NovelToon NovelToon

Godaan Adik Ipar

Bab 1

Sudah 5 tahun Hendry menjalani pernikahan dengan Julia. Wanita yang dulu menjadi kekasihnya selama lebih dari 2 tahun.

Melihat perubahan sikap Julia setelah hamil dan melahirkan, timbul rasa penyesalan dalam diri Hendry karna terlalu buru-buru memutuskan untuk menikahi kekasihnya itu.

Atau mungkin semua ini juga salahnya yang sejak awal tidak berkomitmen tentang anak dengan Julia.

Hendry pikir Julia akan sama dengan kebanyakan wanita di luar sana yang menginginkan anak setelah menikah. Tapi pada kenyataannya Hendry harus menelan kecewa karna Julia terang-terangan mengatakan tidak ingin memiliki anak demi menjaga bentuk tubuhnya tetap ideal.

Hendry mungkin di butakan oleh cinta, hingga selama 3 tahun pernikahan dia tak pernah memaksa Julia untuk hamil. Namun setelah 3 tahun pernikahan, orang tua Hendry mendesak agar dia dan Julia segera memberikan mereka cucu. Farah yang merupakan Ibu Hendry, wanita paruh baya itu sampai mengancam Julia akan mencarikan istri kedua untuk Hendry yang bersedia melahirkan cucu untuknya.

Julia tentu saja ketakutan dengan ancaman Ibu mertuanya. Dia takut posisinya sebagai Nyonya Hendry di geser oleh wanita lain.

Dengan terpaksa, Julia akhirnya bersedia mengandung darah daging Hendry.

Tepat di hari jadi pernikahan mereka yang ke 4, Hendry dan Julia di karunia seorang putri cantik.

Kebahagiaan tak bisa di bendung oleh Hendry dan kedua orang tuanya, begitu juga dengan orang tua Julia. Namun tidak bagi Julia, wanita yang sudah mengandung dan melahirkan malaikat kecil itu sama sekali tidak bahagia dengan kehadiran darah dagingnya.

Karna selama kehamilan, Julia mengalami kenaikan berat badan cukup banyak meski dia sengaja jarang makan berat ketika Hendry tidak di rumah. Kenaikan berat badan hampir 22kg, membuat Julia frustasi. Hampir setiap hari dia mengeluh dan menyalahkan bayi dalam kandungannya. Hendry sampai bosan mendengar keluhan istrinya yang hanya membuat kepalanya terasa pusing.

Kini sudah 1 tahun sejak Julia melahirkan putrinya, tapi Hendry masih mendengar keluhan Julia tentang bentuk tubuhnya yang tidak lagi sempurna setelah melahirkan. Padahal berat badan Julia sudah kembali seperti semula sejak 4 bulan setelah melahirkan.

...****...

Pagi itu seperti biasa Hendry akan mengajak putrinya bermain di taman belakang setiap weekend. Jujur saja, Hendry cukup di sibukkan dengan urusan kantor hingga tidak punya banyak waktu untuk bermain dengan Alessia selain weekend.

Saat tengah asik bercengkrama dengan putrinya yang sudah mulai bisa di ajak bicara, tiba-tiba Julia datang dengan pakaian olahraga yang melekat di tubuh rampingnya.

Sorot mata Hendry yang awalnya teduh, kini berubah tajam karna kedatangan Julia. Hendry sudah paham dengan kebiasaan Julia yang satu itu. Apalagi kalau bukan pergi ke tempat gym dengan genk sosialitanya.

Alih-alih menghabiskan waktu bersama anak dan suami, Julia malah asik memanjakan diri sendiri.

"Sayang aku pergi dulu,," Suara seksi Julia mendarat di telinga Hendry, karna wanita itu langsung memeluk Hendry dari belakang dan mendaratkan kecupan singkat di bibirnya.

Hendry tak bergeming, dia masih tetap dalam posisinya tampa membalas perlakuan manis Julia karna sudah terlalu muak.

Seandainya tidak ingat kalau dia terlahir dari rahim seorang wanita, mungkin sudah sejak lama Hendry melakukan kekerasan fisik pada Julia.

Hendry juga sadar seburuk apapun sikap Julia saat ini, wanita itu tetap Ibu dari anaknya. Hendry tidak sekejam itu untuk melakukan KDRT pada istrinya.

"Hmm, pergilah.!" Sahut Hendry acuh.

Seolah tidak peka dengan kekesalan suaminya, Julia malah tersenyum lebar dan berterimakasih karna di ijinkan pergi.

"Haii anak Mommy,," Julia berjongkok di depan Alessia, tangannya mencubit gemas pipi Ale yang chubby. Tak ada reaksi apapun dari Alessia, dia seolah tidak mengenali wanita yang sudah melahirkannya namun tidak pernah mengurus ataupun mengajaknya bermain.

Julia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, padahal memliki suami kaya yang tampan dan putri yang cantik.

"Mommy pergi dulu, jangan menyusahkan Daddy ya." Beberapa kali Julia mendaratkan kecupan di kedua pipi Alessia serta kening dan bibir mungilnya. Alessia tampak menepis beberapa kali, seolah tidak mau dicium Ibunya sendiri.

"Sayang,, aku mungkin akan pulang terlambat." Ujar Julia dengan suara manjanya. Jurus andalan setiap kali ingin membujuk Hendry.

"Ada acara makan siang bersama dengan teman-temanku. Kamu tidak keberatan kan aku pulang terlambat.?" Masih dengan nada manjanya, Julia bergelayut di lengan besar Hendry.

"Terserah kamu saja." Lagi-lagi Hendry menjawab acuh, dia memang sudah tidak peduli apapun yang di lakukan Julia di luar sana. Daripada pusing dan stress memikirkan tingkah Julia, lebih baik masa bodo dan tidak mencampuri urusannya.

Julia kembali tersenyum lebar, dia mendaratkan kecupan di wajah Hendry berulang kali. Jelas-jelas nada bicara dan ekspresi wajah Hendry terlihat kesal, tapi Julia tidak peka kalau sebenarnya Hendry tidak suka melihatnya menghabiskan waktu dengan orang lain di banding keluarganya sendiri.

Hendry menghela nafas berat, dia menatap lelah ke arah Julia yang pergi buru-buru dari taman.

"Kapan kamu akan berubah,," Lirih Hendry. Mulutnya sudah lelah menasehati istrinya sejak 2 tahun yang lalu. Kali ini dia memilih diam dan menunggu keajaiban, berharap Julia lebih peka dengan keluarganya.

...*****...

"Bella,,!!! Bella.!!" Suara teriakan Julia menggema begitu meninggalkan taman belakang dan masuk ke dalam rumah. Wajahnya tampak memerah dan tangannya berkacak pinggang di depan pintu kamar Bella.

"Iya Kak,, kenapa.?" Bella keluar buru-buru menghampiri Julia.

"Kenapa kamu bilang.?! Dasar anak ja-lang tidak tau diri.!!" Maki Julia yang hampir setiap hari di lontarkan pada Bella, adik tirinya dari ibu yang berbeda.

"Harusnya kamu yang menjaga Ale. Kamu ingin di pecat, hah.?!" Bentaknya.

"Kenapa membiarkan suamiku mengurus Ale sendiri, dia sampai belum mandi.!" Hardiknya tanpa tau kejadian yang sebenarnya.

Bella menarik nafas dalam, diam-diam menyembunyikan kepalan tangan di balik badan. Kalau saja tidak butuh uang, dia juga tidak akan mau menerima tawaran Kakak tirinya untuk mengasuh Alessia.

"Maaf Kak." Lirih Bella yang memilih mengalah tanpa berniat mengatakan yang sebenarnya. Karna bisa jadi Julia akan semakin memakinya kalau tau Hendry yang meminta gantian menjaga Alessia dan menyuruhnya untuk mandi lebih dulu.

"Maaf.!! Maaf.!!" Sentak Julia geram.

"Cepat temani Ale main dan biarkan suamiku mandi.!" Ujarnya kemudian berlalu dari hadapan Bella.

Bella tersenyum kecut. Entah berapa kali Julia menghinanya dengan sebutan anak ja-lang. Padahal mendiang Ibunya sama sekali tidak bersalah, dia hanya menjadi korban pemerkosaan dari Ayah mereka yang saat itu sedang dipengaruhi obat perangsang karna di jebak oleh seorang.

Lalu bagaimana bisa Julia menyalahkan Ibu Bella atas kejadian yang diluar kehendaknya. Dia menjadi korban pemer-ko-saan, tapi di salahkan dan mendapatkan predikat wanita penggoda.

Bab 2

"Tih,,, Tih,,," Celoteh Alessia dengan mata berbinar, kedua tangan gembulnya bergerak-gerak di udara seolah minta di gendong.

Hendry tampak mengulum senyum tipis melihat Ale sangat senang. Hendry tau putrinya sedang memanggil Bella, adik iparnya yang di panggil Aunty oleh Ale.

"Iya Ale,, Aunty sudah selesai mandi." Suara lembut itu terdengar cukup menenangkan, tanpa di buat-buat. Alessia bahkan lebih familiar dengan suara Bella di banding suara Ibunya sendiri.

Bella berdiri di depan Kakak iparnya yang tengah memangku Ale. Kedua tangannya mengulur untuk mengambil Ale dari pangkuan Hendry.

"Maaf Mas, agak lama mandinya." Bella menyengir kuda seraya mengambil Ale untuk di gendong.

Bella tampak santai berbicara Hendry tanpa ada rasa canggung sedikitpun, mungkin karna sudah biasa berinteraksi dalam mengasuh Ale, jadi keduanya banyak mengobrol tanpa di ketahui oleh Julia yang jarang di rumah.

"Sudah biasa. Padahal mandi lama pun tidak ada bedanya." Ledek Hendry sambil beranjak dari kursi taman. Raut wajahnya yang datar cukup membuat Bella kesal hingga bibirnya mengerucut. Kakak iparnya itu punya hobby baru 3 bulan belakangan ini, yaitu meledeknya.

"Terus saja menghinaku." Sahut Bella kesal, meskipun dia tidak tersinggung sama sekali dengan candaan Hendry.

"Aku bicara fakta." Balas Hendry tak mau kalah. Semakin Bella mengerucutkan bibir dengan ekspresi menggemaskan seperti itu, Hendry akan semakin puas meledeknya.

"Malas bicara lagi." Seru Bella dan melenggang pergi dari taman bersama Alessia dalam gendongannya.

"Ponakan Aunty yang cantik, kita sarapan dulu yah,," Bella mengajak Ale bicara, tak jauh dari tempat Hendry berdiri.

Dia memang masih berdiri di tempat, memperhatikan gestur tubuh Ale dan Bella yang tampak intim. Mereka lebih terlihat seperti anak dan Ibu di banding keponakan dan tantenya.

Kalau orang yang tidak tau siapa mereka berdua, pasti akan berpendapat sama.

Apalagi Ale lebih banyak tersenyum ketika bersama Bella, dibanding saat bersama Julia.

Bayi berumur 1 tahun itu juga lebih nyaman dalam gendongan Bella.

Sudah menjadi hal lumrah jika bayi lebih dekat dengan orang yang mengasuhnya, menghabiskan waktu lebih lama dengannya di banding orang tuanya sendiri. Jadi tidak heran kalau Ale lebih menempel pada Bella.

...******...

"Hendry tidak marah kamu keluyuran setiap hari.?" Cecar Angel, teman sosialita Julia yang statusnya sebagai istri sirih pejabat.

Wajar kalau Angel lebih banyak menghabiskan waktu di luar, dia belum memliki anak dan tidak perlu mengurus suami di rumah. Karna suaminya hanya datang 2 sampai 3 kali seminggu. Sedangkan Julia, wanita itu jelas memiliki anak dan suami sah.

"Mana mungkin Hendry marah. Kamu tau sendiri dia cinta mati sama aku." Jawab Julia penuh rada percaya diri yang tinggi. Bukan tanpa alasan Julia sangat yakin kalau Hendry cinta mati padanya, pasalnya selama 5 tahun menikah, Hendry tidak pernah memarahinya sekalipun. Pria itu bahkan selalu menuruti dan mengabulkan semua keinginannya.

"Kamu jangan percaya diri dulu Jul, mungkin saja Hendry malas berdebat."

"Kamu terlalu sibuk di luar, jangan sampai diam-diam suamimu jatuh ke pelukan perempuan lain. Seperti Mas Robby." Ujar Angel serius.

Dia memang belum pernah menjadi istri sah, tapi karna ada istri sah yang cuek pada suami dan jarang melayani suami, tidak heran kalau sekarang Angel jadi istri sirih. Itu karna suami sirihnya haus perhatian dan belaian.

"Hey.! Jangan samakan Hendry dengan suamimu yang mata keranjang.!" Protes Julia tak terima.

2 tahun menjadi pacar Hendry dan 5 tahun menjadi istrinya, Julia tau betul kalau Hendry tipe pria yang setia. Sekalipun Julia tidak pernah memergoki Hendry berselingkuh ataupun berkomunikasi dengan wanita lain melalui ponsel.

Julia hanya tau kalau dia satu-satunya wanita dalam hati dan hidup Hendry. Jadi sampai kapanpun Julia yakin tidak ada yang namanya perselingkuhan dalam rumah tangganya bersama Hendry.

"Sialan.! Mas Robby bukan mata keranjang asal kamu tau.!" Balas Angel yang juga tidak terima suami sirinya di cibir Julia.

"Nyatanya selama 4 tahun dia hanya setia padaku, tidak menjadi istri sirih lagi di luar sana. Itu artinya dia memang hanya butuh perhatian dan sentuhan dari wanita yang benar-benar bisa memberikan apa yang dia butuhkan." Jelas Angel panjang lebar.

"Aku hanya memberi tau kebenaran saja, jangan sampai kamu menyesal nantinya." Sambung Angel karna Julia hanya diam saja.

Jujur saja Julia sedikit merasa cemas setelah mencerna baik-baik ucapan Angel, namun lagi-lagi Julia merasa yakin kalau hal itu tidak akan pernah terjadi dalam pernikahannya. Dia percaya selama Hendry masih bersikap baik dan masih mau menuruti keinginannya, itu artinya dia masih menjadi satu-satunya wanita dalam hatinya.

...******...

Bella membawa Alessia ke ruang keluarga selesai sarapan. Bayi 1 tahun itu tidak pernah drama ketika di suapi oleh Bella. Alessia memiliki nafsu makan yang baik, tidak memilih makanan selama Bella yang membuatkan bubur untuknya. Tidak Heran kalau berat badan Alessia naik drastis selama 5 bulan terakhir di asuh oleh Bella.

Berbeda ketika masih di asuh baby sitter. Tubuh Alessia yang awalnya mungil, kini sudah bulat dan memliki pipi chubby serta tangan dan kaki gembul yang menggemaskan.

"Kamu bukannya belum sarapan.?" Suara berat Hendry cukup menggelitik telinga Bella. Hendry memiliki suara maskulin yang khas dan terkadang terdengar deep di saat-saat tertentu.

"Baru jam 7 Mas, 30 menit lagi." Bella sempat melirik sekilas ke arah Hendry yang langsung duduk di sofa. Menatap Bella dan Ale yang duduk di lantai beralaskan karpet bulu tepal.

Bella sedang mengajak Ale bermain, sesekali menyuruh Ale berdiri dan memintanya untuk jalan.

Sebenarnya Ale sudah bisa berjalan, melangkah beberapa kali dan dia akan langsung duduk setelah itu. Namun Bella terus melatih Ale agar semakin lancar berjalan.

1 bulan yang lalu, ketika pertama kali Bella melihat Ale mulai melangkah, dia berteriak bahagia sampai mengagetkan Hendry yang saat itu sedang makan siang sendirian di meja makan.

Hendry buru-buru menghampiri ke sumber suara, dia mematung di tempat begitu melihat dari kejauhan putri cantiknya tengah melangkah pelan ke arah Bella yang merentangkan kedua tangannya.

"Ayo sayang,, sini peluk Aunty,," Bujuk Bella antusias.

Sementara itu Hendry perlahan mendekat, memperhatikan Ale hingga putrinya itu berhasil sampai ke pelukan Bella.

"Yeayy,,,, Good job Ale,,," Bella mendekap erat tubuh bulat Ale, balita itu juga terkekeh senang. Bukan karna bisa berjalan, karna dia sama sekali belum paham hal itu. Ale terkekeh lantaran bisa menghampiri Bella dan di peluk oleh Auntynya itu.

Hendry dari tempatnya berdiri tidak tahan menahan kebahagiaannya sendiri. Dia setengah berlari menghampiri Ale dan memeluk balita bulat itu. Otomatis Hendry juga memeluk Bella karena Ale dalam pelukan Bella. Suasana sempat canggung saat keduanya bertatap mata, tapi Bella dengan cepat menghapus kecanggungan dengan menceritakan perkembangan Ale dalam belajar berjalan. Dan cerita itu di tanggapi antusias oleh Hendry.

Bab 3

Bella duduk taman belakang, wanita itu tampak menikmati suasana malam yang sunyi dan memenangkan. Dia telah melewati kehidupan yang sulit dan bukan hal mudah bagi Bella untuk bertahan sejauh ini. Sudah banyak penderitaan yang dia terima meski tidak pernah melakukan dosa dan kesalahan pada siapapun. Sampai terkadang Bella merasa Tuhan tidak cukup adil padanya. Terlalu banyak orang yang menyalahkan dia atas kesalahan orang lain di masa lalu.

Banyak yang menghina dan mencaci maki Bella dan Ibunya, padahal mereka berdua adalah korban. Bella sampai tidak habis pikir dengan orang-orang yang mengalahkan korban pemerko-saan dan menghina anak dari hasil pemerko-saan itu dengan menyebutnya anak haram dan anak ***-***.

Bahkan setelah Ibunya meninggal dunia sekalipun, keluarga besar Mamanya Julia masih sering menghina mereka.

Terlalu banyak hinaan dan perlakuan buruk dari julia dan keluarga Mamanya, jadi wajar kalau saat ini Bella menyimpan dendam dan amarah pada orang-orang yang telah menghina dia dan ibunya. Terlebih pada Julia dan Mamanya.

Bagi Bella, mereka yang sudah menghina dia dan ibunya adalah orang-orang jahat yang tidak punya hati. Mereka pantas mendapatkan rasa sakit dan penderitaan yang jauh lebih menyakitkan.

Padahal mereka tau kalau kehadiran Bella dan Ibunya adalah kesalahan orang lain, tapi mereka semua menutup mata. Dan kini menjadikan Bella sebagai pelampiasan amarah mereka yang tidak pernah padam setelah Ibu Bella meninggal.

"Bu, aku harap kamu selalu bahagia di surga." Lirih Bella. Air matanya sudah menggenang tak tertahan. Bella sedang merasakan kerinduan pada sosok malaikat tak bersayap yang sudah lama meninggalkan dunia ini.

5 tahun berlalu, sampai detik ini Bella masih belum ikhlas dengan kepergian Ibunya yang cukup mendadak dan janggal. Padahal kondisi Ibunya sejak dulu selalu sehat dan tidak pernah masuk rumah sakit, 1 bulan menjelang kepergiannya, tiba-tiba mendadak sakit parah dan tidak ada perkembangan meski dirawat intensif di rumah sakit.

Bella sebenarnya mencurigai Natalie yang merupakan Mama Julia. Tapi dia tidak punya bukti yang kuat untuk menuduh Natalie sebagai pelakunya. Sebagai orang yang berkuasa dan memiliki banyak uang, Natalie pasti akan bertindak sangat hati-hati kalau memang dia melakukan kejahatan. Jadi kejahatannya tidak akan mudah tercium oleh siapapun.

"Bu, seandainya suatu saat Tuhan membuka kebenaran tentang kejahatan meraka, aku pastikan akan membalas rasa sakit dan penderitaan Ibu selama ini." Batin Bella dengan sorot mata sendu yang menyimpan banyak kesedihan.

Sebenarnya sudah sejak lama Bella ingin membalas perbuatan Julia dan Natalie atas perlakuan buruk mereka terhadapnya. Bella selalu teringat kata-kata hinaan dan makian dari mulut keduanya yang mampu menghancurkan hati sampai mentalnya. Perkataan buruk mereka selalu mengganggu konsentrasi dan tak jarang membuat Bella menjadi murung hingga menyalahkan takdir.

Namun kebaikan ayah kandungnya membuat Bella selalu berfikir dua kali untuk balas dendam. Sampai akhirnya Bella bisa bertahan sejauh ini dalam diam. Tapi sepertinya kali ini Bella tidak akan tinggal diam lagi. Tekadnya untuk balas dendam sudah bulat.

Bella masuk ke dalam rumah karna merasa udara di luar semakin menusuk tulang. Dia cukup terkejut saat mengetahui sudah pukul 12 malam.

Karna terlalu hanyut dalam kesedihan dan rindu pada Ibunya, Bella sampai tidak sadar dia duduk di taman belakang hampir 3 jam.

Sebelum pergi ke kamar ponakannya, Bella lebih dulu pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Tenggorokannya terasa kering meski hanya melamun selama hampir 3 jam.

Di tempat yang sama, Hendry justru sudah ada di sana sebelum Bella datang. Pria itu sedang meneguk air mineral dingin setelah olahraga malam bersama Julia. Pria dengan tinggi badan 180 cm itu hanya memakai celana pendek saja. Tubuh bagian atasnya tidak ditutup apapun.

Tapi biasanya Hendry tidak pernah memamerkan tubuhnya seperti itu. Dia hanya berani keluar kamar dalam keadaan bertelanjang dada saat tengah malam saja, karna semua pekerja rumah sedang tidur, jadi tidak khawatir ada pekerja yang melihatnya.

Tapi tidak dengan malam ini karna Bella sudah melihat Hendry dari belakang. Mata Bella sampai membuat sempurna saking terkejutnya melihat Kakak iparnya hanya memakai celana pendek yang sangat melekat di paha. Tubuh atletisnya jadi terlihat jelas meski dilihat dari belakang.

"Ya ampun.!" Pekik Bella kaget. Dia reflek menutup matanya menggunakan telapak tangan.

"Mas Hendry kenapa tidak pakai baju.?" Tanyanya tanpa menyingkirkan telapak tangan dari matanya.

Hendry awalnya terkejut karena Bella melihatnya dalam keadaan sedang bertelanjang dada, Tadinya dia berfikir untuk pergi dari sana agar tidak membuat Bella merasa malu dan canggung. Tapi setelah dipikir-pikir percuma saja buru-buru pergi dari dari dapur kalau Bella sudah terlanjur melihatnya.

Hendry kemudian menutup lemari pendingin setelah meneguk air dingin. Dia berjalan ke arah Bella karna akan kembali ke kamar.

"Kamu kenapa belum tidur.?" Suara Hendry terdengar serak. Bella hampir mengintip dari sela-sela jarinya karna penasaran ingin melihat Kakak iparnya itu baik-baik saja atau tidak.

"Sudah tidur,, tapi sekarang mau minum." Jawab Bella yang masih menutup matanya. Hendry sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh Bella yang terkesan malu melihatnya.

"Kenapa tutup mata seperti ini." Protes Hendry sambil menarik kedua tangan Bella. Wanita itu otomatis bisa melihat Hendry dengan jelas, apalagi jarak mereka sangat dekat.

"Kamu pikir aku hantu.?" Ujarnya sambil mengacak-acak pucuk kepala Bella, kemudian pergi begitu saja dari sana.

Bella mematung di tempat, namun tatapan matanya terus mengikuti langkah kaki Hendry yang semakin menjauh. Senyum tipis terbit di bibir Bella.

...******...

Hendry menghela nafas kasar saat baru masuk ke dalam kamar karna mendapati Julia tengah duduk di depan meja rias dan sudah memakai piyamanya lagi. Bahkan istrinya itu sedang mengoleskan skincare di wajahnya. Kalau sudah seperti itu, setelah nini Julia pasti akan langsung tidur. Padahal Hendry berniat mengajak Julia bercinta lagi karna baru 1 kali mendapatkan *******.

"Bukannya aku sudah bilang akan main lagi." Kata Hendry seraya mengunci pintu dan berjalan ke arah ranjang.

Julia menoleh dan tersenyum lebar tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Besok pagi saja ya sayang, kantung mataku akan hitam kalau terlalu sering tidur larut malam." Sahut Julia. Wanita itu terus saja mengkhawatirkan fisiknya yang ingin selalu tampil cantik dan sempurna. Padahal hanya 1 minggu sekali Hendry mengajak Julia bergadang, harusnya tidak berpengaruh kantung mata Julia. Apalagi Julia rajin melakukan perawatan wajah seminggu sekali.

Jawaban Julia hampir membuat Hendry lepas kendali, tapi dia memilih diam karna malas berdebat dengannya.

Pria itu akhirnya memakai bajunya kembali dan masuk keruang kerjanya. Julia malah diam saja meski melihat raut wajah Hendry tidak bersahabat. Dia juga membiarkan Hendry pergi ke ruang kerjanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!