NovelToon NovelToon

Setelah Talak Tiga

Cerai

Malam ini, dunia Mila seakan runtuh. Sejak pulang dari dinasnya, Mas Ibra suami yang paling dia cintai meminta perceraian dari dirinya, karena ingin kembali lagi merajut asa dengan mantan kekasihnya.

"Mila, aku tahu ini sangat berat untukmu, tapi aku tidak bisa terus-terusan membohongi perasaanku. Sebenarnya sedari dulu aku tidak pernah mencintaimu," ucap Ibra saat dirinya tanpa tahu malu mengatakan dengan berterus terang terkait dirinya yang tidak pernah mencintai mila, istri yang selama ini telah menemani hidupnya selama delapan tahun pernikahan yang mereka jalani.

Mendengar ucapan Ibra, membuat hidup Mila seakan runtuh seketika. Padahal yang Mila tahu, selama ini mereka tidak pernah terlibat perdebatan atau cekcok sedikit pun.

Mila tahu, pernikahan mereka memang didasari atas perjodohan dengan orang tua masing-masing. Namun, Mila heran kenapa selama delapan tahun pernikahannya yang terasa baik-baik saja. Malah Ibra, suaminya mengungkapkan sebuah kalimat yang sangat menohok hatinya yaitu kalimat keramat yang membuat hati Mila sakit seketika.

"Jadi Mas, selama kita menikah dan selama momen manis yang pernah kita jalani, apakah tidak ada terbesit sedikit pun namaku di hatimu Mas," ucap Mila dengan sendu. Bahkan, sampai tak terasa kalau air matanya telah menggenangi seluruh kelopak matanya.

"Maaf Mila, tapi sedikit pun namamu memang tidak ada di hatiku ini, Mas sebenarnya sudah berusaha mencoba mencintai kamu, namun tetap saja Mas tidak bisa untuk mencintai kamu." Balas Ibra yang membuat Mila langsung terduduk di lantai.

"Baiklah, karena Mas sudah jujur dengan Mila, sekarang Mila akan menyerahkan semua terkait apa keputusan selanjutnya yang akan Mas ambil," sahut Mila dengan menarik napas panjangnya, untuk menetralkan getaran di jantungnya.

Mendengar perkataan Mila, membuat Ibra secara langsung tanpa sadar tersenyum lebar. Bahkan senyuman Ibra terlihat tampak jelas di kedua bola mata Mila.

"Mila, karena kamu menyerahkan semua keputusan ini kepadaku, maka aku langsung saja ingin menyatakan secara langsung bahwa Mila Rahmawati, aku menalak kamu dengan talak tiga dan aku haram kan kamu menyentuhku seujung kuku!" seru Ibra dengan lantang dan jelas, bahkan sampai jelasnya membuat Mila yang mendengarkan perkataan Ibra langsung membulatkan matanya dengan lebar.

Setelah melantunkan kalimat-kalimat terlarang itu, Ibra langsung pergi meninggalkan Mila begitu saja di ruang tamu.

"Siska, akhirnya kita akan bersatu lagi dalam bahtera rumah tangga," batin Ibra yang kemudian bergegas pergi dari rumah yang dia tempati bersama Mila dan anak-anaknya, menggunakan mobil pribadinya.

Kembali dengan Mila yang masih berada di ruang tamu, sekarang yang bisa dia lakukan hanyalah menangisi perjalanan rumah tangganya bersama dengan Ibra.

Mila tidak menyangka, setelah kembali dari perjalanan dinas kerjanya, Mila mendapatkan kejutan dari sang suami. Padahal, sebenarnya Mila ingin mengejutkan sang suami kalau kepulangan dari kerja dinasnya dipercepat, namun malah Mila sendiri yang mendapatkan kejutan yang mungkin tidak pernah dia lupakan, yaitu kejutan berupa perceraian yang dilayangkan oleh Ibra.

Kilas balik.

Hari ini, tepat kepulangan Mila dari perjalanan dinasnya di Kalimantan. Dengan membawa berbagai oleh-oleh untuk kedua anaknya yaitu Andrew dan Syifa, serta suaminya yaitu Ibra, membuat Mila senyum-senyum sendiri. Sebab kepulangannya kali ini dipercepat satu hari dari sebelumnya yang dijadwalkan keesokan harinya.

"Akhirnya hari ini aku pulang juga, pasti setelah melihat kepulangan aku yang mendadak ini, membuat kedua anakku serta Mas Ibra senang, karena aku telah meninggalkan mereka seminggu lebih," ucap Mila sambil melihat oleh-oleh yang dia bawa.

Setelah tiga jam, akhirnya Mila telah sampai di area bandara tujuannya pulang, yaitu Bandara Soekarno-Hatta, karena pemukiman Mila saat ini berada di tengah-tengah kota metropolitan.

Setelah pesawat yang membawa Mila mendarat, selanjutnya Mila langsung bergegas menuju rumahnya untuk membuat kejutan kecil yang telah dia siapkan.

Perlahan-lahan, Mila mulai melangkah kecil dan pelan-pelan Mila membuka pintu utama rumahnya.

Saat Mila telah membuka pintu utama rumahnya, tiba-tiba Mila dikejutkan dengan keberadaan suaminya yang sepertinya telah menunggu kehadiran Mila di ruang tamu.

"Mas Ibra kok tahu ya, kalau aku mau pulang," batin Mila yang sedikit heran dengan suaminya, karena seolah-olah Ibra seperti sedang menunggu kedatangan Mila dan di ruang inilah, Mila mendapatkan kejutan tak terduga dari suaminya.

Selesai kilas balik.

Setelah puas Mila menangisi nasibnya, saatnya Mila mulai membersihkan diri dan hendak beristirahat untuk menghilangkan beban yang saat ini tengah menggerayangi pikirannya.

Saat Mila hendak tidur di ranjang milik anak-anaknya, tiba-tiba saja Mila mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dia kenal.

Satu, dua bahkan sampai tiga kali, Mila tidak mengangkat teleponnya. Namun, saat panggilan selanjutnya, dengan malas Mila mencoba mengangkat teleponnya.

"Halo ini siapa ya, kok malam-malam menelepon saya," ucap Mila yang tanpa aba-aba langsung ke inti masalahnya yaitu menanyakan tujuan si penelepon.

"Maaf, apa benar ini dengan Ibu Mila?" tanya si penelepon.

"Benar ini saya, memangnya ada apa ya malam-malam Anda menelepon saya," balas Mila dengan sedikit ketus, karena perasaannya malam ini masih sangat buruk, akibat perceraian yang menimpanya.

"Syukurlah, jika ini benar dengan Ibu Mila, jadi seperti ini Bu, kami dari pihak kepolisian ingin mengatakan berita yang mungkin saja berita buruk, karena suami Anda yang bernama Ibra mengalami kecelakaan tunggal," jelas polisi yang membuat Mila terkejut.

Entah kenapa, malam ini Mila mendapatkan kejutan-kejutan yang tak terduga. Mulai dari perceraiannya dengan Ibra, sampai dengan kecelakaan yang menimpa Ibra, mantan suaminya yang baru sah bercerai darinya beberapa jam lalu.

"Ya Tuhan, semoga Mas Ibra baik-baik saja," ucap Mila pelan karena dirinya tidak mau berbicara keras yang membuat kedua anaknya terbangun.

Setelah Mila memutuskan panggilan dari polisi, segera Mila pergi menuju ke rumah sakit, tempat Ibra dirawat.

Tanpa persiapan apa pun, Mila langsung bergegas pergi menuju ke rumah sakit dengan menggunakan mobil mini yang selalu Mila pakai selama bekerja.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Mila tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Ibra. Walaupun Ibra telah membuat hatinya hancur, namun Mila tetap saja merasa iba atas berita kecelakaan yang menimpa mantan suaminya.

Sesampai di rumah sakit, Mila langsung buru-buru menuju meja resepsionis untuk menanyakan ruangan mana tempat Ibra dirawat.

"Permisi Suster, kalau boleh tahu pasien atas nama Ibra Perkasa ada di ruang mana ya?" tanya Mila dengan gelisah.

"Oh, atas nama Bapak Ibra Perkasa, beliau dirawat di unit gawat darurat di lantai dua Bu, bahkan pasien baru saja dirawat di dalam ruangan itu," ucap suster penjaga rumah sakit tempat Ibra dirawat.

Setelah Mila mengetahui pasti tempat Ibra dirawat, Mila lalu buru-buru pergi menuju ke ruangan yang dikatakan oleh suster.

Kecelakaan

Kilas balik.

Setelah Ibra mengatakan perkataan yang sangat menyakiti hati Mila, Ibra lalu pergi begitu saja meninggalkan Mila untuk menemui Siska di apartemennya.

Dengan melajukan mobil dalam kecepatan tinggi, Ibra seperti tidak sabar untuk mengatakan kepada Siska, kalau dirinya baru saja bercerai dengan istrinya.

"Akhirnya kita akan bersama Siska, aku sudah tidak sabar untuk segera menikahi mu," batin Ibra yang tanpa sadar, dari arah berlawanan ada sebuah truk yang tiba-tiba saja mengarah kepadanya, sehingga mau tidak mau Ibra membanting setir ke arah lain dan alhasil, kecelakaan pun tidak terelakan.

Dengan kesadaran yang masih ada, Ibra mencoba menelepon ke nomor Siska untuk meminta tolong. Namun, baru saja selesai menekan nomornya, Ibra sudah langsung tidak tersadar dengan posisi terduduk di bangku mobilnya.

Selesai kilas balik.

Saat ini, Mila sudah berada di dalam ruangan tempat Ibra di rawat. Dapat Mila lihat sendiri, dimana kondisi mantan suaminya yang tampak sangat mengenaskan dengan perban di kepala dan juga di kakinya.

Pada saat Mila hendak menyentuh Ibra, kembali Mila teringat akan perkataan Ibra tentang dirinya yang dilarang menyentuh Ibra, walau seujung kuku. Sehingga membuat Mila mengurungkan kembali tangannya, saat hendak menyentuh Ibra.

"Mas, melihat kondisi kamu saat ini, membuat aku sangat sedih sekali, namun aku yakin semua ini adalah balasan dari Tuhan karena kamu sudah berbuat hal yang sangat buruk dengan aku," batin Mila dalam hati.

Malam ini, suasana di rumah sakit tampak begitu pilu, apa lagi hati Mila yang masih teringat akan perceraiannya. Tepat usia pernikahan mereka yang ke delapan tahun, Mila diceraikan begitu saja dan sekarang Mila kembali sakit, saat melihat Ibra dengan kondisi yang sangat mengenaskan dirawat di rumah sakit ini.

Keesokan paginya, Mila meminta suster yang merawat mantan suaminya untuk segera memberikan obat.

"Suster, jangan lupa ya pagi ini Mas Ibra harus minum obatnya," ucap Mila yang membuat suster tersebut merasa heran, sebab untuk memberikan obat kepada pasien, tentu bisa dilakukan siapa pun, tanpa harus dia melakukannya.

"Kalau untuk memberikan obat kepada pasien, bisa siapa saja yang melakukannya Bu, kan tidak harus menunggu saya," jawab suster tersebut dengan jelas memberikan pengertian kepada Mila. Namun, Mila sendiri yang mendengarkan penjelasan si suster hanya menggelengkan kepala saja.

"Maaf, tapi saya tidak bisa suster, karena saya sudah berjanji untuk tidak menyentuh Mas Ibra," jelas Mila dengan sedikit tersenyum yang membuat suster tersebut merasa heran, karena ada keluarga pasien yang tidak mau merawat pasien, walau sekedar untuk memberikan obat kepada pasien. Sehingga mau tidak mau, suster tersebut yang memberikan obat untuk Ibra.

Setelah selesai mengurus Ibra, si suster pamit kepada Mila dan setelahnya keluar dari ruangan Ibra. Sedangkan untuk Mila sendiri, kembali duduk di dekat ranjang milik Ibra, sembari menatap Ibra dengan sendu.

"Mas, mungkin setelah kamu sadar, aku harus pergi dari sisimu dengan membawa anak-anak kita, karena aku tahu kalau rumah yang aku tempati saat ini, pasti akan kamu hadiah kan kepada wanita yang bernama Siska, jadi mau tidak mau aku yang harus keluar dari rumah itu," ujar Mila pelan.

Tanpa Mila sadari, kalau sebenarnya Ibra sudah tersadar dari sakitnya. Sehingga setiap ucapan Mila, dapat didengar baik oleh Ibra.

Air mata yang keluar dari sudut mata Ibra mengalir begitu deras, saat dirinya mendengar setiap untaian kata dari Mila.

Sadar akan kesalahannya, membuat Ibra seakan mencoba untuk menjawab perkataan dari Mila, kalau mantan istrinya itu tidak boleh pergi kemana pun dan harus tetap berada di rumahnya.

Mila yang tidak sadar kalau Ibra saat ini sudah sadar, hanya duduk termenung begitu saja. Sehingga membuat Ibra mencoba terulur menggerakkan tangannya untuk menyentuh tangan Mila.

"Deg," jantung Mila berdenyut kencang saat ada sebuah tangan yang menyentuhnya. Saat Mila melihat arah tangan itu, Mila terkejut bercampur rasa senang karena akhirnya Ibra, mantan suaminya sudah sadar.

Kembali mengingat perkataan Ibra yang tidak boleh menyentuhnya seujung kuku, membuat Mila buru-buru melepaskan tangan Ibra darinya.

Sementara Ibra yang melihat tangannya dilepas begitu saja oleh Mila, langsung terperangah, apa lagi seolah-olah Mila enggan untuk disentuhnya. Membuat sesuatu yang ada di dalam tubuh Ibra berdenyut sangat sakit.

"Akhirnya Mas sudah sadar juga, kalau begitu Mila panggil kan dokter ya, untuk mengecek kondisi Mas Ibra," ucap Mila yang setelahnya keluar dari ruang rawat Ibra.

Ibra yang melihat kesigapan Mila, hanya terdiam saja. Entah kenapa, setelah kondisinya terpuruk seperti ini, orang yang pertama kali yang menolongnya adalah Mila, mantan istri yang dia ceraikan dengan begitu kejam, bahkan tanpa malunya saat malam itu, dirinya langsung berkata kalau dia tidak mencintai Mila dan wanita yang dia cintai hanyalah Siska yang nyatanya saat ini malah tidak ada di saat dirinya dirawat.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Mila kembali dengan membawa seorang dokter yang langsung memeriksa kondisi kesehatan Ibra. Dapat Ibra lihat, sedari tadi Mila memperhatikan dokter tersebut yang memeriksa kondisinya.

Setelah selesai pemeriksaan, Mila buru-buru menghampiri sang dokter dan langsung menanyakan kondisi Ibra.

"Bagaimana Dokter, terkait kondisi Mas Ibra?" tanya Mila.

"Untuk kondisi pasien, saat ini sudah membaik, bahkan besoknya juga pasien sudah bisa kembali pulang ke rumah," jelas dokter yang membuat Mila mengembangkan senyuman dan tak lupa untuk mengucapkan rasa syukurnya.

Setelah dokter itu keluar, Mila beralih menatap ke arah ranjang Ibra.

"Mas, mungkin setelah besok kamu sudah pulang, aku izin ya untuk membawa anak kita untuk tinggal bersamaku," imbuh Mila yang membuat Ibra mengerutkan keningnya. Sebab ucapan Mila seolah-olah hendak bepergian jauh atau pun hendak meninggalkan rumah yang saat ini masih mereka tempati.

"Ha, kenapa mau membawa anak kita, kan kita bisa tinggal satu rumah Mila," jawab Ibra yang mendapatkan gelengan dari Mila.

"Maaf Mas, tapi sepertinya kita tidak bisa tinggal bersama, karena Mas sudah menceraikan Mila, apa lagi Mas sudah menjatuhkan talak tiga, sehingga sekarang ini kita bukan mahram lagi Mas," jelas Mila yang membuat Ibra membeku seketika.

Sekarang Ibra baru ingat, kalau dirinya tanpa sadar sudah menceraikan Mila dengan menalak Mila dengan talak tiga.

Saat ini, rasanya jantung Ibra telah tertusuk dengan belati yang sangat tajam, sehingga rasa sakitnya sampai menggerogoti dirinya sendiri.

Menyesal, sudah pasti dirasakan oleh Ibra, apa lagi saat ini Mila sudah haram untuk dia sentuh. Sehingga mau tidak mau yang harus Ibra lakukan adalah mengikhlaskan kepergian Mila dari rumahnya sendiri. Rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan pernikahan dirinya dengan Mila selama delapan tahun lamanya.

Tidak Dihiraukan

Keesokan harinya, Ibra sudah bisa pulang ke rumahnya. Dengan dibantu oleh Mila, perlahan-lahan Ibra menduduki kursi roda yang saat ini akan menemaninya selama masa penyembuhan kakinya.

"Sebentar ya Mas, biar Mila bantu untuk Mas duduk di kursi roda ini," ucap Mila yang memanggil dua orang perawat untuk membantu mantan suaminya.

Memang benar, bantuan Mila hanya berupa memanggil dua perawat saja, sebab untuk dirinya sendiri tidak mungkin membantu Ibra secara langsung karena dirinya diharamkan untuk menyentuh Ibra.

Setelah Ibra duduk di kursi roda dengan posisi nyaman, barulah Mila mendorong kursi roda itu keluar dari rumah sakit.

Sepanjang perjalanan dari lorong rumah sakit, dapat Ibra rasakan kalau Mila sedikit kesusahan saat mendorong kursi rodanya. Ibra tahu kalau bobot badannya dengan sang mantan istri terbilang cukup jauh, sehingga dirinya mengerti kalau Mila saat ini sedang bersusah payah mendorong kursi rodanya. Walaupun tanpa kata yang keluar dari mulut Mila, saat dirinya tengah kesusahan mendorong kursi roda yang di duduki oleh Ibra.

"Maafkan aku ya Mila yang selalu menyusahkan kamu, karena aku membuat kamu kesusahan mendorong kursi roda ini," ucap Ibra dengan pelan dan dengan kepala yang menunduk.

"Tidak apa-apa Mas, kamu tidak menyusahkan kok, jangan pernah mengatakan hal itu lagi ya, sekarang yang paling penting Mas sudah sembuh," jawab Mila dengan santai sehingga membuat Ibra kagum akan mantan istrinya itu.

Setelah sampai di bawah lantai satu rumah sakit, Ibra lalu duduk di mobil milik Mila dengan dibantu oleh satpam penjaga rumah sakit dan setelahnya, Mila lalu mulai mengendarai mobilnya.

Sepanjang perjalanan arah pulang, tidak ada percakapan satu pun yang keluar dari kedua mulut Ibra dan Mila. Dapat dilihat, saat ini Mila tengah fokus mengendarai mobilnya, sementara Ibra hanya menatap Mila dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

"Eh anu, apa bisa kita berhenti sebentar di toko depan sana?" tanya Ibra.

"Mau ke toko yang mana ya Mas, kan di depan sana hanya ada toko mainan saja," ucap Mila, namun fokus matanya masih mengarah ke jalan.

"Iya, Mas mau kita berhenti sebentar di toko itu untuk membeli mainan untuk anak kita," jawab Ibra yang membuat Mila terperangah, karena selama dirinya menikah dengan Ibra, tidak sedikit pun Ibra pernah memberikan sesuatu benda atau barang untuk anak-anaknya, dan sekarang entah setan mana yang merasuki dirinya, tiba-tiba saja Ibra memintanya untuk berhenti sejenak, hanya karena untuk mampir ke toko mainan untuk membelikan mainan anak-anaknya.

Setelah berhenti tepat di depan toko yang ditunjuk Ibra, dengan segera Mila meminta petugas yang ada di toko itu untuk membantunya mengangkat Ibra ke kursi rodanya. Kemudian setelahnya, barulah Mila mendorong kursi roda Ibra memasuki toko mainan tersebut.

Terlihat di dalam toko itu, banyak sekali aneka ragam mainan yang sangat menyita perhatian Ibra. Jika diingat-ingat, baru kali ini semur hidup Ibra masuk ke dalam toko mainan.

"Mila, kira-kira mainan yang cocok untuk Andrew yang mana ya, soalnya menurut Mas bagus semua mainan ini dan oh iya, Mas lupa kalau untuk boneka, cocok yang mana ya dengan Syifa?" tanya Ibra yang memang sedari dulu tidak tahu selera mainan anaknya.

"Mas, kalau untuk Andrew, belikan saja mainan mobil apa pun, karena dia jika diberikan apa pun, pasti diterima dan jika untuk Syifa, lebih baik belikan kotak pensil saja, karena sedari dulu Syifa menginginkan sebuah kotak pensil," jelas Mila yang memberikan penjelasan kepada Ibra.

Seketika itu juga, Ibra mengangguk dan secepatnya mengambil sebuah mainan mobil yang tampak besar dan juga sebuah kotak pensil berbentuk rumah. Dengan ini, semoga saja anak-anaknya senang akan hadiah darinya.

Selepas membayar semua mainan yang dia beli, sekarang Mila dan Ibra kembali ke dalam mobilnya untuk segera pulang ke rumahnya yang jaraknya tidak cukup jauh dari toko mainan ini.

Baru Lima belas menit, Mila dan Ibra telah kembali pulang ke rumahnya. Saat di depan rumah, kedua anak mereka yaitu Andrew dan Syifa langsung berlari kecil menuju ke arah Mila tanpa melihat ke arah Ibra.

Tentu saja melihat respon anak-anaknya membuah hati Ibra kembali sakit, apa lagi saat ini posisi tangannya terbuka lebar hendak memeluk kedua anaknya.

"Mama, akhirnya pulang juga, Syifa kangen tahu, sudah dua hari ini Mama tidak memeluk Syifa saat tidur," ucap Syifa, bocah perempuan yang baru berusia lima tahun.

"Iya Ma, padahal Andrew kangen bareng Mama untuk bermain-main lagi," timpal Andrew yang membuat Mila tersenyum karena tersentuh mendengar perkataan anak-anaknya.

Namun, lain halnya dengan Ibra yang saat ini, seolah-olah kehadirannya tidak diharapkan oleh kedua anaknya, bahkan Ibra hanya terdiam saja sembari mendengarkan ucapan-ucapan anaknya yang ditujukan kepada Mila.

Sementara itu, Mila yang sadar akan tingkah Ibra, langsung saja memboyong kedua anaknya kehadapan Ibra.

"Nah, sekarang yuk kita ke Ayah, karena hari ini Ayah kalian punya hadiah untuk Andrew dan juga Syifa yang imut ini," goda Mila. Namun, saat Mila hendak membawa kedua anaknya kehadapan Ibra. Membuat Mila tersentak kaget, karena mendengar ucapan anaknya.

"Kenapa kita harus ke Ayah, kalau selama ini kami tidak dianggap, malah kemarin malam kami mendengar ucapan Ayah, kalau Ayah akan menikah dengan wanita yang nantinya akan menjadi mama tiri kami," jelas Andrew yang membuat Mila dan juga Ibra tercengang.

Mereka tidak menyangka, perkataan Andrew yang masih berusia tujuh tahun itu, benar-benar seperti bukan perkataan seorang anak seumuran dengannya.

"Sayang, maafkan Ayah ya, Ayah janji enggak akan menikah dengan wanita lain, karena sekarang juga wanita satu-satunya yang menjadi Mama kalian hanyalah Mama Mila," imbuh Ibra pelan, mencoba menjelaskan kepada Andrew terkait dirinya yang tidak jadi menikah dengan Siska.

"Oh iya, tapi Andrew tahu kalau itu hanya kalimat lelucon Ayah saja, sebab Andrew mendengar kalau Ayah menalak Mama dengan talak tiga, sehingga tidak mungkin kan Ayah bisa kembali lagi dengan Mama," jawab Andrew yang membuat Ibra menunduk seketika.

Benar apa kata anaknya, kalau dirinya memang tidak mungkin bisa kembali lagi dengan Mila, apa lagi dirinya sudah mengatakan talak tiga langsung dihadapan Mila.

Melihat suasana yang sudah tidak kondusif, membuat Mila dengan cepat, mengarahkan pembicaraan mereka ke arah yang lain.

"Sudah yuk, sekarang kita masuk dan untuk Andrew serta Syifa, kalian bawa ya mainan yang dibelikan oleh Ayah, ingat barang yang sudah dibeli harus kalian pakai ya," ucap Mila memberikan pengertian kepada Andrew dan juga Syifa, sehingga membuat keduanya mau tidak mau hanya bisa menganggukkan kepala saja, menerima pemberian dari Ayah mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!