❤️Bertemu dalam Luka❤️
Ditengah hujan yang deras dua orang pemuda sedang berteduh di pinggir gubuk di jalan yang sepi dan cukup terpencil, keduanya terjebak hujan yang cukup deras di sertai kilat yang cukup menyeramkan, membuat siapapun yang mendengar pasti akan merinding dan merasa takut.
Dua pemuda itu terpaksa berteduh di dekat gubuk tersebut dikarenakan mobil yang mereka tumpangi malah mogok karena kehabisan bahan bakar, disaat mereka bedua sedang mencari pom bensin terdekat mereka malah melangalami pembegalan oleh segerombol orang tak dikenal,
dengan sangat terpaksa mereka harus merelakan mobil dan juga barang berharga mereka demi keselamatan diri mereka sendiri, akan tetapi ternyata para gerombolan begal tersebut tidak merasa cukup dan malah berniat membunuh ke dua pemuda tadi sehingga membuat mereka harus lari dan masuk kedalam sisi hutan,
setelah mereka berhasil kabur dari para begal tersebut mereka melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di sebuh gubuk kecil di tepi jalan terpencil yang begitu sepi dari lalu lalang orang yang melintas, niat hati dari kedua pemuda tersebut hanya untuk beristirahat sebentar saja, akan tetapi sayang tiba-tiba hujan deras di sertai kilat yang menyambar membuat mereka harus berhenti dan berteduh di gubuk tua tersebut.
Daffin Mumtaz dan Edwin Gamal kedua pemuda tersebut kini tengah duduk sambil menunggu hujan reda yang entah kapan hujan itu akan berhenti,
"Daf seumur hidup baru kali ini gue mengalami yang namanya dibegal" ucap Edwin.
"Apa lagi gue Edwin" jawab Daffin.
Lalu keduanya saling tatap dan tertawa bersama, keduanya menertawakan kemalangan yang mereka alami saat ini.
"Udah kena begal, sekarang kita kejebak hujan lagi, nasib-nasib" ucap Edwin.
"Tentang mobil lo, nanti gue ikutan ganti," ucap Edwin.
"Ed, kaya sama siapa aja sih lo, Kita kan temen bro, lagi pula, itu mobil masih belum lunas jadi nanti gue tinggal temuin dealer mobilnya gampanglah masalah itu," ucap Daffin.
"Haha.. Lo memang temen dan Bos paling pengertian deh," jawab Edwin.
"Dasar lo.. Hahah," jawab Daffin diiringi tawa dari bibirnya.
"Hahah..." dan akhirnya mereka tertawa lepas bersama.
Saat sedang asik berbincang-bincang tiba-tiba keduanya mendengar suara samar-samar meminta tolong, dikala hujan mulai reda.
"Tolong... Tolong" Suara itu terdengar mulai jelas di pendengaran Daffin dan Edwin.
"Lo dengarkan Ed?" Tanya Daffin.
"Iya gue dengar, tapi iya kali di tempat begini ada yang minta tolong, apa jangan-jangan itu suara hantu ya Daf?" Tanya Edwin.
"Jangan ngasal kalau ngomong mana ada hantu di siang bolong, nah suaranya aja kaya manusia" jawab Daffin menerka.
"Emang lo tahu bedanya suara manusia dan suara hantu?" Tanya Edwin asal.
"Ya mana gue tahu Edwin Gamal, lebih baik kita cari tahu dari mana asal suara itu, lagi pula kasihankan kalau kita tidak bantu dia, ayoo..." Ajak Daffin.
"Tunggu Daf, ini masih hujan" ucap Edwin beralasan.
"Hunjannya udah lumayan reda ayolah kasihan orang itu." Ajak Daffin lagi.
"Tapi Daf gue takut, atau jangan-jangan itu Suara begal tadi gimana?" tanya Edwin berusaha mencegah Daffin pergi.
"Mana ada, kalau itu suara begal mungkin sekarang kita sudah di kepung, dan gue yakin itu murni suara minta tolong." Jawab Daffin.
"Tolong tolong..." Suara itu masih terdengar.
"Nah suaranya masih ada, ayo kita tolong, Kasihan Ed." Ucap Daffin sambil berjalan menerobos hujan yang mulai sedikit mereda.
"Daf tunggu" Ucap Edwin sambil mengikuti Daffin dari belakangnya.
Daffin terus berjalan ke arah sumber suara lalu Daffin menghentikan langkahnya karena melihat setumpukan sampah yang begitu banyak bahkan sudah berbau sangat menyengat.
"Aduh Daf, kayanya itu emang suara hantu deh" celoteh Edwin berusaha mencegah Daffin pergi mencari sumber suara.
"Hus.. Denger deh suaranya dari sana, ayo kita ke sana." Ucap Daffin lagi, dan dengan terpaksa Edwin pun mengikuti dari belakang.
"Tolong.. Tolong, siapa pun tolong aku." Suara orang itu terdengar lagi.
Daffin berhenti tepat di depan kantong kresek besar berwarna hitam, kantong kresek itu terus bergerak-gerak sendiri membuat Daffin dan Edwin mulai merasa takut melihatnya.
"Daf, fix itu adalah hantu, ayo Daf ayo kita pergi." Ucap Edwin memaksa.
"Kamu jangan ngarang deh, lebih baik kita lihat dulu apa isinya, baru kita bisa simpulkan itu hantu beneran apa bukan?" Ucap Daffin bertekad.
"Daffin Mumtaz, yang aneh itu lo, bukan gue okh, kalau itu sampai hantu gue gak mau ya nolongin lo." Ucap Edwin yang sudah mulai ketakutan, namun di abaykan Daffin.
"Daf lo liatkan ini udah mulai menjelang magrib aduh...duh Daf jangan ngadi-ngadi deh." Keluh Edwin lagi.
"lo biasa diem gak sih, ini gue mau buka dulu kantong kreseknya." Ucap Daffin sambil melangkah lebih dekat dengan kantong kresek besar berwarna hitam tersebut.
"Tunggu Daf, kita lapor polisi aja dulu ya" cegah Edwin untuk yang kesekian kali.
"Mau lapor ke mana dan pakai apa? Lo gak liat kita di mana? Kantor polisi pasti jauh dari sini keberu dia mati, dan kalau pun harus telepon polisi mau pake apa? Lo lupa kita baru saja di begal" Jawab Daffin panjang lebar.
"Udahlah gue mau buka dulu kantong kresek itu, dan lo bantuin gue cepet" Ajak Daffin.
"Enggak, Gue gak mau, lo aja sendiri" tolak Edwin.
Daffin tak menggubris perkataan Edwin dia Mendudukkan dirinya di depan kantong kresek besar berwarna hitam tersebut.
"Daf, hati-hati, elo belum kawin Daf inget." Ucap Edwin memperingati, saat dia melihat Daffin mulai menyentuh kantong kresek besar tersebut.
"Berisik banget sih lo, bukannya bantuin gue buat buka ni kantong kresek" ucap Daffin yang mulai merasa tidak karuan.
"Enggak deh, gue bantu Doa aja okh, kalau ada apa-apa nanti gue bantu teriak deh, beneran." Ucap Edwin yang membuat Daffin semakin kesal di buatnya.
Dengan terpaksa Daffin pun membuka kantong kresek hitam besar itu sendirian dengan susah payah.
Dibukanya dengan perlahan kantong kresek tersebut dan betapa kagetnya Daffin dan Edwin melihat seorang gadis bule yang ada di dalam kantong kresek tersebut, dengan keadaan tangan di ikat dan tubuh penuh luka dan lebam, bahkan darah segar pun masih mengalir dari pelipis gadis bule tersebut.
"Ma.. Ma.. Mayat." Ucap Edwin kaget reflek langsung bersembunyi di belakang tubuh Daffin.
Sangking begitu kagetnya Daffin tidak bisa mengatakan apapun, bahkan tubuhnya mendadak kaku dan sulit di gerakan.
"Tolong.. Tolong." Ucap gadis tersebut dengan sisa tenaga dan kesadarannya.
"Kamu masih hidup?" Tanya Daffin yang juga mulai gemetar ketakutan.
"Tolong.. Tolong" gadis itu hanya mengatakan itu saja tanpa menjawab pertanyaan dari Daffin.
"Ed dia masih hidup." Ucap Daffin yang sudah kembali mendapatkan kesadarannya.
"Jangan dekat-dekat hantu, sana jauh-jauh" celoteh Edwin sendirian.
Tanpa mengatakan apapun Daffin langsung mengangkat tubuh gadis bule tersebut dan dengan cepat membawanya kembali ke gubuk tua tempat mereka berteduh sebelumnya, meninggalkan Edwin yang masih duduk di tanah sambil menutup matanya.
"Huhh ..... Takut gue Daf, ibuku, Ambu tolong.. Duh tolong" Edwin mengoceh sendirian.
"Daf, lo gak papakan Daf, Daf? .... Daffin, kok lo gak ada suaranya sih?" tanya Edwin sambil berusaha membuka matanya perlahan, di lihatnya sudah tiada siapapun kecuali dirinya sendiri.
"Daffin lo di mana" teriak Edwin ketakutan.
"Daffin....... " teriak Edwin lagi.
"Ngapain sih lo teriak-teriak di situ, bukannya bantuin gue lo malah teriak-teriak gak jelas" jawab Daffin kesal.
"Ya ampun Daffin lo ninggalin gue, tega bener" Jawab Edwin seraya berlari mengejar langkah Daffin.
Sesampainya di Gubuk tua Daffin membaringkan tubuh gadis bule tersebut, di tempat yang dirasa aman.
"Nona apa kau bisa mendengarku?" Tanya Daffin sambil membuka ikatan di tangan dan kakinya.
"Air.. Air.." Ucap gadis itu.
"Air Ed.. Cari air." pinta Daffin.
"Cari air di mana Daf?" Tanya Edwin.
"Ya air ujan atau apalah terserah." Ucap Daffin.
"Okh.. okh.." Ucap Edwin sambil mencari sebuh botol kecil lalu dia menampung air hujan di botol tersebut, setalah di rasa cukup Edwin pun memberikan botol air tersebut pada Daffin.
Daffin membatu gadis bule tersebut untuk meninum air hujan yang sudah di tampung dalam botol.
gadis bule tersebut meminum air tersebut hingga habis, mungkin karena terlalu lama dia berada di dalam kantong keresek membuat keadaannya semakin memburuk, belum lagi luka lebam dan luka berdarah yang ada di hampir setiap tubuh gadis tersebut.
"Bagaimana sudah lebih baik?" Tanya Daffin.
"Terimakasih." jawabnya.
"Daf, dia bisa juga bahasa kita ya, padahal wajahnya bule" Tanya Edwin.
"Hem..." jawab Daffin.
Dengan sisa kesadarannya gadis itu melihat satu persatu wajah Daffin dan Edwin yang ada di depannya.
"Tolong selamatkan saya" pinta gadis itu.
"Tenanglah nona" jawab Daffin.
"Tolong... Tolong saya." Ucap gadis itu lagi.
"Tenanglah nona, kami akan menolongmu." Ucap Daffin lagi.
"Terimakasih..." Ucap gadis itu sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya.
"Hey.. Hey.. Dia menutup matanya Daffin Apa dia meninggal?" Tanya Edwin yang melihat gadis itu sudah tidak bergerak lagi.
"Biar ku periksa." Ucap Daffin sambil menyentuh pergelangan tangan gadis tersebut.
"Dia masih hidup sepertinya dia pingsan." Ucap Daffin.
"Hahh... Syukurlah." Ucap Edwin.
❤️Mobil Pick Up❤️
Setelah hujan mulai reda Daffin dan Edwin langsung mencari jalan pulang, lama mereka menempuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya mereka sampai di sebuah jalan raya.
Dengan cara bergantian Daffin dan Edwin membawa gadis bule tersebut hingga sampai di ujung jalan raya.
"Hah.. Dia sungguh sangat berat" Ucap Edwin setalah menurunkan gadis tersebut dari punggungnya.
"Giliran mu Daf" Ucap Edwin dengan nafas ngos-ngosan.
"Baiklah, lo coba cari tumpang atau apalah yang penting bisa membawa kita ke kota" Ucap Daffin.
Setelah beberapa saat
"Ya ampun Daf sudah sekian lama tapi gak ada satu mobil pun yang mau berhenti" keluh Edwin.
"Cobalah lagi" pinta Daffin.
"Daf bagaimana kalau gadis ini sampai tiada, bisa di penjara kita Daf" ucap Edwin cemas.
"Dia masih hidup Ed, gue masih bisa merasakan denyut Nadi di pergelangan tangannya" jawab Daffin menenangkan Edwin dan juga dirinya sendiri yang sebenarnya juga sudah mulai cemas.
"Nah itu ada mobil Pick up, berhentiin sekarang Ed cepat!" Pinta Daffin yang melihat sebuah mobil pick up hedak melewati mereka.
Daffin dan Edwin pun langsung turun ke jalan dan mencoba menghentikan laju mobil pick up tersebut.
"Bang Berhenti bang" teriak Daffin dan Edwin bergantian.
"Bang.. Berhenti!" teriak Daffin dan Edwin lagi.
"Tiiiddd...." Suara klakson mobil tersebut.
Sebuah Mobil Pick Up berwarna hitam berhenti di depan Daffin dan Edwin.
"Kalian berdua mau mati ya hah, berhentiin orang sembarangan, kalau mau mati jangan di sini cari tempat lain" ucap sang sopir marah.
"Maaf pak, bisa beri kami tumpangan ke kota?, soalnya temen kami sedang terluka dan butuh pertolongan!" Ucap Daffin dengan sopan.
"Kalian mau nipu ya, hah kalian pasti begalkan?" ucap sang sopir menerka.
"Tidak pak bukan, justru kami sudah kena begal pak, tolonglah kami pak, kami janji akan membayar jasa bapak, tapi tolong bawa kami ke kota pak, apalagi ini sudah malam pak kasihani kami pak" Ucap Daffin memelas, penuh harap.
Setalah berpikir lama akhirnya sang sopir pun mau membantu Daffin dan Edwin untuk pergi ke kota.
"Baiklah, tapi inget harus bayar ya, dan itu gak murah" Ucap sang sopir.
"Iya pak, terimakasih" Ucap Daffin dan Edwin bergantian.
Setalah mendapatkan persetujuan dengan cepat Daffin memangku tubuh gadis bule tersebut dan menyimpannya di bagian belakang mobil pick up itu, lalu di susul Daffin dan Edwin yang juga ikut naik di belakang mobil Pick Up tersebut.
Perjalan menuju kota cukup lama hampir memakan waktu satu jam dan dengan keahlian dari sang sopir mobil tersebut akhirnya bisa dengan cepat sampai di kota, lalu Daffin meminta sang supir untuk membawanya ke Rumah sakit.
Daffin dan Edwin pun sampai di sebuh rumah sakit di pusat kota mereka menurunkan gadis Bule tersebut, lalu membawanya masuk agar dengan cepat bisa mendapatkan perawatan.
"Suster, Suster tolong..." Pinta Edwin sambil berteriak.
Beberapa perawat langsung membawa bankar dan dengan cepat Daffin membaringkan gadis bule tersebut di atas bankar khusus pasien.
Para perawat langsung membawa gadis bule tersebut memasuki UGD, Daffin dan Edwin hanya mengikuti sampai depan pintu UGD karena memang dilarang untuk ikut masuk.
Sang sopir pun juga ternyata terus membuntuti Daffin dan Edwin masuk ke dalam rumah sakit, Daffin yang melihat sang sopir pick up masih ada di sana langsung memulai pembicaraan.
"Terimakasih pak atas bantuan bapak, untuk bayarannya bapak bisa datang ke rumah sakit ini lagi besok ya pak, karena saya belum ada uang, tapi saya janji besok akan membayar jasa tumpangan yang bapak berikan pada kami" Ucap Daffin panjang lebar.
"Baiklah besok saya datang ke sini lagi jam 11.00 siang, ingat bayar ongkos tumpang kalian, jangan bohong" Ucap si sopir kesal.
"Iya pak saya janji" Ucap Daffin meyakinkan.
Setelah mendapat kepastian si sopir pick up pun pergi dari rumah sakit tersebut.
"Ya ampun aku pikir dia ikhlas nolongin kita, tapi ternyata dia malah meminta biaya untuk semua bantuannya" keluh Edwin.
"Dunia ini sungguh-sungguh mulai kehilangan akan orang-orang yang baik" Ucap Edwin lagi.
"Biarkan saja Ed, lagipula tadi kan gue yang bilang akan memberikan dia uang agar mau mengantar kita ke kota, dan lihat sekarang kita sudah ada di kota dengan selamat" Ucap Daffin.
"Iya sih Daf, kau benar, tapi ngomong-ngomong Bagaimana dengan gadis itu?" Tanya Edwin.
"Em.. Dia? Entahlah gue juga gak tau, kita biarkan saja dia dirawat dulu sampai dia pulih, lalu setelah itu kita bisa bicarakan hal selanjutnya nanti" Jawab Daffin.
"Apa sebaiknya kita laporkan pada polisi atau dinas sosial?" tanya Edwin asal.
"Untuk saat ini sebaiknya kita pastikan gadis itu baik-baik saja, setelah pasti baru kita ambil keputusan." Jawab Daffin.
"Baiklah,... Em ..... Daf, kita harus pulang tapi kalau kita pulang siapa yang akan mejaga gadis itu di sini?" Tanya Edwin lagi.
Daffin belum menjawab.
"Daf, saat ini ibuku pasti sangat khawatir sekali, jadi kau saja ya yang jaga dia ya?" ucap Edwin yang langsung di jawab dengan tatapan tajam oleh Daffin.
Bukannya takut Edwin malah tersenyum lebar pada Daffin.
"Baiklah" Jawab Daffin yang memang mengerti dengan situasi
"Tapi bawakan baju ganti untuk geu, rasanya geu ingin segera mandi" pinta Daffin Kesal karena Edwin memilih untuk pulang.
"Itu gampang nanti gue bawain baju ganti buat elo sama makan malam buat lo juga" jawab Edwin senang.
Setalah menunggu lama Edwin pun memutuskan untuk pulang, Daffin masih setia menunggu pintu UGD terbuka.
"Ceklek..." Pintu UGD pun terbuka keluarlah laki-laki berjas putih dari dalam UGD.
"Keluarga pasien?" Tanya Dokter.
"Saya Dokter" Jawab Daffin spontan.
"Em.... Sebenarnya saya bukan keluarganya, saya hanya kebetulan menemukan dia dan menolongnya" Ralat Daffin lagi.
"Jadi kau bukan keluarga atau pun kerabat pasien?" tanya Dokter.
Daffin hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum kaku.
"Apa anda tau di mana keluarganya?" tanya Dokter lagi.
"Entahlah Dok saya benar-benar tidak tau, karena saya dan teman saya tak sengaja menemukan dia sudah terluka parah, lalu kami membawanya ke rumah sakit. " ucap Daffin kembali menjelaskan.
"Anda memang luar biasa Tuan, dunia ini masih begitu beruntung karena memiliki orang yang begitu baik seperti anda" puji Dokter.
"Anda bisa saja Dok, oh ya bagaimana keadaannya?" Tanya Daffin.
"Secara fisik keadaannya mulai membaik, untung saja bisa dengan cepat di bawa ke rumah sakit, kalau tidak mungkin dia sudah tidak akan tertolong lagi, karena pasien begitu kehilangan banyak darah" Ujar Doktor.
"Selain itu kita juga harus melakukan pemeriksaan lanjutan pada pasien secara Mental, mengingat luka yang di alami pasien kucup parah hampir di sekujur tubuhnya apalagi ada luka tusuk di perutnya, saya pikir mungkin ini akan membuat pasien mengalami trouma yang mendalam karena kejadian ini" Ucap dokter lagi panjang lebar.
"........ " Daffin tidak menjawab dia nampak kaget dan kebingungan.
Dokter yang melihatnya cukup mengerti dengan apa yang Daffin rasakan, "Sebaiknya anda beristirahat saja dulu baru anda pikirkan mengenai pasien untuk selanjutnya." Ucap Dokter menenangkan.
"Ya sudah saya permisi dulu, karena masih banyak pasien yang harus saya tangani" Ucap Dokter lagi.
"Iya tentu silahkan Dokter" Jawab Daffin.
Setalah Dokter itu pergi Daffin melangkah masuk kedalam ruang UGD di dalam ada dua perawat laki-laki dan Perempuan.
"Tuan, kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat inap" Ucap perawat tersebut.
"Iya silahkan Sus" Jawab Daffin.
gadis bule tersebut pun akhirnya di pindahkan ke ruang kamar inap, Daffin duduk di samping tempat tidur gadis itu, dia memandang penuh selidik gadis yang sedang tak sadarkan diri itu.
"Aku harap kau cepat sembuh nona, dan cepatlah kembali pada keluargamu mereka pasti sedang sangat khawatir padamu saat ini" Ucap Daffin penuh harap.
"Setelah kau sadar nanti, kau harus mengatakan alasan kenapa kau ada di dalam sebuah kantong kresek besar, dan siapa yang sudah melakukan ini padamu" Ucap Daffin lagi.
"Apapun masalahmu kau harus tetap kuat dan harus tetap bertahan hidup setidaknya lakukan demi dirimu sendiri, karena kau juga pantas untuk bahagia nona" pinta Daffin tulus.
❤️Siuman❤️
Setelah menunggu lama akhirnya Edwin datang dengan membawa baju ganti dan sebungkus nasi goreng untuk makan malam Daffin.
"Tok tok tok...." Suara ketukan pintu.
"Ceklek...." pintu di buka.
"Assalamualaikum." Ucap Edwin pelan.
"Waalaikum salam. " Jawab Daffin dengan wajah yang menahan kantuk.
"Lama banget sih, lo kemana aja baru dateng?" gerutu Daffin kesal.
"Maaf... Maaf tadi gue beliin lo Nasi Goreng dulu, terus tadi tukang nasi gorengnya lama banget bikinnya." Jawab Edwin beralasan.
"CEK" Daffin hanya berdecak lidah karena dia tau kalau Edwin sedang berbohong pada dirinya.
"Ni nasi gorengnya mau di makan sekarang apa nanti?" tanya Edwin mengalihkan pembicaraan karena dia tau betul kalau Daffin tidak akan percaya perkataannya tadi, karena nyatanya dia memang berleha-leha terlebih dahulu di rumahnya sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah sakit.
"Nanti saja, gue mau mandi dulu" Jawab Daffin.
"Ed lo udah cerita semuanya sama ibu?" Tanya Daffin sambil mengambil baju dan handuk dari dalam tas.
"Belum, tadi pas gue pulang ibu sudah tidur, ini aja tadi gue beli nasi goreng buat lo, karena gue gak mau bangunin ibu, soalnya tadi gue liat ibu sudah tidur nyenyak." Jawab Edwin jujur.
"Bagus sebaiknya jangan katakan apapun sama ibu lo, gue juga gak akan ngasih tahu kejadian ini sama Ambu geu, kita rahasiakan soal ini dari mereka, supaya mereka tidak khawatir." Ucap Daffin.
"Em bisa aja, tapi gimana dengan wanita itu?" Tanya Edwin.
"Setelah dia sadar kita akan membantunya untuk kembali pada keluarganya" jawab Daffin.
"Baiklah gue ikut apa kata lo aja." Ucap Edwin.
"Hem gue mandi dulu, dan satu lagi besok lo cari ponsel baru buat kita, soalnya gue mau pergi ke dealer mobil buat ngurus mobil gue yang kemarin di begel." Ucap Daffin.
"Siap Bos." Jawab Edwin.
Daffin pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sepuluh menit kemudian Daffin sudah keluar dari dalam kamar mandi dengan keadaan segar bugar.
Lalu setelah itu di bukanya sebungkus nasi goreng miliknya dan di makan dengan lahap, karena Daffin memang sudah begitu sangat lapar.
Setelah kenyang Daffin pun merebahkan tubuhnya, dia ikut berbaring di sofa dalam ruang rawat inap tersebut menyusul Edwin yang sudah tertidur sejak tadi.
Pukul 04.44 Daffin terbangun dari tidurnya, di lihatnya waktu yang sudah memasuki waktu subuh, Daffin langsung masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, setelah selesai Daffin langsung membangunkan Edwin yang masih lelap dengan tidurnya.
"Ed lo bangun ayo kita Sholat dulu." Ucap Daffin tapi Edwin belum kunjung bangun juga.
"Ed, Bangun gak lo, atau gue siram pakai air mau?" ancam Daffin.
"Isttt.. Iya iya gue bangun" Jawab Edwin menggerutu.
Dengan keadaan yang masih mengantuk berat Edwin pun melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mengambil Wudhu, setalah selesai Daffin dan Edwin pun melaksanakan Sholat berjamaah bersama dengan di pimpin Daffin sebagai imamnya.
Saat Daffin sedang melantunkan Surat Alfatihah, Wanita bule itu mulai perlahan siuman, dia mengerjapkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan cahaya yang terasa menusuk di pelupuk matanya.
Setelah mendapatkan kesadarannya Wanita itu melihat dua pemuda yang sedang melaksanakan Sholat berjamaah, hingga mereka selesai Sholat dan berdoa.
Edwin berniat untuk kembali tidur karena masih merasakan kantuk di matanya, dia berdiri dan melangkahkan kakinya, akan tetapi pada saat dia sudah berbalik, Edwin melihat wanita bule tersebut sudah siuman dan menatapnya.
"Daf... Daf.." Ucap Edwin kaget.
"Kenapa?" Tanya Daffin bingung.
"I.. Itu." Ucap Edwin sambil menunjuk ke arah gadis bule tersebut.
Daffin pun berdiri dan melihat Wanita tersebut sudah sadarkan diri.
"Ed.. Panggilan dokter." Pinta Daffin.
"Cepat panggil Dokter." Ucap Daffin lagi karena melihat Edwin masih diam terpaku.
"Hah iya... gue panggil dokter dulu." Jawab Edwin sambil melangkah keluar kamar inap.
Setelah Edwin keluar untuk mencari dokter Daffin menghampiri wanita itu dan bertanya.
"Kamu sudah sadar?" tanya Daffin
Dan wanita itu hanya diam, tanpa menjawab pertanyaan dari Daffin.
Daffin dibuat bingung melihatnya.
"Terimakasih." Ucap Wanita tersebut setelah beberapa saat membisu.
Lalu Edwin pun kembali dengan satu Dokter di belakangnya.
"Permisi boleh saya periksa dulu?" pinta sang Dokter.
"Silahkan Dok." Jawab Daffin.
Dokter pun melakukan serangkaian pemeriksaan pada wanita tersebut hingga selesai.
"Syukurlah Keadaannya sudah berangsur membaik, akan tetapi mengingat luka jahitan di perut pasien masih belum kering, maka dari itu pasien di harapkan untuk jangan terlalu banyak bergerak untuk sementara waktu, agar jahitan di perut pasien bisa cepat kering." Ucap Dokter menjelaskan.
"Dan ini resep obat yang harus di tebus untuk pasien." Pinta Dokter lagi.
Daffin pun mengambilnya, "Terimakasih Dokter." Ucap Daffin lega.
"Sama-sama saya permisi, semoga cepat sembuh nona." Ucap dokter lalu pergi.
"Ed lo bawa uangkan? Nah lo tebus resep obatnya ya" pinta Daffin.
"Iya deh, padahal kan tadinya gue mau tidur lagi sebelum berangkat kerja." keluh Edwin.
"Udah jangan banyakan ngeluh sana cepet pergi." Ucap Daffin.
"Okh Bos" jawab Edwin pasrah.
Setelah Edwin pergi wanita itu bersuara.
"Air...Air.." Pinta wanita tersebut.
Daffin yang mendengar hal itupun langsung bereaksi dia melangkah menuju tempat dispenser di simpan, lalu menuangkan air putih ke dalam gelas yang tersedia, tak lupa Daffin pun mengambil satu sedotan yang tersedia untuk membantu wanita tersebut bisa minum.
"Ini minumlah." Ucap Daffin, seraya membatu wanita itu untuk minum.
Wanita itu meminum air tersebut hingga habis tak tersisa.
"Bagaimana sudah lebih baik?" tanya Daffin.
Wanita itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Terimakasih." Jawabnya pelan.
Daffin mendudukkan dirinya di kursi dekat bankar milik gadis itu.
Suasana terasa hening untuk sesaat hingga akhirnya Daffin berusaha bertanya tentang gadis tersebut.
"Maaf sebelumnya...." Daffin menjeda ucapannya "Boleh saya tahu kenapa anda bisa ada di dalam sebuah kantong kresek besar?" tanya Daffin berusaha bertanya baik-baik.
"Hiks.. Hiks..." Bukannya menjawab Wanita itu malah menangis membuat Daffin jadi bingung dan merasa bersalah.
"Tenanglah, jika anda belum siap untuk mengatakannya tidak apa-apa" ucap Daffin lembut.
Dan wanita itu hanya mengangguk sambil menangis, "Hiks... hiks.." suara isak tangis wanita tersebut semakin kencang, membuat Daffin semakin bingung saja.
"Tenanglah dulu mbak jangan menangis, anda baru saja siuman, sebaiknya istirahatkan dirimu supaya anda bisa cepat pulih, aku akan duduk di sofa, hem.. " ucap Daffin berusaha menenangkan, sambil melangkahkan kakinya ke arah sofa dan mendudukan dirinya di atas sofa sembari menunggu Edwin kembali.
Gadis tersebut terus menerus menangis membuat Daffin sedikit dibuat kesal olehnya, tapi setalah lama gadis itu kembali tidur, mungkin karena terlalu lelah mangis.
Ceklek...
Suara pintu terbuka nampaklah Edwin baru kembali dari menebus obat.
"Lama banget sih lo" keluh Daffin kesal.
"Iya maaf, tadi tuh antriannya cukup panjang ya jadinya lama deh." Ucap Edwin.
Kita harus berangkat ke kantor tapi siapa yang akan menjaganya di sini?" tanya Daffin sambil menunjuk wanita itu dengan ekor matanya.
"Hem minta perawat saja yang menjaganya." Jawab Edwin.
"Baiklah ayo cari perawat, lalu kita minta dia untuk menjaga gadis itu." Ucap Daffin lagi.
Daffin dan Edwin pun melangkah pergi keluar dari dalam kamar inap tersebut lalu menemui Perawat di meja resepsionis.
"Mba, kami titip pasien yang ada di kamar 112 ya, soalnya kami harus pergi untuk bekerja." Ucap Daffin.
"Memang tidak ada keluarga lain yang bisa menemani mas?" tanya perawat tersebut ramah.
"Kalau ada, kita gak mungkin minta Mba buat menjaga pasien itu." Jawab Daffin kesal.
"Sutt ... Daf lo kok ngomong gitu sih, maafin teman saya ya mba?" ucap Edwin dengan senyum jenakanya.
"Iya mas tidak apa-apa, kami akan menjaga pasien dengan baik, silahkan isi no tlpn masnya di sini, supaya kami bisa dengan mudah memberi kabar pada masnya." Jawab perawat tersebut.
"Mba kita kemarin mengalami musibah, ada beberapa orang yang membegal kami dan ponsel serta mobil kami diambil mereka, untuk saat ini kami lagi mau mengurus semuanya jadi kami belum bisa memberikan nomer hp kami, maaf ya mba." Ucap Edwin.
"Atau gini aja deh Mba boleh saya minta nomer hp Mbanya nanti setelah kami membeli ponsel baru saya langsung menghubungi Mba, gimana?" ucap Edwin lagi penuh maksud.
"Boleh Mas silahkan ini nomer tlpn rumah sakit ini" Jawab perawat tersebut ramah.
"Kok no rumah sakit si mbak, kenapa gak mo mbak nya aja." tanya Edwin masih berusaha.
"Terimakasih mba." Ucap Daffin memotong pembicaraan.
"Sama-sama mas." Jawab perawat ramah.
Edwin ternganga melihat Daffin yang dengan implusip menggagalkan aksi PDKT nya dengan perawat rumah sakit.
"Isst...Daf lu tu ya" keluh Edwin pelan.
"Udah ayo pergi" ajak Daffin memaksa.
Daffin dan Edwin pun pergi keluar dari dalam rumah sakit.
"Apaan si lo gara-gara lo gagal deh gue dapat No hp si mba nya." Ucap Edwin kesal.
"Emang cepet lo ya kalau soal cewe haha.. " Ucap Daffin sambil tertawa.
"Edwin gituhloh hahah... " Jawab Edwin berbangga diri yang juga sambil tertawa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!