NovelToon NovelToon

Istri Kesayangan Xiao Wangye

Bab 1. Dekrit Pernikahan Dengan Xiao Wangye

"Masih belum puas kah kakak menjatuhkanku?" Huang Mingxiang menatap dingin kakak perempuannya Huang Liyue setelah berikutnya dia merasa jantungnya jutaan kali berdegup kencang sampai terasa ingin meledak.

Huang Liyue menatap dingin cangkir yang ada di meja. Cangkir itu berisi teh hijau yang telah dicampur rata oleh racun untuk membunuh adiknya sendiri, Huang Mingxiang.

"Aku sudah keluar dari pemilihan itu, lalu ... aku juga sudah--" Saat Huang Mingxiang sedang berbicara dengan kondisi tubuh lemas, Huang Liyue dengan cepat memotong,"Sejatuh apa pun dirimu, itu akan tetap menjadi batu penghalang diriku."

Huang Mingxiang menggertakkan giginya, lalu berusaha meraih cangkir yang ada di atas meja, lalu menatap Huang Liyue dengan mata berkaca-kaca. Dengan penuh tekad dan amarah dendam, Huang Mingxiang berkata,"Aku akan mempercepat kematianku, lalu membuat kau membayar ini semu. Ini sumpahku!"

Gluk!

Huang Mingxiang meminum teh hijau yang tersisa, kemudian perlahan tubuh dan napasnya terasa berat. Sebelum menutup mata, pemandangan terakhir yang dia lihat adalah Huang Liyue yang tengah tersenyum puas.

****

Petir besar tiba-tiba muncul di tengah-tengah ibu kota Kekaisaran, ada jiwa penuh dendam yang tanpa disadari kini masuk ke wilayah mereka.

Saat membuka matanya, Huang Mingxiang tiba-tiba mendapati dirinya tengah berlutut menghadap Kasim Kaisar. Baju yang dia pakai bukan lagi baju pengantin, tetapi baju yang ia kenakan saat menerima dekrit pernikahan dengan Xiao Wangye.

"Dengan ini, Huang Junzhu yang merupakan Nona kedua keluarga Huang, diberikan anugerah menjadi menantu kekaisaran dengan gelar Xiao Wangfei dan akan menjadi istri dari Xiao Wangye yang terhormat."

Kasim Kaisar membacakan dekrit Huanghou yang telah disetujui Kaisar di hadapan seluruh peserta pemilihan Selir dan para keluarga bangsawan lainnya yang berada di sana untuk menyaksikan.

Huang Mingxiang masih mematung di posisi berlututnya saat mendengar dekrit kekaisaran. Bisik-bisik mengenai dirinya pun mulai terdengar jelas, membuat tatapan hangat dan cerita Huang Mingxiang mendingin.

Huang Mingxiang menegakkan kepalanya, kemudian menoleh dan menatap kakaknya yang tersenyum ke arahnya. Huang Mingxiang tersenyum pahit, rasa sakit dan kecewa itu kembali muncul. Saat ini dia sudah paham kondisinya, dirinya telah mengalami transmigrasi ke waktu sebelum dia mati diracun oleh kakaknya sebelum berangkat ke Xiao Wangfu.

"Huang Junzhu, ulurkan tangan dan ambil dekrit ini." Kasim Kaisar mengingatkannya, membuat Huang Mingxiang beralih menatap sang Kasim dan mulai beranjak mengulurkan tangan dengan kepala tertunduk.

Begitu dekrit telah sampai di genggamannya, dengan resmi Huang Mingxiang akan menikah besok. Impiannya, usahanya, kerja kerasnya, segalanya telah hancur. Huang Mingxiang hanya merasa kesepian dan dingin saat ini, hatinya mendadak mati. Kakak perempuan yang dia anggap sebagai saudara sehidup semati walaupun mereka adalah saudara tiri, tetapi malah rela mendepaknya dari pemilihan Selir kekaisaran dengan cara keji seperti ini.

"Selamat, Huang Junzhu. Anda akan menjadi menantu Kekaisaran Timur yang hebat ini." Salah satu nona keluarga bangsawan yang mengikuti pemilihan Selir memberikan pujian duri di dalam daging.

"Mingxiang ...." Kepala keluarga Huang, Huang Dajie, ayah dari Huang Mingxiang dan kakaknya Huang Liyue, pingsan begitu mendengar dekrit yang diberikan kepada putrinya.

"Astaga! Tuan besar Huang pingsan! Panggil tabib!"

"Tabib di mana?!"

"Segera bawa Tuan besar Huang ke dalam ruangan!"

Huang Mingxiang menatap ayahnya yang pingsan, dia tidak bisa melakukan apa pun. Huang Mingxiang berdiri begitu Kasim Kaisar telah pergi, setelah itu dia berjalan melewati Huang Liyue dan berdiri tepat di sampingnya.

"Kenapa Jiejie melakukan ini padaku?" Mata Huang Mingxiang masih dingin, dia berbicara dengan terus menatap lurus ke depan, tidak menatap Huang Liyue. Ini adalah hal yang ia lakukan dulu, kali ini dia ingin melakukannya lagi, berharap kakaknya menjawab dengan jawaban yang berbeda.

"Apa yang Meimei maksud? Bukankah kejahatan harus dipertanggungjawabkan?" balas Huang Liyue, bibirnya tersenyum tenang.

Huang Mingxiang mengeratkan cengkeramannya di dekrit kekaisaran yang dia terima barusan. Menjijikan. Bagaimana mungkin kakaknya masih bisa berakting sesantai ini setelah memfitnah dan menjatuhkan nama adiknya sendiri?! Ternyata tidak ada yang berubah dari Huang Liyue, kalau begitu ... Huang Mingxiang tidak akan segan.

Huang Mingxiang menarik napas dalam, kemudian melirik tajam Huang Liyue. "Benar. Hukuman menjadi Wangfei kekaisaran, sepertinya tidak buruk juga. Aku akan menjadi istri sah, menantu sah kekaisaran ini. Terima kasih, Jiejie. Karenamu aku jadi tidak perlu susah payah menjadi menantu Kekaisaran." Setelah itu Huang Mingxiang berlalu pergi meninggalkan Huang Liyue tanpa melihat reaksi wanita itu lebih dulu atas kata-katanya.

Sementara itu di kediaman mewah kedua setelah Istana Kekaisaran, pria berwajah dingin tak tersentuh itu menatap tajam ke arah perkarangan halaman belakangnya.

"Wangye, apa perlu kita mengambil tindakan?" Gu Sinjie, pengawal sekaligus tangan kanan Xiao Muqing, berdiri di belakang Xiao Muqing sambil membisikkan sesuatu.

Xiao Muqing, melirik Gu Sinji dingin dengan singkat dan menggeleng. "Tidak perlu. Wanita itu akan membunuh dirinya sendiri. Lagi pula, orang-orang Istana memang benar-benar suka seenaknya."

Gu Sinji mengangguk setuju, kemudian menjawab,"Baik, Wangye."

****

Keesokan harinya pernikahan Huang Mingxiang dan Xiao Muqing pun segera dilaksanakan. Huang Mingxiang kini menolak kedatangan kakaknya terang-terangan, hal ini tentu membuat ayah dan para pelayan bingung. Tetapi, demi nyawanya, Huang Mingxiang tidak akan membiarkan Huang Liyue muncul di hadapannya. Kali ini Huang Mingxiang ingin pernikahannya berjalan lancar.

Sedangkan itu Huangtaihou, tidak bisa berhenti menangis lemas saat mutiara di telapak tangan, keponakan yang paling dia sayangi akan menikah dengan seorang Wangye cacat yang lumpuh. Hati Huangtaihou sama sekali tidak rela membiarkannya, tetapi dirinya sendiri pun tidak bisa berbuat apa pun karena Kaisar, anaknya sendiri telah membuat keputusan tanpa membicarakannya lebih dulu dengan dirinya.

"Dengar, Xiang'er. Kamu sampai kapanpun adalah keponakan Aija, jadi jangan ragu dan sungkan jika kamu menginginkan sesuatu dari Aija. Maafkan Aija ...."

Huangtaihou sampai datang sendiri ke Huang Fu untuk melepas kepergiannya. Hal ini pun membuat hati Huang Mingxiang melembut setelah semalaman dingin.

Huang Mingxiang menghapus lembut air mata yang membasahi kedua pipi bibi-nya. "Bibi, anda tidak boleh menangis. Bukankah hari ini adalah hari pernikahan Mingxiang? Anda harus percaya, bahwa Mingxiang akan bahagia."

"Tetapi, dia ... Muqing ...." Huangtaihou masih sangat mengkhawatirkan Xiao Mingxiang.

Xiao Mingxiang menggelengkan kepalanya. "Mingxiang yakin, Xiao Wangye adalah orang yang baik. Terlepas dari fisiknya, Mingxiang akan berusaha berbakti menjadi istri yang baik dan berusaha berbahagia dengan hal-hal kecil yang patut disyukuri."

Setelah mengatakan itu, Huang Mingxiang segera naik ke atas kereta tandu pengantinnya yang berwarna merah. Tangisan Huangtaihou semakin pecah, hatinya benar-benar tidak rela dan menyayangi putri dari mendiang adiknya.

Ibu Huang Mingxiang adalah adik kandung dari Huangtaihou, namun sayang adiknya memiliki nasib yang kurang beruntung karena cinta. Ibu Huang Mingxiang saat itu lebih memilih menjadi selir Huang Dajie dari pada menjadi istri utama dari pria keluarga bangsawan lain.

Saat berusaha melahirkan Huang Mingxiang, nyawanya gagal diselamatkan karena pendarahan yang sangat besar. Hal ini membuat Huangtaihou terpukul, bahkan Huangtaihou rela ikut masa hari berkabung, puasa dari makan-makanan dengan kaya rasa. Hanya memakan roti tawar dan air putih hangat setiap harinya selama dua Minggu.

Sayang sekali ... padahal jika adiknya memilih pria lain selain Huang Dajie, adiknya mungkin sudah menjadi menantu kekaisaran sama sepertinya. Dia akan menikahi pangeran kekaisaran lainnya, karena memang saat itu banyak sekali lamaran dari beberapa adik suaminya yang mengirim lamaran pada adiknya. Tetapi, semua itu ditolak mentah-mentah dan lebih memilih menjadi selir biasa dari seorang bangsawan, bukan keluarga kekaisaran.

Walaupun keluarga Huang juga merupakan keluarga yang terpandang dan tersohor di kekaisaran, tetapi selir bangsawan tetaplah selir. Bahkan adiknya masih harus tetap membungkuk jika bertemu dengan pelayan pribadi para anggota keluarga kekaisaran. Menyedihkan.

Kembali ke Huang Mingxiang. Dia diam di kereta, memikirkan banyak hal di kepalanya. Ada sekitar hampir satu jam Huang Mingxiang berada di dalam tandu pengantin. Letak Xiao Wangfu memang tidak terlalu jauh dari Istana Kekaisaran, tetapi juga tidak bisa dibilang sangat dekat. Jadi, Huang Mingxiang masih bisa melihat kesibukan orang-orang yang keluar masuk Istana Kekaisaran.

Tandu dan arak-arakan tiba-tiba berhenti, Huang Mingxiang bertaruh bahwa dia telah sampai di depan Xiao Wangfu. Dia tidak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya, menunggu tandunya dibuka oleh calon suaminya sendiri.

Lima belas menit dia menunggu, tak ada satu pun yang membukakan pintu tandu untuknya, membuat Huang Mingxiang menggerutu di dalam hati.

Tetapi, tak lama pintu tandunya diketuk oleh seseorang dari luar.

"Selamat datang, Huang Jun-- maaf, maksud saya Xiao Wangfei. Perkenalkan, saya Gu Sinjie, selalu tangan kanan Xiao Wangye. Wangfei, kaki Wangye saat ini sedang tidak sehat dan sedikit bertambah parah, karena hal itulah yang mulia tidak bisa kemari dan membukakan pintu tandu pengantin secara langsung."

Huang Mingxiang yang mendengar ini menaikkan alis kirinya. Lalu? Dia harus membuka pintu tandunya sendiri? Itu gila.

Huang Mingxiang menghela napas untuk melepaskan seluruh rasa penatnya, kemudian menjawab,"Saya mengerti, Tuan Gu. Lalu apa yang harus saya lakukan? Membuka pintu tandu pernikahan saya sendiri? Katakan pada Wangye, bahwa aku tidak akan keluar sebelum yang mulia membukakan pintu tandu ini dengan tangannya sendiri."

Gu Sinjie tertegun mendengar ini, dia tidak menyangka Huang Mingxiang berani menjawab dengan kalimat berani seperti itu. Gu Sinjie terbatuk kecil, kemudian membalas,"Wangfei, mohon pengertiannya. Wangye saat ini benar-benar tidak dapat beranjak dari tempat tidur karena kakinya. Sekedar pindah ke kursi roda pun sulit."

Huang Mingxiang tersenyum tipis, baiklah ... sepertinya suaminya benar-benar tidak dapat membukakan pintu tandu untuknya. Awalnya dia pikir itu hanya alasan yang dibuat-buat. Walaupun Xiao Muqing saat ini terkenal dengan kaki lumpuhnya sehingga mendapat empati dari banyak orang, tetapi sebelumnya dia adalah seorang Wangye yang memimpin ratusan ribu tentara di Medan perang dengan watak keras yang dingin. Siapa tahu pria itu juga tidak menyetujui. Keputusan pernikahan ini, jadi dia membuat alasan agar tidak menemuinya.

Gu Sinjie mundur selangkah saat melihat pintu tandu pengantin terbuka. Huang Mingxiang keluar dari tandu, masih dengan penutup wajah pengantin merah miliknya. Matanya menatap Gu Sinjie dari balik kain tersebut dan berkata,"Bawa aku untuk menemui Wangye."

Bab 2. Xiao Wangfu Dikepung Pembunuh!

"Bawa aku untuk menemui Wangye."

Gu Sinjie yang mendengar permintaan Huang Mingxiang kembali membungkuk dalam. "Maafkan saya, Wangfei. Saat ini yang mulia menolak untuk bertemu siapa pun. Rasa sakit kaki yang mulia sedang kambuh, Wangye takut hal ini akan membuat Wangfei merasa tidak nyaman."

Huang Mingxiang yang mendengar alasan ini menatap Gu Sinjie dingin. Sepertinya itu bukan alasan sungguhan, melainkan alasan yang dibuat-buat. Tetapi, Huang Mingxiang tidak mau terlalu peduli.

"Baiklah, saya harap Tuan Gu segera mengabari saya jika Wangye sudah merasa lebih baik dengan rasa sakitnya." Huang Mingxiang memaksakan senyum tipis ke Gu Sinjie.

Gu Sinjie balas tersenyum. "Baik, tentu saja, Wangfei. Wangfei, bawahan ini akan mengantar anda langsung ke kediaman anda yang telah disiapkan Wangye di Wangfu ini. Ah ... dan ini adalah Su Mama. Beliau adalah pelayan senior yang akan melayani dan mendampingi anda." Gu Sinjie melirik ke arah Su Mama, Su Mama pun segera membungkuk dan tersenyum ke arah Huang Mingxiang.

Huang Mingxiang balas tersenyum, kemudian mereka segera berjalan masuk ke dalam Xiao Wangfu. Huang Mingxiang memperhatikan setiap detailnya. Benar-benar sebuah Wangfu yang sangat indah dan megah, luas dan keindahannya hampir menyaingi Istana. Jika Xiao Muqing tidak lumpuh, dia pasti sudah menjadi salah satu pria menantu idaman yang diincar oleh para keluarga bangsawan. Sayangnya karena perang tiga tahun lalu, luka berat menimpa kakinya yang membuat kakinya mati rasa dan diprediksi lumpuh permanen. Cahaya Xiao Muqing segera redup, namun Kaisar terdahulu tetap memberikan imbalan luar biasa atas jasanya. Uang melimpah dari Istana terus mengalir karena jasanya, sebagai perlindungan akan martabatnya, Kaisar terdahulu pun memberikan kuasa penuh atas setengah lebih pasukan kekaisaran. Bahkan, Kaisar saat ini pun yang merupakan keponakannya hanya memegang seperempat-nya. Semenjak kejadian itu, Xiao Muqing menarik dirinya dari pandangan orang-orang dan jarang sekali keluar dari Xiao Wangfu.

Xiao Muqing merupakan adik paling kecil dari Kaisar terdahulu. Satu tahun setelah kakaknya memberikan bayaran besar atas jasa-jasanya itu, kakaknya meninggal. Membuat anaknya yang menjadi Putra Mahkota, tidak lain adalah Kaisar saat ini, naik takhta. Hal ini membuat kedudukan Xiao Wangye milik Xiao Muqing semakin tinggi, karena dia adalah paman Kaisar. Tetapi walaupun begitu, tetap tidak ada wanita bangsawan yang rela menikah dengannya. Mau sehebat apa pun gelarnya, jika cacat, maka tidak akan ada yang sudi.

Huang Mingxiang mengucapkan terima kasih kepada Gu Sinjie sebelum akhirnya Gu Sinjie pamit undur diri setelah menyelesaikan tugasnya.

Huang Mingxiang sebenarnya lelah, tetapi dia harus waspada dan menggali informasi mengenai Xiao Wangfu. Xiao Wangfu benar-benar tertutup, mereka seperti mati. Tidak ada kabar mengenai Xiao Wangfu dan Xiao Wangye setelah kejadian tiga tahun lalu itu.

"Su Mama." Huang Mingxiang memilih menggali informasi dari Su Mama.

"Nubi, Wangfei?" jawab Su Mama sopan, wajahnya tersenyum hangat khas seorang ibu.

"Sudah berapa lama anda bekerja di Wangfu ini?" tanya Huang Mingxiang.

"Menjawab, Wangfei. Nubi sudah bekerja sejak pertama kali Xiao Wangye mendirikan Wangfu ini. Apa ada yang ingin Wangfei ingin tanyakan lagi?" jawab Su Mama.

Huang Mingxiang mengangguk. "Seperti apa Xiao Wangye? Apa saja mengenai Xiao Wangye, tolong beritahu saya."

Su Mama tertegun, menatap tidak percaya ke arah Huang Mingxiang. Dipikiran Su Mama sebenarnya sebelum melihat sosok Huang Mingxiang, Huang Mingxiang akan gemetar ketakutan dan larut dalam kesedihan. Tidak ingin bertemu dengan Xiao Muqing dan tidak ingin tahu, setelah itu mengurung diri. Tetapi ... Su Mama salah, justru Huang Mingxiang terlihat tenang dan tegas. Wanita itu justru berkali-kali menanyakan keberadaan Xiao Wangye kepada Gu Sinjie, dan bahkan kini berinisiatif menanyakan sesuatu tentang Xiao Wangye. Hal ini membuat hati S Mama senang, karena Wangye mereka ternyata tidak mendapatkan istri yang tidak terlalu buruk. Tetapi tetap, kebahagiaan Su Mama tidak bisa terlalu besar begitu mengingat alasan mengapa Huang Mingxiang dinikahkan dengan Wangye mereka.

"Wangye adalah orang yang pendiam dan tegas. Walaupun sebelumnya banyak rumor yang mengatakan bahwa yang mulia kejam dan tidak berperasaan, namun yang mulia masih sangat menghargai usaha seseorang. Baik itu usaha kecil atau besar. Yang mulia senang memakan camilan seperti bakpao, karena dulu Chen Taifei sering membuatkan camilan itu untuk Xiao Wangye."

Setengah jam berlalu, dan sebagian besar topiknya adalah membahas Xiao Muqing.

Baiklah ... sekarang Huang Mingxiang sudah tahu gambaran kasar atau sebagian besarnya Xiao Muqing dan Xiao Wangfu ini. Sepertinya ... dia bisa menghadapinya.

Ketenangan Huang Mingxiang ada bukan karena dia sudah menerima begitu saja takdirnya yang dipermalukan dan dibuang, tetapi karena memang tidak ada cara lain selain tenang. Dia tidak mungkin bunuh diri, itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Jika dia harus mati, dia harus membersihkan namanya dan berada di posisi terhormat, lalu membalaskan rasa sakit yang dia rasakan kepada Huang Liyue serta membayar mulut-mulut para bangsawan yang sudah mencibirnya seenak hati. Seluruh Kekaisaran harus bisa merasakan amarahnya.

Malam pun tiba, Su Mama berjaga di depan pintu kamarnya. Huang Mingxiang duduk sendirian di atas kasur masih dengan pakaian pengantin lengkap dengan aksesoris berat di kepalanya serta penutup wajahnya. Dia mengutuk Xiao Muqing karena tak kunjung datang untuk melepas penutup kepalanya. Jika sampai larut nanti pria itu tak kunjung datang, maka Huang Mingxiang akan membuka penutup kepalanya sendiri dan mengabaikan peraturan adat. Saat ini dia bersabar karena menghormati peraturan adat yang sudah dibuat oleh para leluhur.

"Su Mama, apa Wangye masih belum bisa datang juga?" tanya Huang Mingxiang kepada Su Mama, nada bicaranya nampak lelah.

Su Mama menghela napas singkat sebelum menjawab,"Belum, yang mulia. Yang mulia apa sebaik--" Belum selesai Su Mama bicara, Huang Mingxiang sudah kembali bicara.

"Sebaiknya lupakan saja, Su Mama. Anda bisa kembali ke kamar anda, saya juga sudah lelah."

Su Mama terlihat sedih dari luar, namun karena Huang Mingxiang sudah berkata demikian, tidak ada pilihan lain selain patuh.

Su Mama kembali ke kamarnya, setelah itu penjagaan di depan pintu kamar Huang Mingxiang diganti menjadi para prajurit Xiao Wangfu.

Huang Mingxiang menghela napas gusar, kemudian menyibak tudung pengantinnya. Wanita itu akhirnya bisa leluasa melihat. Huang Mingxiang berdiri, kemudian berjalan ke arah meja rias. Satu persatu, aksesoris emas yang melekat di kepalanya dicopot. Menyisakan rambut panjang hitam sepunggung digerai bebas.

Saat hendak berjalan ke arah kasur, langkah Huang Mingxiang terhenti, matanya fokus menatap ke arah jendela kamar yang telah tertutup. Jantungnya berdetak lebih cepat, namun tidak membuat pikirannya kacau. Gawat, dirinya merasakan ada seseorang di luar jendela kamarnya.

Huang Mingxiang berjalan mundur kembali, setelah itu mengambil tusuk rambut paling panjang dan tajam dan lanjut berjalan ke arah kasur untuk berbaring. Saat mulai memejamkan mata, Huang Mingxiang mendengar suara jendela yang dibuka pelan, nyaris tidak ada suara, hanya terpaan angin dari luar yang masuk.

Huang Mingxiang merasakan sensasi dingin di wajahnya, hatinya sudah tidak tahan lagi untuk memejamkan mata lebih lama karena gelisah. Dengan cepat Huang Mingxiang membuka matanya dan menarik bantal untuk menutupi perutnya, lalu mengangkat tusuk rambutnya untuk menepis belati yang akan dilayangkan ke arahnya.

Matanya terbelalak, melihat sosok pria dengan pakaian serba hitam berdiri di samping tempat tidurnya sambil mengangkat belati tinggi-tinggi, bersiap menembus badannya.

Trang!

Tangkisan Huang Mingxiang berhasil, kemudian dengan cepat bangkit dari tidur dan melompat menjauhi kasur. Sial, saat hendak berbaring tadi dia lupa melepas pakaian luarnya. Karena ini pergerakannya menjadi lambat sebab pakaian pengantin yang sangat berat.

Pembunuh itu berlari ke arah Huang Mingxiang, membuat debaran jantung Huang Mingxiang meningkat. Dia tidak terlalu pandai bela diri, hanya bisa melakukan bentuk pertahanan diri ringan seperti menangkis dan menghindar.

Huang Mingxiang berlari menjauh menuju peti mahar yang telah dia bawa dari kediaman Huang. Dengan gesit tangannya membuka penutup peti dan mengambil satu botol kaca kecil berisi bubuk misterius. Bubuk itu adalah racun yang membuat pandangan mata menjadi kabur dan panas, lalu perlahan melemahkan otot-otot korban. Dia mendapatkan ini dari Huangtaihou untuk berjaga-jaga.

Prang!

Suara botol kaca pecah itu terdengar nyaring, kepulan bubuk racun pun menyebar ke seluruh ruangan.

Huang Mingxiang menutup hidungnya rapat dengan kain bajunya, kemudian menendang pintu kamarnya. Dua penjaga yang bertugas di depan pintu kamarnya pun terkejut, pasalnya mereka tadi sedang bermimpi indah, namun sekarang mendengar tendangan pintu dari kamar Huang Mingxiang.

"Cepat lari dari sini, racun itu akan menyebar kemari!" Huang Mingxiang memberi peringatan sambil terus berlari menuju halaman depan kediamannya. Tetapi, belum sempat kedua penjaga itu memahami apa yang Huang Mingxiang katakan, mereka sudah terlanjur terpengaruh oleh racun bubuk Huang Mingxiang.

"Pembunuh!" Salah satu penjaga kamar Huang Mingxiang berseru sebelum akhirnya matanya tertutup dan pingsan.

Karena seruan tadi, seisi kediaman menjadi gempar. Su Mama dengan gesit keluar dari kamarnya mencari Huang Mingxiang.

"Wangfei! Wangfei! Di mana Wangfei?! Cari yang mulia! Kita harus melindungi Wangfei!"

Huang Mingxiang yang mendengar suara Su Mama pun segera berteriak. "Su Mama! Saya di sini!"

Su Mama yang juga mendengar suara Huang Mingxiang segera berlari cepat menuju halaman depan, matanya berkaca-kaca menahan tangis, tubuhnya gemetar.

"Wangfei ... anda ... anda selamat? Astaga, syukurlah. Terima kasih Dewa, terima kasih ...." Su Mama bersimpuh di tanah, menangis.

Huang Mingxiang tertegun, reaksi Su Mama benar-benar sangat mengkhawatirkan dirinya. Hal ini membuat hati Huang Mingxiang sedikit tersentuh.

Bab 3. Mengunjungi Xiao Muqing

"Wangfei! Anda baik-baik saja, yang mulia?" Gu Sinjie, entah dari mana tiba-tiba muncul.

Huang Mingxiang mengangguk. "Saya baik-baik saja."

Tuan Gu balas mengangguk juga, tetapi dengan ekspresi lebih lega. "Syukurlah, Wangye juga baik-baik saja. Malam ini sepertinya musuh kembali muncul ke permukaan, ditambah ini adalah hari pernikahan anda berdua. Membuat para musuh itu semakin gencar."

Huang Mingxiang membulatkan matanya. "Wangye juga diserang?"

Tuan Gu mengangguk. "Benar, yang mulia. Untungnya Wangye hanya terkena luka sayat kecil di lengan kirinya."

"Tuan Gu, bisakah anda membawa saya menemui Wangye sekarang? Saya ingin memastikan kondisi Wangye dengan mata saya sendiri." Huang Mingxiang membuat permohonan, dia benar-benar khawatir. Bukan tanpa alasan, dia khawatir karena saat ini Xiao Muqing adalah suaminya. Jika Xiao Muqing terluka parah dan mati, maka dia akan menjadi janda. Status dan posisinya pun akan semakin direndahkan. Dia harus merawat Xiao Muqing sebaik mungkin agar tidak akan ada orang lagi yang memandang rendah ke arahnya. Bukankah rencana ini bagus untuk dirinya dan Xiao Muqing sendiri?

Melihat raut wajah khawatir Huang Mingxiang , Gu Sinjie melempar tatapan ke arah Su Mama. Su Mama mengangguk dan tersenyum ke arah Gu Sinjie.

Gu Sinjie kembali menatap Huang Mingxiang , kemudian mengangguk. "Baik, Wangfei. Tolong ikuti bawahan ini. Tetapi sebelum itu, ada yang harus Wangfei ketahui."

"Apa itu?" tanya Huang Mingxiang penasaran.

"Tolong jangan bahas orang-orang Istana di hadapan Wangye sebelum beliau lah yang memulainya," jawab Gu Sinjie.

Huang Mingxiang mengangguk cepat. "Saya mengerti."

Setelah itu, mereka bertiga segera beranjak menuju kediaman utama yang ada di Xiao Wangfu. Saat menginjakkan kaki di sana, Huang Mingxiang sangat terkejut, karena banyak sekali mayat para pembunuh yang bergeletakan di jalanan.

"Ini ...." Gumam Huang Mingxiang .

"Walaupun Wangye memiliki masalah di kakinya, namun hal itu tidak mengurangi kemampuan bela dirinya. Hal inilah yang membuat para musuh sepakat mengepung Wangye dengan banyak pembunuh untuk meruntuhkan pertahannya," jawab Gu Sinjie.

Huang Mingxiang mengangguk mengerti, kemudian kembali memusatkan pikirannya lagi dengan Xiao Muqing.

Gu Sinjie berdiri di depan pintu kamar Xiao Muqing, kemudian mengetuk pintu.

"Wangye, Wangfei datang mengunjungi anda. Beliau berkata ingin memastikan kondisi anda secara langsung." Gu Sinjie meminta izin terlebih dahulu sebelum membiarkannya Huang Mingxiang masuk ke dalam kamar Xiao Muqing. Huang Mingxiang tidak tersinggung sama sekali mengenai hal ini, dia sadar diri, dirinya adalah orang baru yang dinikahkan paksa dengan Xiao Muqing.

"Ya." Jawaban satu patah kata yang singkat itu pun terdengar sangat dingin, membuat jantung Huang Mingxiang kembali berdebar cukup cepat.

Gu Sinjie membalikan badannya, kemudian berkata,"Wangfei, silahkan masuk. Su Mama, anda tetap berada di luar."

Huang Mingxiang dan Su Mama saling tatap, kemudian mengangguk untuk memberikan keyakinan satu sama lain.

Huang Mingxiang melangkah masuk, begitu Gu Sinjie membukakan pintu untuk Huang Mingxiang . Kini, Huang Mingxiang sudah berada di dalam kamar Xiao Muqing. Hanya berjarak beberapa meter, dia akan melihat sosok Xiao Muqing.

Di dalam kamar itu tidak terlalu terang, hanya ada cahaya remang-remang dari lilin.

Huang Mingxiang berjalan mendekat ke arah kasur yang ditutup rapat oleh kelambu, membuat sosok Xiao Muqing tidak terlalu terlihat jelas. Yang pasti, Huang Mingxiang tahu pria itu sedang duduk di atas kasur dengan lengan tangan kiri yang diperban.

"Mingxiang , memberi salam kepada Xiao Wangye yang terhormat."

"Jadi ini wanita yang menggoda keponakan benwang? Baik sekali mereka, mengirimkan wanita seperti ini pada benwang. Benwang harus berterima kasih kepada orang-orang Istana." Suara berat dan dingin terdengar, kalimatnya benar-benar menusuk hati Huang Mingxiang .

Baiklah, tidak masalah. Xiao Muqing belum mengetahui cerita yang sebenarnya, jika dirinya menjadi Xiao Muqing pun akan marah dan tidak terima.

Huang Mingxiang bersimpuh di lantai kamar Xiao Muqing, badan dan tatapannya masih tegak lurus ke depan mengarah ke Xiao Muqing.

"Wangye, anda salah paham. Percayalah, Mingxiang difitnah. Mingxiang tidak mungkin menggoda Kaisar hanya untuk keuntungan pribadi. Mingxiang bersumpah atas nama tujuh leluhur." Huang Mingxiang menatap Xiao Muqing dengan sungguh-sungguh. Dia benar-benar tidak dapat melihat sosok Xiao Muqing dengan jelas karena kelambu yang mengelilingi kasur pria itu, menyebalkan.

"Lalu bagaimana caranya benwang tahu kau masih gadis atau tidak?" balas Xiao Muqing acuh, dia terlihat tidak terlalu peduli dengan kata-katanya yang menyakiti Huang Mingxiang .

Huang Mingxiang mengerutkan keningnya. Ternyata Xiao Muqing seorang k*p*rat juga. Tetapi, Huang Mingxiang tidak bisa melawannya. Huang Mingxiang akui, aura penekanan Xiao Muqing benar-benar berat. Walaupun sudah lama sekali pria itu tidak muncul ke permukaan, auranya masih sama berat sebelum musibah itu menimpa kakinya. Dia memang masih seorang Wangye yang berkuasa, tidak peduli kakinya seperti apa, dia tetap memiliki aura seorang penguasa, tidak membuat hatinya merasa kecil sama sekali.

Huang Mingxiang menarik napas dalam, berusaha menenangkan dan menjernihkan pikirannya. "Apa yang Wangye inginkan? Mingxiang akan mengabulkannya, apa pun jenisnya."

Xiao Muqing terlihat menoleh ke arah sisi tempat tidur kosong yang ada di sampingnya. "Apa lagi selain 'itu'? Kamu bisa membuktikannya di sini, beruntung jika kau berhasil hamil benwang."

Mendengar kalimat tajam Xiao Muqing, kuping Huang Mingxiang terasa panas. Apa pria ini meremehkannya? Pria ini sepertinya benar-benar menganggapnya rendahan karena rumor itu.

Xiao Muqing yang melihat Huang Mingxiang terdiam sambil terus menatapnya dingin tersenyum tipis, kemudian berkata. "Lupakan itu. Benwang hanya menguji kebenaran rumor itu, ternyata sepertinya tidak. Benwang percaya kau masih gadis utuh."

Huang Mingxiang mengerutkan keningnya, heran. Tetapi selanjutnya dia memilih untuk menghiraukan hal tersebut, tidak mau ambil pusing.

Huang Mingxiang tiba-tiba mencium bau darah yang sangat menyengat, dan itu berasal dari Xiao Muqing. Huang Mingxiang mengerutkan keningnya lagi, kali ini lebih dalam. "Wangye, apa ada masalah dengan perban anda?"

"Sedikit."

"Benarkah sedikit? Tetapi bau darahnya sangat--" Belum selesai Huang Mingxiang bicara, Xiao Muqing sudah terlanjur memotongnya cepat.

"Kemari. Jangan banyak bicara."

Huang Mingxiang dengan cepat bangkit, kemudian berjalan semakin dekat ke arah kasur dan menyingkap kelambu tidur Xiao Muqing. Kali ini Huang Mingxiang dapat melihat sosok Xiao Muqing dengan sangat jelas.

Rambut panjang yang hitam, bola mata berwarna biru gelap yang mengkilau, hidung mancung, kulit putih, dan alis berbentuk pedang yang sangat menarik perhatian hati para gadis. Wajah Xiao Muqing benar-benar tampan!

"Ambil kotak yang ada di atas meja itu, lalu naik kemari untuk mengganti perban benwang." Perintah Xiao Muqing. Bahkan saat sedang meminta bantuan pun pria itu masih terlihat sangat angkuh.

Huang Mingxiang mengambil kotak obat yang ada di atas meja samping tempat tidur Xiao Muqing, kemudian berjalan memutar ke sisi ranjang satunya.

"Mingxiang izin naik, Wangye."

Huang Mingxiang segera naik ke atas kasur tanpa menunggu jawaban dari Xiao Muqing, lalu memperhatikan perban yang sudah penuh darah itu.

"Apakah sebaiknya kita memanggil tabib? Darah Wangye keluar sangat banyak." Huang Mingxiang memberikan usul, dia khawatir mengganti perban saja tidak akan cukup.

"Terlalu lama. Seluruh orang sudah diperintahkan Gu Sinjie menjauh karena kau kemari," jawab Xiao Muqing.

Huang Mingxiang menganggukkan kepalanya mengerti, mereka sepertinya berusaha memberikan waktu dan ruang untuk dia dan Xiao Muqing bicara.

Dengan penuh hati-hati, Huang Mingxiang membuka perban Xiao Muqing. Bau darah jutaan kali lebih menyengat dan terasa dibandingkan sebelumnya. Dahi Huang Mingxiang sampai mengerut, namun dia tetap telaten mengganti perban Xiao Muqing.

Di tengah kesibukannya, Huang Mingxiang ingin menanyakan sesuatu terkait Xiao Muqing.

"Wangye."

"Diam."

"Tetapi saya ingin bertanya."

"Tidak diizinkan."

"Ini bukan masalah eksternal, tetapi internal."

"Apa?"

Akhirnya Xiao Muqing pun mengizinkan dirinya untuk bertanya setelah dua kali penolakan. Huang Mingxiang tidak bisa tidak menggerutu karena ini, namun lagi-lagi dia mengesampingkan rasa kesalnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!