NovelToon NovelToon

My Secretary is My wife

Tawaran

Disebuah ruangan Kantor seorang pria tengah duduk bersandar dan berpikir. Hatinya gelisah, Ibunya akan menjodohkan dirinya dengan wanita yang tidak dia sukai, wanita yang dia kenal baik, tapi tak layak untuk menjadi isterinya.

Ingin sekali dia berterus terang tentang gadis itu, tapi dia yakin ibunya tidak percaya karena wanita itu merupakan wanita yang kelihatan sempurna dimata dunia. Cantik, terkenal, apalagi dia merupakan Puteri salah satu pejabat di negara ini, bagaimana ibunya menolak.

Apalagi Dimas terkenal sebagai seorang playboy yang selalu bergonta-ganti pacar. Jadi ketika dia mengatakan dirinya memiliki seorang kekasih ibunya hanya mentertawakan nya.

Dimas tengah memikirkan cara agar ibunya membatalkan perjodohan tersebut. Terganggu dengan suara ketykan di pintu ruangannya,

"Masuk"

Seorant gadis manis berambut panjang dan berpakaian sopan masuk ke dalam ruangannya, gadis itu adalah Nala Ratih sekretaris batunya.

"maaf Pak, saya cuma mengingatkan lima belas menit lagi kita rapat."

"Heh, oh iya saya tahu."

"Baik, saya permisi Pak,"

"Tunggu, apa kamu sudah punya pacar?"

"Hah! Nala terkejut, namun dia memutuskan untuk tidak menjawab, "Saya permisi Pak," setelah itu pintu tertutup.

Tiba-tiba senyum terbit di bibir Dimas, "Hahaha, aku rasa aku sudah menemukan jawabannya, dan dia bisa membantu ku, bukankah Papa sangat mempercayai nya, dengan menjadikan dirinya pacar bohongan ku, aku yakin Mama tidak akan menjodohkan ku lagi."

"Kamu hebat Dimas" ucapnya memuji dirinya sendiri.

"Nala..." panggil Dimas pada sekretaris nya.

Nala yang di panggil pun segera beranjak dari kursinya dan masuk ke dalam ruangan Dimas.

"Ya Pak,"

"Apa besok kamu ada waktu?"

"Waktu apa maksudnya pak?"

"Besok kamu temani saya pulang kerumah."

"Ke rumah Bapak, mau ngapaian Pak?" tanya gadis itu waspada, dia tau betul sepak terjang bosnya itu.

"Untuk bertemu dengan kedua orangtua saya apalagi?" dengus Dimas. tak suka dengan tuduhan Nala.

"Maaf pak, tapi saya bingung untuk apa saya menemani Bapak menemui orangtua Bapak,"

"Kamu akan menjadi pacar bohongan saya?"

"Apa?"

"Enggak usah sok panik, kamu suka, bukan?"

"Maaf Pak saya menolak," sahut gadis itu dengan tegas

"Aku tidak terima penolakan,"

"Tapi Pak?"

""Tugasmu mudah, hanya meyakinkan orang tua ku jika kita sepasang kekasih, itu saja,"

"Saya tetap tidak mau!"

"Kamu harus mau, atau... saya pecat, Lagipula kamu bukan beneran jadi pacar saya, hanya pura-pura.

"Benar cuma pura-pura?"

"Iya, hanya untuk meyakinkan Mama jika saya punya pacar, dan Mama membatalkan perjodohan nya ,simpel bukan"

"Iya," sahut gadis itu mengangguk patuh.

"Tapi Bapak harus janji, hanya kali ini saja, Saya merasa berdosa jika membohongi orangtua, saya takut Pak,"

"Tentu saja, apa kamu pikir saya mau jadi pacar kamu?" ejek Dimas dengan tatapan remeh

"Saya juga ogah kali Pak!" sahut Nala tak kalah ketus

"Yang terpenting Mama membatalkan niatnya menjodohkan saya dengan gadis itu, tenang saja saya akan memberikan bonus untuk tugas tambahan ini" seru Dimas tak mau kalah.

"Oh, jadi Bapak mau dijodohkan! kasihan banget sih," ejek Nala

"emangnya Bapak enggak punya pacar?"

"Itu bukan urusan Mu!" bentak pria itu tak suka, dia mencekal tangan sekretaris nya yang selalu saja membuatnya marah dan kesal.

"Asal kamu tau, jika saya mau banyak gadis yang dengan suka rela menjadi kekasih saya,"

"Ya sudah, Bapak pilih aja mereka, kenapa harus saya?"

"Sudah sana, aku tak perlu menjawab pertanyaan bodoh mu itu, kamu bisa keluar sekarang."

Nala terpaksa menekan egonya dan menahan kekesalannya pada Dimas, bos tetaplah bos yang selalu saja benar.

"Huh!" dasar bos sinting," seru Nala setelah keluar dari ruangan Dimas.

Dimas menarik napas panjang, bicara dengan Nala selalu membuatnya darah tinggi, gadis itu selalu saja membantahnya, Namun dia tidak memiliki wewenang untuk memecat, karena Nala Ratih adalah sektretaris pilihan Papa nya.

Nala Ratih adalah gadis cantik berusia Dua pulau dua tahun. Dia pintar, cantik, dan cekatan. Dia usianya yang masih muda dia sudah menjadi sekretaris senior kepercayaan Pak Aditya Dirgantara ,orangtua Dimas.

Nala sangat sederhana, dia sengaja menutupi kecantikannya dengan menggunakan kacamata tebal, dan pakaian yang tertutup. Dan dia juga tidak berdandan seperti sekretaris pada umumnya, yang berpakaian seksi. Hal itu yang membuat Pak Aditya menyukainya.

Dimas Aditya Nugraha, Pria muda nan mapan. Di usianya yang menginjak dua puluh enam tahun, pria itu tak kunjung menikah, bahkan selalu tampil dengan gadis yang berbeda di setiap kesempatan.

Dia terkenal playboy, karena dalam sebulan bisa berganti pacar sebanyak tiga kali. Baginya tidak ada perempuan yang tulus, mereka hanya mencintai uangnya saja. Hal itu yang membuat ibunya resah dan berniat mencarikan istri untuknya.

**

Nala duduk termenung di kursinya, dia kembali memikirkan ucapan bosnya itu, berpura-pura menjadi kekasih Dimas bukanlah hal yang mudah, Apalagi jika harus meyakinkan kedua orang tuanya.

"Bagaimana ini? apa aku tolak saja,"

"Aku tidak mungkin membohongi Pak Aditya, beliau orang baik, tapi... aku yakin bonus yang di berikan lumayan, dan akan sangat membantuku, bagaimana ini?'

"Nala..." lagi pria itu memanggilnya dan gadis itu segera beranjak menemuinya, "Ya pak."

"Jam berapa meeting nya?"

"Sepuluh menit lagi Pak,"

Dimas berdiri dan berjalan keluar diikuti oleh Nala di belakang, kemudian pria itu berbalik,

"Besok kamu tidak boleh menggunakan pakaianmu itu?" ucap Dimas menatap gadis itu dari ujung kaki ke ujung kepala.

"Kenapa, Pak?"

"Ya, enggak pantaslah dengan penampilan saya,"

"Dih sok ganteng," ucap Nala pelan tapi masih bisa di dengar Dimas.

"Saya memang ganteng, apa kau lupa," balas Dimas, kemudian dia melangkah, berjalan lebih dulu diikuti oleh Nala dibelakang nya.

"Pak, anda mau kemana?" tanya Nala heran karena Dimas melewati ruang rapat.

"Aku, tentu saja keluar, bukankah kita mau meeting dengan Adijaya group?" sahut Dimas dengan wajah tak suka

"Maaf Pak, tapi kita meetingnya disini," gadis itu mengingatkan sambil tersenyum tipis

"Oh ya, kenapa kamu tidak mengatakan sejak tadi," sahut Dimas salting.

"Tadi pagi bukankah sudah saya katakan,"

Ponsel Dimas berdering saat dia ingin membantah ucapan Nala. Dengan tangannya dia mengusir Nala pergi, gadis itu pun segera berlalu dan masuk ke dalam ruang rapat.

Nala menghembuskan napas lega hari ini akan berlalu sama seperti kemarin. "Huh, capeknya" ucap Nala mengusap dahinya padahal tidak berkeringat.

"Lo kenapa?" tanya sisil yang juga sekretaris Dimas.

"Biasa,"

"Lo enggak capek apa, berantem terus sama bos?"

"Capek sih, tapi dia itu nyebelin banget, ya aku lawan aja."

"Gila, lo ngelawan bos, apa lo udah siap untuk di pecat?"

"Gue enggak takut, lagian gue itu sekretaris nya pak Aditya, dan tugas gue buat ngajarin tuh bos Playboy, kalau dia udah bagus kerjanya, gue pasti balik ke kantor pusat."

"Oh ya, bahan untuk meeting udah siap?" tanya Nala mengalihkan pembicaraan

"Sudah, nih,"

"Baguslah, thanks ya..."

"Sama-sama."

Mereka berdua masuk ke dalam ruang rapat.

**

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, semua karyawan sudah pulang.

Dimas juga bersiap untuk pulang, pria itu terpaksa lembur karena banyak berkas yang harus dia tandatangani.

Dimas keluar dari kantor dan segera berjalan menuju mobilnya.

Tak jauh dari tempatnya parkir, Dimas melihat tiga orang pria sedang berdebat dengan seorang wanita, dia menoleh sekilas namun langkahnya terhenti saat mengenali salah seorang diantaranya, yaitu Nala.

Awalnya Dimas tak ambil pusing dan masuk ke dalam mobil, namun pria itu tertegun, "Apa yang akan dilakukan para pria itu pada gadis bodoh itu? bagaimana jika mereka malah melecehkan nya."batin Dimas

Hati nuraninya mengatakan jika dia harus menolong Nala, dan Dimas pun turun dari mobilnya, berjalan balik menuju gadis itu, benar dugaannya mereka sedang berdebat tak hanya itu mereka juga berkelahi.

"Woy, apa yang kalian lakukan?" tanya Dimas mendekat

"Siapa lo, ikut campur urusan kita," sahut salah seorang preman,

"Cemen lo, beraninya main keroyok, sama cewek lagi, sini lawan gue"

"Sialan, rasakan ini!" Dimas mendekat dan siap untuk berkelahi, gadis itu juga tidak tinggal diam, dia ikut berkelahi dengan preman tersebut, hingga akhirnya mereka berhasil mengalahkannya dan membuat para preman itu pergi.

"Lo enggak apa-apa?" tanya Nala melirik wajah Dimas yang lebam, beberapa kali dia mendapat pukulan dari salah seorang preman yang lumayan besar dan jago berkelahi.

"Gue enggak apa-apa," sahut Dimas menepis tangan gadis itu dan membersihkan debu yang melekat di dirinya.

"Lain kali, jangan berurusan dengan mereka, memangnya apa yang kamu lakukan, hingga kamu sampai berurusan dengan para preman itu?"

"Bukan urusanmu, terimakasih untuk pertolongannya," sahut Nala dan dengan cepat gadis itu berlalu.

"Sudah ditolong, eh malah pergi dasar tak tau berterima kasih. Tapi aku penasaran apa yang membuatnya berurusan dengan para preman pasar itu," ucap Dimas menyeka sudut bibirnya yang pecah dan berdarah.

Nala berlari dan mencari ojek, dia ingin segera pulang kerumah dan menemui ibunya.

Sesampainya di rumah, gadis itu masuk dan mendapati ibunya terbaring lemah dengan rumah yang sangat berantakan.

"Ibu..ibu..." panggilnya membuat wanita yang tengah terbaring lemah itu membuka matanya.

"Nala....nala..."

"Ini Nala bu, ibu enggak apa-apa kan?"

"Ibu baik nak, bagaimana denganmu?"

"Alhamdulillah Nala baik bu, apa mereka melukai ibu?"

"Tidak nak, mereka tidak melukai ibu, mereka hanya marah dan menghancurkan isi rumah ini, mereka bilang kita harus segera keluar dari sini."

"Nala akan segera mencari uangnya bu, dan kita akan tetap tinggal dirumah ini.,"

"Tidak nak, sebaiknya besok kita pergi saja, ibu takut mereka akan mencelakaimu,"

Nala membantu ibunya duduk, dan membersihkan seluruh ruangan yang kotor. Setelah itu dia duduk dan berpikir,

Hutang yang ditinggalkan ayahnya sangat banyak, meskipun dia sudah mencicilnya tetap saja hutang tersebut belum berkurang karena bunganya yang sangat tinggi.

Gadis itu menghembuskan napas berat, "lima puluh juta, kemana aku harus mencarinya?"

Setuju

Sepanjang malam Nala memikirkan jalan keluar untuk masalahnya, tapi tetap saja dia tidak menemukannya, buntu. Darimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? batinnya bingung,

"Besok mereka pasti akan datang lagi, apa yang harus aku lakukan? tak mungkin aku berhutang di kantor! kalau pun boleh pasti tidak sebanyak itu, bagiamana ini?"

Hingga larut malam dia berpikir tanpa menemukan solusinya, sampai akhirnya Nala tertidur karena kelelahan.

Keesokan harinya gadis itu berangkat kerja dan meninggalkan ibunya sendiri dirumah.

Nala memilih naik Go-Jek agar cepat sampai di kantornya.

Sebagai seorang sekretaris Nala harus mempersiapkan semua dan memastikan jika ruangan si boss bersih, rapi dan wangi.

Nala gadis yang cekatan, pekerjaan bagus dan Pak Aditya sangat menyukainya.

Jam tujuh kurang lima belas menit Nala sampai, dan langsung masuk keruangan nya. Dia menyiapkan kopi, merapikan berkas dan juga mengecek jadwal Dimas untuk hari ini.

"Rajin amat," goda Sisil saat dia tiba di ruangan mereka. Sisil dan Nala adalah sekretaris Dimas, tapi pekerjaan mereka berbeda. Dimas sering membawa Nala, dan gadis itu harus menyiapkan semua kebutuhan nya.

"Masih pagi, sil. Jangan mulai deh,"

"Iya, iya, sorry..." ucap Sisil mengatupkan tangannya di dada.

"Ini laporan yang diminta Bapak, dan ini beberapa laporan yang harus di tandatangani,"

"Ok, makasih," Nala menerimanya dan meletakkannya diatas meja kerja Dimas.

"Oh ya, proyek kerjasama kemaren mana?"

"ini masih aku kerjakan, dua jam lagi aku antar."seru sisil

"Ok,"

Kedua gadis itu pun memulai aktivitas mereka.

Tepat jam delapan pagi pria itu tiba di kantor, Dia berjalan masuk ke dalam ruangannya dan mulai bekerja.

Nala dan Sisil menyambut hormat kedatangannya.

Nala sudah menyusun semua berkas sesuai dengan isinya. Dia mulai memeriksa berkas yang di letakkan di depannya dan membubuhkan tanda tangan sebagai persetujuan.

**

"Nala, ke ruangan saya sekarang"

"Siap pak." gadis itu bangkit dan berjalan menemui Dimas.

"Ya Pak,"

"Jangan lupa nanti sore,"

"Iya Pak."

"Oh ya, apa jadwal saya hari ini."

"Tidak banyak pak, siang nanti Ada jadwal memeriksa proyek pembangunan bersama dengan Pak Dedi dan setelah itu ada meeting dengan NT group jam setengah empat,"

"Ok makasih, oh ya kopi saya mana?"

"Sebentar Pak, saya buatkan, tadi sudah saya buat akan tetapi anda belum datang.

"Jadi kemana kopinya?"

"Saya minum pak, daripada mubazir,"

"Kau!!!" geram Dimas

"Masih pagi Pak, jangan marah-marah." sindir Nala

"Hahaha, aku tidak marah, aku hanya mengingatkan mu jika seharusnya kopi ku sudah tersedia sebelum aku memintanya."

"Maaf, besok akan saya siapkan,"

Setelah bicara Nala berbalik dan bersiap kembali ke ruangan nya.

"Oh ya, jangan lupa nanti sore,"

"Siap Pak,"

Nala kembali ke ruangannya dan fokus pada pekerjaan.

Jam makan siang dia menemani Dimas meninjau langsung pembangunan apartemen dan beberapa proyek lainnya.

"Ada lagi jadwal saya setelah ini?" tanya Dimas sambil terus melajukan mobilnya.

"Tidak Pak,"

"Baiklah, berarti kita nggak usah balik ke kantor, kita akan menemui Papa dan Mama."

"Dengan penampilan ku yang seperti ini,?" tanya Nala kaget. Gadis itu sadar betul jika pakaian yang dia pakai kurang pantas untuk datang dan menemui calon mertua palsunya.

"Tentu saja tidak, apa kau ingin mempermalukan aku dengan penampilan jelek mu ini,"

"Sudah tau jelek mengapa tetap memilihku?"

"Sudahlah tak usah berdebat, pokoknya kau harus berhasil meyakinkan Mama."

"Ok,"

Sepanjang jalan gadis itu diam, pikiran nya kembali ke rumah. Dia sangat khawatir jika sampai para preman itu kembali dan menyakiti ibunya. Dimas sesekali melirik tanpa berniat menyapa.

Dan akhirnya mereka sampai di sebuah butik besar dan mewah. Belum sempat gadis itu bertanya, Dimas sudah menyuruhnya untuk turun.

"Turun," ucap Dimas dengan senyum remehnya, "kamu pasti belum pernah ke butik ini kan?"

Nala menatap geram, 'dasar sombong, seenaknya bicara, kalau belum memangnya kenapa? bukan urusannya juga kan? lagian ngapain juga ngajak aku kesini,"

"Ayo masuk," ucap Dimas  membuyarkan lamunan Nala, jujur gadis itu akui tempat ini cukup mewah, dari luarnya saja sudah jelas terlihat, apalagi nanti di dalamnya.

Dimas melangkah masuk ke dalam, Nala berjalan pelan di belakangnya. Karena tidak sabar menunggu dia berbalik dan menarik tangan Nala, membuat sang gadis melirik tapi tak berani komentar apalagi membantah, dia diam dan ikut masuk dengan Dimas.

"Sore, ada yang bisa kami bantu," sapa salah seorang datang dan menyambutnya.

"Kalian make over dia," ucap Dimas tetap dengan gaya angkuh.

Pria itu duduk bersandar dan menyilangkan kakinya diatas.

Nala menoleh tak suka, namun tak berani membalas ucapan Dimas, tatapan mata pria itu mewakili dirinya untuk menekan Nala, agar gadis itu patuh dan mengikuti semua perintahnya.

"Mari ikut saya," seorang pelayan mengajak Nala ke belakang.

"Aku mau dia terlihat berbeda, dan aku mau dia menggunakan gaun terbaik disini," ucap Pria itu lagi dengan gaya angkuhnya.

"Baik Pak, kami akan melakukan yang terbaik." sahut gadis itu dan melangkah masuk, tak lama kemudian dia kembali dengan membawa dua buah gaun yang cantik, satu berwarna kuning gading dengan kerah rendah, dan satu lagi berwarna putih tulang bertangan pendek, tapi terlihat lebih sopan.

'Saya pilih yang ini," tunjuknya pada gaun berwana putih tulang.

Setelah itu pelayan kembali membawa masuk gaun tersebut dan menemui Nala yang sedang dirias. Nala sangat risih dengan segala macam ritual yang dilakukan oleh para periasnya. Mereka tak segan mencukur alisnya hingga rapi, melakukan perawatan dan mulai meng make over dirinya. Rambut panjang Nala yang biasanya dia kuncir keatas, kini dibuat lurus ke bawah dengan memakaikan pita kecil dibagian kiri kepalanya.

Satu jam kemudian gadis itu telah berubah menjadi seorang peri, cantik bahkan sangat cantik. Nala menatap penampilannya didepan kaca dan gadis itu takjub dengan dirinya sendiri. Dia sungguh tak percaya jika seseorang yang terlihat didalam kaca itu adalah dirinya.

"Nona sangat cantik," puji salah seorang perias

"Terima kasih, ini semua berkat kalian," sahut Nala

"Mari Nona saya bantu memakai gaun anda,"

"Tidak, terima kasih saya bisa memakainya sendiri, dimana ruang gantinya?"

"Di sebelah sana, mari saya antar. Biar saya saja yang bawa gaunnya," ucap Pelayan pada Nala.

"Terima kasih,"

Tak sampai lima menit Nala keluar, gaun itu terlihat sangat cocok dengan tubuhnya. terlihat sangat anggun dan pas dengannya. Mereka juga memberikan sepatu dan tas dengan warna senada.

'Ini semua?'' tanya Nala bingung

'Iya, semua dipilih oleh langsung oleh Pak Dimas, anda sungguh beruntung Nona,"

"Oh ya?"

"Benar, semoga acaranya sukses," ucap Pelayan lagi

Nala berjalan pelan keluar dari ruangan tersebut dan menemui Dimas yang sudah menunggunya lebih dari satu jam. Dimas sendiri sampai terbengong melihat kecantikan Nala, dia sungguh tidak menyangka jika gadis yang kini berada di hadapannya itu adalah sekretarisnya yang cupu. Yang selalu dia bilang jelek dan menyebalkan.

Dia sungguh terpesona, sampai Nala berada di depannya pun Dimas tidak mengatakan apa-apa hanya terdiam dan terus menatap Nala tanpa kedip. Yang di tatap sedemikian intens pun menjadi inscure, dia melihat kembali penampilannya, "Apakah ada yang tidak sesuai, mengapa tuannya menatapnya sedemikian rupa,

"Ada yang salah?' tanya Nala dengan tatapan bingung

Dimas tersadar dan dengan cepat dia mampu menguasai keadaan, 'Tidak, kamu sangat cantik, ayo kita pergi," ucap Dimas yang berjalan lebih dulu darinya.

Dimas sengaja berjalan duluan karena dia takut Nala menyadari jika dia terpesona dengan gadis itu, tak hanya itu jantungnya juga berdetak cepat saat berada di samping Nala.

Perjalanan menuju kediaman orangtua Dimas memakan waktu yang lumayan lama, karena mereka sempat terjebak macet. Beberapa kali pria itu menekan kuat klakson mobilnya karena tidak sabar dengan kemacetan yang ada. Nala yang melihat hanya bisa menghela napas, dia tahu betul jika tuannya ini bukan lah orang yang sabar.

Mobil mereka memasuki halaman rumah Dimas. Nala bisa melihat jika itu bukanlah rumah melainkan istana. Bangunan yang cukup megah dan mewah, halaman yang luas dan asri, membuat Nala nyali Nala menjadi ciut.

"Ingat, kau harus berpura-pura menjadi kekasihku, bersikaplah layaknya seorang kekasih,"

"Iya saya tau Pak,"

"Jangan panggil aku Pak, panggil aku hubby."

"Hubby?" ulang Nala meyakinkan ucapan Dimas

"Iya, itu panggilan sayang kamu ke aku, dan aku akan memanggilmu Lala,"

'Kok lala?''

"Itu juga panggilan sayang aku ke kamu. Paham?'

Gadis itu mengangguk paham, dan dia bersiap untuk turun, 'Tunggu" Dimas meraih sesuatu dari dalam saku jasnya, dan tanpa ijin dia mengalungkan tangannya di leher Nala dan memakaikan kalung liontin yang sangat cantik.

"Jika kamu bisa membuat wanita itu pergi dan Mama membatalkan niatnya menikah kan ku dengan gadis itu, aku akan memberikanmu bonus,"

"Ok!!!"

Mereka berdua pun turun dan masuk dengan bergandengan tangan, beberapa kali Nala menatap tangannya yang di genggam oleh Dimas, apalagi jarak mereka cukup dekat. Sebagai wanita biasa, tentu saja Nala merasa gugup, deg-degan, ini kali pertama dia jalan dengan cowok, dan satu lagi mau bertemu calon mertua lagi,

'Ma...Mama..." Panggil Dimas di depan pintu rumah. Tanpa sungkan Dimas merangkul pinggang Nala dan membawanya masuk, Nala terkejut dan melirik Dimas, tapi sepertinya pria itu tidak mengacuhkannya dan dia terus masuk kedalam.

'Dimas?' ucap ibunya terkejut melihat puteranya datang membawa seorang gadis.

'Nala?' ucapnya lagi,

'Ini???" Bu Miska menatap keduanya bergantian, meminta kejelasan dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Malam tan..te"

ucapan Nala terpotong seorang gadis yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

'Siapa tante?" seorang gadis cantik berambut pirang, dengan gaun seksi berjalan mendekat,

'Dimas," serunya bahagia. Dia langsung memeluk Dimas tanpa ijin, membuat Dimas terkejut dan Nala bengong dibuatnya.

'Oh jadi ini gadis yang dia maksud cantik, seksi lagi. Kenapa Dimas menolaknya?

Eh, tapi itu bukan urusan ku, Sudahlah lupakan ini saatnya aku beraksi." Ucapnya dalam hati.

''Apa kabar Dim? aku sangat merindukanmu," ucap gadis manis itu bergelanyut manja di lengan kiri Dimas,

"Ekhm, maaf" ucap Nala menarik Dimas kearahnya, hingga cekalan Rena terlepas. Sontak saja hadis itu marah dan merasa terganggu. Dia menatap sinis Nala,

"Siapa dia?' tanya Rena

Pengakuan

"Siapa dia?" tanya Rena pada Dimas, jelas terlihat tatapan tak suka dimatanya.

Belum juga Dimas menjawab, gadis itu sudah menatap Nala dengan sinis "Siapa kamu?dan apa hubungan mu dengan Dimas?"

Dia maju mendekat dan menatap remeh, matanya memindai Naura dari atas sampai bawah.

Kemudian gadis itu kembali menatap Dimas

"Siapa dia Dim, kenapa dia datang bersama mu?"

Dimas menoleh sekilas kepada Nala dan kemudian dia menatap gadis di depannya itu, "Dia calon istri ku?" sahut Dimas gamblang, tanpa beban, bahkan terkesan bangga menyebutkan nya.

Tiba-tiba tangannya meraih tangan Nala, menggenggam nya erat dan menarik gadis itu, sengaja melewati Rena.

Tak hanya Rena yang dibuatnya terkejut, ibunya juga tak kalah terkejutnya dengan Rena, rencana apa lagi yang dimainkan oleh Dimas, batinnya Miska.

Rena melongo mendengar ucapan Dimas, tapi dia tidak percaya begitu saja. Dia kemudian berbalik dan menatap tajam gadis itu.

"Dim, apa-apaan ini?" tanya Miska kepada puteranya."Jelaskan pada Mama, apa sebenarnya yang kamu rencanakan?"

Miska tau betul siapa Dimas dan siapa Nala, Mereka itu seperti langit dan bumi, mana mungkin Nala mau berpacaran dengan Dimas yang nota benenya seorang playboy.

"Maafkan Dimas Ma," ucapnya sambil menarik Nala membawanya duduk di sofa.

Bu Miska mengikuti Nala dan ikut duduk disamping sang putera, menunggu penjelasannya dengan tidak sabar.

"Mama tau, ini cuma akal-akalan mu saja kan?" cecar wanita itu lagi.

"Ma, sebenarnya aku sudah lama naksir dengan Nala," ucapnya santai dan melirik gadis disebelah nya dengan tatapan lembut,

Dimas mengalihkan pandanganya kembali menatap wajah sang Mama, "dan seperti nya Papa mengerti, hingga Papa meminta dia menjadi sekretaris ku, agar aku semakin dekat dengannya."

"Mana mungkin? Mama tidak percaya, ini cuma akal-akalan kamu kan?"

"Benar tante, aku juga enggak percaya, aku tau betul selera mu, Dim. Dan dia tidak termasuk didalamnya" potong Rena

"Aku tidak bohong Ma, aku memang menyukai Nala, bahkan sejak pertama aku melihatnya di kantor Papa."

"Bulshiit!!" maki Rena

"Terserah kau mau percaya atau tidak yang pasti aku sudah mengatakan yang sebenarnya."

"Ma, kali ini aku serius," ucapnya penuh harap kearah sang Mama.

"Mama masih belum bisa mempercayai ini, Mama bingung"

"Ma, aku dan Nala baru jadian seminggu yang lalu, dan-"

"Baru jadian seminggu?" ulang Rena tak terima.

"Dan kamu mengatakannya sekarang, hanya. untuk menolakku ya kan?"

"Iya, emangnya kenapa?" Dimas sudah mulai jengah melihat gadis itu terus saja memprotes dirinya.

"Awalnya aku ingin merahasiakan nya dulu, tapi Mama keburu menjodohkan ku dengan mu, makanya aku bawa Nala sekarang. Karena aku hanya ingin dia yang menjadi istriku."

"Kamu enggak lagi bohongin Mama kan?" tanya Bu Miska yang masih belum percaya sepenuhnya.

"Jika Mama tidak percaya padaku, Mama bisa menanyakannya langsung kepada Lala ku?"

"Sayang, bicaralah jangan malu," ucapnya lembut kepada gadis yang sejak tadi duduk diam di sampingnya.

Di dalam hati Nala mengutuk Dimas menjadi kodok, seenaknya saja dia menyerahkan ini padaku, bagiamana ini? apa yang harus aku katakan kepada Bu Miska."

"Lala?" ulang bu Miska melebarkan matanya, geli, aneh mendengar panggilan itu, Rena sampai tersenyum remeh.

"Iya, Lala itu panggilan sayang aku ke Nala Ma, ya kan sayang?"

"Eh, iya Tante." sahut Nala menunduk

"Tolong jawab tante Nala, apa ini semua benar?" Kali ibi bu Miska menatap tajam pada gadis yang duduk gelisah di tempatnya,

'Matilah aku,' batin Nala. Karena kini semua mata tertuju padanya.

"Benar tan, maaf" ucapnya menunduk

"Bohong, kamu pasti bohong, Dimas pasti telah membayar mu kan?" Rena yang merasa tak terima berdiri dan menunjuk wajah Nala dengan penuh emosi.

"Tidak," sahut Nala tak terima, dia lalu berdiri, "Saya dan pak Dimas memang sudah resmi berpacaran, dan Sebenarnya kami sudah lama dekat, hanya saja tau diri karena saya tidak sebanding dengan beliau, itu juga yang membuat saya menahan Pak Dimas untuk mengatakannya pada Ibu dan Bapak, maafkan aku Bu."

"Ok, Mama percaya pada Nala tapi Mama tidak percaya padamu, Mama punya satu pertanyaan,"

"Apa itu Ma?"

"Apa tujuan mu berpacaran dengan lala? hanya untuk menjadikan nya mainan seperti yang sebelum sebelumnya." sindir sang Mama

"Kali ini aku serius, aku akan menjadikan Lala sebagai istriku?"

Semua mata sontak menatap pria itu, tak terkecuali Nala, dia sendiri begitu terkejut mendengarnya. ''Ini sudah di luar perjanjian, dia membohongi ku, bagaimana ini, aku berada di posisi yang sulit."

"Benarkah?" tanya bu Miska terkejut tapi dia juga terlihat bahagia

"Bohong!!!!" desis Rena tak terima. Gadis itu sampai berdiri, siap menjambak rambut Nala, untung saja Dimas sudah mengantisipasi sebelumnya.

"Tante.. " Rena merajuk dengan wajah kecewa.

"Maafkan Tante Ren, tante nggak tahu kalau Dimas sudah memiliki pacar dan dia serius ingin menikah dengan Nala."

"Tapi tan, bukankah Tante sudah janji padaku, aku mencintai Dimas Tante?"

"Tapi aku tidak," bantah Dimas cepat

"Maaf ya, bukan tante tak mau membela mu, tante sangat menyukai mu,

tapi yang menikah adalah Dimas, yang akan menjalani hubungan ini adalah Dimas, jadi dia yang berhak memutuskan dengan siapa dia akan menikah. Tante pikir dia belum punya pilihan, sekali lagi maafkan tante"

"Aku sudah menganggap mu adik, Ren sudahlah jangan drama, aku tau pacarmu juga ada, kan?"

"Dimas!" tegur Miska

"Maaf tante tidak bisa berbuat apa-apa."

Rena terduduk diam di tempatnya, gadis itu sudah kehabisan kata-kata.

Miska menghela napas dalam dan fokus menatap puteranya

"Kamu beneran mau nikah dengan gadis ini?"

"Iya benar aku akan menikah dengan Lala."

"Manq mungkin, kamu harusnya sadar Dimas, dia itu jauh jika di bandingkan dengan aku. Aku cantik, terkenal, kaya, aku punya segalanya!"

"Tapi aku mencintai nya?" potong Dimas, tak kalah emosi,

Wajahnya memerah menahan amarah karena gadis itu menghina kekasihnya.

"Kamu memang cantik, kaya dan terkenal tapi aku menyukainya, kau tau kenapa?" tanya Dimas menatap tajam Rena

"Karena dia sederhana, dan tidak murahan," bisiknya pelan.

Wajah Rena memerah antara menahan emosi dan juga rasa kesal. Dia mengambil tasnya dan pergi dari sana tanpa berkata apapun. Bu Miska juga tidak mencegahnya.

Sebelum sampai di pintu, gadis itu berbalik, "Kau akan menyesal telah memperlakukan aku kayak gini!!!"

Kemudian gadis itu berjalan keluar dan menghilang di balik pintu.

Miska hanya bisa menghela napas, dia juga merasa bersalah pada gadis itu, andai saja dia tahu jika Dimas memiliki kekasih, dan gadis itu adalah Nala, sudah pasti dia akan menolak saran dari ibunya Rena yang berniat untuk menjodohkan anak-anak mereka.

"Maafin aku Tante" ucap Nala kepada Miska, jelas terlihat penyesalan di wajahnya.

"Eh tidak apa-apa," sahut Miska tersenyum tipis.

"Dimas, kali ini Mama mau bicara serius," tegas Miska membuat Dimas menatap lekat ibunya.

"Apa yang kamu ucapkan tadi serius? kalian akan menikah kan?" tanya Miska sekali lagi

"Tentu saja Ma, kami akan segera menikah, ya kan sayang," sahut Dimas melirik Nala

Nala melotot kearahnya, pria itu sudah berbohong terlalu jauh, dan dia juga sudah membohongi Nala, ini sama saja namanya dia di jebak oleh Dimas.

"Lalu kapan kalian akan menikah?"

"Menikah?" ulang Nala terkejut

"Iya," sahut Miska dengan tenang

"bukannya tadi Dimas bilang, dia sudah cocok denganmu dan asal kamu tau Tante juga sangat setuju, Tante tau gimana kamu, dan Tante merestui hubungan kalian."

"Tapi Tante menikah itu butuh waktu, persiapan dan..."

"Kamu tenang saja, kami yang akan menyiapkan semuanya" tantang Miska

"Bagaimana Dimas?"

"Kami akan menikah bulan depan," ucap Dimas memotong kalimat Nala.

Duaaaar bagai tersambar petir Nala mendengar nya.

Gadis itu sangat terkejut dan sontak menoleh ke arah pria yang berada tepat di sampingnya. namun Dimas terlihat santai Tak sedikitpun dia menoleh ke arah Nala, tangannya justru menggenggam tangan wanita itu menciumnya mesra tepat di depan ibunya.

Mischa tersenyum bahagia melihat putranya telah menemukan kekasih, apalagi Wanita itu sangat dia sukai wanita yang baik, sederhana, pintar dan sangat sopan.

"Oh ya sampai lupa kalian mau minum apa? sebentar ya Mama ambilkan,"

"Eh tidak usah repot tante,"

"Nggak repot kok, sebentar ya!!!" berjalan menuju dapur.

Nala langsung menoleh dan melotot ke arah Dimas, "ini tidak seperti yang kita bicarakan, aku menolak jika menikah denganmu,"

bisik gadis itu

"Kau berani melawanku?" bentak Dimas balik

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!