NovelToon NovelToon

Love Secret With You

Kapan Nikah?

Devano Alexander, penyanyi terkenal yang sudah memiliki jadwal yang cukup padat. Tidak ada kaum hawa yang sanggup menolak pesonanya. Namun, sikapnya yang selalu menolak wanita dan tidak pernah ada berita tentang kedekatannya dengan wanita. Membuat dirinya di gosipkan yang tidak mengenakkan.

Kedua orangtuanya bahkan seringkali memintanya untuk berkencan. Tapi Devano lebih memilih kerja. Walau usianya masih sangat muda.

Di belahan dunia lainnya, Frisia Ellina yang akrab di panggil dengan sebutan Sisy, ia bekerja di salah satu Event Organizer ternama. Sudah banyak Event yang menggunakan mereka. Tak hanya sebuah Event biasa yang di jalani oleh Sisy. Sisy juga bergabung dengan Wedding Organizer yang masih satu tempat dengan Event Organizer nya.

Pagi ini Sisy sudah bersiap-siap untuk acara pernikahan kliennya. Dengan pakaian yang sudah di siapkan oleh pemilik acara. Sisy menguncir rambutnya dan menghias rambutnya agar tidak menggangunya bekerja.

"Wah Sisy, cantik banget. Aku iri deh sama kamu bisa hadir ke acara pernikahan Rasti dan Andrew." Puji teman satu apartemennya.

"Kenapa harus iri? Lagi juga gue disana kerja bukan ikutan party." Jawab Sisy sambil memasang anting.

"Eh, eh Sisy. ngomong-ngomong kamu ngurusin pernikahan orang terus. Kapan nih ngurusin pernikahan kamu dengan Andra?" Tanya Temannya Sisy.

"Pst, jangan berisik." Sisy pergi meninggalkan temannya.

Sisy keluar dari apartemennya. Ia mengeluarkan mobil mininya hasil kerja kerasnya. Ia melajukan kendaraannya dengan cepat. Sudah hampir terlambat ia menuju ke lokasi acara.

"Haduh, pakai lampu merah segala sih!" Sisy memukul setirnya. Beberapa kali ponselnya berdering. Ia sudah hampir bosan mendengarnya.

"Iya sebentar lagi gue sampai. Lo bantu gantiin posisi gue dulu ya." Pinta Sisy

Sudah terlambat lima menit. Dirinya baru sampai ke lokasi acara. Bahkan dirinya sempat menabrak tamu undangan yang sedang berfoto. Banyak sekali artis-artis yang hadir di acara tersebut.

"Lo kemana saja sih Sy? Makanya jangan kebiasaan begadang." Kata Revan.

Revan adalah salah satu rekan kerja Sisy. Selain Revan, ada Tania yang merupakan best couple nya. Mereka bertiga menjadi team yang paling unggul.

"Eh sudah-sudah, ayo ke posisi kalian masing-masing." Tania meminta kedua rekannya untuk mulai bekerja.

***

Acara pernikahan selebriti ternama. Tentunya tamu undangan yang datang adalah orang penting semua. Pakaian mereka juga terlihat mewah.

"Dev, sudah sampai." Ucap seorang pria dengan jas hitam.

"Ingat ya, jangan bersikap berlebihan!" Tegas Devano.

Pria itu keluar dan membukakan pintu untuk Devano. Sesaat Devano keluar dari mobil, tak sedikit para tamu undangan meminta foto dengannya. Devano keluar tidak sendiri, ia menggandeng seorang wanita dengan dress merah setinggi lutut.

Ya, Wanita itu juga dari kalangan artis. Mereka terlihat sangat cocok dengan penampilan mereka. Para wartawan juga sudah bersiap memotret mereka. Begitu juga dengan Devano dan Shinta yang tak luput dari sorotan para wartawan.

"Ada Devano, ada Devano." Kata salah seorang tamu yang berdiri tepat di sebelah Sisy.

"Devano? Astaga, brondong ku." Batin Sisy.

Sisy mengintip dari dalam. Ia benar-benar ngefans sekali dengan Devano. Tak hanya pintar bernyanyi, Devano juga termasuk artis yang multi talenta. Ia bisa menjadi model, Aktor, penyanyi dan juga MC.

"Devano yang di sebelahmu siapa? bisa jelaskan pada kami?" Tanya salah satu wartawan.

"Sebelah saya? Yang mana? Yang ini? Ini dokter hewan." Jawab Devano tanpa ekspresi.

"Ya, kan kalian bisa menilai sendiri. Siapa dia, masa kalian tidak mengenalinya?" Devano berbalas bertanya.

"Maksud kami, ada hubungan apa di antara kalian?" Tanya Wartawan itu.

"Tunangan, Devano adalah tunangan saya." Sahut Shinta.

Jawaban Shinta bukannya membuat wartawan diam. Justru wartawan itu semakin bertanya-tanya. Hingga di buat heboh melebihi si yang punya acara. Asisten Devano langsung melindunginya dan menariknya untuk masuk.

Devano masih tetap tak menanggapi perkataan Shinta. Ia terus berjalan sambil menggandeng Shinta ke dalam. Sisy salah tingkah saat Devano hendak masuk. Sebab Devano akan melewatinya dan ia akan lebih dekat melihatnya.

"Sy, kamu disini?" Revan mengagetkan Sisy.

"Van!" Sisy kehilangan keseimbangan karena heelsnya tersangkut saat ia membalikkan badannya.

"Hati-hati" Ucap seseorang yang sudah menopang tubuhnya. Seketika Sisy menatap wajah itu dari dekat. Sisy terpesona dengan wajah yang ada di hadapannya.

"Ehem" Revan berdehem.

"Maaf,, Maaf,," Sisy berdiri dan berbalik mendekati Revan.

"Lo atur sini, gue harus ganti heels dulu." Ucap Sisy untuk menjauh dari Devano.

Orang yang sudah menopangnya agar tidak jatuh. Jantung Sisy berdegup dengan kencang. Ia tidak menyangka akan sedekat itu dengan idolanya. Ia tak tahu harus senang atau sedih atau bahkan malu.

Acara di mulai, Shinta masih menggandeng Devano. Ia terus melirik mencari seseorang. Sampai tepukkan para tamu membuatnya kembali melihat prosesi acara.

Selesai acara, Tania dan Sisy bergabung dengan klien. Lagi-lagi Sisy bertemu dengan Devano. Ia malu sekali karena kejadian tadi. Ia tak berani menatap Matanya. Padahal itu kesempatannya untuk melihat lebih dekat sang idola.

"Sayang, kita sudah harus kembali. Jangan sampai kita ketinggalan pesawat." Kata Shinta.

"Kau duluan saja. Aku sudah meminta Gerry mengantarmu ke bandara. Aku masih ada perlu dengan Andrew." Jawab Devano.

Devano menghubungi Gerry untuk menjemput Shinta. Ia sudah terlanjur ilfil dengan Shinta yang mengaku sebagai tunangannya. Shinta sebenarnya juga ingin bersama Devano.

Sudah lama ia menyukai Devano, tapi tidak sekalipun Devano menanggapi perasaannya. Pertama kalinya Devano setuju dengan idenya. Ia menyetujui ide Shinta untuk menjadi partnernya di acara pernikahan Andrew.

Tapi tidak semudah itu, Devano mempunyai syarat untuknya. Pertama, Shinta boleh menggandengnya, tapi tidak untuk menyentuh yang lainnya. Kedua, Devano tidak mengizinkan Shinta untuk bersikap berlebihan. Ketiga, Shinta harus menuruti perkataan Devano, termasuk menyuruhnya pulang lebih dulu dan yang keempat, Devano meminta agar Shinta tidak menggunakan perasaannya, ia tidak ingin Shinta semakin mengharapkan dirinya.

"Gerry, kamu boleh pulang duluan. Ajak Shinta bersamamu. Aku masih ada perlu dengan Andrew." Ucap Devano.

"Perlu sama Andrew atau sama,," Belum selesai kaki Gerry sudah diinjak lebih dulu oleh Devano.

Gerry mengikuti perintah Devano. Shinta kesal karena Devano masih saja tidak menanggapinya. Padahal ia sudah berharap usai drama mereka, Devano menjadi benar-benar jatuh cinta padanya. Ternyata harapannya gagal, apalagi Devano sempat menolong seorang wanita yang ia ketahui bahwa wanita itu adalah hanya seorang panitia di acara pernikahan Andrew dan Rasti.

Devano bergabung dengan Andrew dan Rasti. Terlihat ekspresi Devano yang sangat serius. Ia meminta izin Andrew untuk membawa Rasti sebentar. Devano dan Rasti pun memisahkan diri.

Tanda yang Lain?

Dulu Devano pernah meminta bantuan pada Andrew untuk mendekati Rasti. Andrew pun setuju untuk membantunya. Pertama kalinya Devano menyukai seorang wanita.

Semakin lama, Rasti semakin dekat dengan Devano. Tapi Devano tak juga mengungkapkan perasaannya. Rasti pun jenuh dengan sikap Devano yang selalu membuatnya nyaman. Hingga ia memutuskan untuk menjauh dari Devano.

Begitupun dengan Devano, ia sudah sangat nyaman dekat dengan Rasti. Ia takut jika nanti ia mengutarakan perasaannya, Rasti akan menolaknya dan menjauhinya. Karena memang Rasti adalah seorang bintang yang banyak sekali di sukai oleh pria dan wanita.

Rasti semakin menjauh dari Devano. Ia kembali meminta bantuan pada sahabatnya itu. Tapi kali ini Andrew tidak mau membantunya. Suatu ketika, Devano mendengar berita kedekatan Andrew dengan Rasti.

Ia sempat menyangkal berita tentang kedekatannya dengan Devano. Rasti menyatakan bahwa dirinya dengan Devano hanya seorang teman biasa. Ia juga mengatakan bahwa berkat Devano, ia bisa lebih dekat dengan Andrew.

Tak lama berita beredar, Ia lebih terkejut. Ketika Rasti dan Andrew mengumumkan tanggal pernikahan mereka. Padahal dulu ia selalu meminta tolong pada Andrew untuk menjodohkannya dengan Rasti. Tapi kini malah Andrew yang berjodoh dengan Rasti.

Surat undangan merekapun telah sampai ke tangannya. Devano bingung ingin pergi dengan siapa sedangkan ia tidak memiliki pasangan. Shinta yang sudah menyukai Devano sejak lama, ia mencuri kesempatan untuk dekat dengan Devano.

Shinta menyarankan agar pergi dengannya. Awalnya Devano ragu, ia yakin ada sesuatu yang tersembunyi. Setelah lama berpikir, Devano memutuskan pergi bersama Shinta. Dengan syarat yang sudah di janjikan di antara mereka. Kedatangan mereka berdua cukup sesuai dengan tujuan mereka. Tujuan mereka saling terpenuhi.

Tujuan Devano menggandeng Shinta ke acara pernikahan sahabatnya agar tidak terlihat menyedihkan. Jika berita tersebut beredar itu juga akan membuat Mamanya berhenti menjodohkannya dengan Rena anak dari teman mamanya.

Berbeda dari Devano, tujuan Shinta mengutarakan ide tersebut agar Devano jatuh cinta padanya. Tujuan lainnya agar semua orang tahu bahwa Devano adalah miliknya. Walau pada nyatanya tidak seperti itu. Tapi setidaknya, semua orang tahu tentang hubungannya dengan Devano.

Setelah meminta Gerry membawa Shinta pulang lebih dulu. Devano juga meminta Rasti untuk bicara empat mata. Devano mengajak Rasti menjauh dari yang lain.

"Ada apa Dev?" Tanya Rasti.

"Ya, mungkin ini memang sudah terlanjur. Tapi setidaknya aku cuma mau kamu tahu. Bahwa aku sangat menyukaimu. Aku hanya tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya." Jawab Devano.

"Iya, terus?" Kata Rasti.

"Tidak ada, hanya itu saja. Selamat ya atas pernikahanmu dengan Andrew." Kata Devano.

"Itu saja? Kalau begitu terimakasih sudah datang ke acara pernikahan aku dengan Andrew." Ucap Rasti.

Rasti kembali mendekati Andrew dan meninggalkan Devano begitu saja. Tanpa mereka sadari, Sisy berdiri tidak jauh dari tempat mereka mengobrol. Sisy juga dapat mendengar dengan jelas pembicaraan mereka.

"Itukan cewek yang tadi." Kata Devano. Entah kenapa ia tiba-tiba penasaran dengan Sisy.

"Permisi, kamu yang tadi hampir jatuhkan?" Tanya Devano.

"Astaga, mimpi apa gue semalem di samperin sama idola. Ya ampun, dari dekat tampan banget. Mukanya gak ada rongga sedikitpun. Pantan bayi pun kalah mulusnya." Batin Sisy.

"Halo, permisi." Devano melambaikan tangannya perlahan.

"Astaga Sy, ingat yang disana Sy." Batinnya lagi.

"Ah, iya. Ada apa ya?" Tanya Sisy.

"Kamu tamu juga disini?" Devano juga bertanya.

"Gue Panitia acara disini. Ada yang bisa di bantu?" Tanya Sisy.

"Oh, tidak ada apa-apa." Jawab Devano.

"Hem, Gue boleh minta tanda tangan Lo gak?" Tanya Sisy pelan.

"Boleh minta fotonya juga?" Tanya Sisy.

Sisy mengeluarkan ponselnya dan berfoto bersama. Berkali-kali mereka berganti pose. Sampai Sisy lelah dengan sendirinya. Sisy mengakhiri foto-fotonya.

"Terimakasih ya." Ucap Sisy.

Sisy kembali ke teman-temannya. Dekorasi dan lainnya sudah selesai. Mereka pun sudah bisa pulang. Seperti biasa mereka menutup tugas mereka dengan party di sebuah club langganan mereka.

"Akhirnya acaranya selesai Gaes." Ucap Tania.

"Iya, akhirnya selesai tanpa ada kendala sedikitpun dan acara berjalan lancar." Balas Sisy.

"Sy, jangan banyak-banyak minum." Revan melarang Sisy untuk minum minuman alko Ala kadarnya Kok.

"Gue tadi kesal banget kena senggol sama artis. Siapa deh itu yang Shin Shin apa gitu." Ucap Sisy.

"Cuma gara-gara Devano menopang tubuh gue doang." Lanjutnya setengah sadar.

Selesai menikmati party. Mereka pulang bersama. Revan mengantar Tania lebih dulu karena memang jarak Tania yang lebih dekat. Kini Revan berdua di dalam mobil bersama Sisy. Ia menatap erat wajah Sisy yang sudah tertidur.

"Cantik, tapi sayang sudah ada peliharaannya." Bisik Revan mengobrol dengan dirinya sendiri.

Sampai di depan apartemen, seperti biasa Revan menggendong Sisy sampai ke depan kamarnya. Ia menekan bel yang ada di luar. Temannya Sisy langsung membukakan pintu untuknya.

"Sorry ya, lagi-lagi Sisy ngerepotin Lo." Kata teman sekamar Sisy.

"Bilang ke dia nanti. Mobilnya sudah aku suruh orang untuk membawanya." Ucap Devano.

"Aku langsung saja ya. Lagi juga sudah larut." Revan langsung pamit pulang.

"Aduh gila, ini anak kecil-kecil berat juga ya." Sisy di tuntun sambil berjalan dengan temannya itu.

Sampai pagi harinya Sisy bersantai. Setiap acara selesai mereka mendapat cuti bersama teman satu teamnya. Ia menyempatkan dirinya untuk berbelanja dan melakukan perawatan.

"Semalam Revan mengantarmu sampai sini. Padahal dia sudah memintamu untuk berhenti minum." kata temannya.

"Hah? Aduh, gue gak bertindak yang anehkan?" Tanya Sisy.

"Gak tau deh, tadi Revan sehabis mengantarkan kamu ia langsung pulang." Jawabnya.

"Aduh, mati gue. Gue duluan mandi ya." Kata Sisy.

"Sisy! Haduh itu anak. Anak siapa sih itu? Belum juga selesai ngobrol." Kata teman Sisy.

Keluar kamar mandi tanpa basa-basi ia langsung meminta tanda tangan Devano. Sisy dengan santainya masuk ke kamar dan mengambil sebuah sapu tangan. Sapu tangan milik temannya yang diam-diam di masukkan ke dalam tasnya.

Karena Emilia tahu jika Andrew adalah sahabat dari Devano. Maka seharusnya memang seorang sahabat menghadiri pernikahan sahabatnya itu. Itulah kenapa Emilia memasukkan sapu tangannya secara diam-diam.

Emilia senang sekali bisa mendapatkan tanda tangan idolanya. Ya, mereka berdua sama-sama menyukai Devano Alexandre. Sisy menyukai lagu-lagu Devano sedangkan Emilia menyukai parasnya Devano yang terlihat sempurna.

Setiap melihat perform Devano di TV mereka saling teriak-teriak. Sisy meneriakkan sambil bernyanyi sedangkan Emilia berteriak karena penampilan Devano. Mereka juga pernah sekali menyaksikan konser Devano saat di Malaysia.

Sisy mengeluarkan ponselnya dan memamerkan fotonya dengan Devano. seketika Emilia berteriak iri pada Sisy. Ia juga ingin bisa foto bersama idolanya.

Dunia Ghaib?

Di sebuah gedung yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Di dalamnya sudah ada Sisy, Tania dan juga Revan. Mereka sedang berkumpul untuk menyerahkan laporan akhir.

"Selamat untuk kalian." Ucap pria tampan yang tingginya sekitar 187cm.

"Ini bonus untuk kalian." Pria itu menyerahkan tiga amplop untuk mereka masing-masing.

"Terimakasih Pak Andre." Ucap Tania.

"Gue kasih waktu seminggu untuk libur. Next kalian akan ada event besar." Kata Andre.

"Event apa?" Tanya Sisy.

"Acara Konser terbesar yang di hadiri artis-artis ternama negara asia." Jawab Andre.

"Aku minta kamu manfaatkan liburan ini untuk istirahat. Aku gak ingin kamu sakit." Ucap Andre pada Sisy.

"Ehem." Tania berdehem sambil senyum-senyum.

"Kalau mau pacaran mah di luar kali!" Sindir Revan.

"Udah kan? Gue balik duluan." Revan tidak ingin berlama-lama.

"Waktu gue terbuang sia-sia hanya untuk melihat orang bermesraan." Kata Revan sambil meninggalkan ruangan.

"Gue balik duluan ya Sy." Pamit Tania.

Tersisa Sisy dan Andre di ruangan. Andre melanjutkan pekerjaannya sedangkan Sisy gak tahu harus ngapain. Sisy pergi ke toilet sesaat.

Tidak memakan waktu lama untuk pergi ke toilet. Ia melihat pintunya tertutup. Padahal saat ia pergi, ia tidak menutup pintu ruangan Andre. Sisy tidak langsung membukanya. Ia memastikan apakah ada tamu atau tidak.

"Sabar sayang." Terdengar suara pria seperti suara Andre.

"Sampai kapan? Aku juga ingin orang lain tahu tentang hubungan kita." Ada suara wanita di dalam ruangan itu.

"Tunggu waktu yang tepat, sayang. Lagi juga kita masih harus persiapkan event besar kita." Sisy mengintip sedikit. Ternyata suara tersebut benar suara Andre.

"Biar apa sih sayang? lima bulan itu bukan waktu yang sebentar. Aku gak suka lihat Sisy ada di dekat kamu." Wanita itu adalah Zilla. Saingan Sisy di tempat kerja.

Zilla selalu iri dengan apa yang dimiliki Sisy. Ia selalu ingin merebut apapun dari Sisy. Salah satunya adalah Andre, kekasih Sisy yang juga anak dari pemilik perusahaan tersebut.

"Sayang, kamu sabar dulu ya. Pokoknya nanti setelah acara selesai aku janji akan memutuskan hubungan aku dengan Sisy." Kata Andre.

Sisy tak lagi masuk ke ruangan Andre. Ia langsung pulang ke apartemennya. Disaat sedang sayang-sayangnya. Selama mereka pacaran tidak pernah ada sedikitpun perdebatan atau bahkan keributan. Bahkan banyak orang yang menilai mereka adalah pasangan yang sangat cocok. Mereka mampu bekerja secara profesional.

Sisy menangis sepanjang perjalanan. Ia tidak tahu kenapa Andre bisa menduakannya. Percakapan yang ia dengar terus melintas di pikirannya. Sampai ia tidak menyadari bahwa kendaraan yang ia kendarai telah keluar dari jalur.

Mobil dari arah lawan berkali-kali membunyikan klaksonnya. Hingga hampir menabrak, Sisy tersadar dan membanting kemudinya. Mobil yang di kendarai Sisy pun menabrak pohon yang ada di pinggir jalan.

Begitu tersadar, Sisy sudah berada di sebuah ruangan. Ia melihat selang infus dan juga kantung infus yang tergantung di atasnya. Sisy bangun dari tidurnya.

Ia tidak mempedulikan itu. Sisy duduk di tepi tempat tidur. Jika ia berada di rumah sakit pasti ada beberapa peralatan rumah sakit. Bahkan pintunya tidak seperti pintu rumah sakit. Kasurnya juga tidak seperti kasur rumah sakit.

Sisy mendengar suara dari luar. Ia mencoba untuk mendengarnya dari balik pintu. Walau terdengar samar-samar.

"Aku tidak akan kembali dalam waktu dekat ini." Kata dari seorang pria.

"Akan aku hubungi lagi nanti." Pria tersebut mematikan panggilannya saat Sisy keluar dari kamar.

Kini ia dapat melihat dengan jelas. Sisy terkejut saat melihatnya. Beberapa kali ia memukul-mukul wajahnya untuk memastikan bahwa ia sedang dalam keadaan sadar.

"Kamu sudah membaik?" Tanya pria itu.

"A~aku aku, eh. Gue baik-baik saja." Jawab Sisy dengan singkat dan gugup.

"Baguslah kalau begitu. Aku tadinya ingin mengabari orang yang ada di kontak. Tapi ponselnya di password." Kata Pria itu.

"Lebih bagus lagi kalau lo tidak memberitahu siapapun." Jawab Sisy.

"Gue mau balik!" Sisy melepas jarum infus.

"Eh tunggu! Kamu masih harus istirahat dulu." Pria itu menahan Sisy.

"Aduh gila! Ini gue vertigo mendadak atau apa nih? Pusing banget!" Sisy berhenti.

Pria itu menahan tubuh Sisy. Tanpa izin ia membawa Sisy kembali ke kamar. Pria itu menggendong Sisy dan meletakkannya ke atas kasur.

"Istirahatlah disini sampai kamu benar-benar pulih." Kata pria tersebut.

"Tunggu!" Ucap Sisy.

"Mobil gue kemana?" Tanyanya.

"Mobil kamu aku bawa ke bengkel. Tapi sepertinya lebih baik kamu membelinya yang baru." Kata Pria itu.

"Oh, thanks." Ucap Sisy.

Pria tadi kembali keluar. Sisy mengambil ponselnya dan menghubungi Emilia teman satu apartemennya. Ia hanya mengatakan bahwa dirinya sedang pergi berlibur. Jika Sisy mengatakan dirinya sedang berada di rumah idola mereka yang ada Emilia akan memaksanya untuk menyusulnya.

Pria itu kembali sambil membawa Tray. Ia mengantarkan minum, sup dan bubur untuk Sisy. Sisy melongo melihat idolanya menyiapkan itu semua.

"Tadi aku membuat ini. Agar nanti setelah kamu sadar, kamu bisa langsung memakannya." Kata Pria tersebut.

"Thanks." Ucap Sisy.

"Sini biar aku yang suapi." Pria itu menawarkan dirinya.

"Ah gak usah! Gue bisa sendiri. Gila saja gue nyuruh artis macam Lo buat suapi gue." Kata Sisy.

Sisy mengambil sendok yang ada di tangan Devano. Ia memakannya sendiri dengan lahap. Pertama kalinya ia merasakan masakan idolanya. Sebelumnya ia hanya melihat Devano berada di reality show memasak. Sekarang ia merasakannya langsung.

"Kamu belum makan berapa hari? Baru kali ini aku melihat orang sakit makan secepat ini." Kata Devano.

"Satu abad." Jawab Sisy.

"Ya memangnya makan harus di hayati dulu? yang ada nanti gak habis-habis." Lanjutnya.

Malam hari seorang dokter datang ke kamarnya. Ia memeriksa kondisi Sisy, beruntung tidak ada luka serius ataupun trauma. Hanya luka di kepalanya akibat benturan yang kencang.

Malam telah larut, Sisy masih belum bisa tidur. Ia keluar dari kamar untuk mencari angin segar. Ia melihat Devano yang juga belum tertidur. Sisy menghampiri Devano dan duduk di sebelahnya.

"Thanks ya Lo udah menyelamatkan gue." Ucap Sisy.

"Iya sama-sama. Kebetulan juga aku ada di TKP." Jawab Devano.

"Lo gak balik ke dunia Lo?" Tanya Sisy.

"Dunia Ghaib?" Tanya Devano.

"Gak jelas deh Lo! Ya balik ke negara Lo lah." Jawab Sisy.

"Oh, engga. Masih ada beberapa keperluan yang harus di urus disini. Makanya cepat pulih agar tidak merepotkan ku." Jawab Devano.

"Siapa juga yang meminta lo untuk menyelamatkan gue? Biarkan saja gue mati." Balas Sisy

Sisy kembali ke kamarnya. Ia terus berusaha memejamkan matanya agar tertidur. Tapi tidak juga bisa tidur. Ia masih terbayang-bayang apa yang ia dengar dan ia lihat secara langsung. Sesakit itu yang di rasakan Sisy. Ia kembali menangis di dalam kamar hingga ia tertidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!