NovelToon NovelToon

My Crazy Doctor

Sel 1

Malam kian larut ketika ia memikirkan kilasan surat yang diterimanya tadi pagi. Dengan tidak patuhnya Biandra menolak untuk percaya apa yang tertulis didalam surat dengan kaki yang diangkat keatas Biandra memejamkan kedua matanya.

Namun makin menjelang malam, rumahnya yang memang selalu sunyi itu semakin membuatnya gelisah, bagaimana jika surat itu bukan surat iseng dan benar-benar perintah papanya. Apa yang ia lakukan sekarang jelas akan membawa dirinya kepetaka buruk dan berakhir ia ditemukan tak bernyawa dengan tulisan surat kabar seorang gadis ditemukan tewas didalam rumahnya karena tidak mematuhi surat 'wasiat' sang papa. Glek. Memikirkan itu membuat Biandra ngeri.

Belum hilang paranoid yang diderita oleh Biandra, Suara pintu yang terpaksa dibuka menyentak kesadaran Biandra. Ketakutan semakin menjalar keseluruh tubuhnya. Tak dipungkiri Biandra semakin paranoid dengan apa yang dipikirkannya.

Pintu kamarnya menjeblak dan disana berdiri makhluk hidup dengan tubuh 'terbungkus' pakaian hitam, hanya matanya yang terhindar dari bungkusan kain berwarna hitam. Sebelah tangannya memegang senjata. Senjata itu semakin terlihat jelas dengan silauan bulan purnama yang menyelusup dibalik tirai kamarnya. Dan itu pisau, mata Biandra membelalak, bagaimana rumahnya yang seaman istana negara bisa kebobolan maling seperti ini pikirnya.

Namun tidak berhenti disana makhluk 'berbungkus' hitam itu, membawa biandra kedalam pelukannya abaikan rasa hangat dipeluk kekasih, ini rasanya pelukan kealam neraka pekik batin Biandra. Sekujur tubuhnya semakin ketakutan tapi sang maling tetap berada diposisinya kemudian membawa pisau itu menuju kepelipis Biandra.

Biandra come on! Ingat kata-kata sensei, alirkan energi keseluruh tubuh dan fokuskan kebagian tangan dan kaki, tunggu aba-aba ketika sang maling mengendurkan pegangannya kemudian hempaskan dan serang pada bagian vitalnya.

Semua yang biandra lakukan nyaris berhasil ketika sang maling menyodorkan timah keemasan kearahnya dan DOORR.....

"Bodoh, apa yang kau lakukan, lihat! Sebentar lagi polisi datang. Cepat bergegas" hanya suara itu yang Biandra dengar sebelum kegelapan menyambutnya.

****

Biandra terbangun diruang serba putih, pusing melandanya. Dan sebelah tangannya terasa sakit karena suntikan yang mungkin didapatnya beberapa waktu lalu.

Kesunyian melandanya, memang hidup Biandra sangat jauh darikata keramaian meskipun ia tinggal dikota padat sepadat-padatnya, layaknya lagu Maudy Ayunda Jakarta ramai hatiku sepi..... jangan tanyakan lanjutan lagu ini karena hanya sepenggalan itu yang diputar pada acara music pagi itupun karena bik siti yang kerap kali menghidupkan televisi dan tidak bisa melewatkan salah satu presenter garapan ibu-ibu tersebut.

Mengingat bik siti, Biandra kembali murung ia teringat dengan keaslian surat yang didapatnya kemarin. Dan jika memang surat itu benar maka sebentar lagi ia akan mendapatkan informasi lanjutan yang tertera surat tersebut.

Biandra menekan tombol remote televise berita yang ia dapatkan memang berita yang tertera pada surat itu terpampang jelas dalam kotak persegi tersebut. Keluarga Deyan Yudhanwira dikabarkan menghilang.

Tidak ada kabar lanjutan dari menghilangnya keluarga Deyan Yudhanwira. Saat ini polisi tengah melakukan pencarian dihampir berbagai titik diibukota demi menemukan pensohor yang diisukan akan menjadi calon gubernur untuk ibukota tahun 2022 mendatang.

"apa yang mengincar nyawa papanya adalah orang-orang dari partai! Tidak mungkin, tapi siapa lagi?" biandra terus memikirkannya namun taka da apapun yang berhasil dipecahkan dari pemikiran tumpulnya.

Kerutan dikeningnya makin mendalam pasalnya didalam layar segi empat itu tengah menyorot kediaman mereka dan tulisan 'DISITA' tertera disana. Lalu apa yang akan terjadi dengan dirinya sekarang. Seakan semua masalah menghantamnya dengan bertubi-tubi dan menunggu dirinya untuk menyelesaikan, hanya satu hari untuk mengacau namun butuh beberapa hari ah tidak mungkin minggu mungkin juga tidak bisa terselesaikan. Lalu bagaimana dengan dia sekarang?.

***

keadaan rumah sakit sama sekali tidak mendukung untuk menemukan penyebab dari semua maslaah yang terjadi. Semua slide yang terjadi berputar terus menerus dalam otak kecilnya seakan ini semua adalah wabah penyakit yang tidak dapat diselesaikan.

"Sialan semuanya brengsek"teriaknya dikamar putih itu

"Sekarang apa yang mesti gue lakuin."teriakan yang berakhir dengan isak tangis itu pun mengsisi ruangan tersebut.

***

Keluar dari rumah sakit bukannya membuat Biandra lega malah hidupnya makin runyam, kenapa dia harus hidup dengan dram melo seperti ini. kenapa? Dan lagi ini bukan sinetron yang harus selalu menjemput masalah disetiap episodenya. Ini hidunya, hidupnya bukan tontonan orang se Indonesia. Meskipun saat ini keluarganya juga tengah menjadi sorotan. Dan orang yang menjadi sorotan pun entah dimana? Adilkah ini? kenapa harus dia sendiri yang merasakannya.

Angin berhembus menerbangkan rambut yang belum tersisir itu terlihat semakin mengerikan. Biandra hanya bisa meleletkan lidahnya ketika sekumpulan orang-orang menatap aneh kearahnya. Tetap berjalan tak tentu arah meninggalkan perkarangan rumah sakit. Ketika kakinya berhenti ia terduduk disamping jalan menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya.

Waktu seperti berjalan cepat meningggalkan dirinya dan tiba-tiba saja ada yang menubruknya. Ia hendak mengacuhkannya namun apa yang dia dengar selanjutnya, membuat ia naik pitam.

"orang gila! Orang gila! Orang gila!" Biandra mengangkat wajahnya seketika ia dihadapkan pada anak-anak dengan baju basah khas keringat jangan lupakan kotoran yang menempel dengan mudah disudut-sudut bagian entah itu leher, lengan, baju, celana atau yang lainnya.

Mereka terus meneriaki Biandra dengan teriakn "orang gila" Biandra semakin menggeram marah, pasalnya saat ini pun anak-anak tak tau diri itu ikut mengejek dirinya yang tiba-tiba menjadi lusuh seperti gembel. Menambah-nambah beban yang memang sudah sangat banyak mebebani hidupnya beberapa hari ini.

"Pergi lo semua bocah osngong! Siapa yang lo teriakin gila. Lo bocah! Yang gila" teriak Biandra dengan menunjuk-nunjuk anak-anak itu.

Sebagian anak-anak itu mengkerut mendapati wajah mengerikan yang menanggapi teriakan mereka. Padahal yang anak-anak katakana gila itu adalah perempuan disamping Biandra. Perempuan dengan rambut acak-acakan lebih parah dari biandra memakai baju pasien rumah sakit jiwa yang tertulis jelas di bagian depan bajunya. Biandra masih melotot kearah mereka. Ketika dirasanya anak-anak itu diam dan sebuah suara menganggunya.

"Hihi... hiihi, sayang ada artis lagi syuting marah-marah mau minta kamu kayaknya dari mama, mama nggak bakalan ngasih meskipun dia artis favorit mama" kemudian perempuan itu menendang Biandra. Biandra terpaku ditempatnya. Jadi yang dikatakan 'orang gila' bukan dirinya melainkan orang yang benar-benar gila.

Salahkan nasib yang menyebabkannya terjebak dalam suasana gila. "AArrrgghhkkk" Biandra ingin membalas tendangan yang didapatnya, tapi ia ingat bahwa melakukan kekerasan terhadap orang gila sama saja ia melakukan kekerasan pada bayi. Mereka sama-sama tidak tau apa-apa. Begitulah prinsip yang dipegang Biandra, meskipun selama hidupnya baru inilah ia melihat orang gila untuk pertama kalinya.

Biandra mendengarkan bunyi khas ambulan mendekat dan orang-orang berbaju putih keluar dari dalam mobil menangkap perempuan yang menyandang status gila itu, perempuan itu memberontak keras, lebih tepatnya meraung-raung dan tindakan seperti menendang mencakar sepertinya semua alat geraknya aktif menarik perhatian massa untuk menonton bukan untuk membantu. Biandra mendapati tontonan itu untuk pertama kalinya hanya bisa syok, dan yang ingat Biandra terakhir kalinya perempuan gila itu menarik tangannya seakan tidak ingin dibawa sendiri, layaknya remaja perempuan sekolahan yang ke toilet selalu harus didampingi. Meskipun sekolah itu sudah terjamin penjagaannya.

Dan juga para petugas itu juga menarik Biandra kedalam ambulan tersebut. Beberapa kata-kata masuk kedalam gendang telinga Biandra "Kasihan ya, padahal cantik begitu! Amit-amit deh"

"Amit-amit, pasti itu Karena diputusin pacarnya"

"Anak jaman sekarang! Diputusin pacarnya kalau nggak bunuh diri pasti gila. Jangan sampai deh"

Biandra ingin sekali merobek-robek mulut yang dengan seenaknya menjudge itu. Mereka dengan serampangannya mengatakan apa yang ada di otak kecil mereka tanpa mengetahui kebenarannya. Apa yang akan mereka lakukan kalau kenyataan tidak seperti yang mereka katakkan. Mereka past hanya mendengus dan kembali menduga-duga hal buruk lainnya. Tak ada maaf sama sekali. Buruknya sikap bangsa saat ini. tapi jangan pikirkan itu Biandra, pikirkan kemana tujuan Ambulan ini! ya tentu saja tujuannya kerumah sakit jiwa.

Kamvreet! Kenapa seorang Biandra harus dibawa kerumah sakit jiwa, MEREKA YANG BERMULUT PEDAS YANG SAKIT JIWA, MEREKA YANG SUKA MENJUDGE ORANG LAIN TANPA BUKTI APA-APA YANG GILA! MEREKA. SHIT! 

Sel 2

Bunyi yang memekakkan telinga Biandra akhirnya berhenti dan mobil juga terhenti, sepertinya mereka telah sampai dirumah sakit jiwa. Biandra sangat yakin bahwa setelah ini dia akan bebas, pasalnya pikirannya sangat normal ini tapi ketika ia melihat kebawah, ia meringis penampilannya hampir sebelah duabelas dengan orang gila. Bahkan memang sudah seperti orang gila ditambah dengan rambut berantakannya.

Perempuan gila disamping Biandra terus terkikik dengan boneka dalam gendongannya, para orang-orang yang berbaju putih yang baru diketahui Biandra mereka adalah perawat salahkan pengetahuan tentang baju putih ia hanya mengetahui seragam putih jas dokter dan jas lab teman-teman ilmuwannya tidak dengan beberapa orang yang tengah memegang erat lengan wanita itu dan menjauh dari Biandra, beberapa dari perawat itu menatap kearah Biandra.

"Jak, kenapa kita main angkut aja perempuan ini ya! kalau dia nggak membawa identitas apa-apa juga nggak akan bisa kita masukkan kedalam rs, dan selanjutnya kita juga harus memastikan melepaskannya juga, ah bikin repot aja" ujar seseorang dengan kumis tebal diatasnya masih mengenakan baju putih khas perawat

"elo sih mentang0-mentang ini agak bening diantara pasien-pasien lain lo angkut" ujar perawat yang dipanggil jak

"Kita gimana sekarang"

"Ya kita harus membawanya keruangan pemeriksaan lah, mau gimana lagi. Ada atau tidak identitasnya pasien harus tetap dinomor satukan" ujarnya kemudian menggiring Biandra menuju gedung bertuliskan Pemeriksaan dan Adminitrasi.

Gedung seperempat luas kamar Biandra terlihat beberapa lemari dipenuhi arsip. Biandra terus menjelajah ruangan tersebut seakan haus akan informasi. Padahal ini bukan minatnya. Dibagian sudut terdapat satu pintu. Para perawat itu kembali menggiring Biandra menuju pintu itu, entah kenapa Biandra hanya diam saja diseret layaknya kerbau dicucuk hidungnya.

Ketika pintu terbuka ruangan itu hanya ada satu meja dan dua kursi disisi berseberangan persi meja interogasi. Dan ruangan itu kosong, dengan corak cat abu-abu menempel didindingnya. Bentuk kupu-kupu juga mengikuti gambar abu-abu itu.

Biandra ditinggalkan diruangan itu sendirian. Gambar yang Biandra sangka adalah kupu-kupu sekarang malah terlihat seperti gambar lainnya, entah sang pelukis yang sangat alih menggambar abstrak yang dpaat diartikan kedalam beberapa bentuk entah penglihatan Biandra yang sudah tak terlalu fokus, Karena sedari ia kelar rumah sakit umum dan kembali masuk kedlaam rumah sakit jiwa ia belum memakan apapun yang dpatat dicernanya. Sungguh malang perutnya.

Pintu yang sedari tadi tertutup kini terbuka dan seorang dokter muncul disana. Dengan angkuhnya tanpa melihat Biandra dokter itu duduk didepan biandra kemudian meneliti wajahnya, tatapan yang dilempar sang dokter entah kenapa membuat biandra terintimidasi. Padahal selama hidupnya belum ada satupun tatapan yang dpaat membuatnya mengkerut dan membuat jantungnya bekerja dua kali lebih keras dari biasanya.

Sialan ini mengerikan begitu pikirnya. Setelah puas meneliti kemudian suara dokter itu terdengar, Biandra tidak dapat menangkap apa yang dikatakan sang dokter Karena terlalu terbuai dengan suara yang masuk kedua gendang telinganya yang kemudian menyusup kedalam otaknya menuju impuls sarafnya seakan mematikan pengertian dari ucapan sag dokter. Terlalu terlena

Dokter itu meyadarkan Biandra. "Hei! Kamu adalah orang kesekian yang berpura-pura gila untuk bertemu saya" itulah ucapan songong yang keluar dari mulut sang dokter. Kembali membuat semua sel-sel ditubuh Biandra normal. Biandra menatap kearah sang dokter cengo! Selain angkuh dia juga narsis. Jadi ilfeel gue.

"mendingan sekarang kamu pulang, dan berhenti jadi pura-pura gila. Kamu mempunyai masa depan cerah jadi jangan kamu sia-siakan masa muda kamu apalagi Karena masalah putus cinta"

Kamvreeeeet!!!!!! Nggak masyarakat goblok mengatainya desperate Karena patah hati tapi sekarang dokter ini juga, nggak tahukah dia Biandra itu masih jomblo bahkan diusia 21 tahunnya ini. bukan tidak laku tapi Karena memang Biandra tidak ingin disibukkan dengan kegiatan ala anak jaman sekarang. Disaat keluarga melimpahinya kasih sayang dia malah mencari pada kasih sayang palsu dalam wujud entah itu laki-laki , perempuan atau alien [baca: makhluk dunia maya] kalau memang sayang buktikan dalam ikatan sah! Bukan ikatan antara dua orang saja tapi juga keluarga. Dan terstempel.

Ingin rasanya Biandra mengumpat kearah sang dokter didepannya. Memang tadi dia terpesona bahkan membuat fungsi tubuhnya tidak berfungsi normal namun kini itu tidak akan terjadi lagi, pasalnya sang dokter telah menujukkan taringnya.

Tiba-tiba ingatan tadi melintas dikepala Biandra. Mereka sama-sama tidak tau apa-apa. Benar! Seperti menemukan oasis dipadang gurun, Biandra menemukan tempat yang membuatnya terlepas beberapa saat dari masalahnya.

Biandra memulai acting gilanya dan mudah-mudahan ini dapat menipu dokter songong didepannya ini.

"hihi, kamu tuh jahat bingitz tau nggak, aku udah ngasih semuanya untuk kamu, tapi apa balasannya, hihi kamu jahatzz" Biandra rasanya ingin muntah saat itu juga tapi ia harus professional kemudian ia berdiri berjalan menuju sang dokter memukul bagian dadad sang dokter yang entah kenapa terasa sangat nyaman untuk menjadi sadar-able. Tepiskan pikiran itu Biandra saatnya menjadi gila.

Biandra mengamuk dan sang dokter kewalahan mengatasi amukan Biandra yang telah tertanam dari awal permasalahan hidupnya. Sang dokter menangkap kedua tangan biandra membawanya keatas kemudian sang dokter menatap dalam Kearah biandra terus menunduk dan sperti ingin membalas perbuatan Biandra sang dokter berteriak

"Perawat cepat bawa tali, pasien ini mengamuk" telinga Biandra berdengung mendengar teriakan dokter gila itu.

Biandra bertingkah kondusif ketika perawat membawanya duduk lalu mengikat badannya. Kemudian mereka keluar ketika mendapat perintah dari sang dokter.

"Oke sepertinya kamu benar-benar gila!" ujarnya

"terbukti dengan kamu yang tidak dapat membedakan wajah jeleknya pacar kamu dengan wajah tampan saja" ujarnya memulai kenarsisannya. Ampun deh ini rumah sakit kenapa menerima dokter yang juga sarap!

"baiklah sekarang kita memulai dengan tingkatan awal" ujarnya kemudian dokter itu mengeluarkan beberapa alat dari dalam tasnya kemudian mengaturnya diatas mejanya.

Setelah itu dokter itu menyerukan "Kalau memang kamu gila tolong pilih alat berwarna merah dengan pita-pita" Biandra mengkerut ditempatnya 'apa ini uji tes kejiwaan, kalau memang iya aneh banget'

Biandra masih tidak bergerak malahan semakin tertawa-tawa, sebenarnya ini membuat tenggorokkannya sakit. Dokter itu menatap tajam kearah Biandra

"Tolong pilih" ujarnya diikuti dengan tangannya menunjuk-nunjuk kearah beberapa alat yang tidak menunjuk kearah perintahnya tadi. Langsung saja biandra mengambil barang yang ditunjuk sang dokter kemudian kembali tertawa lalu melemparkan kearah sang dokter tersebut.

Dokter itu mengerutkan keningnya dan berdesis 'ternyata ini cewek beneran gila' lalu sang dokter membereskan alat-alat itu dan meninggalkan Biandra begitu saja. Tanpa penjelasan, memang sih penjelasan untuk sang pasien gila itu tidak penting untuk diberikan pada pasiennya malahan kalau itu dikatakan kepada pasiennya bisa-bisa dokternya yang gila.

****

Rayhan mengerut keningnya. Sial kenapa dia berlaku sembrono pada pasien yang bener-bener gila. Ini disebabkan Karena terlalu banyak dari kaum wanita yang tiba-tiba datang kerumah sakit dan mengaku dirinya gila Cuma untuk mendekatinya. Sial.

Rayhan menatap kearah perawat yang membawa pasien tadi. "Tolong kamu periksa tasnya, sipaa tau kita menemukan identitasnya disana" lalu berlalu pergi

"Dokter jiwa memang terbest ya jak, tanpa kita katakana dia tahu apa kecemasan kita"

Jak yang dipanggil itu menatap kearah rekan kerjanya "semua juga bakaln ngomong gitu kalau itu pasien datang sendirian nggak bawa walinya, daripada lo makin memuja itu dokter baru mendingan sekarang kita cek tasnya itu cewe.

"lo kok sensi amat sih sama dokter muda ini, oh iya lo kan masih kesal Karena gebetan lo naksir berat sama itu dokter. Jangan salahin dokternya dong salahin gebetan lo yang kecentilan" lalu rekan kerjanya berlalu.

"berisik" jak mengikuti rekan kerja.

***

Biandra POV

kamvreeet! Gue kira setelah dokter songong itu, gue tinggal ganti baju pasien jiwa kemudian dibawa keruangan dan dapat makanan gratis. Nyatanya ekpestasi tak seindah realita.

'Gue harus mengisi kuisoiener setebal buku kuliah gue. Kan kamvreeet!'

Gue tau kedua perawat yang membawa gue itu tengah meledah gue, sebenarnya kalau gue normal gue udah mencak-mencak berani-beraninya mereka ngacak-ngacak tas prada kesayangan gue. Tapi gue lagi acting gila, dan gue tau mereka sedang mencari identitas gue. Sial. Gue baru ingat! Disana Cuman ada kartu nama paman keparat itu! Karena sebelumnya gue mau bikin perhitungan sama dia. Kalau begini gue yang bakalan jadi bulan-bulanan laki-laki tua itu. Anying!

"jak ini gue nemu kartu nama. Tomo Luqastariedza!" ujar perawat itu dengan lidah beloknya

"Kok nama belakangnya aneh banget ya jak! Tapi gue kayak pernah denger"

"udah lo nggak usah mikir ribet. Mendingan buruan ngasih itu kartu nama kebagian adminitrasif." Lalu mereka berlalu dari ruangan itu meninggalkan gue dengan muka kesel setengah mati.

Mereka itu manusia kamvret! Kenapa nggak meriksa smartphone gue aja! Kenapa harus kartu nama. Berasa kampungan banget! Ngeselin, pasti situa bangka senang banget tau gue sengsara. Sialan kamvretooo!!!!!!!!!!!!

***

Sejam telah berlalu, Biandra mengelus perutnya. Ia lapar! Dan tak ada yang memberinya makan. Rumah sakit jiwa sialan! Perut sialan. Itulah umpatan-umpatan yang terus dikeluarkannya sedari tadi.

Pintu terbuka dan yang datang adalah orang yang sama sekali tidak diharapkannya datang. Situa bangka itu berdiri disana jangan lupakan senyum kebahagiannya. Dasar tidak tau diri, sudah bau tanah masih aja jahanam.

"biandra sayang" si tua memulai aktingnya menyatakan dengan nada sarat kesedihan yang sangat Biandra tahu itu palsu. Kamvret! Kalau aja gue normal udah gue hajar ini orang. Sabar bi ini orang tua meskipun dia jahanam.

"Kasihan sekali kamu nak, sudah ditinggalkan oleh kedua orang tua kamu hidup seorang diri, sekarang kamu ...." Dia tidak melanjutkan omongannya mungkin dia tengah mengumpat bahagia dalam pikiran busuknya

Doketr tadi ikut mengamati kegiatan mereka sepertinya. "Mohon maaf sebelumnya pak Tomo, kami belum memastikan apakah saudari Biandra positif gila, Karena kami belum melakukan serangkaian tes kejiwaan lainnya terhadap Biandra.

"dok" suara pak tomo serak

"Apa keponakan saya Nampak gila dihadapan dokter, tolong jangan buat batin dia semakin terganggu dengan serangkain tes kuno itu. Saya mengharapkan keponakan saya sembuh tanpa tes-tes itu" ucapnya dingin.

Sialan.

"Saya tau pak, tapi prosedur tetap prosedur. Saudari Biandra harus mengikuti serangkain tes kejiwaan lainnya, kalau bapak tidak setuju silahkan bapak kunjungi rumah sakit jiwa lainnya. Saya permisi" wow, sepertinya ada yang lebih dingin disini tuh buktinya si tua bangka mengkerut dalam beberapa menit kemudian wajah datarnya kembali.

"Kamu, dasar Yudhanwira terkutuk. Kenapa kamu tidak bunuh diri saja, malahan jadi gila cuiih. Terpaksa saya harus membayar mahal untuk perawatan gila kamu ini. dan saya yakin kamu sebenarnya tidak akan sembuh, hahah" ujarny alalu berlalu dari ruangan itu meninggalkan Biandra

Biandra menatap tajam punggung situa bangka, ingin rasanya ia mengamuk. Tapi harus tetap sabar semua akan ada waktunya.

***

biandra digiring keluar ruangan itu untuk mengikuti serangkaian tes kejiwaan yang dikatakan dokter tadi, tanpa diberi makan. Catat tanpa makan, kan kamvreet!!

Biandra harus menunggu seorang diri ketika perawat meninggalkannya, dan dokter itu muncul diujung sana.

"masuk rumah sakit umum Karena gejala depresi, syok sesaat!"

"beberapa saat kemudian kamu masuk kerumah sakit jiwa tanpa rujukan dari dokter umum, sepertinya kamu memang tidak gila!" ucap dokter itu dingin

Biandra kemudian cengegesan menatap sang dokter kemudian berubah menjadi marah marah dan kembali ingin memukul kepala sang dokter, namun gerakan itu sudah terbaca oleh sang dokter

"Saya tidak mudah untuk jatuh dilubang yang sama" ujarnya dingin kemudian menghempaskan tangan Biandra dan mendesis

"Jadi, sebenarnya kamu tidak gila. Dan sudahin acara kekanak-kanakanmu ini. ini rumah sakit jiwa bukan tempat bermain-main"

Ingin rasanya Biandra memaki si dokter gila itu tapi apalah daya dia harus menjadi orang gila yang artinya tidak mengerti apa yang diucapkan oleh sang dokter.

Dokter itu menatap sinis kearah Biandra, kemudian dia kembali menanyakan perihal ilmu gilanya itu kepada Biandra yang tidak dijawab satupnpun oleh biandra dan hanya dibalas cengegesan.

Dokter itu menatap kearah Biandra, ia sangat yakin bahwa wanita didepannya tidak gila, tapi pemikiran gilanya saja yang menguasai otak kecilnya itu.

Dokter itu keluar dari ruangan itu kemudian menyeru kepada perawat untuk menyiapkan tes laboratorium, Karena tidak adanya rujukan dari pihak rumah sakit umum, maka dokter juga perlu melakukan tes laboratorium. Ya selain tes wawancara yang dilakukannya tadi dokter juga membutuhkan tes diagnose dari laboratorium. Tes ini biasanya memerlukan sampel darah atau urine pasien. Untuk melihat apakah ada atau tidak gangguan pada sistem saraf dari pasien dokter juga akan menyarankan pasien untuk melakukan tes MRI, EEG, atau CT scan.

Adapun untuk lebih memastikan adanya masalah pada si pasien dokter menyarankan untuk tes fungsi tiroid, kadar elektrolit tubuh dan juga skrining toksikologi. Pegujian toksiologi dilakukan untuk mendektesi apakah pasien memiliki riwayat penyalahgunaan obat-obatan atau konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

Biasanya untuk dirujuk kerumah sakit jiwa, pasien itu memiliki kriteria ; pasien menunjukkan gejala dan niat melakukan bunuh diri, termasuk kecenderungan untuk melukai diri sendiri atau orang lain; pasien memerlukan pantauan saat mencoba pengobata baru; pasien memerlukan perawatan yang hanya bisa dilakukan di rumah sakit; pasien tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik secara mandiri. Dan beberapa kriteria lainnya, namun keempat kriteria ini yang masih mendominasi / banyaknya pasien yang cenderung memiliki kriteria tersebut.

***

Sialan! Katanya mudah banget untuk masuk rumah sakit jiwa! Cuman lo perlu senyum-senyum nggak jelas tup masuk deh rs! Guyonan itu HOAK permirsa! masuk kedalam rumah sakit jiwa itu tidak segampang keluar masuk toilet umum yang hanya membayar 2000 rupiah. Gue harus dihadapin dengan sejumlah tes kejiwaan yang diikuti dengan biaya administrasi selama berobat disana. Gila. gue nggak pernah ngira hanya masuk rumah sakit jiwa yang biasanya sering menjadi bahan bercandaan teman temannya harus serumit ini. dan semahal menginap dihotel bintang tiga. Guyonan hoak! Omong kosong semua itu. Taik!! Taikk!!

Perawat membawanya kedalam ruangan yang bertuliskan bunga mawar, ini kamar atau kamar mandi kecil banget dan sumpah ini tempat sumpek banget! Mana sudah ada tiga orang gila didalamnya. Ya Tuhan akan menjadi hidupnya setelah ini!.

sel 3

terimakasih atas respon reader dengan cerita baru aku ini. terimakasih banget! selamat menikmati cerita ini, mudah-mudahan bermanfaat buat semua :)

Biandra menatap kosong kearah dinding ruangannya. Menurut biandra ini adalah gubuk ketimbang tempat perawatan, walaupun yang dirawat merupakan orang gila, tapi seharusnya rumah sakit harus lebih meninjau keadaan psikis yang diderita pasiennya sendiri. Bisa sajakan rumah sakit ini membangun perbukitan untuk dijadikan objek atau tempat 'bermain' orang gila.

Gimana mau sembuh kalau cuman dikasih obat. Obat! Obat, biandra mulai mengingat sesuatu hal penting yang terlupakan olehnya. Sial! Ia melupakan tentang mengonsumsi obat, tentu saja ia takkan bisa membuang obat gila nya itu seperti ia membuang obat yang diberikan dari rumah sakit umum.

Mati gue! Gimana kalau gue overdosis sama itu obat. Bunuh hayati bang!' bathinnya

Biandra terus memikirkan sebab akibatnya untuk keadaan tersebut. Ah! Masa bodoh yang penting sekarang ada gubuk ini buat gue berlindung dan makanan gratis. Masalah obat bisa dipikirkan nanti. Kalau tidak ada jalan keluar ya sudah telan saja obat apapun itu. Toh! Untuk saaat ini juga tak ada yang peduli dengan dirinya. Dia hanya sendiri didunia ini. sebatang kara.

***

Biandra hanya duduk dan termenung. Ia mengabaikan semua gangguan dari teman sekamarnya, baginya peduli setan sama mereka, kalau mau mempertahankan kewarasannya yang mungkin sudah agak mengikis diaharus tetap menjadi patung dan melakukan hal-hal gila ketika paman atau dokter gila itu datang selebih itu tak perlu mengerahkan usaha untuk berpura-pura gila. Atau anggap saja ia pasien gila yang bersikap dingin [baca: coolman].

"Sepertinya kamu sudah baikan" suara itu mengusik gendang telinga Biandra. Sial, Karena biandra belum mengetahui jadwal berkunjung ini dokter dia kebabaslan cool. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Biandra kemudian menatap sekilas kearah sang dokter kemudian berjalan menjauh dari terali besi tersebut.

"Dok" suara wanita berseragam perawat memanggil sang dokter

"Saat ini berikan saja dia makanan, soal obat cancel dulu sampai hasil laboratoriumnya keluar" ujar sang dokter tanpa mengalihkan pandangan dari Biandra kemudian pergi menjauh darisana.

"Baik dok" ucapan sang perawat tenggelam dengan ketiadaan sang dokter dari hadapannya. Sang perawat hanya bisa mengurut dada. Walaupun sudah terbiasa terabaikan tapi masih terasa sakit pasalnya sang dokter adalah dokter paling sexy di lingkungan yang didominasi oleh orang-orang tidak waras.

***

Sudah dua hari Biandra berada dirumah sakit jiwa yang dilakukannya hanya duduk termenung, tidur, buang air dan makan . Tidak ada hal lain yang special. Dan masalahnya juga belum terpecahkan membuat kepalanya serasa akan pecah saja.

Selama dua hari juga Biandra menghindari si Dokter kalau bisa setiap dokter datang dia akan pura-pura tidur atau seperti kemaren dia hanya perlu mengacuhkan. Tapi untung sampai sekarang Biandra tak perlu mengonsumsi obat-obat mengerikan itu. Tidak bisa dibayangkan kalau dia akan gila beneran? Pasti pamannya akan berpesta 3hari3malam, mungkin hal itu sudah dilakukannya saat ini. brengs*k! lelaki tua itu seharusnnya tobat diumur yang udah bau tanah bukan makin merajalela.

Perawat beberapa kali mondar mandir dilorong hanya untuk mengcheck keadaan ruangan. Dari ruang sebelah Biandra mendengar keributan, suara nyaring memekakan telinga. Perawat tersebut berlari kearah suara berasal, biandra hanya dapat mendengar tak dapat untuk melihat Karena dibatasi oleh dinding setiap ruangan dan juga terali besi yang menutup akses bebasnya.

"Kenapa gue kayak pasien pyschopat aja! Mesti dikurung dalam terali besi segala, kayak tahanan aja!"

Beberapa lama kemudian yang didengar Biandra, terali besi diujung sana berderak. Apa sang perawat masuk keruangan untuk memastikan tapi diakan sendiri, dan juga dia itu perempuan! Gila 'bathin Biandra histeris

Tak lama suara bedebum terdengar seperti orang terjatuh! Kemudian perempuan berseragam rumah sakit jiwa keluar kemudian berlarian disepanjang lorong dengan membawa-bawa pisau kecil lalu menyodorkan kedalam sel-sel yang dilewatinya.

Ketika perempuan itu sampai didepan sel Biandra, perempuan itu menyodorkan pisau lipat itu kedalam sel Biandra, membuat Biandra mengambil jarak awan, diujung pisau Biandra melihat darah!. Darah? Darah siapa? Apa perawat tadi? Tanpa piker panjang Biandra memekik nyaring

"TOLONGGGGGGGGGGG!!!!!!!! TOLONGGGGG!!!!!!!!!!!!!1" mungkin teriakan ini akan disesali biandra, tapi dia setuju dia berteriak meminta tolong Karena perempuan gila selain menyodorkan pisau kearah Biandra, perempuan itu juga mencoba membuka sel biandra dengan paksa.

Keterkejutan Biandra tak sampai disana, seperti perempuan normal pada umumnya, secara look dan pikiran dia memang perempuan ini bisa mendapatkan gelar orang gila, tapi tidak untuk kekuatannya. Perempuan itu terus mencoba membuka paksa sel Biandra, sedangkan 2 teman gila Biandra yang lainnya tidak mempedulikan aksi sang perempuan hanya sibuk dengan dirinya sendiri.

Ketika perempuan itu berhasil membuka terali besi ruangan Biandra, saat itu Biandra dapat melihat 3 perawat laki-laki belari kearah ruangannya. Saat itu kegelapan menyerangnya.

***

Rayhan tengah melakukan analisa tentang pasien yang baru diterimanya kemarin, pasien ini memang lolos mengikuti serangkaian tes kejiwaan, bahkan lulus dengan sangat sempurna. Terlalu mencurigakan, sepanjang ia menganalisa seorang pasien gila. Baru kali ini dia menemukan pasien yang 100% gila. Seperti dilahirkan dengan pemikiran gila. Seperti skala A-E yang digunakan untuk choice pilihan maka pasien ini patut mendapatkan choice yang 100% benar gila. Seharusnya rentang orang gila harus berada disekitaran 60-87%. Itulah skala umum untuk rangkaian tes gila.

Tes wawancara yang dilakukan terlalu sempurna. Kalian mungkin berpikir bagaimana seorang gila bisa mendapat nilai sempurna untuk menjadi gila. Layaknya mengejar gelar sarjana memerlukan ipk diatas 3,5 untuk penghargaan. Maka orang gila juga membutuhkan skale kegilaanya.

Rayhan masih menatap analisa itu. Sepertinya akan terjadi hal menarik didalam rumah sakit jiwa ini. senyum smirk terbentuk diwajah dinginnya.

***

"Dok" panggil perawat itu ketakutan, Rayhan menatap kearah suara itu

"Ada apa"

"Pasien dokter, jatuh pingsan dan saat ini sedang dalam tanganan dokter Rabiet" Rayhan mengepalkan tangannya.

"Baik saya akan kesana" ujar Rayhan dingin kemudian berlalu dari ruangannya

Rayhan berjalan perlahan, menuju ruangan dimana pasien yang dikhawatirkannya itu berada, entah mengapa ia merasakan rasa khawatir yang sudah lama tak pernah dirasakannya lagi, dan itu membuatnya aneh dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri.

"Pasien sepertinya mengalami syok ringan, sebentar lagi mungkin dia akan bangun" ujar dokter Rabiet

Kedua perawat laki-laki itu mengangguk. Dokter Rabiet membalikkan badannya, dan disana dokter Rayhan menatap tajam kearahnya.

"Siang dok" sapa dokter Rabiet lembut

Dokter Rayhan mendengus kemudian beranjak kearah ranjang rumah sakit yang membaringkan seorang gadis diatasnya.

"Aku sudah memeriksanya dia hanya mengalam syok ringan, sebentar lagi dia akan sadarkan diri! Dan sepertinya kau tidak keberatankan aku mengambil alih pasienmu itu saat itu" ujar dokter Rabiet lembut namun tangan dokter Rayhan semakin mengepal, rahang tajamnya mengeras. Dia menatap tajam kearah dua bola mata dokter Rabiet. Seperti mengatakan enyahlah kau.

Dokter Rabiet terkekeh "oke! Oke! Aku pergi." Ujarnya lalu meninggalkan dokter Rayhan dan sang perempuan tidur itu.

aku mau tanya pendapat kalian?

menurut kalian siapa yang cocok menjadi Biandra dalam kehidupan nyata untuk menemani Daniel omar??

Author : it's me #ketawabidadari

reader:.............

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!