Seorang laki-laki yang berlari di hutan mencari tempat berteduh disaat hujan turun dengan lebat beserta petir yang menggelegar. Beruntungnya tak jauh dari sana terdapat sebuah rumah kecil, tanpa dipikir panjang laki-laki itu masuk ke rumah itu. Laki-laki itu yang tak lain bernama Stefan.
Stefan terdiam sekejap setelah memasuki rumah itu. Rasanya merinding dan tampilan rumahnya yang usang, seperti tidak pernah dihuni atau dibersihkan.
“Apakah ada orang disini?”
Tak ada seorangpun yang menjawab ucapannya. Kakinya menyelusuri dalam rumah, tidak ada yang menarik baginya kecuali boneka yang duduk di dalam lemari kaca. Tanpa ragu Stefan mengambilnya.
"Boneka nya lumayan bagus juga, lebih baik aku bawa saja, tuh juga tidak akan ada orang yang akan memarahi ku.” sambil lanjut memeriksa ruangan lain, Stefan Berharap ada barang bagus lainnya yang bisa ia bawa pulang.
Tak terasa hujan pun berhenti. Stefan yang sudah bosan berkeliling di ruangan rumah akhirnya pergi keluar.
"Huhhh..akhirnya aku bisa keluar dari rumah ini.” dengan nafas lega.
Ia pun pergi untuk pulang ke rumahnya di desa. Sesampai nya dirumah, ia membersihkan dirinya dan pergi tidur karena kelelahan.Tanpa disadari boneka yang ia bawa dari hutan mengeluarkan sesuatu yang aneh yaitu sosok wanita.
Keesokan harinya. Stefan bangun dari tidurnya.
“ Hahhh apa-apaan ini badanku rasanya berat dan sakit semua?, apakah kemarin aku terlalu kelelahan.” Sembari ia melihat jam Handphone nya dan sudah tepat jam 7. Dengan terpaksa ia beranjak dari kasurnya karena waktunya untuk pergi bekerja dan memulai hari-harinya.
Sesampainya disana~
“Hei Stefan ada apa dengan mu? kau terlihat seperti sedang sakit?” ucap teman kerjanya yang bernama Henry.
“Iya, aku sedang sakit sekarang, dan badanku rasanya berat. Seperti nya karena kelelahan.”
“Bagaimana jika kau pergi saja ke paranormal? mungkin mereka tau?”
“Kau gila ya? Jaman sekarang masih saja kau percaya dengan paranormal. Dasar manusia ketinggalan jaman!” jawab Stefan dengan sedikit mengejek.
“Apa salahnya mencoba? aku ini berusaha membantu mu. Jika kau setuju aku akan memberimu tumpangan kesana hingga pulang tanpa membayar uang bensin. Bagaimana, kau mau?”
“Sialan, dia pandai juga membujukku dengan tawaran itu. Jika dipikir, lumayan juga dapat tumpangan gratis.”
Setelah beberapa detik kemudian, akhirnya Stefan setuju.
“Hmm, baiklah aku akan mengikuti saran mu. Awas saja jika tidak berhasil.” jawab Stefan dengan sinis.
“iya-iya, kita lihat saja nanti.”
Jam 08.19 malam. Mereka pun sampai ke tempat paranormal itu.
“Henry, apakah ini tempat yang kau maksud tadi?”
“Iya tentu saja. Ayo masuk!”
Mereka memasuki ruangan yang sekelilingnya terdapat lilin dan benda-benda aneh. Tak jauh disana ada sosok Kakek tua yang duduk menyilang dengan mata tertutup.
“Permisi Kek, saya membawa temanku kemari. Perkenalkan namanya Stefan.”
Kakek itu membuka matanya perlahan.
“Ya, duduk lah.” jawab Kakek dengan singkat.
Mereka pun duduk.
Sekilas Kakek paranormal itu terkejut melihat sesosok roh wanita jahat dibelakang Stefan yang menatap dirinya dengan raut wajah marah, seolah memberi peringatan untuk tidak ikut campur dengan urusannya. Dan dengan berusaha tenang, ia bertanya kepada Stefan.
“Kau dari mana saja kemarin?”
“Aku pergi ke hutan Kek karena bosan, tiba-tiba kehujanan, jadi aku berteduh di sebuah rumah kecil. Aku juga melihat ada boneka yang bagus, jadi kuambil untuk dibawa pulang.”
“Cepat buanglah boneka itu atau kembalikan!, boneka itu bisa membahayakan mu.”
“Yang jelas saja Kek, ada apa? jika bisa bantulah temanku. Kumohon...” ucap Henry dengan lirih.
“Hanya itu yang bisa aku katakan, pergilah kalian dari sini!, Aku tidak bisa membantu kalian. Aku tidak mau nyawa ku juga ikut terancam.”
Mendengar jawaban paranormal itu membuat Stefan berputus asa. Dan dengan terpaksa mereka pun pergi.
Henry mengantarkan Stefan pulang. Telinga nya sudah tidak kuat mendengar ocehan temannya sepanjang jalan. Tak butuh berapa lama akhirnya sampai di rumah Stefan. Dia melihat Stefan bergegas keluar dari mobilnya dengan raut wajah emosi, lalu masuk ke dalam rumahnya tanpa mengucapkan terima kasih.
Henry hanya bisa bersabar dengan temannya. Ia juga sudah terbiasa dengan perilakunya yang menyebalkan itu.
Jam 11 malam kemudian~
“ Akhhh....ada apa ini?, badanku terasa gatal.” Sembari menggaruknya hingga kemerahan.
Dan sesaat kemudian muncul sesosok Wanita yang asalnya dari boneka itu. Sosoknya pucat dan bermata merah.
“Hahahaha...” Wanita itu tertawa melihat kondisi Stefan.
“Aaaaaa hantu!..” Stefan terkejut berusaha lari namun kedua kakinya rasanya seperti lemah untuk berdiri. Wanita itu mendekat dan berkata ;
“Ingatlah dalam pertemuan kita yang pertama badan mu akan sakit dan gatal-gatal. Pertemuan kita yang ke dua badan mu akan melemah. Dan pertemuan ketiga jiwa mu yang akan ku ambil, maka bersiaplah saat waktu itu.
Setelah itu sosok Wanita itu menghilang dalam sekejap. Nafas Stefan tak beraturan dan ia khawatir serta ketakutan jika jiwanya akan diambil kemudian hari.
Keesokan harinya Stefan termenung sendirian. Kemarin malam ia kurang tidur karena masih ketakutan. Rasa bingung ingin meminta bantuan ke seseorang namun tidak terlintas kepada siapa ia meminta tolong. Akhirnya Stefan menemukan ide, lalu berdiri dan mengambil boneka itu menuju ke luar rumah untuk dibakar.
“Mungkin dengan dibakarnya boneka ini, roh hantu itu tidak akan menggangu ku lagi.” batinnya.
Setelah dibakar, Stefan akhirnya lega, ia berharap semua hal ini akan berakhir.
Di kantor~
“Selamat pagi Stefan, bagaimana kemarin?apakah kamu sudah baik-baik saja?” tanya Henry.
Stefan terdiam, penampilannya terlihat seperti berantakan, matanya yang mengantuk kekurangan tidur serta lengan yang berwarna kemerahan akibat digaruk. Hal itu, membuat Henry menghawatirkan kondisinya.
"Ada apa dengan mu?”
“Hiks..tolong aku! Stefan menangis ketakutan. Ia akhirnya menceritakan kejadiannya kemarin kepada Henry, berharap ada seseorang yang bisa menolongnya.
“Hah? hantu wanita yang membuatmu begini?”
“Iya benar.”
Seketika Stefan teringat perkataan paranormal hari lalu yang dikunjungi bersama Henry.
“Apa mungkin ini sebuah kutukan karena aku mengambil boneka itu? jika memang begitu seharusnya kutukan ini sudah berakhir karena aku sudah membakar boneka itu. Tapi kenapa kutukannya masih tidak hilang?” tanya Stefan dengan nada suara yang lemah.
“Entahlah. Maafkan aku Stefan, sepertinya aku tidak tau harus melakukan apa karena kejadian ini diluar pikiranku.”
Stefan terdiam mendengarnya. Rasanya sudah tidak tau ingin pergi kemana mencari pertolongan lagi.
Jam pulang kerja pun tiba~
Sepulangnya bekerja Stefan berjalan kaki, pikirannya sibuk mencari jalan keluar dari masalahnya. Tanpa disadari ia menabrak seseorang.
“Bruuk...hei perhatikan saat berjalan !”
Stefan masih tetap terdiam tidak mendengarkan ucapan Pria itu dan melanjutkan jalannya seperti tidak memiliki rasa bersalah setelah menabrak orang tadi.
Pria itu kesal karena ucapannya tidak dijawab, rasanya ingin memarahinya habis-habisan. Tapi niatnya ia batalkan karena melihat keanehan. Ia melihat bahwa Stefan terjebak oleh kutukan. Dengan sigap ia mendekati Stefan.
“Hei, apakah kau terkena kutukan? katakan lah kepadaku aku bisa membantu mu.”
Stefan langsung menoleh dan matanya seketika berbinar-binar, akhirnya ada seseorang yang akan membantunya. Ia pun menceritakan semuanya pada orang tersebut.
“Oo jadi begitu..ini juga sepertinya kesalahan mu. Jika saja dirimu tidak mengambil boneka itu maka kau tidak akan mengalami hal ini."
“Maaf ini memang kesalahanku. Aku menyesal.” Sambil pandangan mata menunduk.
“Baiklah lupakan saja. Oh iya, perkenalkan nama ku Felix. Siapa nama mu?” ucapnya sambil mengulurkan tangan
“Namaku stefan.” mengangkat pandangannya dan menjabat tangan Felix.
“Apakah kau memang bisa membantu ku?” ucapnya dengan ragu-ragu.
“Iya tentu saja aku akan berusaha membantumu. Ini nomor telfon ku. Jika terjadi sesuatu telfon saja aku. Aku akan datang menolong mu.”
“Baiklah terima kasih Felix. Stefan lega mendengar nya. Setidaknya masih ada Felix di sisi nya. Setelah itu Stefan melanjutkan perjalanannya untuk pulang.
Sesampainya di rumah ia masuk ke kamarnya. Namun aneh nya boneka itu tergeletak utuh di atas meja kerja nya. Stefan tercengang. Bagaimana bisa boneka itu masih ada disana, padahal tadi pagi sudah ia bakar sampai tidak tersisa.
Suasana kamarnya seperti mencekam, seolah-olah ada seseorang yang memperhatikan pergerakannya.
Stefan terburu-buru keluar dari kamarnya dan mengambil handphone nya untuk menelfon Henry.
Tuttt...tuttt...tutt..
Berulang kali Stefan menelfon namun tak ada jawaban.
“Ayolah Henry cepat angkat teleponku.”
Tak berapa lama kemudian, Henry mulai mengangkat telfonnya.
“Henry bolehkah sementara aku tinggal dengan mu?? kumohon tolong aku. Aku ketakutan dirumah ini.” ucapnya dengan nada memelas agar Henry merasa iba.
“Hmm..iya boleh. Sekarang kemari lah.”
“Baiklah aku akan segera kesana."
Ia sudah ketakutan jika melihat roh hantu itu muncul lagi. Oleh karena itu, dirinya berencana untuk tinggal di tempat lain. Dengan bergegas Stefan pun bersiap-siap untuk pergi.
Stefan akhirnya sampai di rumah Henry.
“Wah Stefan akhirnya kau datang, cepat juga kamu jalannya, ngomong-ngomong kenapa kau ingin tinggal dengan ku?” ucap Henry sambil membantu Stefan membawa barangnya.
“Hey kau ingat kan dengan cerita ku, kalau aku sudah membakar boneka itu? Anehnya boneka itu kembali lagi di atas mejaku dengan kondisi yang utuh, Aku ketakutan jika hantu itu akan muncul lagi. oleh karena itu aku ingin tinggal denganmu.”
“Ooh begitu...jika kau masih ketakutan tinggal saja disini, meskipun tinggal lama aku tidak akan keberatan.”
“Terimakasih sudah menolongku.” jawabnya dengan tersenyum.
“Iya, anggap saja rumah sendiri.”
Keesokan harinya~
Stefan bangun dari tidurnya, tapi rasa sakit dan gatalnya kambuh lagi.
“Ada apa dengan diriku ini? badan ku rasanya semakin gatal dan sakit.” sembari bersusah payah menggaruk bagian badannya.
Henry yang melihatnya langsung datang menghampiri.
“Stefan berhenti, jangan kamu garuk badanmu! lihat lah itu, badanmu semakin memerah akibat digaruk terlalu keras.”
“Aku tidak peduli, ini rasanya gatal sekali.” sepintas ia ingat jika mempunyai nomor handphone Felix dan secepatnya meraih handphone miliknya untuk menelfon.
Di telfon~
“Felix apakah kamu bisa membantu ku?”
“Stefan ini kamu?”
“Iya ini aku, cepatlah kesini.”
“Iya-iya aku akan kesana, beritahu aku kamu dimana sekarang.”
“Stefan pun memberi tahu dimana ia berada. Dan tak menunggu lama Felix pun datang.
Dengan rasa khawatir dia bertanya “Stefan apa yang terjadi dengan mu?”
“Badanku sakit dan gatal. Cepat tolong aku!”
Felix langsung mengambil air mantra yang ia bawa dari rumah. Lalu mencipratkan nya ke badan Stefan. Tak berapa lama kutukan nya pun hilang.
“Bagaimana perasaan mu sekarang? apakah masih sakit dan gatal?”
Stefan melihat lengannya dan meraba-raba lukanya, ternyata bekas luka dan sakit nya hilang secara perlahan.
“Aku sudah tidak sakit lagi, lihat lah lengan ku. Lukanya sudah hilang.”
Melihat kondisi Stefan yang membaik membuat Felix ikut bahagia.
“Terimakasih sudah menolong ku Felix.” ucap Stefan.
“Iya, yang terpenting kau sudah sembuh, tapi aku masih tidak bisa menjamin kutukan itu akan hilang sepenuhnya darimu.”
“Hmm... baiklah sekali lagi terima kasih.”
“Hey kalian sudah basa-basi nya? sekarang ayo kita ke ruang tamu, tidak baik menyambut tamu dikamar.” itu adalah Henry yang sudah menunggu lama di dekat pintu.
Akhirnya mereka pergi ke ruang tamu, sambil berbicara santai dengan hidangan. Stefan sangat senang dengan kesembuhannya dan seperti bebas karena kutukannya tidak kambuh, meskipun tidak sepenuhnya sih.
Tak terasa sore tiba.
“Terima kasih atas hidangan nya, aku harus segera pulang. Jika terjadi sesuatu telfon aku lagi, aku akan datang.”
“Tentu saja terimakasih sudah menolongku.” kata Stefan dengan tersenyum.
“Sama-sama.”
Felix akhirnya pergi dan menulusuri jalan pulang. Sesampai nya dirumah ia merasakan sesuatu. Badan nya gatal seperti yang dialami Stefan sebelumnya.
Dari awal Felix memang sudah tau bahwa siapa pun yang berusaha menghilangkan kutukan nya akan terkena imbasnya, tapi karena belas kasihan nya kepada Stefan membuat dirinya tidak peduli dengan konsekuensi nya. Rasa gatal disebagian tubuh membuatnya menggaruknya dengan cepat berulang kali.
Keesokan harinya~
Stefan menjalani harinya dengan biasa dan pergi bekerja, tapi tidak ia kira bisa bertemu dengan Felix di jalan.Tapi sayangnya kondisi Felix seperti kesakitan. Ada bekas merah di lengannya tapi yang lainnya tidak terlihat karena tertutup jaket. Stefan pun menghampirinya untuk mencari tau.
“Felix, dari mana dirimu?”
Felix terkejut melihat Stefan menyapa nya. Ia tidak ingin Stefan tau tentang hal ini. Dengan terpaksa ia berbohong agar Stefan tidak curiga.
“Aku dari rumah sakit habis periksa.”
“Kenapa? apakah kau habis bertengkar?”
“Sudahlah, aku hanya alergi makanan. Oleh karena itu, sebagian badanku memerah.”
“Oo begitu.. Kau membuatku khawatir saja.”
“Hehe.. sudahlah pergi saja sana. Ini sudah telat bagimu untuk bekerja.” sambil melihat jam tangannya. Berusaha mencari cara untuk mengusir Stefan di hadapannya.
“Hmm..kau benar juga, sebentar lagi aku akan terlambat. Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu.” ucap Stefan sambil bergegas pergi.
Melihat Stefan pergi, Felix menghembuskan nafas lega.
Akhirnya dia pergi juga.
Setelah itu, Felix pun melanjutkan perjalanannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!