"Viona? Ayo menikahlah denganku" ucapan Dion pria yang sangat Viona cintai.
Viona terdiam saat mendengar kata menikah lagi.
Kata itu sudah sekian kalinya, sebenarnya dia bisa saja menerima tapi di hatinya masih ada kata ragu untuk menikah.
"Ma... maaf, Dion aku nggak bisa! kamu tahu aku masih sekolah, Apakah kamu tidak bisa menunggu sebentar lagi?" Jawab Viona dengan lirih gemetar.
Dion meraih tangan Viona, memeluknya hingga dia meneteskan air mata.
"Viona, aku sangat mencintaimu! tapi aku tidak bisa menunggu terlalu lama, mamaku sudah terbaring di rumah sakit, aku tidak bisa sayang, melawan kehendak orang tuaku, dia ingin sekali melihatku menikah dan memberikan mereka cucu" ucap Dion pada Viona.
"Iya, Pergilah! dengan sering waktu aku..." mata yang berkaca-kaca dan tatapan kosong Viona berlahan melepaskan pelukan Dion.
"Seiring waktu? Maksudmu apa?" Dion pura-pura tidak mengerti.
Maafkan aku Viona, sampai kapanpun cinta ini untukmu, Dion sangat lekat memandangi wanita yang masih status pacarnya dengan lekat dan penuh arti.
"Maksudnya, jika kamu siap menikah dengan wanita pilihan mamamu, cintailah! Jangan buat dia kecewa, buka hatimu!! aku yakin berlahan kalian akan saling mencintai dan begitu pun dengan aku akan membuka hatiku untuk orang lain" Ucap Viona seolah di bisa melepaskan Dion.
Viona berdiri dan melepas perlahan tangan pria yang sangat ia cintai.
Mutiara yang dia tahan - tahan pun jatuh dengan sendirinya. mulai berjalan pergi, Dion menarik tangan Viona. "Viona boleh aku mencium mu untuk perpisahan kita?"
Hanya anggukan yang diberikan oleh viona, Dion langsung mencium kening Viona dengan begitu penuh cinta.
"Ciko kita sampai di cafe" ucap asisten pribadinya.
"baiklah, kamu sudah memeriksa dokumen yang ku inginkan" ucap Cikoza pada Erik, asistennya.
"pastinya, loh meragukan kemampuan Gue? ucap Erik dengan menyerahkan dokumennya.
Cikoza memasuki cafe saat baru masuk cafe dia melihat adegan anak SMA dicium kening, dia hanya melirik sekilas.
Anak nakal ia berkata dalam hati.
Viona berjalan dengan terburu-buru, karena hati yang sudah hancur. Brukk, dia nabrak seorang pria dewasa, pas di dada bidangnya.
"Maaf Om, saya tidak sengaja menabrak Om" ucap Viona pada pria yang ia tabrak.
"jalan pakai mata! apa matamu buta karena cinta?" Ucap Cikoza karena dia kesal saat anak SMA itu panggil dia dengan sebutan Om.
Dorr... Suara Caca dan rika mengejutkan Viona.
"Dasar kalian Teman biad*b, nggak ada akhlak." Ucap Viona merasa kesal menganggu saat ingat momen Kamarin.
"Vio kita ke bar yuk malam ini." Ucap Rika.
"Oga, males gua melihat kalian mabok, apa lagi pria nakal' kalian" jawab Viona.
"bilang aja kehidupan cintamu sedang gersang, segersang pasir tanpa rumput hijau." Timpal Caca.
"Gimana nggak gersang kalo nggak ada air hujan, Gitulah kalo orang belum pernah ahhhh, hidup cuman sebentar, nikmati aja dulu!"ucap Micel pada Viona.
Mereka bertiga terbahak-bahak menertawakan Vio sahabatnya.
"Uda sana aku mau chatting sama ayang beb" Ucap Viona walaupun dalam hatinya mau chat siapa gua.
Viona menekan nomor cantik asalan terus berulang dan udah yang kesekian kalinya, Ini yang terakhir! semoga berhasil terhubung. batinnya
"Ciko ada nomor tidak di kenal menelpon, biarkan saja atau angkat?" ucap Erik.
"coba angkat siapa tau penting." Dengan isyarat dia ingin ponselnya.
"Hallo." ucap Cikoza engan Suara datar.
Viona terkejut bukan main, saat yang dia telpon suara pria, dengan suara datar tapi dia bisa merasakan kalo itu pria tampan.
"Loh kenapa!" Ucap Caca yang sebelahan dengan Viona.
"Ini pacar gue nelpon, Hallo sayang, kenapa kamu nelpon! Apa...? Kamu sudah kangen banget sama aku sayang! Kamukan tahu sayang, aku lagi di kelas bentar lagi aku pulang, uda dulu ya sayang muacchh." Viona sengaja agak di besarin suara dekat temannya untuk memperjelas statusnya pacaran.
Entah apa yang telah aku ucap nyatanya hati ini masih milikmu Dion anggara, kamu enaknya aku merananya. Ucapnya dalam hati.
"Erik cari tahu dari mana asal nomor ini! Aku ingin sekali tahu siapa dia" Ucap Cikoza yang penuh penekanan, seakan ada yang ane saat mendengar suara wanita yang menelpon dia, apalagi pakai cium yang panjang dan lekat.
"Baik Ciko, gue akan membantu loh! gue
juga penasaran, dengan no yang menelpon, memuat mukamu memerah padam, apakah dia perempuan?" Goda Erik untuk Ciko yang sudah menahan emosi.
Begitu sifat Erik dia berani sekali pada Ciko, karena mereka bersahabat sejak kecil.
Lihat saja aku akan cepat menemukanmu, beraninya bermain-main dengan saya. batinnya
Erik yang sudah bergerak cepat menyuruh orang kepercayaannya.Cuman butuh waktu satu jam saja, Erik sudah bisa mengumpulkan identitas orang yang menelpon Ciko.
Erik segera memberikan bukti-bukti kepada Ciko.
"Ini identitas orang yang loh cari! ternyata daun muda cantik" ucap Erik pada Cikoza.
Cikoza segera membuka, matanya terbelalak saat mengetahui siapa wanita yang menelponnya.
"Erik, kamu tidak salah? gue rasa tidak percaya, seorang Adam Senjaya, mempunyai Anak yang tidak berkelas" ucap Cikoza pada Erik, dia ingat dengan Poto yang dia lihat anak SMA yang berpelukan dan cium di tempat umum.
"Sangat benar! penyelidikan Erik Metro tidak pernah salah" Erik menjawab dengan penuh kejelasan dan penekanan percaya diri.
"Oke jika itu benar biarkan saja, tidak ada untungnya bagiku meladeni anak seperti dia" tegas Cikoza.
Waktunya pulang sekolah, empat serangkai sudah mau siap-siap mau pulang.
"Viona kita ke mall yuk?" ucap Micel ajak Viona, dia ingin Viona bisa ceria lagi, dia tau tentang hubungan dia dengan Dion, anya Micel yang tahu.
"Males, sekarang gua lagi tidak ingin belanja. gua lagi ingin mencari yang bisa mengobati hati ini" Bisik Viona ke Micel.
"Benaran tidak mau? Biasanya paling suka shopping" Kata yang dilontarkan Caca.
"Kalo gitu mending kita aja ke mall, kali aja yang ada yang bening bening" Saut rika, dia memang Suka sekali melihat cogan cowok ganteng.
Micel Rika dan Caca pergi ke mobil mereka masing masing. Viona juga masuk ke mobilnya, dalam mobil dia masih teringat dengan suara pria yang dia telpon tadi. Penasaran seperti apa pria yang dia telpon, rasa ingin sekali melihat wajahnya.
Viona mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan. "assalamualaikum, maaf tadi saya bicara tidak sopan pada anda." Pesan pun terkirim.
Tapi tidak ada balasan, Viona melajukan mobilnya pulang ke rumah. Viona sudah masuk gerbang rumahnya dia terkejut melihat mama dan papanya ada diruang tamu.
"Pa anak kita sudah pulang" kata mama Viona, dan melambaikan untuk duduk di sopa.
"Ya dong mamaku, ini memang waktu jam pulang sekolah, yang jadi pertanyaan mama sama papa kenapa jam segini sudah pulang?" Jawab Viona.
"Karena, mama dan papa mau pergi ke Belanda sayang mau melihat cabang perusahaan di sana. Jadi, kamu sendiri tidak apa-apa kan, kalau di tinggal sendiri Mama ngerti pasti kamu sedih, tapi ini hanya sebentar hanya 1bulan sayang" Ucap mama Sandara itu nama mamanya Viona, dia juga tidak tega meninggalkan putri semata wayangnya.
"Kenapa mendadak, ma? Aku pasti kesepian" Viona hanya pura-pura sedih, padahal ini memeng yang dia mau selama ini, tidak ada mama dan papa itu nyatanya dia bebas.
"Sudahlah sayang hanya sebentar, di rumah juga ada bibi yang temani, tolong Jangan sedih!!" Papa Adam menenangkan hati putrinya.
"Ok. Jadi kapan mama dan papa mau ke sana?" Tanya Viona pada orang kedua tuanya.
"Sekarang!" Ucapan mama dan papanya menjawab serentak, mereka lalu memeluk putri semata wayangnya.
"Apa?" Viona pura-pura terkejut.
"Ya sayangku, ini sudah siap kopernya."ucap mama Sandra.
Mama dan papa berdiri dan memeluk Viona "sayang kamu jaga diri baik-baik jangan pernah kelayapan oke?" Ucap mamanya memberikan nasehat.
"Baik my bos, Ingat hanya 1 bulan!" Tapi kalo nggak pulang selama 1tahun juga tidak apa kata hati Viona.
Orang tuanya berangkat dia sungguh kegirangan, Pembantu rumah heran melihat tingkah majikannya.
"Bik Ina, bik Lala" Viona memanggil kedua pem membuatbantu yang setia melayani dia selama ini.
"Iya non ada apa?" Ucap bik ina dan Lala.
"Seperti biasa bik kalo mama dan papa nanya! Bilang aja yang baik-baik" Tegas Viona pada ke dua pembantunya.
"Baik, nona" Jawab kedua pembantunya.
Viona dengan wajah penuh gembira menaiki anak tangga, masuki kamarnya. Dia langsung ngabarin teman-temannya jika orang tuanya pergi selama 1 tahun.
Mereka membalas dengan berbagai rencana dan yang pastinya ke tepat haram itu, Viona yang asik dengan ponselnya membuka sosmed tak terasa sudah mau magrib aja.
Erik datang menghampiri bos sekaligus sahabatnya.
"Ciko kita minum malam ini! Siapa tau ada yang cocok, tidak lagi tampil wajah yang sadis dan selalu ingin menerkam" Ucap Erik.
Cikoza melihat Erik, rasa ingin di gorengnya lalu diberikan kepada anjing gila.
"Muka itu biasa aja ekspresinya, entar loh tua tambah tua" Erik tertawa terbahak-bahak melihat Ciko yang sudah memanas.
"Tuan Erik Metro yang terhormat, bisakah kamu keluar dari ruangan saya, jalan keluar ada di sana" ucap Cikoza pada Erik.
Cikoza yang sudah menahan diri tidak ingin berdebat dengan Erik sehingga dia menyuruh Erik untuk keluar.
"Baik, Tuan Cikoza Sadewa pewaris tunggal Sadewa pria tampan berhati malaikat tapi bermuka es batu. Tapi ingat, entar malam jam 11 gue tunggu, harus datang!" Jawaban Erik, saat dia ingin menutup pintu dia tetap saja menggoda Ciko.
Viona sudah dua kali mengirim pesan, menelpon pria yang membuat dia penasaran, masih tidak ada respon Dia tidak ambil pusing mungkin tadi hanyalah kebetulan.
Kini Viona masuk ke kamar mandi berendam di Bathtub ingin sekali melupakan Dion, Terlintas di ingatannya saat-saat bersamanya membuat dia sangat bahagia, apa lagi Dion orang yang romantis, pengertian dan sering bikin kejutan.
"Dion... Sumpah aku masih mencintaimu" Viona berteriak Ada rasa tak rela melepaskan Dion bersama wanita lain.
Kini ada rasa penyesalan menyelimuti pikirannya.
Berpikir mendapatkan pengganti sepertimu my Dion, sungguh beruntung wanita yang mendapatkanmu.
Pukul 9 malam Ciko baru pulang dari kantornya yang sangat melelehkan, Dia memang suka pulang malam karena tidak ada hari yang spesial kecuali kerja yang menemani dia.
Membuka ponselnya, melihat dua pesan dan satu panggilan tak terjawab dari gadis nakal. Ciko sudah menyimpan nomor telpon yang buat nama gadis nakal.
Gerbang rumah Viona sudah terbuka ternyata, tiga sahabatnya sudah datang, kebetulan micel membawa mobil.
Mereka seperti biasa langsung nyelonong masuk ke kamar Viona, tapi saat sahabatnya mau naik, Viona sudah siap menuruni tangga.
"Buset cantik banget, uda lama kamu nggak dandan secantik ini?" Tanya Micel, terheran dengan gaya berpakaian sahabatnya.
"Ya bener banget, bisa-bisa tumbuh rumput hijau di Padang pasir?" Goda Caca.
"Lagi pengen aja, sudah aku tahu penampilan gue yang cantik sempurna ini" Ucap Viona pada sahabatnya dengan rasa pede yang luar biasa.
Mereka berempat pergi ke tempat yang bisa bikin mereka happy. mereka bisa bebas keluar masuk karena yang punya sepupunya Caca.
Sudah sampai di tempat haram itu, mereka tinggal masuk aja dan duduk di sofa memesan minuman. Tidak untuk Viona, dia hanya memesan jus kalo sahabatnya sudah biasa dengan minuman haram.
Viona masih tatap duduk santai, sudah satu jam minum sahabatnya sudah turun untuk terbawa alam minuman itu yang harus mengikuti alunan musik yang membuat mereka happy.
"Hai gadis cantik, boleh aku menemanimu minum?" Ucap seorang pria dewasa yang sudah terbawa suasana alam minum.
"Terima kasih Om, tapi saya lagi nunggu pacar saya" Jawab Viona dengan senyum rama, sopan membuat pria itu tidak mampu merayunya lagi.
Dari kejauhan sudah ada sepasang mata memperhatikannya. Pria yang seperti apa yang dia cari, tadi sudah banyak pria yang dia tolak. Ucap Cikoza dalam hatinya.
Erik yang sudah tau dari tadi Ciko memperhatikan viona, berjalan gontai mendekati Viona. "Hai nona cantik, boleh aku duduk disini?" Tanya Erik pada Viona.
"Boleh, silakan duduk"jawab viona.
"Sendiri aja, boleh aku menemanimu disini?" Tanya erik.
"aku nggak sendiri di bawah ada teman-temanku" jawab Viona, dia melihat jika Erik bukanlah pria suka main wanita.
"Maukah turun denganku?" Erik yang menggoda Viona.
"Sepertinya tidak tuan yang tampan, saya lagi menunggu seseorang" Jawab Viona dengan tawa renyahnya.
Erik pergi, tak bisa merayunya lagi! Pandai sekali kamu nona muda Adam, batin Erik.
Viona sudah tahu jika dari tadi Om yang pernah dia tabrak di cafe memperhatikan dia. Dia berdiri berjalan membawa segelas wiski, yang seolah tersandung menumpahkannya dengan pria yang dia panggil sebutan Om.
"Om, maaf tidak sengaja" Ucapnya pada pria yang dia panggil Om sambil mengelap baju yang terkena wiski.
"Dasar gadis liar yang nakal sini ikut saya, kamu harus bersihkan baju ini" ucap Cikoza dengan nada tinggi dan penuh penekanan kepada Viona.
Cikoza menyeret tangan Viona, lalu di bawanya ke sebuah ruangan dan terdapat sebuah tempat tidur. Cikoza menghempaskan gadis nakalnya di atas kasur king size.
Dia membuka kancing satu persatu baju, lalu melepaskan celana, terus berjalan mendekati Viona di atas tempat tidur, Viona kaget sekali! melihat pria dewasa yang tampan didepannya sudah melepaskan pakaiannya.
"Om, Om mau apa? Jangan mendekat! Dasar Om mesum" pekik Viona merasa takut tidak sesuai rencananya, ini diluar ekspektasi yang ada di otaknya.
Cikoza berhenti tepat depan gadis nakalnya, lalu melemparkan pakaiannya, dia memegang pipi Viona dengan lembut mendekatkan wajahnya. Maju sedikit saja bibir mereka bersentuhan, hembusan napas mereka sama-sama bisa dirasa, Cikoza beralih ke telinga berbisik.
"Cepat bersihkan pakaianku, gadis nakal" Perintah Cikoza pada gadis nakal dan liarnya.
Viona sungguh kaget kata yang keluar dari mulut pria yang dia panggil sebutan Om.
Viona turun dari tempat tidur ingin mencuci pakaian. "Ingat, di cuci pakai tangan tidak boleh pakai mesen cuci" Teriak Cikoza dengan suara yang tinggi.
Tidak sesuai ekspektasi uda cantik begini di suruh nyuci! dasar Om mesum cari kesempatan dalam kesempitan, batin Viona.
Sudah hampir satu jam membersihkan pakaian akhirnya bersih juga.
Viona bercermin merapikan pakaiannya! tak lupa memandangi wajahnya yang masih tetap terlihat cantik, gontai berjalan membuka pintu keluar ternyata pintunya terkunci, dia membalikan badan melihat pria yang membawanya ke ruangan itu duduk di tepi tempat tidur memainkan ponselnya.
"Om, kenapa kamu kunci? Bukankah urusan kita sudah selesai" ucap Viona dengan tatapan marah ke pada pria yang telah mempermainkannya.
Cikoza hanya melihat sekilas dan menatap ponselnya lagi, dia ingin lihat apa yang akan di lakukan gadis nakal ini.
Viona berjalan mendekat, ada rasa ragu dan takut salah dalam bertindak karena dalam ruangan hanya ada dua insan yang tidak seharusnya berada dalam ruangan yang sama.
"Om, mengapa kamu masih menahan ku?" pekik Viona wajah yang sendu, dia mendekati pria yang dingin tapi masih tetap ganteng.
Cikoza menyuruh gadis nakalnya mendekat! lalu duduk di atas tempat tidur tepat didepan dia. Hanya mengunakan tangan sebagai kata isyarat!
Viona berjalan mendekat lalu duduk di mana yang telah disuruh.
Cikoza memandang tatapan dengan lekat seakan ingin menerkam, "Kamu tidak boleh pulang sebelum celana dan baju kering" Ucapnya pada gadis nakalnya, dia berdiri dari tempatnya hanya menggunakan boxer. Betapa terkejutnya dia melihat bentuk celana yang dipakai Om mesum.
Dia langsung memejamkan matanya, tidak ingin melihat tubuh pria yang di depannya.
"Om kamu mesum sekali, bisakah tanpa harus berdiri dari tempat tidur?" Ucap Viona yang gugup dengan, mukanya memerah tapi sebenarnya dia suka melihatnya hanya saja gengsi, dalam batinnya OMG kamu Gaga sekali Om mesum perut seperti roti sobek.
"oh yah... Bukankah kamu sudah bisa bersama pria lain di luar sana" Ucap Cikoza, Dia mulai mendekat lalu maju mendekat.
Viona tegang dengan reaksi dari pria yang panggil Om didepannya, dia terus mundur dan mundur tepat diujung tempat tidur. Cikoza menind*h badan Viona, dia bisa merasakan detak jantung yang berdetak kencang.
"Om apa yang ker*s dalam celana?" Pekik Viona spontan.
Cikoza hanya menatap sinis pada gadis nakal didepannya, dia terus menguji seberapa tahan kamu gadis didepannya ini untuk tidak memintanya, secara miliknya kualitas super premium, siapa yang tidak menginginkannya! hanya saja dia yang tidak mau menyiramkannya pada sembarang tempat.
Gesekan badan sebagai pemanasan membuat viona rasa ingin kencing di celana, dengan badan panas dingin penuh keringat di dahinya.
"Om stop, stop aku mohon kita tidak saling kenal ini sudah keterlaluan" pekik Viona berusaha menghentikan tindakan yang di luar akal sehat.
Cikoza tidak ingin menghentikannya karena ada rasa yang berbeda dengan gadis ini, membuat benda pusaka kualitas premium ini bangun dengan sendirinya, padahal banyak wanita dengan sendirinya ingin menghiburnya tidak ada satupun dari mereka bisa membangunkannya.
"Aku tidak bisa, karena pusaka super junior ku sudah bangun dan Kamulah gadisku yang membangunkannya" bisik Cikoza membelai leher gadisnya, Viona yang sudah tidak tahan lagi dengan posisinya yang seakan ada yang aneh sebuah rasa geli manja. Dia ambil tindakan membalikan badan pria yang dia atasnya dengan hitungan satu detik saja.
"Om jangan seperti ini, bersikaplah sopan karena kamu juga terlahir dari seorang wanita!" ucap Viona yang posisi diatasi memegang tangan pria dibawahnya, lalu beranjak pergi.
Cikoza menarik tangan Viona seolah marah dengan yang di ucapkan Viona.
"Jangan sok suci, mana ada orang baik-baik berada di tempat seperti ini!!" ucapn Cikoza menatap sinis pada wanita yang sok suci didepannya.
Dia menarik tangan Viona yang baru saja bangkit dari tempat tidur jatuh tepat di atas pangkuannya, memeluk erat rasa ada kenyamanan saat memeluknya hilang semua rasa benci hingga sekarang dia tertidur lelap.
Viona diam saja, dia ingin melihat apa yang dilakukan pria itu padanya! pelukan sudah mulai merenggang badan Cikoza berlahan ambruk di kasur. Viona menoleh kebelakang dilihatnya pria yang di panggil Om sudah terlelap, memandangi wajah pria mesum didepannya betapa sempurna, tapi dia melihat ada rasa lelah di wajahnya.
Viona mengambil ponselnya, memberi tahu sahabatnya jika di sudah pulang kerumahnya bersama pria yang baru dia kenal.
Micel memberi tahu kepada Rika dan Caca jika Viona sudah pulang, mereka pun jadi tenang langsung pulang dengan kondisi masih terbawa suasana alam bawah sadar.
Berdering suara ponsel berasal di atas meja, membangunkan mereka, Viona merasa ada yang berat di atas perut dan pahanya saat membuka matanya melihat ada tangan di atas perut ingin dilepaskan mangkin erat saja.
"Om... Lepaskanlah tanganmu!" Pekik Viona, hingga Cikoza terbangun dari tidurnya.
"Ada apa? pagi-pagi sudah berisik" ucap Cikoza.
Telpon berhenti berbunyi dilihat ternyata mamanya menelpon, diletakkan lagi ponselnya. Berjalan menuju kamara mandi untuk membersihkan mukanya, keluar dari kamar mandi Viona membawa baju dan celana yang sudah kering.
"Om baju dan celana sudah kering, sebaiknya kita pulang saja!" ucap Viona pada Cikoza.
Mereka bersiap untuk keluar dari ruangan haram ini! Saat tiba di parkiran, Viona bingung mau pulang pakai apa? karena, tidak ada taksi uang pun tidak ada, bagaimana ada taksi ini tempat jauh dari jalan raya.
Sedangkan Cikoza Sudah berjalan menuju mobilnya, Viona berjalan dengan mencari keberadaan Cikoza.
"Om bolehkah aku ikut Om pulang? Karena saya tidak tidak ada taksi" Ucap Viona.
"Haruskah aku mengajak mu untuk pulang, gadis nakal?" Tanya Cikoza.
"Harus dong Om! Semua inikan karena kamu" Kata Viona.
Viona langsung masuk dalam mobil sport Lamborghini berwarna putih tanpa harus persetujuan dari pemilik mobil. Boleh juga mobilnya berati dia Bukanlah orang biasa, siapa sebenarnya kamu? Batin Viona.
Cikoza melajukan mobilnya, dalam mobil hanya ada kesunyian tanpa bergeming. Viona memberanikan diri bertanya.
"Om boleh aku nanya sesuatu padamu". Kata Viona. Hanya anggukan respon dari orang di sebelahnya yang berati ya.
"Om sudah beristri? Apa Om duda? Atau... masih bujangan?" Pertanyaan yang dilontarkan Viona pada Cikoza, membuat di mengerem mendadak.
"Untuk apa kamu tanya? Menurut mu saya bagaimana?" Cikoza yang bertanya balik.
"Saya berharap Om masih bujangan! dan menjadi pacar pura-pura Viona." Dia langsung ke inti dari tujuannya semalam.
Cikoza diam tidak menjawab pertanyaan Viona pun terdiam dan bergumam dalam hati, bodoh kamu Viona mengapa langsung bilang seperti itu, pasti dia mengira aku wanita murahan.
Viona berkelana didalam batin dan otaknya sekarang mereka sudah memasuki rumah yang mewah bahkan rumah saya tidak semewah ini.
"Om ini rumah siap? ini bukan rumahku seharusnya kamu tanya jalan ke rumah saya" ucap Viona dalam mobil.
"ayo cepat turunlah ini rumahku, bukankan kita sudah resmi berpacaran." jelas Cikoza.
"haruskah aku tinggal denganmu? saya ada rumah, bukankah saya ajak kamu pancaran hanyalah pura-pura, apa lagi aku masih sekolah." ucap Viona, jika mamanya tahu dia sekarang pasti marah banget.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!