.
“Seperti biasa.” Katanya dingin kepada batender yang menghampirinya.
Batender itu mengangguk paham, memang dia sudah sangat hafal dengan minuman apa yang di sukai oleh pria kaya raya ini. Kenzo menyandar’ kan punggung di kursi itu, sembari menunggu minumannya datang.
°
°
°
°
°
Bersambung...
Jangan Lupa Vote dan komentarnya ya!
Kritik dan saran yang membangun sangat diterima dengan senang hati.
“Sayang, ini minumanmu.” Kata seorang wanita pengantar minuman.
Wanita itu berpakaian sexy, lengkungan tubuhnya terbentuk jelas. Dadanya besar, membusung ke depan. Wajahnya dipoles dengan Make Up yang sangat tebal, juga lipstik yang merah merona menempel di bibirnya.
Kenzo mengambil gelas yang berisikan wine itu. Dia langsung meneguknya sekali tegukan.
“Enyahlah dari hadapanku!” Bentak Kenzo kasar. Dia merasa enek dengan wanita yang berpakaian sexy di hadapannya ini.
Bukannya pergi, wanita itu malah duduk di pinggir kursi, mengelus-ngelus punggung serta dada bidang Kenzo.
“Kamu tidak mau aku temani malam ini?” Ucapnya, menggigit bibir sensualnya, matanya dikedipkan membentuk semua isyarat.
“PERGI!” Ketusnya, membuat wanita ja lang terduduk di pinggir kursinya segera berdiri. Aura dingin dari Kenzo membuatnya takut, dia memutuskan untuk pergi dari hadapannya.
01:00 WIB
Kenzo baru saja ingin pulang, ketika dia berdiri dari kursinya, merasa sempoyongan, mungkin dia terlalu banyak meminum minuman haram itu. Namun, biasanya itu jarang sekali terjadi. Tapi kenapa sekarang kepalanya terasa sakit dan berat?!
“Aaaakkkhhh...” Dia berjalan keluar terus memegang kepalanya yang sakit, sesekali mengumpat dalam hati.
“Shitt! Apa yang di campurkan wanita ja lang itu ke minumku?!” Umpatnya terus berjalan keluar menuju pintu keluar. Mungkin wanita itu mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya.
Kenzo berjalan keluar tertatih-tatih seperti bayi yang baru belajar berjalan, memegangi kepalanya yang sakit. Namun, dia mendengar suara seseorang wanita yang meminta tolong dari sebuah kamar yang di lewatinya. Kamar itu biasa di gunakan untuk berbuat hal yang tidak baik.
“T-Tolong, siapa pun di luar sana, keluarkan aku dari sini!” Teriak seorang wanita di dalam kamar haram itu.
“Aku mohon tuan, jangan lakukan itu. Aku mohon.” Emily menangis terisak sambil berjalan mundur untuk menghindari Dabir, pemilik klub malam itu.
“Kau pilih saja mau melepaskan ke perawananmu itu padaku atau dengan pelanggan di sini?” Dabir memberikan dua buah pilihan pada gadis itu.
Tentu saja kedua hal tersebut tidak inginkan oleh gadis itu. Dia terus saja menggelengkan kepalanya. Dia masih berusaha untuk menghindari kepala klub malam itu.
“Tuan aku mohon, jangan lakukan itu! Tolong biarkan aku pergi dari sini.” Katanya, memohon belas kasih.
“Hm.. bagaimana ya?!” Pria itu pura-pura berpikir.
“Baiklah, aku putuskan kau menjadi milikku.” Dabir langsung menyergap gadis itu dan menghempaskan tubuh mungilnya ke atas kasur yang empuk.
“Aku tidak mau! Lepaskan aku!” Gadis itu berusaha untuk berontak. Namun, sialnya tenaga pria tua itu memang sangat kuat.
“Aku akan mengajarimu bagaimana caranya memuaskan, bahkan kau juga akan sangat menikmatinya sayang.” Dabir mengatakan itu sambil merobek paksa pakaian yang di kenakan oleh gadis itu hingga membuatnya telanjang bulat.
Kenzo di buat penasaran dengan suara yang ada di kamar haram itu. Tidak biasa seseorang meminta tolong dari ruangan itu, yang diketahuinya selama ini mereka akan sangat menikmati permainan yang di lakukannya, tetapi kenapa sekarang berbeda?
“Tolong! Aku mohon, siapa pun keluar aku di sini.” Sekali kali gadis itu meminta tolong di balik kamar haram itu.
Kenzo yang di landa rasa penasaran yang membuncah, tanpa menunggu lagi langsung mencoba mendobrak pintu itu sekuat tenaga walaupun keadaannya yang sedang tidak bersahabat.
BUGH!
BUGH!
BUM..!!
Suara bantingan pintu yang keras menggema seisi kamar haram itu. Pintu berhasil terbuka.
Nampak seorang wanita cantik yang sudah telanjang bulat, membuat hati Kenzo berdesir, jantungnya memompa naik turun tak karuan. Kenapa tidak? Semua kau adam pasti akan tergoda imannya jika melihat pemandangan itu.
Dabir yang sudah ingin menyantap Emily di kagetkan dengan bantingan pintu yang keras. Dia berbalik, melihat ke arah pintu yang terbuka. Memperlihatkan seorang pria yang bertubuh tinggi, badannya berotot kekar, garis wajahnya tegas, matanya tajam seperti elang.
Melihat Dabir lengah, Emily segera mengambil kesempatan itu. Dia mendorong pria tua yang berkepala botak menjauh dari tubuhnya.
Dabir terhempas ke belakang. Emily meraih apa saja untuk menutupi tubuhnya. Dia berlari mendekati Kenzo, bersembunyi dibalik punggung kekar pria itu.
“Tuan, aku mohon keluarkan aku dari sini. Aku tidak ingin menjadi santapan pria tua itu. Bawa aku pergi tuan.” Kata Emily memohon. Kenzo hanya berdiri diam, tak mengatakan sepatah kata pun.
“Tu-tuan Kenzo? Kenapa Anda....” Kata Dabir terbata-bata. Dia merasakan aura membunuh yang sangat kuat dari Kenzo.
“Enyahlah.” Ketusnya, menatap tajam ke arah pria itu.
Dabir memungut pakaiannya di lantai terburu-buru, segera keluar dari kamar haram itu karena dia tidak ingin berurusan dengan tuan Kenzo Kabeto.
Emily mengelus dadanya lega. Mengucapkan terima kasih pada Kenzo sebelum pergi keluar. Namun tangannya di cengkeraman oleh Kenzo dan kembali di tarik masuk.
“Kau ingin pergi?! Tidak semudah itu, baby. Puas kan aku malam ini.” Kata Kenzo, yang kesadarannya sudah setengah-tengah karena pengaruh minuman yang di minumnya.
Kenzo langsung menutup pintu dan menguncinya. Dia berjalan mendekati gadis yang berada di hadapannya.
“Apa maksudmu, tuan?” Tanya Emily tak mengerti. Memundurkan tubuhnya perlahan-lahan.
Kenzo tidak menggubris, dengan cekatan dia memeluk tubuh gadis itu dengan paksa dan mencium aromanya lalu sesaat kemudian menjatuhkan tubuh gadis itu di ranjang empuk.
“Kenapa dirimu sangat cantik dan menggoda sekali baby?” Kata Kenzo yang setengah kesadaran tidak ada di sana. Tangannya bergerilya menyentuh tubuh Emily.
Mungkin semua ini karena efek minuman yang di minumnya. Entah obat apa yang di berikan oleh wanita ja lang itu pada minuman Kenzo hingga pria itu menggila seperti sekarang.
“Tuan, tolong hentikan! Lepaskan aku!” Katanya mencoba melepaskan diri dari Kenzo. Lagi dan lagi, tenaga pria itu sangat kuat, bahkan melebihi tenaga pak tua tadi, membuat gadis itu tak bisa berkutik sedikit pun.
Kenzo membuka kancing kemejanya satu persatu. Membuang sembarang ke lantai, memperlihatkan dada bidang itu.
“Apa yang akan kau lakukan, tuan?!” Gadis itu semakin ketakutan melihat pria yang mengurung dalam kurungan lengan yang kokohnya.
“Tolong, lepaskan aku!” Gadis itu berubah berontak.
“Diamlah! Kau milikku malam ini. Jadi jangan membantah!” Kata Kenzo mulai melancarkan aksinya.
“Tidak! Aku tidak mau. Lepaskan aku.” Katanya berusaha memukul mundur tubuh Kenzo, namun Kenzo semakin memperlakukannya dengan kasar.
“DIAM! Ikuti saja permainannya, kau akan menikmatinya.” Kata Kenzo, yang semakin memperlakukan gadis itu dengan kasar. Dia melakukan keinginan bejat itu dengan paksa tanpa sedikit pun merasa prihatin dengan wanita yang dalam kurungan kokohnya.
°
°
°
°
°
Bersambung
Jangan Lupa vote dan komentarnya ya, dan masukin cerita ini di rak favorit kalian biar banyak yang baca.
Sekian dulu ya.
Sampai jumpa di part selanjutnya.
Bye.
Kenzo tak ingin mendengar apa pun dari gadis itu lagi. Dia langsung menyumpal dengan mulutnya. Meletak kan kedua lengan kekarnya berada di atas kepala gadis itu hingga dua buah bongkahan di da da gadis itu terlihat dengan jelas dan sangat menggeliurkan.
Tanpa basa basi Kenzo langsung me la hap dua bong ka han itu silih berganti.
"Lepaskan...! Lepaskan aku." Emily berusaha untuk berontak. Namun, sial! Tubuh itu kini malah bertolak belakang dengannya.
Badannya menggelinjang hebat saat Kenzo terus saja meng hi sap juga me lu mat dada itu. Memainkan pucuknya dengan lidahnya.
"Ugh..! Lepaskan." Emily merasa frustrasi karena bibir dan tubuhnya tak sejalan lagi. Dia malah membusungkan da da itu agar Kenzo bisa bebas melahap su su nya.
"Tuannhhh... Ugh..." Ucap Emily terbata-bata menahan rasa geli yang tak tertahankan.
"Akh.. Tuan, aku mohon jangan. Ugh.. Ahhhh." Emily men de sah, saat Kenzo mulai memainkan li dah nya di bawah sana.
Kenzo menenggelamkan kepalanya di antara dua pangkal paha. Lidahnya terus saja bergerilya di sana memainkan benda kecil yang berada di tengahnya lalu meng hi sap nya, membuat gadis itu sangat kegelian.
"Tuannhhh..."
"Akh.. Tuan.. " Emily kembali men de sah. Ingin rasanya nya dia mencaci dirinya sendiri karena malah begitu menikmati permainan yang dimainkan pria itu.
Kenzo terus mengeluar masukan li dah nya ke li ang hangat itu dan membuat si empunya menggelinjang hebat, terasa sangat geli dan memabukkan. Sungguh membuat nya gila.
"Tuannhhh.."
"Tuann.. kumo-hon berhe-nti." Kata Emily terengah-engah. Kenzo terus saja mengobrak-abriknya tanpa menghiraukan ucapan dari gadis itu.
"Akh.." Akhirnya Emily mencapai pelepasan nya, tubuh nya terasa seperti sedang tersengat listrik saat gelombang itu keluar dari liang nya.
Kenzo yang mendapati gadis itu sudah mencapai pelepasan pertamanya. Dia tanpa berpikir panjang lagi langsung menghunus kan mi liknya, yang berukuran panjang, besar, dan kekar, mema su ki gadis itu.
JLEB...
"Akhttt..." Emily merintih kesakitan karena dengan sekali tanca pan benda besar lagi keras itu berhasil merobek di dalam nya.
"Auw.. sa-kit tuan. Lepas-kan." Emily berusaha menggerakkan tubuhnya agar benda itu terlepas. Tapi tenaga nya tidak sebanding dengan tenaga pria yang me nin dih nya.
"Enak aja! Kau memintaku untuk melepaskanmu. Tentu saja kita harus saling memuaskan. Kau harus memuaskanku lagi." Kenzo berkata, dia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan berirama.
Yang tadi nya Emily merasa kesakitan. Kini rasa sakit itu hilang, malah membuat Emily sangat menikmati permainan pria di atas tubuh nya itu.
Kenzo semakin cepat me mompa tubuh gadis itu agar cepat menyelesaikan hasrat nya.
"Akh.." Emily kembali mencapai pelepasannya untuk kedua kalinya.
"Akh.." Kenzo pun sama. Mereka berdua mencapai pelepasannya bersamaan dan men gerang penuh kenikmatan.
****************
Kenzo mengerjap kan mata nya perlahan, menyesuaikan kondisi cahaya di ruangan itu. Dia melihat sekeliling nya, ruangan itu sangat asing bagi nya. Dia belum pernah tidur di ruangan ini, di tambah lagi dia mendapati tubuh nya terlihat polos tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuh nya itu.
"Apa yang terjadi padaku?" Batin Kenzo, menyengitkan dahinya bingung.
Kenzo bangkit dari ranjang, memegang kepalanya yang sedikit sakit. Pandangannya mendapati seorang wanita yang sedang menangis tergugu sambil memeluk lututnya. Tubuh polosnya di tutupi oleh selimut putih tebal.
"Kenapa kau ada di sini? Apa yang kau lakukan?!" Teriak Kenzo kaget, saat melihat wanita itu berada di kamar yang sama dengannya.
Emily mendongak, menatap sinis ke arah Kenzo.
"Anda masih bisa bertanya apa yang aku lakukan di tempat ini?! Tanya Emily menekan setiap kata-katanya.
"Sebelum Anda bertanya hal itu. Coba, liatlah diri Anda sendiri!"
"Apa Anda tidak mengingatnya?!” Kata Emily, yang air matanya sudah tumpah begitu saja ketika mengingat kejadian yang menimpa dirinya semalam.
Kenzo masih terdiam tak mengerti. Dia mencoba mengingat ingat apa sudah terjadi semalam. Dia hanya mengingat, berjalan sempoyongan menuju mobilnya, namun sebelum hampir meninggalkan tempat itu dia mendengar suara wanita meminta tolong dari kamar ini.
"Anda tidak mengingatnya? Atau Anda berpura-pura lupa, hah?" Teriak Emily kalap.
"Aku benar-benar tidak mengingatnya." Kata Kenzo dengan ketusnya.
"Baiklah! Aku akan memberitahumu." Kata Emily menghapus air mata di pelipisnya.
"Yah. beri tahu aku apa yang sudah terjadi." Kata Kenzo dengan cepat.
"Kau adalah pria bajingan yang memaksaku untuk menjadi pemuas nafsu bejatmu itu! Apa kau masih belum mengingatnya?!" Emily berkata dengan ketusnya. Meluapkan semua emosinya.
"Apa maksudmu?! Tanya Kenzo masih tidak mengerti.
"Cih." Emily meludah pelan.
"Kau bertanya apa maksudnya? Kau telah merenggut semuanya dariku. Merenggutnya sebelum aku menikah, hal yang sepantasnya aku berikan kepada suamiku kelak. Kau sudah mengambilnya secara paksa, tanpa persetujuanku. Aku sangat membenci lelaki bejat sepertimu." Teriak Emily kelap lagi, menjelaskan apa yang telah terjadi di antaranya dan pria itu.
Emily kembali meneteskan air matanya. Sementara, Kenzo mencoba mengingat ingat kembali kejadian itu. Apa itu benar-benar kenyataan? Dia mengira hal panas itu hannyalah sebuah mimpi. Mimpi indah pengiring tidur.
"Ahhhh..." Teriak Kenzo frustrasi sambil mengacak acak rambutnya.
Kenzo meraih dompetnya dan mengeluarkan selembar. "Lupakan saja apa yang terjadi semalam, ini cek, tulis berapa yang kau inginkan di situ." Ucap Kenzo dengan santainya, melemparkan cek itu kepada Emily.
Emily tersenyum sinis. "Anda kira, dengan begitu semuanya bisa kembali seperti semula?!" Kata Emily datar.
"Anda jangan samakkan saya dengan wanita ja lang di luar sana, yang gampang Anda tiduri semua nya! Cam kan itu!" Ucapnya sambil menatap Kenzo tanpa berkedip sedikit pun.
"Uangmu itu tidak bisa mengembalikan harta berharga di tubuhku! Berapa banyak pun uangmu tidakkan bisa mengembalikannya! Jangan Anda berharap dengan uang bisa menyelesaikan semua nya." Pekik Emily melempar cek itu kembali ke arah Kenzo.
"Hahahahaha.." Kenzo tertawa keras.
"Cih! Dasar ja lang! Sok-soan nggak mau duit lagi!" Ucap Kenzo ketus. Memandang rendah Emily
"Aku bukan ja lang!" Bentak Emily tidak terima di katai ja lang. "Aku bukanlah wanita bayaran untuk pemuas nafsu bejatmu! Aku tidak butuh uangmu itu!" Pekik Emily.
°
°
°
°
°
Bersambung...
Jangan Lupa vote dan komentarnya ya, dan masukin cerita ini di rak favorit kalian biar banyak yang baca.
Sekian dulu ya.
Sampai jumpa di part selanjutnya.
Bye.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!