Bagaimana rasanya jika seorang ayah yang dicintai mampu menukar anaknya sendiri demi melunasi semua hutang-hutang yang dimilikinya kepada seseorang. Tentu saja sangat sakit dan tidak terima. Itulah yang dirasakan oleh Nisha, gadis baru saja lulus dari bangku SMA. Dia harus menerima kenyataan jika dirinya telah dijual oleh ayahnya kepada seorang CEO agar semua hutang-piutangnya lunas.
"Tuan, ini anak saya. Dia baru saja lulus dari bangku SMA. Tentu saja dia masih ting-ting belum ada yang menjamahnya. Jika Anda bersedia, mari kita buat kesepakatan," ucap Toyib, ayah Nisha.
Nisha yang duduk disebelah ayahnya terbelalak dengan lebar. "Maksud ayah apa?" tanyanya dengan bibir yang bergemetar.
Toyib tak merespon pertanyaan Nisha. Dia tetap fokus menatap pada Alexander untuk mendapatkan jawaban dari yang memiliki banyak kekuasaan itu.
Mata hitam yang menusuk membaut siapa saja tidak akan berkutik jika sudah berhadapan dengannya. Bahkan mata itu akan terlihat menyala jika sang pemiliknya sedang murka.
"Jadi kedatanganmu ke sini hanya untuk menawarkan anak gadismu? Apakah harga anak gadismu ini setara dengan hutang-hutang yang kamu miliki? Tidak Toyib! Hutang yang kamu miliki itu 20 juta beserta bunganya dan kamu hanya menawarkan anak gadismu yang tidak sebanding dengan hutang yang kamu miliki? Kamu jangan bermain-main denganku, Toyib!" sentak Alexander dengan sinis.
Toyib berusaha tetap tenang dan terus meyakinkan Alexander agar bisa diajak bernegoisasi.
"Meskipun Nisha tidak seberapa, tetapi Anda bisa menjualnya kembali, Tuan. Percayalah padaku jika akan banyak yang tertarik dengannya. Dia masih muda dan pastinya akan menjadi incaran para lelaki hidung belang di luar sana. Tuan, percayalah padaku." bujuk Toyib berharap bisa meyakinkan Alexander.
"Ayah!" sentak Nisha. "Ayah keterlaluan. Nisha ini anak kandung ayah, kenapa ayah tega menjual Nisha?" Air mata yang berusaha dibendung kini mengalir begitu saja. Dengan kasar, Nisha mengusap jejak air mata yang membasahi pipinya.
"Karena semua hutang-hutang ini untuk menghidupimu, Nisha! Darimana ayah mendapatkan jumlah uang untuk membiayai sekolahmu jika bukan meminjam uang panas ini, Sha!" Ayah Nisha menatap nanar kearah putrinya.
"Tapi tidak dengan cara seperti ini, Ayah! Masih banyak cara lain untuk membayar hutang-hutang ayah. Nisha akan berusaha mencari pekerjaan agar bisa melunasi hutang ayah, tapi tolong jangan jual Nisha, Yah. Nisha anak Ayah."
Melihat drama yang ada didepan matanya membuat Alexander tersenyum tipis. Seorang ayah yang egois dan anak gadis yang energik. Alexander pun tertarik untuk menerima tawaran yang diberikan oleh Toyib.
"Baiklah, aku terima tawaran kamu. Tapi setelah kamu menukar anakmu itu artinya kamu sudah tidak bisa mengambilnya lagi. Apapun yang akan terjadi, kamu tidak berhak untuk ikut campur. Jika kamu melakukan kecurangan, aku tidak akan tinggal diam. Apakah kamu sudah mengerti, Toyib?" Alexander bertanya dengan sinis.
"Saya mengerti Tuan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada saya." ucap Toyib.
Kini Toyib merasa sangat bahagia karena hutang-hutang yang dimilikinya kini telah terbayar lunas.
"Ayah!" teriak Nisha yang sangat kecewa dengan sikap ayahnya. Padahal masih banyak cara yang bisa ditempuh untuk membayar hutang, tetapi ayahnya malah tega menjual dirinya.
"Nisha, maafkan ayah. Ayah terpaksa melakukan semua ini, karena ini satu-satunya cara agar hutang ayah lunas, Nisha! Ayah sudah lelah berjuang seorang. Ayah tahu kamu tidak akan pernah bisa memaafkan ayah. Sekali lagi maafkan ayah." Toyib yang sudah menandatangani sebuah perjanjian langsung meninggalkan Nisha di dalam ruangan Alexander.
Sungguh Nisha sangat membenci ayahnya dan tidak akan pernah memaafkan kesalahannya. Bagaimana bisa seorang ayah tega menjual anaknya sendiri demi melunasi hutang yang dimilikinya. Sungguh ayah yang sangat kejam.
🌼🌼
Kini di dalam sebuah kamar Nisha masih menangisi hidupnya yang sangat menyedihkan. Dia tidak pernah menyangka jika ayah yang dia banggakan bisa setega itu. Menukar anaknya sendiri demi melunasi hutangnya. Ayah macam apa itu? Masih pantaskah dia disebut seorang ayah?
"Percuma saja kamu menangis hingga kering air matamu. Itu semua tidak akan mengubah kenyataan. Mulai detik ini kamu adalah budakku dan harus melayani apa mauku dan kapanpun aku mau! Tidak usah kamu merasa bersedih, karena setelah ini kamu akan bahagia menikmati hidup barumu." Alexander berjalan mendekat ke arah Nisha yang menekuk lututnya diatas tempat tidur.
"Tapi sebelum kamu mencari uang diluar sana, aku akan mencicipmu terlebih dahulu." Sinis Alexander.
Satu persatu kancing kemeja Alexander dilepaskan karena dia ingin bermain kucing-kucingan bersama Nisha yang masih ting-ting. Sebelumnya Alexander tidak tertarik dengan permainan kucing-kucingan, tetapi tidak ada salahnya untuk dicoba, terlebih dia sudah membayar Nisha seharga 20 juta. Tentu saja bukanlah harga yang murah.
Semakin Alexander mendekat, Nisha semakin menarik tubuhnya kebelakang. Dia sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh Alexander Sungguh dirinya tidak rela untuk di jamah pria yang bukan suaminya. Karena sesungguhnya mahkota kepemilikannya hanya ingin diserahkan kepada suaminya kelak. Nisha semakin menggelengkan kepalanya.
"Jangan! Anda mau apa? Jangan mendekat!" teriak Nisha.
Tubuh Nisha telah bergemetar dengan kuat. Dadanya pun berdetak dengan sangat kencang saat matanya disuguhkan oleh dada bidang milik Alexander.
"Kamu sudah menjadi milikku. Aku ingin berbuat apa, itu terserah aku. Ingat, ayahmu telah menjualmu kepadaku." Alexander tersenyum smrik.
"Tidak! Tolong jangan lakukan ini padaku! Tolong, kumohon. Aku akan membayar hutang ayahku, tapi tolong jangan sentuh aku," pinta Nisha dengan iba.
Alexander malah menertawakan ucapan Nisha. "Apa kamu bilang? Kamu ingin membayar hutang ayahmu? Memangnya kamu bisa? Dimana kamu akan mendapatkan uang 20 juta dalam waktu cepat? Bahkan jika kamu bekerja, butuh waktu lama untuk mengumpulkan uang itu, Nisha Sudahlah, ikuti saja alur ini. Kita nikmati sama-sama. Aku akan melakukan dengan pelan dan tidak akan menyakitimu, tetapi kamu harus jadi anak baik dan patuh."
Selama 18 tahun Nisha menjaga kehormatannya sebagai seorang wanita, kini harus rusak ditangan pria yang bukan suaminya. Malam yang sunyi menjadi saksi atas perenggutan mahkota kepemilikannya. Air matanya terus membasahi pipi saat Alexander terus memompa tubuhnya. Percuma saja memberontak karena tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Alexander.
"Ya Allah, maafkan hamba-Mu yang tidak bisa menjaga diri. Sungguh hamba telah kotor dan hina."
Nisha tidak berani untuk membuka matanya. Bahkan dia tetap mengunci bibirnya saat merasakan sakit diarea bawah sana. Kini hidupnya telah hancur.
.
.
Halo Assalamualaikum, selamat datang dan membaca novel Wanita Milik CEO Arogan, semoga kalian semua bisa terhibur dengan novel receh ini. Mohon dukungan ya teman-teman semua 💜
Sinar mentari menyilaukan mata, membaut Nisha mengerjap dengan pelan. Tubuhnya terasa lemas tak berdaya karena permainan panas yang dilakukan oleh Alexander malam tadi. Bukannya langsung bangun, Nisha malah terisak saat mengingat jika dirinya saat telah kotor dan tidak suci lagi. Bahkan dia mengabaikan panggilan untuk sholat subuh karena merasa dirinya sangatlah kotor.
Derap langkah terdengar masuk kedalam kamar Nisha. Dia adalah seorang pelayan yang tentu saja telah diutus oleh Tuanya untuk melayani Nisha. Saat mendengar suara pintu dibuka, Nisha langsung memasukkan kepalanya kedalam selimut. Sungguh dirinya sangat malu untuk menunjukkan diri di hadapan orang lain.
"Apakah Anda sudah bangun, Nona?"
Nisha diam tak memperdulikan pertanyaan pelayan. Karena tidak ada sahutan dari Nisha, pelayan itu meletakkan saja pakaian ganti untuk Nisha.
"Saya letakkan disini pakaian Anda, Nona," ucap pelayan itu sebelum meninggalkan kamar Nisha.
Setelah memastikan pelayan telah pergi, Nisha langsung mengeluarkan kepalanya dari balik selimut. Sekilas matanya melirik keatas nakas, dimana telah ada pakaian untuknya. Nisha pun akhirnya memutuskan untuk membersihkan dirinya yang sudah tidak suci lagi.
Hampir satu jam lamanya Nisha menguyur tubuhnya. Bahkan Nisha menggosoknya dengan kasar tanda merah yang menempel diatas dadanya. Tangisannya tidak henti. Bahkan Nisha sampai sesenggukan untuk menyesali apa yang telah terjadi padanya. Kini dirinya benar-benar sangat kotor.
Karena tak kunjung keluar dari kamar mandi, para pelayan yang ditugaskan untuk menjaga Nisha merasa sangat khawatir, terlebih Nisha tak ingin menjawab para pelayan yang memanggilnya. Satu-satunya cara adalah memanggil tuan mereka untuk memastikan keadaan Nisha.
Dengan langkah tegap nan gagah, Alexander memasuki kamar Nisha. Sekilas matanya melihat selimut yang sedang dibawa oleh salah seorang dengan noda bercak warna yang menempel diselimuti. Helaan nafas terdengar kasar.
"Nisha, segera keluar dari kamar mandi atau aku akan mendobrak pintunya sekarang juga!" ancam Alexander.
Tak ada jawaban dari Nisha, namun tak berselang lama Nisha membuka pintu kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap di tubuhnya. Tak lupa kain hijab menyempurnakan penampilan Nisha.
Mata Alexander hampir tak berkedip saat melihat aura kecantikan alami dari wajah Nisha. Meskipun tanpa polesan make up di wajahnya, gadis itu tetap terlihat cantik. Bahkan Alexander hampir kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri. Namun, Alexander segera menyudahi rasa takjubnya dan memilih untuk membelakangi Nisha.
"Tidak usah kamu sesali apa yang telah terjadi di antara kita tadi malam. Karena itu hanya permulaan saja. Dan aku pastikan kamu akan menikmati di malam-malam selanjutnya," ucap Alexander dengan datar.
Tangan Nisha mengepal dengan erat. Jelas saja dia tidak terima dengan ucapan Alexander. Terlebih saat mengingat kejadian tadi malam yang sangat merasa jijik dengan dirinya sendiri, apalagi jika harus mengulanginya lagi.
"Aku tidak sudi untuk mengulanginya lagi denganmu. Lebih baik aku mati daripada harus menyerahkan tubuh kepadamu. Anggap saja itu adalah yang pertama dan terakhir untukmu. Jika kamu masih nekat untuk menyentuhku, aku tidak akan segan-segan untuk mengakhiri hidupku. Lebih baik aku mati daripada harus menjadi budak hasratmu!" tegas Nisha tanpa sedih pun rasa takut.
Alexander hanya tersenyum tipis. Ternyata gadis yang ada dibelakangnya sama sekali tidak takut padanya dan berani untuk mengancam dirinya.
"Baiklah, mari kita lihat apakah kamu bisa membuktikan ucapanmu. Tapi tidak sekarang, karena aku harus pergi bekerja. Tunggulah aku nanti malam karena aku ingin mengulanginya lagi dan lagi. Asal kamu tahu, meskipun baru sekali tetapi aku sudah candu denganmu. Mungkin karena kamu masih menggigit," ujar Alexander dengan senyum smrik.
Tanpa basa-basi lagi Alexander memilih untuk meninggalkan kamar Nisha. Melihat Nisha yang penuh energik, membuat Alexander semakin tertarik untuk memilikinya. Bahkan dia tidak merasa rugi saat harus mengikhlaskan uangnya senilai 20 juta untuk ditukar dengan Nisha. Ya meskipun di luar sana banyak yang menawarkan lebih murah, tetapi belum tentu original. Sedangkan Nisha masih original dan hanya dia yang pertama kali melihat tubuh Nisha, karena selama ini Nisha menutupi tubuhnya dengan sangat rapat.
"Kepala pelayan!" panggil Alexander dengan lantang.
Seorang pria paruh baya segera bergegas untuk menghampiri tuannya yang telah memanggil dirinya.
"Iya, Tuan. Ada apa?" tanyanya langsung.
"Urus semua keperluan Nisha dengan sebaik-baiknya. Dan jangan biarkan dia kabur dari rumah ini. Mengerti!" tegas Alexander.
"Mengerti Tuan."
🌼🌼🌼
Menjadi seorang pewaris tunggal dalam keluarga mengharuskan seorang Alexander bekerja keras untuk tetap mempertahan perusahaannya saat bersaing dengan para pembisnis lainnya. Alexander terlihat tegas dan sangat dingin kepada siapapun sehingga sangat disegani oleh semua orang. Tidak ada yang tidak tunduk dengan Alexander. Jika pun ada itu hanya segelintir musuh yang membencinya.
Di atas kursi kebesarannya Alexander masih terngiang-ngiang dengan malam panas yang baru saja terlewatkan bersama dengan Nisha. Bahkan Alexander tidak menyangka bisa mendapatkan madu pertama milik seorang wanita. Rasanya tidak bisa diungkapkan lagi. Sampai-sampai sisa percintaannya dengan Nisha masih bisa dia rasakan sampai detik ini.
Larut dalam pemikiran, Alexander tersentak saat seseorang memeluknya dari belakang. Dia adalah Neila, wanita yang dijodohkan untuknya. Namun, Alexander sama sekali tidak tertarik pada Neila.
"Honey ... aku merindukanmu," ucap Niela dengan manja tepat di telinga Alexander, hingga membuat tubuh Alexander bergidik karena merasa geli.
"Neil, lepaskan! Aku sedang bekerja!" tepis Alexander.
"Tapi aku benar-benar merindukanmu, Honey. Baru dua hari tidak bertemu, rasanya sudah seperti satu tahun. Apakah kamu sama sekali tidak merindukanku?" tanya Neila dengan bibir yang mengerucut.
"Tidak!" datar Alexander.
...Neila mendengkus dengan kasar seraya menghentakkan kakinya ke lantai. "Kamu beneran ya, Lex! Aku bela-belain cancel semua kegiatanku hanya untuk bertemu denganmu, tetapi kamu sama sekali tidak merindukanku. Kamu keterlaluan!"...
"Aku tidak peduli! Bukankah sudah pernah ku katakan jika aku sama sekali tidak tertarik denganmu. Jangan salahkan aku jika aku tidak menganggapmu, karena aku memang tidak menyukaimu!" tegas Alexander.
"Tapi kita sudah dijodohkan oleh orang tua kita, Lex. Bahkan orang tua kita juga sudah berencana untuk melakukan pertunangan kita dan kamu harus terima itu, Lex!"
"Yang menginginkan pertunangan itu orang tua kita, bukan aku! Aku tegaskan sekali lagi kepadamu jangan berharap kita bisa bertunangan, karena aku tidak akan pernah sudi memiliki wanita sepertimu. Melihatmu saja aku sudah merasa jijik. Mending kamu berkaca sebelum berkahnya!" cibir Alexander yang kemudian meninggalkan ruang kerjanya yang mendadak terasa panas. Khayalan tentang Nisha pun hilang seketika hanya karena wanita ondel-ondel masuk ke ruang kerjanya.
"Sial! Sepertinya aku harus memberi larangan jika wanita tidak boleh masuk kedalam ruanganku!"
...💜 BERSAMBUNG 💜...
Setelah kejadian malam itu Alexander tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi. Selama itu juga Nisha tidak diizinkan untuk keluar dari kamar. Semua yang diperlukan oleh Nisha telah disiapkan oleh para pelayan. Rasanya saat ini Nisha seperti terkurung di dalam penjara. Entah apa yang diinginkan oleh Alexander sehingga dia mengurung Nisha di dalam kamar.
"Nona, apakah Anda membutuhkan sesuatu lagi?" tanya seorang pelayan saat menghidangkan makan malam di kamar Nisha.
"Tidak ada. Pelayan bisakah aku meminta tolong kepadamu?"
"Apa itu, Nona?"
"Bisakah kamu membantuku untuk keluar dari tempat ini? Aku tidak mau menjadi seorang tawanan pria ba*ji*nan itu," ucap Nisha.
"Maaf Nona, saya tidak bisa. Dengan membantu Anda keluar dari tempat ini itu sama saja mengantarkan saya ke neraka. Saya tidak bisa, Nona. Tapi saran saya, menurutlah kepada Tuan Alex. Beliau tidak akan menyakiti Anda jika anda menurut. Namun, Anda memberontak Beliau tidak segan-segan untuk menyakiti anda," ucap pelayan itu.
"Kenapa aku harus menurut kepada dia? Dia sudah menghancurkan masa depanku. Dia hanya akan menjadikan aku budak pelampiasan hasratnya saja. Dan tidak mau. Pelayan... tolonglah." Nisha benar-benar sangat mengiba kepada salah seorang pelayan. Namun, semua hanya sia-sia saja karena pelayanan itu tidak bisa membantu Nisha.
Malam pun berlalu. Nisha mencoba untuk memejamkan matanya. Namun, tetap saja tidak bisa tertidur. Hawa panas seketika memenuhi kamarnya sekalipun ACC sudah dinyalakan.
"Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba menjadi gerah?" Nisha pun membuka hijab yang menutup kepalanya. Semenjak berada di rumah Alexander, Nisha tidak pernah membuka hijabnya saat tidur. Meskipun dia sudah kotor, tetapi dia tetap menjaga auratnya.
Derap langkah pun samar-samar terdengar. Semakin lama semakin dekat, hingga akhirnya seseorang mematikan sakral lampu kamar. Tentu saja Nisha merasa sangat panik. Terlebih ada bayangan yang kian mendekat kearahnya.
"Kamu siapa?" teriak Nisha dengan penuh ketakutan.
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Malam ini aku akan mendinginkan tubuhmu." Suara seorang pria tepat di telinga Nisha.
"Jangan macam-macam kamu! Pergi!" bentak Nisha dengan kuat.
Suara tawa pun menggema di kamar. Bahkan pria itu sudah berhasil menindih tubuh Nisha.
"Sekalipun kamu berteriak dengan kuat tetap tidak akan ada yang bisa mendengarnya. Berteriaklah sekuat mungkin!"
Nisha terus memberontak dengan isak tangisnya. Sungguh Nisha tidak rela jika tubuhnya di sentuh lagi oleh pria ba.ji.ngan. Dengan kekuatan yang dimiliki Nisha langsung menendang pria itu dengan kuat tepat di pusakanya hingga membuat pria itu terjungkal ke lantai.
Tentu saja pria itu meringis kesakitan. "Kurang ajar!" umpatnya yang mencoba untuk bangkit.
Nisha yang merasa sangat ketakutan berusaha untuk keluar dari kamar. Namun, karena keadaan gelap kaki Nisha tersandung oleh kaki pria yang hendak berbuat jahat kepada dirinya.
Menyadari jika saat ini Nisha terjatuh tepat di sampingnya, pria itu langsung bergegas untuk menindih tubuh Nisha. "Berani sekali kamu telah menendang pusaka milikku! Sekarang rasakan pembalasanku!"
Kali ini Nisha tidak bisa berbuat apa-apa karena kekuatan yang dimiliki oleh pria sangatlah kuat. Kedua tangannya telah dikunci oleh oleh pria itu. Hanya air mata yang menetes karena tidak bisa melakukan perlawanan.
Ya Allah, dosa apa yang telah hamba lakukan sehingga tubuh hamba harus di sentuh oleh pria ba*ji*ngan seperti ini. Sungguh hamba tidak rela, Ya Allah. Jika malam ini hamba harus tersentuh lagi, mungkin ini adalah akhir dari hidup hamba. Ya Allah Engkaulah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang setiap umat. Ampunilah dosa hamba Ya Allah.
Nisha sudah pasrah jika malam ini dirinya akan ternoda lagi, namun setelah ini Nisha akan memilih untuk mengakhiri hidupnya, karena dia sudah kehilangan kehormatannya.
Mata Nisha terus memejamkan hingga akhirnya Nisha harus menahan nafas ketika pria itu malah jatuh diatas tubuhnya. Tak berselang lama lampu kembali menyala dan dua orang telah menyeret pria yang berada diatas tubuhnya karena sudah tak sadarkan diri.
Dengan sigap Nisha langsung duduk sambil memeluk lututnya untuk menutupi bagian yang telah di robek oleh pria tadi.
"Bersyukurlah aku tidak terlambat. Lain kali kunci pintu sebelum tidur!" Tangan Alexander meraih selimut yang berada diatas ranjang. Dengan cepat dia langsung menutupkan ke tubuh Nisha. Melihat wajah Nisha yang memerah dada Alexander naik turun tidak karuan. Tangannya menggenggam dengan kuat bahkan giginya pun telah menggertak.
Entah mendapat dorongan darimana, tangan Alexander terulur untuk mengangkat tubuh Nisha. Namun bukan untuk dibawa ke tempat tidur melainkan dibawa ke kamar mandi.
Tak ada perlawanan dari Nisha karena dirinya sudah merasa hina. Rasanya sudah tidak punya harga diri sebagai seorang wanita.
Alexander langsung meletakkan tubuh Nisha disebuah bathtub dan langsung menyalakan shower untuk mengguyur tubuh Nisha. Tak ada yang bisa Nisha lakukan selain terisak dalam tangisnya.
Cukup lama Alexander merendam tubuh Nisha dengan air dingin, dengan harapan pengaruh obat yang berada ditubuh Nisha menghilang. Sebenarnya dia bisa memberikan penawarannya, namun melihat Nisha yang tak berdaya rasanya Alexander tidaklah tega.
Setelah dirasa cukup, Alexander melemparkan sebuah handuk ke wajah Nisha. "Buka bajumu, aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan pakaianmu!"
...💜 Bersambung 💜...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!