NovelToon NovelToon

ABIAN

Prolog

Namanya Abian. Muhammad Abian Rizki Ramadhan_ pemuda dengan segala pesona dan misteriusnya. Namun sayang ia sangat dingin terlebih pada lawan jenis.

Kata orang Abian itu ganteng minusnya pemuda itu sangat dingin ditambah dengan sifat pemarah dan pendendam. Meskipun begitu ia pandai dalam menyembunyikan emosinya.

Sampai suatu hari, ia bertemu dengan Alsava. Alsava Fairuz Mahira_ Gadis cupu dengan segala misteriusnya. Kata orang Sava itu cupu padahal dirinya hanya menguncir kuda rambutnya dengan tambahan kaca mata pada wajahnya.

Sava yg niat awalnya masuk ke SMA Cendrawasih hanya untuk mencari tau dalang dibalik kematian sahabatnya harus di pertemukan dengan Abian yg membuat ia kesal setengah mati. Lantas apa yg akan terjadi kedepannya?

.....

Seorang gadis nampak berlari tergesa gesa memasuki gerbang sekolah hingga tanpa sengaja dirinya menubruk orang yg berjalan didepannya.

" Shh."

" Sorry. Gue gak sengaja." Gadis itu mendongakkan wajahnya setelah mendengar ringisan dari orang yg ia tabrak.

" Kalo Jalan pakai mata." sungut pemuda itu.

Gadis itu mendelik kesal. Bukankah dirinya sudah minta maaf.

" Dimana mana jalan itu pakai kaki bukan pakai mata." balasnya tak kalah sengit.

Saat pemuda itu akan kembali berucap gadis itu sudah melenggang pergi sambil berlari menuju kelasnya.

" Cewek sialan." geramnya.

Puk

" Udah lah." ucap seorang pemuda tampan dengan seragam yg ia keluarkan. Namanya Niko Raditya_ Pemuda sedikit gesrek tamu VIP nya ruang BK.

" Buruan woy, Buk Desi udah otw kelas." teriak pemuda lain dengan wajah panik. Namanya Cakra Dharmendra_ Pembuat onar nya SMA Cendrawasih jangan lupa jika pemuda satu ini adalah seorang playboy. Bahkan gadis gadis yg sekelas dengan dirinya sudah pernah ia pacari atau lebih tepatnya di gosting.

" Woy pak bos buruan !! " teriak pemuda disampingnya dengan Dasi yg ia ikat dikepala. Namanya Bagas Andrenata_ sebelas dua belas dengan kedua teman gesreknya. Bedanya pemuda ini tidak playboy seperti Cakra. Ia hanya setia pada pacarnya.

" Tinggal aja. " ucap Cakra menarik kerah baju Bagas dan berlari memasuki kelas mereka.

Disaat kedua temannya dengan panik masuk kelas berbeda dengan ketiga pemuda ini yg malah berjalan dengan santai.

" Siapa?" ucap Abian Dingin. Niko menatap bingung sahabatnya. Ia tak mengerti apa yg diucapkan oleh Abian.

" Anak kelas XI IPS 2." jawab pemuda yg berjalan disamping kanan. Namanya Evans Saputra_ Pemuda cool dengan wajah datar dan dinginnya. Sebelas dua belas dengan Abian bedanya Abian lebih dingin dan cuek.

" Lupain aja lh bos." Ucap Niko yg seolah mengerti arah pembicaraan mereka.

Tak ada jawaban dari Abian. Ia hanya berjalan lurus memasuki kelas tanpa menghiraukan ucapan Niko.

" Pendendam." ucap Evans meninggalkan Niko yg berdiri didepan pintu ruangan kelas mereka.

" NIKO, NGAPAIN KAMU BERDIRI DIDEPAN PINTU!"

Suara teriakan dari arah belakang tubuhnya membuat Niko terkejut dan langsung ngibrit memasuki kelas. Sungguh suara yg sangat membahana batin mereka.

Sedikit info. Mereka adalah anggota inti sebuah geng motor dengan Abian sebagai ketuanya.

Black Wolf_ atau serigala hitam adalah geng motor yang tak kenal takut dan pemberani. Geng motor yg didirikan oleh sekelompok anak muda ini bukan untuk membuat onar. Geng motor mereka didirikan untuk membantu masyarakat. Saat ini Abian dan sahabatnya adalah generasi ke 4 dari geng motor tersebut.

Siapa yg tak mengenal black Wolf . Geng yang diketuai oleh Abian ini adalah geng yg paling ditakuti. Bahkan seluruh warga SMA Cendrawasih tau akan hal itu. Mereka sangat segan dengan geng itu terutama pada ke lima inti mereka. Tak ada yg berani membuat masalah dengan mereka karena bisa dipastikan mereka tidak akan hidup tenang atau bahkan tidak bisa lagi melihat matahari esok hari.

Apalagi semenjak di pimpin oleh Abian. Geng itu semakin disegani karena kekejaman mereka dalam menghadapi setiap musuh mereka.

....

Disisi lain seorang gadis yg baru saja sampai dikelasnya langsung menyambar botol minuman didepannya.

" Sava minum gue." ucap seorang gadis yg melihat Sava meminum minumannya tanpa izin.

" Bagi ya elah. Pelit amat." Dengusnya sembari duduk di bangkunya.

Gadis itu mendengus kesal. Namanya Jihan Zavina_ Sahabat Sava disekolah. Orangnya agak kalem ya kalem sangat kalem. Suka ngomong tanpa filter dan minusnya gadis ini sangatlah bermulut cabe.

" Tumben telat?" kata gadis yg duduk di belangkangnya.

" Kesiangan." jawab Sava sembari tertawa menampakkan gigi rapinya.

Dyra Dzafina_ Juga sahabat Sava disekolah. Dia adalah yg paling waras diantara kedua temannya. Bisa dibilang jika Dyra adalah Kakak bagi mereka. Karena gadis itu akan menceramahi kedua sahabatnya jika berbuat salah.

Sava adalah gadis cantik bagi kedua temannya. Hanya saja karena dirinya memakai kaca mata dirinya di katai cupu oleh siswa SMA Cendrawasih. Padahal kaca mata yg ia gunakan bukan kaca mata tebal seperti murid cupu biasanya. Kaca mata yg ia pakai adalah kaca mata bening dengan lensa bulat.

Namun anehnya, tak ada yg berani membully gadis itu seperti gadis cupu lainnya. Entah karena apa. Hanya saja ada satu orang yg selalu mengganggunya yg membuatnya sangat dongkol setiap hari.

Selamat datang di cerita saya, semoga ceritanya bisa menghibur kalian. Buang yg buruk dan ikuti yg baik.

Jangan lupa Like, Komen, Vote, dan Favorit kan ya.

O1

Kring kring

Murid murid bersorak gembira ketika bel istirahat berbunyi. Terutama untuk kelas yg jam pertamanya adalah hitungan. Seperti ketiga gadis ini, mereka tampak mengemasi barang mereka sebelum pergi ke kantin untuk mengisi perut yg sudah berteriak minta untuk di isi.

" Pulang nanti, kita kerumah lo ya, Va." ucap Jihan berjalan beriringan dengan kedua sahabatnya menuju kantin.

" Iya. Sekalian nginep." sambung Dyra.

Sava mengangguk. " Bawa baju ganti. Gue gak nerima pinjaman soalnya." ucapnya sedikit menyindir.

Dyra dan Jihan hanya nyengir ketika mendapat sindiran tak langsung dari sahabat mereka.

Suasana sumpek dengan banyaknya para murid yg berbondong bondong memasuki kantin dan mengantri di stand stand makanan. Sava mendengus kesal. "kenapa kantin bisa sesumpek ini? mana mejanya penuh semua." kesalnya.

Dyra mengedarkan pandangannya untuk mencari meja yg masih kosong. Dan yap, dia mendapatkannya.

" Disana kosong." ucapnya menarik tangan Sava menuju meja yg ia maksud.

" Lo serius?" Jihan menahan tangan Sava yg mana membuat Dyra juga ikut menghentikan langkahnya.

" Ya iyalah. Dugong ." Ucap Dyra agak ngegas. Ayolah dirinya sudah kelaparan saat ini.

" Tapi meja itu deket meja nya inti Black Wolf."Jihan seakan enggan untuk melangkah ketika melihat meja yg dimaksud oleh Dyra berdeketan tidak bersampingan dengan meja Inti Blac Wolf.

" Buruan woy. Cacing gue udah pada demo." Sava meninggalkan kedua sahabatnya yg masih adu bacot dan duduk di tempat yg dimaksud oleh Dyra.

" Yaelah si Bocil." dengus Jihan.

" Udah lh. Mending lo pesen makanan dulu. Kayak biasa aja." putus Dyra dan mau tak mau Jihan mengangguk dan memesan makanan mereka.

Sedangkan di meja samping mereka. Mata Cakra langsung seger ketika melihat cecan duduk dimeja samping mereka.

" Kepala gue mau pecah." adu Bagas mendramatis.

" Mana pagi pagi disuruh belajar kimia lagi. " keluh Niko.

" Enak ya jadi orang pinter."

" Hooh. Bos kasih tutor dong biar pinter kayak lo bedua." Kata Niko.

" Ya elah bos. Pelit amat sama suara." Niko mendengus kala tak mendapat respon dari Abian.

" Van." panggilnya . " Resep jadi pinter apa ?" sambungnya.

" Jampi jampi." Niko melotot mendengar jawaban Evans.

" Emang bisa?"

" Coba aja?" Ucap Evans datar.

" Lo percaya Gas?" tanyanya pada Bagas.

" Ya enggaklah es kiko. Kalo mau pinter yg belajar. Jangan nonton cara buat anak." sarkas Bagas.

" Sampah banget mulut lo, tabung gas."

" Terserah lo deh, es kiko. Tanya noh si Cakra dia kenal sama tukang jampi jampi yg manjur." Niko menoleh kearah Cakra dan malah mendapati Cakra yg bengong.

" Woy, anak tuyul."

Plak

" Sakit , bangsat." Niko mengusap wajahnya yg terasa panas karena ditampar Cakra.

" Lagian lo ngagetin aja, setan."

" Lo liatin apa sih? Kayak orang bodoh gitu."

" Cecan bro." ucapnya kembali menatap meja sebelahnya.

" Lah itu bukannya cewek yg nabrak si bos tadi pagi?" Ucapan dari Niko membuat Abian mengalihkan pokusnya kemeja sebelah.

" Lah iya. " ucap Cakra barus sadar.

" Cantik kayak bidadari ." puji Cakra. Jiwa Playboy nya seakan meronta untuk keluar menggoda gadis di sebelah mereka.

" Pake kaca mata aja cantik. " sambung Bagas yg juga ikut nimbrung.

Abian hanya menatap gadis yg mereka maksud yg tak lain adalah Sava dengan tatapan tajam. Sedangkan Evans memilih tidak ikut campur dan menikmati makanannya.

" Makasih, Jihan sayang." Sava tersenyum lebar saat Jihan datang membawa makanan mereka.

Air liurnya seakan mengalir keluar melihat semangkuk bakso yg sangat menggugah seleranya. Tanpa banyak komen Sava langsung melahap baksonya dan menuang sambal hingga kuah baksonya berwarna merah.

Dyra dan Jihan yg melihat Sava menuang Sambal cabe hingga kuahnya berwarna merah bergidik ngeri.

" Jangan banyak banyak. Nanti lo sakit perut." peringat Dyra kala Sava akan kembali menuangkan sambal ke baksonya.

Uhuk uhuk

Jihan langsung menyodorkan air minum kepada Sava.

" Makannya pelan pelan aja, bocil." ucap Jihan mengusap punggung Sava.

Muka Sava memerah dengan mata berair.

" Pedes." Ucapnya mengipasi mulutnya yg serasa terbakar.

" Udah dibilangin jangan banyak banyak, bandel sih lo." ucap Dyra kesal.

" Pedes Dyr." adunya seperti anak kecil.

Dyra menyodorkan sekotak susuk kepada Sava dan langsung diminum oleh Sava. Dyra memang selalu membawa susu kotak di sakunya . Jaga jaga kalo Sava kepedesan seperti saat ini.

" Udah gak usah dimakan lagi." cegah Dyra saat Sava akan menyendok kembali baksonya.

" Gue masih pengen."

" Nanti lo kepedesan lagi, Bocil." sungut Jihan ikut mencegah.

" Tadi gue batuk makanya kepedesan. " elaknya.

" Tinggal dikit lagi, Han. Mubazir." Sava merebut mangkok baksonya ditangan Jihan dan kembali memakannya.

" Pedesnya nyakitin tapi nikmat." ucapnya.

Dyra dan Jihan hanya menghela napas pasrah. Melarang Sava adalah kemustahilan. Karena baginya larangan adalah perintah.

Abian tersenyum tipis melihat kelakuan Sava. Senyuman tipis yg tak disadari oleh siapapun.

" Lucu." batinnya.

02

" Sav, Ayo!!"

Jihan menatap kesal Sava yg entah sedang mencari apa.

" Cari apa sih?" tanya Dyra heran melihat Sava yg khawatir seakan ingin menangis.

" Buku harian gue, ilang."

" Emang lo tarok dimana?"

" Dibawah laci. Tadi ada kok disini."

" Lo yakin naroknya disitu?" Jihan dan Dyra akhirnya ikut membantu Sava mencari buku hariannya.

" Yakin banget." ucapnya sangat yakin.

" Kalo ilang beneran gimana?" ucapnya dengan mata berair.

" Gak kok. Palingan keselip doang." ucap Dyra menenangkan Sava.

Setelah, 10 menit lamanya mencari namun pada akhirnya mereka tidak menemukan buku Sava. Sava berjalan keluar kelas dengan gontai. Ia merasa semangat hidupnya seakan hilang entah kemana.

Disaat sedang berjalan diarea parkiran. Mata Sava tak sengaja menangkap satu objek berbentuk persegi berwarna biru muda ditangan seorang pemuda. Dengan langkah lebar Sava menghampiri pemuda itu dan merebut benda itu.

" Eh." kaget pemuda kala benda ditangannya dirampas kasar.

Sava menatap tajam laki laki itu, setelah memastikan jika benda itu adalah milik nya.

" Ngapain lo nyuri buku gue, ha." teriaknya.

Sedangkan pemuda itu hanya diam kala seorang gadis berteriak dengan wajah marah didepannya.

" Bentar." ucapnya. " Gue gak nyuri buku, lo." sambungnya.

" Terus ini apa?" Sava mengangkat buku ditangannya dan laki laki itu menggaruk tengkuknya yg tak gatal.

" Sumpah Gue gak nyuri." elaknya.

" Halah maling mana ada mau ngaku." desis Sava tajam.

" Parah lo, Nik. Masa nyuri buku cewe." Panas Bagas.

" Bener. Lo jatuh miskin ya sampai gak mampu beli buku." tambah Cakra.

" Bukan gue , woy lah." Niko menjambak frustasi rambutnya . Kenapa ia malah dituduh nyuri itu buku cewek cupu. Niko menatap penuh musuh kearah dua temannya yg malah memanasi situasi.

Sedangkan Abian dan Evans hanya menjadi penonton.

" Makanya kerja kalo mau dapet duit. Jangan nyuri punya orang." Sava menendang tulang kering Niko lalu berjalan mendekati kedua sahabatnya yg hanya menatap diam dari kejauhan.

" Awas lo cewek cupu. Sialan." Niko meringis kesakitan kala tulang kering kakinya ditendang kuat oleh Sava.

" Gue tandain lo" teriak Niko lagi dan dibalas acungan jari tengah oleh Sava.

" Mampus." ucap Bagas dan Cakra menertawai Niko yg kesakitan.

" Temen laknat lo berdua."

" Makanya jangan nyuri." ejek Bagas.

" Gue gak nyuri, ya. Tadi gue nemuin itu buku di koridor deket kelas kita."

" Alasan lo, es kiko."

" Aah , terserah lo deh. ck, sialan emang tu cupu." umpatnya lagi.

" Cantik kayak gitu lo bilang cupu? katarak ya mata lo." ucap Cakra.

" Kayaknya dia perlu ke dokter mata si Cak." tambah Bagas. Lalu kedua pemuda itu kembali tertawa mengejek Niko.

" Halah siapa sih yg gak tau sama tu cupu. Satu SMA juga tau kali." ucap Niko.

" Iya juga ya. Kalo gak salah namanya ,Sava?" ucap Bagas berusaha mengingat nama gadis yg sudah menendang Niko.

" Bener, Sava." Cakra berucap semangat dengan tersenyum. " Gue harus dapetin nomor tu cewek." tambahnya.

" Jangan cari tau tentang gadis itu. Apalagi dapetin nomornya." Ancam Abian dingin menaiki motornya dan melaju meninggalkan sahabatnya.

Keempat pemuda itu hanya menatap bingung ketua mereka lalu mereka saling menatap dan tersenyum misterius.

" Sava." ucap Abian dibalik helm full face nya.

" Menarik." tambahnya.

....

Sava sudah sampai dirumahnya dengan kedua sahabatnya. Dyra dan jihan yg duduk diatas kasur Sava sedangkan Sava yg duduk selonjoran di lantai dengan alas karpet bulu.

" Lo pada mau makan apa?" tanya Sava sembari membuka aplikasi Grab food.

" Gue bakso." ucap Jihan langsung menatap antusias Sava.

" Gue nasi padang aja." ucap Dyra.

" Ok." Sava memesan pesanan mereka lalu beralih membuka akun sosial medianya.

" Lo keren banget tadi, Va." puji Jihan.

Sava menatap bingung Jihan. Apanya yg hebat? bukankah tadi dirinya hanya menendang tulang kering Niko.

" Apanya yg keren?" tanya Sava bingung.

" Lo gak takut kalo mereka bales lo?" bukannya menjawab pertanyaan Sava, Jihan malah bertanya balik.

" Ngapain takut? sama sama makan nasi juga. Kalo dia makan batu baru takut." Sava berdiri dan melangkah keluar kamar.

Tak lama Sava berteriak memanggil kedua sahabatnya.

" LO PADA MAU MAKAN GAK? "

" MAUUU."

" BURUAN. KALO GAK GUE KASIH SAMA KUCING TETANGGA."

Jihan dan Dyra langsung berlari keluar kamar menghampiri Sava agar makanan mereka tak dikasih ke kucing tetangga. Karena Sava tidak pernah main main dengan ucapannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!