NovelToon NovelToon

Cupid I'M In Love

Bab 1 Murid Pindahan Baru

Nadia Hanina Farha adalah seorang gadis berusia 16 tahun, yang sedang berstatus sebagai siswi kelas 2 di salah satu sekolah SMA favorit atau sekolah ternama yang ada di Jakarta.

Panggil saja Nadia, ia adalah seorang gadis sederhana, dengan tubuh yang semampai (tidak tinggi, tidak pendek) berambut panjang hitam bergelombang, berkulit kuning Langsat, untuk wajah dia termasuk gadis yang cantik tapi semua itu tertutupi dengan gaya dandanan yang ala kadarnya, dia tidak begitu peduli dengan gaya penampilannya. Nadia anak yang selalu ulet, tekun dan ceria. Untuk urusan akademis dia juga merupakan anak yang pintar, termasuk dalam peringkat 10 besar dikelasnya.

Dia tinggal bersama kedua orang tua dan kedua adiknya, dengan kondisi ekonomi yang sangat sederhana. Sang ayah hanya seorang karyawan pabrik, sedangkan sang ibu hanya seorang penjual makanan, di sebuah warung makan kecil yang terletak dikampung sekitar tempat tinggalnya.

.

Pada Hari ini adalah hari pertama Nadia masuk sekolah, setelah 2 pekan lamanya liburan kenaikan sekolah. Di kelas 2 ini Nadia masih tetap duduk sebangku dengan sahabatnya karibnya sedari kecil dulu yaitu Mirna.

Nadia berangkat sekolah seperti biasanya dengan naik angkot. Pagi ini Nadia berangkat sendiri, tidak dijemput oleh Mirna. Memang terkadang jika berangkat atau pulang sekolah Nadia selalu nebeng mobil Mirna.

Sesampainya disekolah Nadia langsung bergegas menuju ke ruang kelas barunya, yakni di kelas 2B, yang terletak dilantai 2 sekolahnya.

Didalam perjalanannya menuju lantai 2, Nadia berjumpa dengan Mirna, si sahabat karibnya. Mereka langsung berbincang-bincang sambil berjalan menaiki anak tangga, menuju ke kelas.

"Hai Mir, gimana kabar kamu? liburan kemarin kamu sibuk apa? pergi jalan-jalan ya?" tanya Nadia.

"Ah, pagi-pagi gini pertanyaan elo udah banyak banget, kayak paparazi aja! Libur kemarin gue cuman pergi kerumah eyangku di Jogja, lah kamu kemarin kemana aja, nad? gue WA bolak-balik koq gak terkirim-kirim. WA elo ganti yaaaa?" sahut Mirna.

"Hehe ... sorry Mir, handphone ku rusak. Gara-gara habis terjatuh, sewaktu aku ikut bantu-bantu ibu diwarung makan, Mir ... dan baru kemarin sempet diservis, mungkin hari ini handphone ku sudah jadi. Nanti sore, aku akan coba ke counter lagi untuk mengambilnya, Mir," dengan wajah cengengesan Nadia menjawab Mirna.

"Ouw ... maka nya, elo susah banget dihubungi, bagai hilang ditelan bumiiiii. Lah ... terus liburan kemarin elo pergi kemana aja?" tanya Mirna.

"Ah, kamu Mir, kayak gak tahu kondisi aku aja. Libur atau gak sama aja buatku. Tiap hari rutinitas ku selalu aja sama, hehe ..." Nadia menjawab dengan nyengir sambil garuk-garuk kepala.

"Kan, kamu tahu! setiap hari aku harus bantu ibuku jualan nasi diwarung makan Mir, ya Alhamdulillah, aku bersyukur banget, mir ... setiap hari jualan ibu, selalu ludessss, habis laris manis," kata Nadia merasa bangga.

"Ya, siapa tahu aja, mungkin elo berlibur kemanaaaaa gituuu, healing, refreshing gitu, Nad," goda Mirna kepada Nadia.

Sesampainya didalam kelas, Nadia dan Mirna bergegas menuju ke meja kursi nomor 3 dari belakang yang masih kosong. Posisi tempat duduk Nadia berada disamping jendela kelas. Jadi dari arah tempat duduknya, Nadia bisa melihat pemandangan di halaman sekolahnya.

Kebetulan situasi didalam kelas sudah ramai. Teman-teman Nadia sudah banyak yang berdatangan, dan pada asyik mengobrol untuk saling melepas kerinduan seusai libur panjang sekolah, kenaikan kelas.

Tet ... tet ... tet ...

Bel masuk kelas pun berbunyi. Murid-murid yang masih berada diluar kelas segera masuk dan duduk dikursi mereka masing-masing.

Beberapa saat kemudian, dari arah luar kelas terdengar suara langkah kaki yang mendekat, hendak memasuki ruang kelas.

Ternyata yang masuk adalah Pak Roby. Sosok pria paruh baya, yang berwibawa dan kharismatik, bertubuh tinggi tegap, dan juga salah satu seorang guru senior, yang biasanya mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada tahun pelajaran baru ini, Pak Roby ternyata juga ditugaskan untuk menjadi wali kelas 2B, yakni guru wali kelas barunya Nadia.

"Assalamu'alaikum, selamat pagi anak-anak semuaaa ..."

"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh, selamat pagi, Paaakk ..." jawab anak-anak dengan penuh antusias dan semangat.

"Anak-anak pada hari ini, sebelum kita mulai pemberian materi baru, Bapak akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Tentunya Anak-anak sudah pada kenal atau tahu Bapak, kan ...? yah, walaupun kalian sudah tahu, bapak tetap akan memperkenalkan diri lagi ya, Anak-anak.

Perkenalkan nama bapak adalah Roby Santoso, kalian bisa memanggil Bapak, Pak Roby ... saya biasanya adalah guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia, dikelas 2.

Dan insya Allah tahun ini bapak juga ditugaskan untuk menjadi wali kelas baru kalian." kata Pak Roby.

"Oke, anak-anak, perkenalan dari Bapak, kira sudah cukup, sekarang di hari pertama kalian masuk sekolah ... bapak ingin menyampaikan informasi bahwa dikelas ini nantinya akan ada murid pindahan baru dari Bandung, yang akan menjadi bagian keluarga baru dari kelas 2B ini..." sambung Pak Roby.

"Wah, siapa tuh? cewek apa cowok nih, Pak?" sahut Mirna, dan celotehan para murid lainnya yang penasaran.

"Tenang ... tenang ... tenang ... harap tenang semuanya anak-anaaak!" kata Pak Roby mencoba mengendalikan situasi dikelas.

Situasi kelas yang semula riuh gemuruh sekarang hening seketika.

"Sebentar, Bapak akan memanggil kan anak pindahan baru itu dan akan mempersilahkanya untuk memperkenalkan diri kepada kalian semua." kata Pak Roby.

Pak Roby pun menoleh ke arah pintu kelas, yang berada disamping kiri nya, sambil memanggil nama seseorang.

"Ricky, kemari! masuklah ke kelas.. Bapak akan memperkenalkan kamu kepada teman-teman barumu dikelas 2B ini."

Kemudian dari arah pintu masuklah secara perlahan, seorang pemuda bertubuh tinggi yang mengenakan topi dengan seragam putih abu-abu berjas almamater, berwarna hitam dengan tas gendong hitam yang hanya disampirkan di pundak sebelah kanannya.

Pemuda itu berjalan sambil menunduk kepalanya menuju arah Pak Roby, dengan tangan kirinya di masukkan ke dalam saku celananya. Pemuda tersebut kemudian berhenti dan berdiri tepat, disebelah kiri Pak Roby.

"Wuiiiiiiiihhhh, ternyata teman baru kita itu, cowok !" suara di dalam kelas yang hening pun pecah seketika, dengan gumaman para murid, terutama para murid wanita.

"Ayo, Anak-anak, tenang dulu, ya! tenang!" sahut pak Roby yang sedang berusaha menenangkan murid-murid nya.

"Baik, Pak ... ayo dong Pak segera perkenalkan murid pindahan barunya dong Paaaakkkk ..." jawab salah satu teman Nadia.

"Iya dong, Pak! tolong topinya suruh dilepas aja, Pak. Supaya Aku bisa melihat lebih jelas wajahnya, Paaaakkkk ... kan Aku pengen langsung kenalan, Pak," sahut Mirna.

"Huuuuuuuuuuuuu ..." sorak teman-teman sekelas lainnya yang sedang menyoraki dan menggoda Mirna.

Sedangkan Nadia, sedari tadi hanya duduk terdiam di kursinya, sembari mengarahkan pandangannya pada sosok Pemuda misterius yang baru saja datang tadi.

...----------------...

Bab 2 Berkenalan Dengannya

Pak Roby dengan sigap, segera mengkondisikan ruangan kelas yang mulai gaduh itu.

"Oke, Anak-anak, harap tenang dulu! baiklah, sepertinya kalian semua sudah tidak sabar ya?"

"Seperti yang sudah Bapak katakan tadi, disebelah Bapak ini adalah murid pindahan baru dari Bandung, namanya Ricky."

"Ricky, silahkan kamu untuk memperkenalkan diri, kepada teman-temanmu semua di kelas ini, supaya kalian bisa lebih mengenal satu sama lain," kata Pak Roby sambil mempersilahkan Ricky untuk memperkenalkan diri nya kepada anak-anak kelas 2B.

Beberapa saat kemudian, Ricky maju beberapa langkah kedepan, sambil menegakkan wajahnya menatap ke depan, dan mulai berbicara.

"Selamat pagi, Teman-teman semua ... perkenalkan namaku, Ricky Aidan Trustin, kalian bisa memanggilku, Ricky. Aku berasal dari salah satu SMA Negeri yang ada di Bandung. Kepindahanku ke Jakarta ini dalam rangka mengikuti pembukaan cabang perusahaan baru orang tua ku di Jakarta."

Ricky berbicara dengan sangat tenang. Seperti nya Ricky itu sudah sangat handal dan terbiasa untuk berbicara di depan banyak orang.

"Kiranya, cukup sekian perkenalan dariku, dan kuucapkan, salam kenal untuk semuanya ..." sapa Ricky dengan tersenyum sambil mulai melepaskan topi yang sudah sedari tadi dikenakannya.

deg ... deg ... deg ...

"Perasaan apa ini kenapa tiba-tiba jantungku berdetak kencang sekali, aaaagh ... apakah yang sedang terjadi padaku?" gumam Nadia didalam hatinya, saat ia melihat wajah pria muda yang tengah berdiri didepan kelas itu.

Sosok pemuda yang memiliki fisik tinggi tegap, gagah, berkulit putih bersih, dengan rambut yang tebal, berwarna coklat lurus, memiliki alis yang tebal, hidung yang mancung, bibir yang seksi, dengan tatapan mata yang tajam, bulu mata yang full dan lentik. Sangat tampan sekali.

Sosok Ricky bagaikan seorang pemuda blesteran antara indo dan luar negeri, yang menghasilkan perpaduan keturunan Indo yang luar biasa.

Apalagi ternyata dia juga punya lesung pipi di kedua pipinya, yang menambah menarik ketika dia tersenyum...

Senyumannya terlihat manis dan seksi, yang bisa membuat hati para wanita klepek-klepek jika melihat senyuman yang indah itu.

Sungguh dia merupakan makhluk yang sempurna yang telah diciptakan Sang Pencipta.

Dia benar-benar sosok pemuda tampan yang belum pernah di lihat Nadia sebelumnya, selama ini.

Disaat yang sama, Teman-teman Nadia pun merasakan hal yang sama, begitu terpesona dengan ketampanan yang dimiliki Ricky. Suara gemuruh decak kagum dari para murid mulai bergema.

Begitu pula dengan si Mirna. Sahabat Nadia yang satu ini juga tidak mau ketinggalan, dengan banyolan dan gaya ceplas-ceplos nya dia langsung menyampaikan uneg-unegnya kepada Ricky.

"Ehmmm, Mas Ricky ... perkenalkan namaku Mirna, kalau boleh tahu, ketampanan yang dimiliki Mas Ricky ini didapat dari mana sih? Mirna, kan penasaran, siapa tau aja. Mirna nanti bisa ngikutin jejak nya untuk memperbaiki keturunan gituuuu, hehehe ..." tanya Mirna kepada Ricky, dengan nada manja sambil menggulung-gulung bagian ujung rambutnya dengan jari telunjuknya.

Mendengar celotehan dari si Mirna, kemudian Ricky berkata datar, "emmmm ... Aku sama aja seperti kalian semua, tidak ada yang spesial dari diriku ini. Sebenarnya Mama ku itu orang asli Bandung, sedangkan my Daddy, dia orang asli Inggris.."

"Oooouuh, pantes aja, ketampanan mas Ricky ini sangat terpampang nyata, dan tiada duanya. Ternyata eh ternyata, memang diperoleh dari Daddy mu yang bule itu ya mas Ricky? ehmmm ... ehmmm ... alhamdulillah akhirnya aku bisa mengikuti jejakmu Mas Ricky, untuk memperbaiki keturunanku nanti bersama dengan mu, ahaaaaaiiii, jadi tambah lope ... lope dah ... lop u pulllllll pokoknya!" gombalan Mirna kepada Ricky.

"Huuuuuuuuuuuu ...!" teriak sorakan teman-teman Nadia yang ditujukan kepada Mirna, membuat ruang kelas semakin bergemuruh.

Pak Roby yang sedari tadi berada didekat Ricky pun akhirnya mengkondisikan situasi di dalam kelas yang sudah mulai tidak kondusif.

"Baiklah Anak-anakku semua, kiranya cukup sekian dulu, perkenalan dari teman mu Ricky, kepada kalian semua. Untuk perkenalan yang lebih intens selanjutnya, bisa dilanjutkan nanti sewaktu jam istirahat, atau seusai pulang sekolah nantinya ya ..." kata Pak Roby.

"Baik, Paaaakkkk ..." jawab murid kelas 2B.

"Sekarang Ricky, silahkan kamu untuk menempati kursi yang masih kosong. Kamu bisa duduk disana!" kata Pak Roby sambil menunjuk ke arah posisi tempat duduk yang masih kosong.

Posisi tempat duduk yang kosong, berada di urutan kedua dari belakang dekat jendela. Ya posisi tempat duduk itu berada tepat di belakang kursi Nadia.

Ricky pun akhirnya segera pergi menuju kursi yang telah ditunjukkan oleh Pak Roby tersebut. Ricky duduk semeja dengan Andre.

Sesampainya ditempat duduknya Ricky pun mulai berkenalan dengan teman-teman yang ada disekitar tempat duduknya tersebut, termasuk dengan Nadia.

"Hai, aku Ricky salam kenal," sapa Ricky kepada Nadia sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Ha-haloo, aaa-aku Nadia, salam kenal juga dariku, se-semoga ka-kamu betah dan nyaman belajar di kelas 2 B ini yaaaaa," jawab Nadia dengan terbata-bata karena grogi. Nadia berusaha menoleh kebelakang menghadap Ricky sambil berjabat tangan.

"Iya tentunya, oh iya mohon bantuan dan bimbingannya juga ya, Nad. Karena Aku kan murid pindahan, jadi Aku masih awam dan masih perlu banyak beradaptasi di sekolah ini," jawab Ricky.

"Iya, Rick ... sudah pasti kami semua akan siap membantu kamu, jika kamu memerlukan sesuatu, bisa langsung bilang padaku," balas Nadia.

"Eh, aku juga siap lho Mas Ricky, apapun akan ku lakukan demi kamu, hehe ..." sahut Mirna disela-sela perbincangan Ricky dan Nadia.

Andre, teman sebangku Ricky hanya terdiam sambil mendengarkan dengan seksama perbincangan teman-teman nya itu, sembari terkadang dia menggoda Mirna yang duduk tepat didepan nya.

.

Kegiatan pembelajaran belum berjalan secara optimal. Karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, jadi untuk jadwal mata pelajaran baru akan disampaikan pada hari ini oleh guru wali kelas.

Pada kegiatan di kelas hari ini, hanya seputar pengenalan antar siswa, pembentukan struktur organisasi, pembentukan jadwal piket, dan juga pembentukan kelompok belajar.

Untuk struktur organisasi, yang terpilih menjadi ketua kelas adalah Ricky. Kemudian untuk posisi Sekretaris dan Bendaharanya yang bertugas adalah Rani dan Anggi (kedua anak yang populer disekolah, karena kecantikan dan status kekayaan yang dimiliki nya).

Sedangkan Nadia hanya menjabat sebagai seksi kebersihan bersama dengan beberapa teman lainnya termasuk Andre dan Mirna.

Bagi Nadia tidak jauh berbeda kejadian yang terjadi di kelas hari ini, seperti pada situasi dahulu di kelas 1. Kecuali dengan adanya kehadiran teman baru, yaitu Ricky.

Mungkin karena ketampanan yang dimiliki oleh Ricky, sehingga membuat seluruh kelas bahkan sekolah menjadi gempar, dan banyak dari para murid perempuan dari kelas lain pun yang berdatangan, hanya sekedar berkenalan atau hanya sekedar melihat Ricky dari luar kelas.

Bahkan Kakak-kakak kelas dan adik kelas juga pada penasaran dengan ketampanan yang dimiliki Ricky, mereka semua pun ikut terpesona dan terpikat dengan Ricky.

Ketampanan Ricky menjadi daya magnet yang kuat bagi keberadaan kelas 2 B.

Begitu juga dengan Rani teman sekelas Nadia. Rani begitu agresif mendekati Ricky, namun hal itu tidak direspon baik oleh Ricky.

Justru malah Ricky berusaha mengalihkan perhatiannya dari Rani, yaitu dengan lebih intens berbicara dengan Nadia.

Berawal dari inilah sikap Rani berubah kepada Nadia. Di hati Rani mulai tumbuh benih-benih kebencian, karena terbakar api cemburu.

Karena bagi Rani tidak ada yang bisa menandinginya dari segi apapun baik itu kecantikan, kekayaan, kedudukan, dan kepopuleran semua ia miliki.

Jadi karena adanya kehadiran Nadia ini didekat Ricky, Nadia dianggap sebagai suatu hama yang harus dimusnahkan.

...----------------...

Bab 3 Bertemu Tanpa Sengaja

Tanpa disadari oleh Nadia, telah tumbuh benih-benih kebencian Rani terhadap dirinya, yang akan membawa malapetaka besar bagi kehidupan Nadia kedepannya.

.

Bel sekolah pun berbunyi, pertanda segala kegiatan disekolah hari ini telah usai. Semua murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing.

Sama halnya dengan Nadia. Perlahan-lahan Nadia merapikan semua bukunya dan memasukkannya kedalam tas.

"Eh Nad, pulang ini lho mau bareng sama gue nggak? gue anterin," tanya Mirna.

"Nggak usah Mir, kayaknya hari ini aku mau mampir ke toko buku dulu deh, laen kali aja ya," jawab Nadia.

"Oke Nad, kalo gitu gue duluan ya, udah ditunggu sopir gue didepan," kata Mirna sambil berlalu dari hadapan Nadia menuju ke luar kelas.

"Yoi ... salam bwt pak Joko ya!" teriak Nadia kepada Mirna yang sudah mulai hampir menghilang dibalik pintu kelas.

Setiap harinya Mirna memang selalu diantar jemput oleh sang sopir pribadi keluarganya, yaitu pak Joko.

Mirna termasuk dari kalangan orang yang berada. Arah rumah Mirna memang searah dengan rumah Nadia. Rumah Mirna berada dikawasan kompleks perumahan mewah, yang letaknya di sebelah daerah kampung tempat tinggalnya Nadia.

Setelah selesai memasukkan semua buku dan peralatan tulisnya, Nadia langsung bergegas keluar kelas, karena ternyata semua temannya sudah pulang, dan hanya dia yang tertinggal sendiri di dalam kelas.

Hari ini Nadia berencana ingin membeli sebuah buku Novel. Sebelum berangkat sekolah tadi Nadia sudah minta ijin kepada ibunya untuk pergi membeli novel, dan tidak bisa ikut membantu berjualan diwarung makan milik ibunya.

Memang sedari dulu Nadia sangat suka membaca novel, walaupun dia tidak mengkoleksi buku-buku novel itu, tapi setidaknya dia mempunyai beberapa buku novel yang cukup populer dirumahnya.

Selebihnya kadang dia meluangkan waktu sejenak untuk membaca novel-novel yang ada di perpustakaan sekolah, atau di perpustakaan umum milik pemerintah.

Dengan menaiki bus Transjakarta, akhirnya Nadia sampai juga di salah satu toko buku yang terkenal di Jakarta.

Disana Nadia tampak semangat sekali untuk mencari-cari novel yang bagus untuk dibelinya.

Dia memilih buku novel itu dari rak satu ke rak yang lainya, sambil melihat dan membaca deskripsi dari novel-novel tersebut.

Beberapa waktu berlalu, namun tak kunjung juga ia mendapatkanya.

Akhirnya mata Nadia tertuju kepada rak yang paling atas. Disana dia melihat judul buku novel yang dianggap cukup menarik perhatian nya, judul novel tersebut adalah rahasia cinta.

Nadia mencoba untuk meraih buku novel tersebut, namun tampaknya dia cukup kesulitan, karena posisi buku novel itu terletak di bagian tengah rak paling atas.

Dia mencoba melihat ke kanan dan ke kiri sekiranya ada orang atau pelayan toko yang bisa membantunya.

Setelah dilihat-lihat tapi ternyata tidak ada, karena semua orang sedang sibuk.

Beberapa pelayan toko juga sedang melayani pembeli buku lainnya, dan ada beberapa orang yang sedang mengangkat tumpukan buku-buku.

Akhirnya terpaksa Nadia berusaha mencoba meraihnya lagi sendiri, sambil bersusah payah dengan menjinjitkan kakinya dia berusaha menggapai buku novel tersebut, karena buku novel tersebut tinggal stock satu-satunya yang tersisa.

Selang beberapa saat kemudian dia perlahan-lahan, sedikit demi sedikit berusaha mengeluarkan buku novel tersebut dari himpitan buku-buku novel lainnya.

Tanpa disadarinya dari arah belakang ada tangan lain yang berhasil mengambil buku novel tersebut dengan mudahnya.

Akhirnya Nadia pun berhenti menjinjitkan kedua kakinya, dan kemudian menoleh kebelakang. Betapa terkejutnya dia, karena orang yang mengambil buku novel incarannya itu adalah orang yang dia kenal.

Orang tersebut adalah teman sekelas nya, yakni teman baru yang begitu populer karena ketampanan nya, yaitu Ricky.

Setelah Nadia menoleh dan membalikkan badannya kebelakang, dia melihat Ricky yang berdiri tepat dibelakangnya, dengan tangan kanan Ricky masih terangkat keatas memegang buku novel yang diambilnya tadi.

Karena sangat dekat sekali, tubuh Ricky hampir saja mengenai tubuh Nadia, bahkan karena terlalu dekatnya, bau parfum dan aroma dari tubuh Ricky dapat tercium dengan jelas oleh Nadia.

Hal itu membuat Nadia terdiam dan terpaku dalam lamunannya, bagai terhipnotis dengan aroma tubuh yang wangi itu.

Beberapa saat kemudian Nadia terjaga dari lamunannya itu, dikarenakan panggilan Ricky yang mencoba memanggil namanya berulang kali.

"Nadia ... Nadia ... Nadia ... hei, kamu benar Nadia kan?" panggil Ricky sambil menggerakkan telapak tangan kirinya, ke arah depan wajah Nadia (seperti orang da da, say goodbye) mencoba menyadarkannya.

"Eh, i-ya ... a ... ku Nadia," jawab Nadia terbata-bata.

"Are you okey? kamu menginginkan buku novel ini?" sapa Ricky, mencoba meyakinkan Nadia yang masih dalam kondisi grogi dan kaget.

"Iya, a-aku baik-baik saja, aku gak kenapa-kenapa koq," ujar Nadia berusaha bersikap tenang dan meyakinkan Ricky.

"Iya, aku sangat menginginkan buku novel itu. Aku udah berusaha meraihnya, tapi karena letaknya terlalu tinggi, jadi sulit bagiku untuk mengambilnya. Atau karena aku yang kependekan ya orangnya, hehehe ..." jawab Nadia sambil tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya.

"Mana bukunya, boleh aku ambil sekarang, kan?" pinta Nadia.

"Boleeeehh ... tapi dengan satu syarat," jawab Ricky dengan tersenyum simpul dan mulai berjalan membelakangi Nadia.

Nadia pun segera mengejar untuk mendahului Ricky.

"Ricky, tunggu ... tunggu dulu ... syarat apaan sih? kan aku dulu yang menemukan buku itu, masa harus ada syarat-syarat lagi untuk mendapatkan nya, iiiih ... Ricky!" kata Nadia yang mulai terlihat kesal.

"Please dong, berikan buku itu yaaaaa," rayu Nadia, sambil memperlihatkan wajah innocentnya.

"Hahaha ... ternyata kamu kalau merengek begini terlihat imut juga," kata Ricky yang kaget melihat ekspresi wajah Nadia.

"Apa-apaan sih, siapa yang merengek, aku ini serius beneran tau," balas Nadia dengan pipi mulai memerah tersipu malu.

Ricky berjalan menuju sudut ruangan yang kemudian diikuti Nadia dari belakang.

"Okey ... okey ... aku akan berikan buku ini. Tapi, eits ... satu syarat tadi masih tetap berlaku," kata Ricky sambil membolak-balik buku novel yang dipegangnya itu dan mendekatkan wajahnya kedepan wajah Nadia.

"Iya ... iya ... cepat syarat apa yang kamu inginkan, tapi jangan yang aneh-aneh lho, aku nggak akan menurutinya, kalau kamu beri syarat yang aneh-aneh," gerutu Nadia sembari memalingkan muka mencoba menjauhi wajah Ricky yang tepat berada didepannya.

Kemudian Ricky pun berkata, "tenaaang, syaratnya gampang, very ... very simple, karena aku baru pindah ke Jakarta, jadi aku belum begitu punya banyak teman."

"Jadi, hari ini aku cuma mau kamu menemani ku makan di cafe sebelah, bagaimana kamu mau atau tidak?"

Ricky berjalan menuju ke kasir tanpa menghiraukan Nadia, yang sedang berpikir tentang syaratnya itu.

Ricky dengan segera membayarkan sejumlah uang kepada kasir untuk mendapatkan buku novel yang diperebutkan tadi dengan Nadia.

Nadia yang tadinya masih berdiri terpaku, berpikir tentang syarat dari Ricky tadi, akhirnya baru menyadari bahwa Ricky sudah pergi meninggalkannya dan sudah membeli buku novel yang dia inginkan tadi.

Dengan tergopoh-gopoh Nadia berlari keluar toko buku mengejar Ricky, sambil memanggil-mangil Ricky.

"Rick ... Ricky ... tunggu aku dong, kenapa kamu meninggalkan aku? dan kenapa kamu langsung membeli buku itu?"

"Buku ini kan yang dapat aku duluan, jadi siapa cepat dia yang dapat!" jawab Ricky dengan puasnya.

"Okey ... okey ... demi buku itu, aku setuju dengan syaratmu tadi. Baiklah aku akan menemanimu makan dicafe itu," jawab Nadia sambil melihat arah cafe yang disyaratkan Ricky tadi.

Ricky tersenyum lebar, karena ia sudah berhasil mengajak Nadia untuk menemaninya makan siang.

Keduanya pun berjalan perlahan beriringan menuju cafe X.

Sesampainya di cafe itu, Ricky segera mencari tempat duduk yang nyaman untuk nya.

Pada cafe tersebut ada beberapa model tempat duduk. Ada kursi yang terbuat dari kayu, dan ada beberapa model kursi sofa kecil yang saling berhadapan dengan meja kayu persegi ditengahnya.

Ricky mengambil posisi tempat duduk sofa yang berada disudut ruangan cafe. Kemudian Ricky segera memanggil waiters untuk memesan menu makanannya.

Sedangkan Nadia sudah duduk di sofa tersebut berhadapan dengan Ricky.

Ricky membaca daftar menu yang diberikan waiters tadi, kemudian tanpa basa-basi menanyakan dahulu menu apa yang diinginkan Nadia, Ricky justru langsung memesan.

Cheesse sausage steak 2 porsi, 1 porsi cemilan pisang goreng crispy dan minumnya 2 avocado cream.

Setelah selang beberapa saat, akhirnya pesanan pun datang. Waiters kemudian mempersilahkan mereka untuk menikmati hidangan yang telah disajikan.

Dengan tanpa ragu, Ricky memakan lahap steak yang ada didepannya. Sedangkan Nadia masih terdiam menatap wajah Ricky yang dengan santainya menikmati hidangan tersebut.

Serasa tak percaya apa yang sudah terjadi dihari ini, tidak disangka disaat ini dia tengah duduk makan berdua dengan Ricky, pria yang populer disekolahnya.

Apakah ini nyata? apakah ini hanya mimpi? Didalam hati ia berkata, "betapa tampannya sosok pemuda yang berada didepanku ini, walau sekarang dia sedang makan, tapi tetap saja, tidak akan mengurangi kadar ketampanannya, huff sungguh luar biasa."

Didalam benak Nadia, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul yang tidak bisa dia mengerti.

Ricky yang sedari tadi makan, akhirnya berhenti sejenak dan kemudian menatap wajah Nadia. Ricky pun berkata,

"ada apa Nad, kenapa gak dimakan? kamu gak suka ya dengan menu yang kupilihkan ini?"

Nadia yang sedari tadi sedang melamun, akhirnya sadar dan kemudian menjawab pertanyaan dari Ricky, "eeeemm ... nggak koq ... bukan begitu. Sebenarnya aku cuma sedang berpikir aja."

Nadia berhenti berkata-kata,, sambil berusaha mengalihkan pembicaraannya itu dengan menyantap makanan yang sudah sedari tadi dihidangkan diatas meja itu.

"Apa yang kamu pikirkan Nad? kamu memikirkan aku yaaaa? tanpa canggung Ricky bertanya seperti itu pada Nadia.

"Aaaagh ... enak aja, nggak juga kali ... kamu jangan ge-er yaaaaa," kata Nadia berusaha menutupi tingkah groginya agar tidak diketahui Ricky.

"Kiraaaain ... kamu sedang memikirkan aku, hahaha ..." goda Ricky kepada Nadia.

"Oh ya, kamu tadi kesini naik apa dan rumah kamu dimana Nad? nanti biar aku anterin kamu, kan ini sudah siang," kata Ricky berusaha lebih akrab dengan Nadia.

"Aku tadi naik bus, tapi kayaknya gak perlu deh, rumahku dekat daerah sini koq. Jadi kamu gak usah repot-repot, nganterin aku. Aku gak kenapa-kenapa," tolak Nadia secara halus.

"Okey, kalau memang mau mu gitu, aku gak akan memaksa. Besok-besok kalau aku mau makan diluar lagi, kamu tentu ada waktu dong buat nemenin aku, kayak hari ini? hehe ..." candaan Ricky kepada Nadia.

"Yeeeee, aku hari ini mau nemenin kamu makan karena syarat yang kamu ajukan tadi. Demi buku novel. Sekarang, mana buku novel tadi? aku kan udah ngelakuin syarat mu itu," kata Nadia sambil menyodorkan tangannya kepada Ricky, meminta buku itu kembali.

"Hai nona maniiiiis, aku gak akan mengingkari janji aku tadi, cumaaaan ... karena buku ini sudah terlanjur aku bayar, jadiii ... alangkah baiknya aku baca terlebih dahulu ya, baru akan aku berikan kepadamu nanti, kalau sudah selesai," sambil berdiri dan meletakkan uang diatas meja, Ricky segera melarikan diri keluar dari cafe tersebut, meninggalkan Nadia yang masih terperanga, melihat kejadian hari ini.

Nadia yang masih kaget, karena Ricky berusaha mengingkari janjinya tadi. Sangat kesal sekali.

Dia berusaha mengejar Ricky keluar cafe, tapi sayang tidak bisa terkejar, karena situasi dijalan yang ramai, padat, banyak orang berlalu lalang, dan Ricky pun sudah pergi mengendarai mobil yang ia gunakan tadi.

"Awaas ya, kamu Ricky! tunggu saja besuk disekolah! iiiiiiiiih ... gemes ... gemeeeeesh!" ucap Nadia, dengan begitu kesalnya.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!