“Biar gue yang jawab pertanyaan dari Krisna.” Zidan, merampas lie detektor dari tangan Siska. Telapak tangannya juga langsung ditenggerkan diatas alat tersebut.
"Sis, gue kayaknya yang belum move on dari lo, gue mau kita balikan."
Sejenak, semua orang serasa ardenalinnya terpacu berkat pengakuan Zidan yang mendadak barusan. Semua orang seolah menunggu sang lie detaktor bereaksi pada telapak tangan yang sudah bertengger disana.
Zonk, tak ada reaksi apa - apa. Telapak tangan Zidan tetap asik bertengger di atas lie detektor dan kelihatannya baik - baik saja. Dan itu langsung merubah suasana ruang tengah kembali riuh.
“Ciiieeeeeee!!!!!"
"Ehem!!! ehem!!!"
Dan terjadilah, semua orang jadi sibuk cie - cie, asik menggoda sepasang mantan pacar yang sekarang sedang saling menatap.
Malam ini, setelah 5 tahun lamanya, berkat sepasang suami istri prik, Raya dan Krisna. Siska dan Zidan akhirnya kembali bertemu.
Sekitar, 2 hari lalu, Raya dan Krisna menyebar undangan pada kita para sahabatnya. Katanya mereka akan mengadakan acara tasyakuran untuk vila baru mereka. Dan jadilah selama 2 hari 1 malam ini kita - kita menginap di vila baru milik Raya dan Krisna.
Dan, setelah pengakuan Zidan tadi. Bagaikan dihantam sesuatu, seketika saja Siska jadi speechlees. Lihatlah cowok itu, dengan gampangnya dia ngomong kayak gitu dihadapan semua orang.
Yakinlah, ajakan balikan dari Zidan pasti punya maksud dan tujuan yang lain. Karna sudah jelas, mereka berdua cuma mantan pacar saat SMA. Hubungan mereka juga cuma bertahan 5 bulan saja. Dan setelahnya mereka putus dengan cara yang tidak baik. Jadi, bulshit kalau Zidan beneran pengen balikan sama Siska.
'Kan? Zidan lagi tersenyum smirk. Astaga!.
Siska yang curiga kalau Zidan akan membawanya ketepi jurang, menurunkan arah pandangnya melirik telapak tangan yang masih bertengger di atas lie detektor itu.
Dan lihatlah, itu telapak tangannya lagi berdenyut dan sudah berwarna kemerahan. Fix. Zidan sedang menahan rasa sakit akibat sengatan listrik dari lie detektor. Dan itu, dengan sengaja dia lakukan dihadapan semua orang. Apa - apaan coba dia.
Tuk ... tuk ... tuk ...
“Eh, diem, semuanya diem. Sekarang kita denger dulu jawaban dari Siska." Krisna menginterupsi.
"Sis, pasti lo terima 'kan ajakan balikan si Zidan? secara dari tadi lo kesetrum mulu." Lagi - lagi Krisna, cecunguk brengsek satu ini bener - bener bikin keki.
"Ish!!" Siska melengos kesal kearah Krisna. Suami sahabatnya ini, sejak tadi memang sengaja ngerjain dirinya dengan melontarkan sejumlah pertanyaan seputar Zidan.
“Sis, gimana rasanya setelah sekian lama gak ketemu Zidan? seneng gak lo?"
“Maksud lo?"
Ddrrrtttttt!!!!
Lie detaktor bereaksi, Siska langsung melejit kaget karna strumnya. Membuat seisi ruangan jadi gaduh mengejek Siska.
“Sis, gimana Zidan menurut lo sekarang? tambah ganteng 'kan?"
"Enggak! biasa aja!."
Drrrttttt!!!!
"Sis, jujur setelah ketemu Zidan lagi, lo berasa pengen balik ke masa lalu gak?"
"Ish! lo tuh kalau cari pertanyaan yang lain dong!."
"Udah jawab aja."
"Enggak!"
Dddrrrrrttttt!!!!
“Sis, lo nyesel gak putus sama Zidan dulu?"
“Enggak! gue gak nyesel!."
Ddrrrrttttt!!!!
Astaga, rasanya pengen banget alat itu dibanting oleh Siska. Karna setiap jawaban yang dilontarkan olehnya selalu saja berhasil menyetrumnya. Membuat semua orang dalam satu ruangan jadi semakin senang karna bisa menjadikan dirinya bahan bullyan. Padahal 'kan sebetulnya semuanya itu adalah murni jawaban dari dalam hatinya. Rusak nih kayaknya si lie detaktor.
"Sis, jawab dong ajakan balikannya si Zidan. Mau gak lo balikan sama dia?" Raya, tak kalah ikut menginterupsi Siska. Dia sudah penasaran mendengar jawaban dari sabahatnya itu.
"Terima Sis, biar lo gak jomblo sendirian." Feby, yang sedari tadi diam dan cuma ikut tertawa ketika semuanya ketawa sekarang juga ikut menimpalinya.
"Guys, kalau kalian gak diem gimana Siska mau jawab coba." Kali ini Firman, tunangannya Feby menambahi. Ikutan juga membuat suasana hati Siska semakin panas.
"Udah deh, langsung iyain aja, orang tadi udah kesetrum berkali - kali." Krisna kembali meledek dengan tawa renyahnya. Rasanya, teman - temannya ini benar - benar bukanlah seorang teman sejati.
"Ishh!! kalian ini, sumpah, bikin gedek!."
"Udah, cepet jawab jangan pakai lama, liat tuh mukanya si Zidan, udah merah yang nungguin jawaban dari lo." saut Raya.
"Ish!!!" Siska mengembalikan pandangannya pada Zidan yang masih tersenyum smirk diam - diam. Nunggu jawaban dari Hongkong? Asal mereka tahu itu muka merah karna nahan sakit, hallo!!.
"Oke, kita balikan!." Ya, kita ikuti dulu permainan dari Zidan, biar kita tahu apa maksud sama tujuannya tiba - tiba ngajak balikan sampai pura - pura menahan sakit.
"Yeeeeeeehhhhhhhh!!!!!" semua orang langsung heboh sendiri setelah mendengar jawaban dari Siska. Sementara dua sejoli yang baru saja balikan malah saling melempar senyum sengit tanda genderang perang sedang dikobarkan dalam hati masing - masing.
"Guys, tenang guys, tenang. Ceremonynya cukup dulu, jangan panjang - panjang. Ehem, karna sekarang kita semua udah punya pasangan masing - masing. Berarti itu tandanya mulai sekarang kita gak perlu sungkan lagi kalau mau mesrah - mesrahan di depan temen. Ya 'kan sayang?" Setelah berkata seperti itu, Raya langsung melancarkan aksinya. Liat makhluk brutal satu ini, bisa - bisanya dia mencium bibir sang suami dihadapan kita sekarang. Bener sih udah syah, tapi gak gini juga 'kan?.
"Ish! Gila lo!" Siska secara otomatis melempar bantal yang sedari tadi dipangkuannya.
"Hahaha ... tenang dong Sis, lo, kalau pengen 'kan tinggal minta sama cowok baru lo itu." pekik Raya sambil cekikikan, tadi itu dia emang sengaja menggoda Siska.
"Lo tuh, kalau udah gak tahan langsung ke kamar 'kan bisa, gak usah pamer gitu, jijik gue liatnya!. Dan, lo berdua, jangan sampek lo pada kayak dia didepan gue. Gue timpuk juga lo pada!." Siska melayangkan tatapan tajam pada Feby dan Firman. Jangan sampai 2 orang yang masih berstatus tunangan itu ikut - ikutan gila juga.
"Ya emang kenapa? kita 2 minggu lagi bakal nikah, ya 'kan sayang?" Feby tak mau kalah, tangannya langsung bergelandot manja merangkul Firman dan memberikan kecupan ringan dibibirnya. Oh My God. Pemandangan macam apa ini.
Semua orang tertawa puas malam itu. Rasanya senang sekali bisa meledek dan menjadikan Siska bahan bullyan.
"Ish! gila lo pada! dari pada gue liat pemandangan gak asik disini, mending gue out." Siska bangkit dari duduknya dan kemudian berdiri. Matanya mengarah pada Zidan yang sedari tadi senyum - senyum gak jelas melihat tingkah teman - temannya. "Lo, ikut gue, gue mau ngomong sama lo!."
"Cie, yang baru jadian langsung pengen berduaan."
"Sis, mau kemana lo, pacarannya disini aja jangan jauh - jauh."
"Cie, Jangan dibawah ke kamar lo Sis Zidannya m, entar malah khilaf."
Pastinya, para sahabat laknatnya akan melempar ledekan. Jadi abaikan saja. Yang pasti sekarang dia dan Zidan perlu ruang tersendiri untuk memperjelas status mereka.
"Gue tahu, lo bohong 'kan soal lo gak bisa move on sama soal lo ngajakin gue balikan?" todong Siska aling - aling. Begitu keduanya sudah berada ditepi kolam renang yang ada di halaman belakang villa.
"Oh, jadi lo tahu, kalau lo tahu kenapa lo terima ajakan gue tadi?" Zidan mencondongkan badannya kearah Siska. Semoga dengan sikapnya ini, mantan pacarnya itu jadi terintimidasi.
Siska tersenyum sinis. Dia tahu kalau Zidan sedang berusaha mengintimidasinya. Mangkannya bukannya mundur, Siska malah maju dan ikut mencondongkan tubuhnya dengan tangan berdecak dipinggang sampai tubuhnya benar - benar menempel pada tubuh Zidan.
"Ya, karna gue gak mau kejebak dalam perangkap lo, wahai Zidan yang terhormat!."
Zidan menyeringai. "Yakin?"
"Yes, of course!" Siska menjawab dengan cepat.
"Tapi bukannya dengan lo begini, lo semakin masuk dalam perangkap gue?" Kali ini, Zidan malah mendekatkan wajahnya dengan menatap lekat, hingga deru nafas keduanya berhasil menyapu wajah masing - masing.
"Lo salah, bukan gue yang semakin terperangkap, tapi elo! Karna gue bisa pastiin mulai sekarang lo gak bakalan nyaman ada dideket gue!."
"Kita liat aja, siapa yang akan merasa lebih gak nyaman."
Cup.
Ya, keduanya sudah tahu kalau hal ini akan terjadi. Mereka pasti akan ciuman karna merasa sama - sama tertantang dan tak ada yang mau mengalah. Keduanya merasa menjadi orang yang berhasil menjebak mantan masing - masing. Lihat saja cara ciuman keduanya, terlihat rakus, kasar dan tanpa perasaan.
Eits! semua itu cuma sementara. Sekarang ciuman itu sudah berubah jadi pungutan lembut penuh perasaan. Keduanya sudah terbuai dengan rasa manis bibir masing - masing. Sampai tanpa sadar Siska melingkarkan kedua tangannya keleher Zidan dan Zidan semakin mengeratkan pelukannya dipinggang ramping Siska.
******
selamat datang dikarya kedua. semoga para reader suka ya,
jangan lupa kasih vote, kasih like, kasih komen,
dapat dukungan dari pembaca itu sesuatu hal yang membahagiakan banget buat aku🥰
biar akunya tetep semangat...
"Aarrrggghhhhh!!!" Siska memekik kesakitan. Bibirnya digigit oleh Zidan sampai berdarah dan membuat air matanya langsung mengalir.
"Aahhhhh!!! gila lo ya? ngapain lo gigit gue!"
"Ya gimana, ya ... habisnya lo, sih gak mau ngelepas ciumannya, gue 'kan capek, ya udah spontan aja gue gigit." Dengan entengnya Zidan menjawab tanpa rasa bersalah.
"Aiisshhh!!! perasaan lo deh yang gak mau ngelepas. Tanggung jawab lo! luka nih bibir gue!."
"Emang lo lagi hamil kok pakai minta pertanggung jawaban gue segala?"
"Brengsek lo!" Sambil menahan sakit, Siska pun memaki.
"Ya, emang gue brengsek. Tapi, gini - gini tadi lo nikmatin bibirnya." ucapnya sambil tersenyum jail.
BRUUKKK!!!
Tanpa ampun, Siska pun langsung memukul keras punggung Zidan untuk memberikan balasan. Pandangannya sudah sangat menusuk, dengan derai air mata akibat rasa sakit di bibirnya yang sudah terluka.
"Rasain!" Dan setelahnya cewek tersebut langsung pergi, meninggalkan Zidan yang tengah kesakitan sampai tersungkur.
"Arrgghh! gila lo, kenceng banget mukulnya. Mana sakit banget tahu!."
Bagi Siska, pukulan balasan itu bukanlah apa - apa. Karna nyatanya, akibat gigitan dari Zidan, sekarang bibirnya jadi sariawan. Sariawan yang sangat besar, sampai bikin ngeces dan makan tak enak hingga berhari - hari. Ah, kalau ingat kejadian hari itu. Rasanya bikin tensi naik.
"Kalian berdua ini ya, baru aja balikan udah langsung main brutal." Lagi - lagi ledekan itu terdengar di telinga Siska. Saat itu, Raya dan Siska lagi istirahat. Keduanya sedang berada diwarung bakso depan kantor mereka.
Raya dan Siska ini bekerja di salah satu instansi pemerintahan, tepatnya kantor catatan sipil. Mereka sama - sama berstatus sebagai PNS dengan angkatan yang sama. Dulu, keduanya memang sengaja mendaftar PNS ditempat yang sama dan kebetulan, dengan rejeki yang sama, keduanya diangkat ditahun yang sama.
"Udah deh gak usah ledekin mulu! gedek gue lama - lama."
"Hahaha, santai aja kali Siska sayang, gitu aja emosi lo!"
"Ray, inget ya, gue ini gak bener - bener balikan sama dia. Gue 'kan juga udah cerita ke lo, jadi please jangan bawah nama Zidan lagi, oke?."
"Iya, iya gue tahu. Cuma 'kan gue masih penasaran, bilang gak balikan tapi ciuman. Dan ciumannya sampai bibir lo jontor lagi."
"Raya! please, gue siram pakai kuah bakso lo entar. Jangan bikin hari gue semakin suram, deh!"
Seharusnya sahabatnya ini paham kalau dirinya malas membahas hal itu lagi. Toh, dirinya sudah cerita semuanya 'kan sama dia. Tapi kenapa masih terus diungkit?.
"Hahaha, iya, iya sorry, enggak lagi." Raya membentuk tanda V dengan tangannya sebagai bentuk permintaan maaf tak lupa juga wajahnya yang nyengir.
Sepersekian menit. Satu orang lagi datang. Dia adalah Feby yang ikut bergabung dijam makan siang.
"Haduh, udah pada habis ya?" ucap Feby, begitu duduk disebelah Raya.
"Banyak custumer Feb?" tanya Raya.
"Iya, hari ini membludak banget mulai pagi."
Feby ini bekerja sebagai teller bank. Letak banknya kebetulan juga berdampingan dengan kantor dukcapil. Jadi ketika istirahat, mereka sering bersama - sama.
"Astaga, bibir lo Sis, tambah jontor aja."
Kan? satunya udah diem, datang lagi satunya dengan pertanyaan yang sama.
"Udah, udah, lo jangan bahas itu Feb, dia lagi tensi. Dari pada lo kena amuk kayak gue tadi, mending lo diem." Raya menimpali Feby yang ada disebelahnya.
"Hahaha, segitunya lo Sis, sama kita - kita."
Siska mendengus, memberikan pandangan melengos pada dua sahabat yang duduk dihadapannya.
"Tapi, dikit aja Sis, gue cuma penasaran. Setelah ini gue gak akan tanya lagi, janji gue. Jadi lo jangan marah dan lo harus jawab." Feby meyakinkan.
"Apa? lo mau tanya apa? pertanyaan lo pasti sama kayak dia 'kan? tentang gue beneran balikan sama Zidan atau enggak 'kan?"
"Hahaha, Iya, betul, kayak cenayang lo, bisa tahu." seru Feby sambil terkikik.
"Raya dan Feby, sekali lagi gue pertegas, ya. Gue sama Zidan itu gak balikan. Kita gak ada apa - apa. Seperti kata gue kemarin. Gue tahu kalau kemarin Zidan lagi bohong, dia aslinya itu kesetrum dan lagi nahan sakit. Tapi karna dia udah dendam ke gue jadinya dia begitu. Dan gue pun juga sama. Gue murni pengen bales dia juga. Biar dia gak seenaknya terus. Gue, udah gak ada perasaan apa - apa sama dia. Kita cuma pacaran 5 bulan pas SMA. Kebayang wajahnya di otak gue aja selama ini gak pernah. Dan kita juga 5 tahun lamanya gak pernah ketemu dan baru ketemu lagi gara - gara lo, Raya! Dan kalian tahu 'kan? gue sama dia putusnya gimana? dia selingkuh dari gue, dan gue juga begitu. Dia ngungkit - ngungkit semua hal, sampai minta balikin semua barang - barang yang udah dia beliin ke gue, dan gue juga begitu. Jadi, kalau kita mau balikan itu mus-ta-hil. Dan untuk ciuman, ini murni karna gue merasa lagi ditantang mangkannya gue terima ciuman dari dia. Ini bukan ciuman sayang! itu harus kalian garis bawahi. Karna waktu ciuman gue gak ngerasa apa - apa. B aja. Jadi gue harap setelah penjelasan yang berulang ini, kalian berdua beneran paham. Please, jangan pernah bawah - bawah nama Zidan lagi. Apa lagi sampai bawah orangnya kehadapan gue, kalau sampai kalian bawah dia, gue gak bakal maafin, gue bakalan beneran putus hubungan sama kalian!."
Sedikit ancaman emang harus diberikan Siska pada 2 sabahatnya itu. Biar mereka gak suka kepo berlebih. Biar keduanya jerah dan gak keterusan menggoda atau pun meledek dirinya.
"Ya elah, gitu aja juga Sis, lo langsung ngegas, kita 'kan cuma penasaran. Lagian kemarin bukannya niat gue mau bawah Zidan ke vila. Dia tuh yang maunya ikut sendiri." Raya mencoba membela dirinya.
"Oh ya? dia yang pengen ikutan? kirain kemarin si Krisna yang ngajak." saut Feby.
"Enggaklah, dia sebenernya gak diajak. Malah sebetulnya Krisna itu mau ngajakin si Desta temen sekantornya yang masih single, niatnya mau dikenalin ke Siska siapa tahu jodoh. Tapi kemarin gagal karna si Zidan tiba - tiba datang ke rumah" Jelas Raya.
"Ya, kok lo baru bilang sih kalau punya kandidat buat gua?" Ah, sayang banget 'kan seharusnya Siska dapat gebetan baru tapi malah berakhir dengan mantan pacar gak jelasnya.
"Emang lo mau kenalan sama si Desta?" tanya Raya menginterupsi.
"Ya iyalah, gue masih single, jadi gue membuka lowongan selebar - lebarnya bagi mereka yang mau deketin gue. 2 minggu lagi Feby mau nikah, tinggal gue 'kan jadinya, yang jadi perawan tua!."
Betul, harus ingat sama umur yang sudah menginjak 28 tahun tapi masih belum punya pasangan.
"Hahaha, oke - oke, ntar gue kenalin. Gue suruh Krisna ajakin Desta ke rumah, biar lo bisa ketemu sama dia. Tapi, sebelumnya lo harus mastiin kalau lo sama Zidan emang beneran gak ada apa - apa."
"Astaga, gue 'kan udah bilang Indonesia Rayaku, gue sama Zidan itu gak ada apa - apa. Jadi lo gak perlu khawatir."
"Terus sekali lagi tentang ciuman itu? murni cuma karna ngerasa ditantang 'kan? bukan ciuman sayang 'kan?"
"Iya, kok lo jadi gak percaya gitu sih? Lo tahu 'kan kalau gue gak pernah bohong sama lo?"
"Ya udah kalau gitu, gue percaya. Senin malem, lo kerumah gue kalau gitu." Karna memang Siska gak pernah bohong, jadi Raya oke - oke aja.
Suasana kantor dukcapil hari ini benar - benar ramai. Sangat ramai bahkan, sampai rasa - rasanya pasar pun bisa - bisa kalah seandainya diadu. Di Halaman parkir, sepeda motor sudah penuh serta berjejer rapi begitu juga mobil - mobil yang terparkir sampai ke halaman parkir sisi samping gedung. Padahal ini masih sangat pagi. Masih jam 7 pagi. Dan pelayanan baru akan dibuka nanti dijam 8 pagi.
Tapi suasana ini sebetulnya selalu terjadi di hari Senin. Tapi kenapa untuk Siska yang sudah 5 tahun bekerja disini masih belum terbiasa dengan suasana ini. Apa lagi sejak dirinya dipindah dibagian pelayanan. Rasanya keramaian pengunjung itu adalah hal paling berat dalam hidupnya.
"Hei!!! biasa aja kali tuh muka. Gak usah mendramatisir, memperhatikan sekeliling yang sudah dipenuhi dengan lautan manusia, yang siap menerkam dan memohon - mohon pertolongan pada para prajurit digarda depan." Raya merangkulkan tangannya dipundak Siska, nada bicaranya terdengar menggoda bak sedang membaca puisi.
"Ish!! sebel gue sama lo!." Siska menepuk kasar tangan Raya agar segera melepas rangkulannya. Tak lupa juga mata yang memincing juga diperlihatkan.
"Hahaha, masih pagi Siska yang cantik, dijaga hatinya. Jangan ngamuk - ngamuk terus."
Bagaimana gak tensi dipagi hari. Kalau bukan gara - gara si Raya, Siska tidak akan pindah bagian. Hari jumat kemarin, saat rapat, Raya tiba - tiba usul pada pak kadin ( Kepala Dinas ) tentang para pegawai yang berparas cantik dan juga tampan agar duduk di kursi pelayanan. Dalilnya, penyegaran! perbaikan pelayanan! supaya masyarakat puas!. Cih!. Untuk kali ini, Siska beneran merasa menyesal karna sudah terlahir menjadi manusia yang cantik.
"Biasa aja kali, gak usah sebel gitu mukanya. Kayak baru kemarin aja kerja disini, padahal kan udah lebih dari 5 tahun."
"Puas lo mulai hari ini, udah buat hari - hari gue suram?" Tatap Siska, dan kata - katanya terdengar geram.
"Hahaha, sorry, kemarin gue lupa kalau punya temen cantik, yang gue inget temen gue itu kemarin cuma suka marah - marah. Dan gak cantik dimata gue." Raya membela diri sekaligus meledek kembali.
"Iissshhh!!! sana lo jangan deket - deket, gue gak punya, ya ... temen kayak lo!." Siska menghentakkan kakinya kasar, meninggalkan Raya yang masih ketawa ketiwi, puas menggodanya.
"Hahaha, gitu aja gondok. Masih pagi nih Sis, jangan jutek - jutek. Apa lagi ini hari senin tahu! lo harus semangat, oke?." ucap Raya berlari kecil berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Siska yang sudah lebih dulu melangkah.
Karna memang masih pagi. Dan tak ingin kehilangan momen bersama sang sahabat untuk sekedar ngobrol atau menggoda. Raya mengikuti Siska sampai di meja pelayanan, dimana bagian pelayanan ini sekarang merupakan letak mejanya.
"Ambil sisi positifnya aja, disini lo bisa ketemu banyak orang. Siapa tahu entar lo bisa ketemu pangeran - pangeran tampan yang lain. 'Kan lumayan bisa sekalian refresing."
"Lo tadi gak liat, gimana para pengunjungnya dihalaman parkir? rata - rata udah bapak - bapak sama ibu - ibu, wahai jalan Raya!." dengus Siska sekali lagi.
"Ya, gak semua, masih ada brondong - brondong yang baru aja bikin KTP. Mereka masih bisa diliat. Dari pada gue, cuma bisa ketemu Bu Lastri, Bu Siti sama Pak Sasyo." keluh Raya, yang sebetulnya juga gak sreg dengan bagiannya saat ini. Kemarin dia juga pindah bagian.
"Cih! lo mending, masih bisa kabur 'kan? Atau masih bisa dengerin musik pakai headset, lo juga masih bisa makan - makan dijam kerja dengan santai, lo masih bisa bercanda, main hp, bisa santai - santai kalau capek. Lah gue? gue udah gak bisa, waktu gue sepenuhnya cuma buat pelayanan, jangankan makan sama pegang hp, istirahat aja harus gantian!." celetuk Siska yang wajahnya semakin masam. Masih saja sahabatnya itu mengeluh. Padahal bagiannya lebih enak dari pada bagiannya.
"Ya, ya, ya, emang bagian gue lebih baik. Tapi dengan lo berada disini, berarti semua orang itu menganggap diri lo itu cantik. Sedangkan gue, cuma Krisna aja yang nganggep diri gue cantik. Hiks!."
Kali ini, ucapan Raya benar adanya. Siska memanglah punya paras cantik. Cantiknya, cantik banget sekelas artis. Kulitnya putih bersih, postur tubuhnya tinggi dan ramping. Dan semua orang mengakui itu.
"Udah, sana lo balik ketempat lo, bentar lagi pelayanan mau dibuka." Usir Siska setelah keduanya tadi ngobrol panjang lebar hingga menyisakan waktu kurang 3 menit saja sebelum pelayanan dimulai.
"Oke, ntar istirahat jam berapa? makan soto ya, di Bu Er."
"Ntar gue WA, doain bisa istirahat tepat waktu."
Ting Tung.
Suara antrian pelayanan sudah mulai menghiasi ruangan tepat di jam 8 pagi. Dengan bantuan Pak Ismail, sang satpam. Mereka para pegawai memulai pekerjaannya agar antrian tertib. Satu persatu, pengunjung mulai dilayani dengan ramah oleh mereka para pegawai. Mereka membantu para pengunjung untuk menyelesaikan masalah kependudukannya.
"Ngapain lo kesini? Lo mata - matain gue? tahu dari mana lo kalau gue kerja disini?"
Tak ada angin tak ada hujan, saat itu Siska malah melihat Zidan sudah berdiri dihadapannya dengan senyum smirknya lagi.
"Eh, ngapain lo duduk disitu! antri dulu, jangan nyerobot!."
Tapi, dengan entengnya Zidan malah duduk di sofa yang ada di depan meja Siska.
"Antrian gue udah kelewat, nih!." Zidan meletakkan selembar kertas kecil nomor antriannya diatas meja. Dan tepat saat itu, ada juga seorang bapak - bapak yang menghampiri keduanya karna tadi memang Siska sudah memanggil nomornya.
"Lo, mbak 'kan ini harusnya udah waktunya saya?." Tuh, kan? kena protes 'kan?.
"Maaf Pak, tapi antriannya saya duluan, tadi saya waktu dipanggil masih ketoilet. Jadi majunya sekarang, kalau gak percaya bapak tanya sama satpam yang didepan itu." Zidan menjawab dan menunjukkan lembaran kertas kecil nomor antrian miliknya, yang memang nomornya duluan miliknya. Memang harus gitu 'kan, harus menyelesaikan masalah yang sudah diperbuatnya.
"Bapak, ditunggu sebentar ya, sebentar lagi setelah bapak ini, bapak bisa langsung maju lagi." ucap Siska, seramah mungkin agar tak menyinggung perasaan bapak - bapak itu.
"Oh, ya udah kalau gitu." Bapak itu pun bergeser dan kembali ke kursi tunggu.
"Bapak? kok lo manggil gue bapak sih?" Zidan protes.
"Lo, ngapain lo kesini? jangan sampai lo datang cuma buat main - main, ya!" Siska tak menggubris pertanyaan Zidan tadi, dia malah memandang cowok dihadapannya itu dengan tatapan curiga.
"Astaga Siskaku sayang, masa nyambut pacar sendiri ketus gitu?."
"Pacar, pacar, pacar pala lo peyang!!."
"Ckckc!! kasar banget lo kalau sama gue, belum kapok lo, lo udah gue gigit?"
Oh My God, cowok satu ini. Beneran pengen digampar kayaknya. Mulutnya itu lo, licin banget kalau ngomong.
"Udah, gak usah basa basi dan panjang - panjang, lo kesini mau apa? kalau gak penting gue mau nyuruh bapak tadi buat kesini!. Gue lagi kerja jadi please jangan ganggu!."
"Ckckc! masih aja gak sabaran!."
"Mangkannya cepet bilang, ngapain lo kesini?"
"Gue, mau ngurus akte cerai, bisakan?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!