NovelToon NovelToon

Pengorbanan Cinta 2

Bab 1

CIIITTT

Suara decitan ban mobil melengking ketika sebuah mobil mengerem mendadak di jalan, saat ada sebuah gerobak mie ayam melintas di depan mobil itu secara tiba-tiba.

"SIAL!"

Seorang pria mengumpat sambil memukul setir mobil saat mobilnya menabrak gerbak itu. Ya, dia adalah Bara Ranggana Wijaya, putra pertama Dion Wijaya, Si Kutub Utara. Bara turun dari mobil dan langsung menghampiri pemilik gerobak itu dan siap untuk memakinya.

"Apa kamu tidak tahu cara menyeberang jalan yang baik?"

Bara membentak dengan kasar saat melihat seseorang berjongkok mengambil ember berisi air yang jatuh dari gerobak. Orang itu mengangkat kepalanya seraya berdiri, dan ternyata dia itu seorang wanita yang cantik dengan wajah kalem, dan mata belo yang berbinar.

"Maafkan saya tuan, saya tidak tahu jika mobil anda sedang lewat di depan."

Beberapa detik Bara terdiam sejenak terpesona dengan tatapan sendu yang terlihat di wajah wanita itu, sebelum dia sadar untuk memulai omelannya lagi.

"Enak saja cuma minta maaf. Kamu harus ganti rugi, lihat mobil saya sampai lecet."

Bara menunjuk bagian depan mobilnya yang sudah lecet karena menabrak gerobak itu. Wanita itu membelalakkan matanya ketika melihat mobil itu rusak karenanya, dia tidak tahu berapa banyak uang yang harus dia berikan pada pria itu.

"Maaf tuan, saat ini saya tidak punya uang sama sekali karena saya belum mulai menjual dagangan saya. Saya tidak punya cukup uang untuk mengganti. Apalagi mobil ini cukup mewah."

"Hei, jangan jadikan dagangan kamu itu sebagai alasan. Saya tahu ini alasan kamu untuk kabur"tegas Bara dengan tatapan dingin.

Pria menyebalkan, gerutu wanita itu.

Wanita itu mengeluarkan sebuah kartu nama yang sudah lecek dari kantong celananya lalu diberikan pada pria itu, agar dia bisa menghubunginya.

"Itu kartu nama saya, tuan bisa menghubungi saya jika ingin menagih ganti rugi. Sekarang saya harus pergi jualan. Permisi."

Dengan cepat wanita itu mendorong gerobaknya meninggalkan Bara yang berdiri terpaku menatap kepergian wanita itu.

Mie Ayam Asmara.

Bara mengernyitkan keningnya membaca tulisan dalam kartu nama itu. Asmara? Mungkinkah itu nama wanita tadi. Astaga karena wanita itu, kini dia lupa dengan tujuannya. Bara kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu.

*****

"Apsara, kenapa kamu pulang sendiri? Ke mana Bara?"tanya seorang wanita yang tak lain adalah Rara yang kini sudah menjadi ibu-ibu sosialita.

Apsara Arsya Praditya adalah putri pertama Isyana Wijaya, dan dia adalah Si Kutub Selatan.

"Kami berpisah di bandara Mi"jawab Apsara datar.

Sesuai kesepakatan Isyana-Arya dengan sebutan Papa-Mama, dan Dion-Rara dengan sebutan Papi-Mami, karena anak-anak mereka tumbuh dan berkembang dari kasih sayang mereka berempat.

"Kalian pulang dari Amerika bersama, kenapa pulang ke rumah nggak barengan?"tanya Isyan dengan tatapan penuh selidik.

Apsara yang ditanyai hanya mengedikkan bahu acuh dan tidak menjawab sama sekali karena dia hanya memberi ekspresi datar.

"Dasar Kutub Selatan"sela Arya yang sedang membaca koran di ruang keluarga karena sekarang mereka semua berkumpul di ruang keluarga.

"Ar, apa kamu lupa kalau Kutub Utara dan Kutub Selatan memang tidak bersatu, tapi mereka saling terikat dan terhubung"timpal Dion sembari bermain game di HPnya, dia sudah diracuni game online oleh anak laki-laki Arya.

Tak berapa lama terdengar suara mobil yang langsung membuat semua orang beralih memandang koridor rumah yang menuju ruang keluarga. Tak berapa lama munculah orang yang sudah ditunggu, yaitu Bara. Dia berjalan santai dengan ekspresi datar.

"Kamu dari mana saja?"tanya Arya sambil melipat koran dan meletakkannya di atas meja.

"Dari bandara"jawab Bara datar.

Kedua pasangan orang tua itu kompak memutar bola mata dengan malas karena mendengar jawaban Bara. Apsara hanya tersenyum tipis melihat kekesalan orang tuanya.

"Ya udah, aku sama Bara mau ke kamar beres-beres sekalian istirahat"kata Apsara berdiri karena sejak tadi dia duduk di sebalah Dion.

"SIAL!!"

Tiba-tiba Dion mengomeli HPnya sendiri sambil mengepalkan tangannya sehingga semua orang melihat Dion dengan tatapan aneh seperti melihat remaja.

"Mas kamu kenapa sih?"tanya Rara.

"Aku kalah tanding nih. Kayaknya aku harus ngajak Nendra mabar biar aku nggak kalah"jawab Dion kesal.

"Papi kayak anak kecil"ejek Apsara lalu menarik tangan Bara agar mengikutinya.

Apsara dan Bara tidak pergi ke kamar mereka masing-masing, tapi mereka justru menuju perpustakaan rumah. Di sana mereka duduk berhadapan dengan tampang serius.

"Kamu ke mana sih? Kok lama banget nyampe rumah?"tanya Apsara.

"Habis nabrak tukang mie ayam"jawab Bara.

Apsara membulatkan matanya sebelum dia benar-benar tertawa terbahak-bahak. Ya, jika sudah berduaan Kutub Utara dan Kutub Selatan ini akan menjadi pribadi yang asik dan saling mengejek, tidak ada manusia kutub lagi.

"Syukurin, makanya nggak usah sok kegantengan dengan pulang ke rumah naik mobil sendiri"ujar Apsara dengan wajah tengilnya.

"Kamu itu harusnya kasian sama aku, bukannya malah mengejek aku"ketus Bara.

"Bara Ranggana Wijaya, secara logika 90 persen kemungkinan yang akan celaka pasti tukang mie ayamnya bukan kamu. Apalagi kamu naik mobil. Dasar oon"ejek Apsara.

"Udah nggak bahas tukang mie ayam lagi. Sekarang kita bahas nasib kita. Kita udah lulus S3, orang tua kita akan meminta kita untuk menggantikan mereka di perusahaan. Pikirkan siapa yang akan ke Wijaya Group dan PT. Surya dan apa iya kita akan langsung jadi direktur?"kata Bara memulai obrolan serius.

Apsara menghela napas panjang, dia dan Bara usianya hanya terpaut satu tahun, dan mereka sudah menyelesaikan pendidikan S3 mereka di usia 29 untuk Bara, dan 28 tahun untuk Apsara di Amerika. Siapa yang akan menjadi pemimpin Wijaya Group dan PT. Surya? Mengingat keduanya sama-sama memiliki hak atas dua perusahaan besar itu.

*****

"Assalamu'alaikum. Good afternoon everybody"teriak seorang gadis centil memasuki rumah disusul dua orang laki-laki di belakangnya.

"Wa'alaikumsalam, loh anak-anak tumben masih sore kalian udah pulang kuliah?"tanya Isyan berjalan menghampiri ketiga anak itu.

Anak laki-laki pertama, dia adalah Airlangga Raksa Wijaya biasa dipanggil Langga, putra kedua Dion. Dia yang ramah dan penyabar. Yang kedua ada si kembar, yaitu Syainendra Wira Praditya biasa dipanggil Nendra yang jahil dan toxic game online, dan terakhir Syainanda Citra Praditya biasa dipanggil Nanda yang manja dan santai.

Mereka bertiga menyalami dan mencium pipi satu persatu orang tua mereka secara bergantian. Mereka bertiga seumuran, karena saat Rara mengandung Langga dan sebulan kemudian Isyan juga mengandung anak kembar. Isyan tak menyangka dan merasa bersyukur bisa mengandung anak kembar padahal dikeluarganya dan Arya tidak ada riwayat gen kembar.

"Tumben para orang tua ada di rumah? Biasanya kalian masih ada di kantor?"tanya Langga.

"Kan hari ini kakak kutub kalian pulang dari Amerika"jawab Rara.

"Ohh.." Seperti paduan suara ketika kata itu yang keluar dari mulut mereka bertiga saat otak mereka belum menangkap jawaban mami mereka. Hingga akhirnya mereka melotot dan berteriak, "AAPAA???"

"Sekarang mereka ada di mana?"tanya Nanda bersemangat.

"Di...."

"Perpustakaan"sela Nendra dengan santai memotong perkataan Dion.

"Kata siapa mereka di perpustakaan? Tadi mereka pamit ke kamar kok"kata Arya tak percaya dengan ucapan putranya.

"Yah Si Papa ngeyel, nih buktinya"jawab Nendra memperlihat layar HPnya yang menayangkan rekaman CCTV rumah, di mana Apsara dan Bara berada di perpustakaan.

Arya menepuk dahinya bukan karena ternyata kedua kutub berada di perpustakaan tapi dia lupa kalau Nendra itu ahli IT dan pasti sebelum dia masuk ke rumah dia akan mengecek rekaman CCTV rumah.

"Ya udah kita mau ketemu kakak kutub dulu. Yuk guys"ajak Langga berjalan duluan lalu disusul si kembar.

"Nendra nanti mabar sama Papi ya"teriak Dion dengan lantang.

"Siap Pi"balas Nendra dengan teriakan juga.

Mereka langsung berlari menuju perpustakaan, karena mereka begitu bahagia akan bertemu kedua kakak kutub mereka yang akhirnya akan berada di rumah selamanya setelah bertahun-tahun tinggal di Amerika.

Tok Tok Tok

Langga mengetuk pintu perpustakaan terlebih dahulu sebelum mendengar suara Bara yang mengizinkan mereka masuk. Setelah mendapat izin Langga pun membuka pintu dan mereka bertiga langsung masuk ke dalam dan menghamburkan pelukan kepada kakak mereka.

"Kakak.."teriak ketiganya memeluk Apsara dan Bara bergantian.

"Kakak kita kangen banget tahu"ucap Nanda dengan bergelayut manja memeluk Apsara.

"Kita juga kangen sama kalian"jawab Apsara penuh kasih sayang.

"Kalian baru pulang kuliah?"tanya Bara yang sudah merangkul bahu Langga.

"Iya baru aja sampai, terus dikasih tahu kalau kedua kakak kutub kita pulang, jadi kita langsung ke sini deh"jawab Nendra sambil menaikkan alisnya.

"Kakak mau tanya, kenapa kalian kuliah S2 di Indonesia? Kalian bertiga kan kuliah S1 di Australi, kenapa nggak nerusin di sana dan malah balik ke sini?"tanya Apsara menatap adiknya satu persatu.

Ketiga saudara itu saling menatap satu sama lain. Langga memberi kode pada Nanda untuk menutup pintu perpustakaan karena dia menutupnya tadi. Setelah Nanda menutup pintu, dia kembali duduk di sofa.

"Gini Kak, alasan kita balik ke Indonesia itu karena Mama"kata Langga.

"Memang mama kenapa?"tanya Bara khawatir.

"Kakak nggak tahu?"tanya Nendra bingung dan langsung dijawab dengan gelengan kepala dari kedua kakak kutubnya.

"Kakak masih ingat kan, penyebab Oma Ratih meninggal?"ucap Nanda mengingatkan kejadian empat tahun lalu saat Ratih meninggal.

"Penyakit lambung kronis..." Apsara dan Bara menjawab dengan kompak.

"Nah itu, mama sekarang punya riwayat penyakit yang sama dengan Oma Ratih. Dan mama pernah masuk rumah sakit dua minggu sebelum berangkat ke Australia untuk datang ke acara wisudanya kita. Dan itu alasan kenaoa kita pulang ke Indonesia karena kita mau nemenin mama"sambung Langga dengan bijaksana.

Jawaban Langga langsung membuat Apsara dan Bara terkejut dan melongo mendengar fakta yang tidak mereka ketahui, karena setelah Ratih meninggal Kusuma, Rama, dan Sinta memilih hidup di Amerika dengan tinggal di rumah peninggalan orang tua mereka.

"Mama nggak pernah cerita apapun ke kakak"kata Bara.

"Ya jelas nggak cerita, mama nggak mau buat kalian khawatir. Mereka aja nggak tahu, kalau kita bertiga udah tahu soal penyakitnya mama"sela Nendra.

"Makanya itu kak, kalian cepat gantiin mama di perusahaan ya, Nanda nggak mau mama sakit"pinta Nanda dengan wajah sedih.

Apsara dan Bara saling menatap seperti sedang berkomunikasi lewat batin, mempertimbangkan perkataan adik bungsu mereka.

"Terus nasib pendidikan kalian gimana?"tanya Apsara.

"Kalau Langga sih emang udah jadi dokter kak, cuma sekarang aku ambil S2 spesialis penyakit dalam, biar bisa ngobatin mama."

"Kalau Nanda, masih sama ambil S2 hukum, terus Si Kunyuk itu masih seneng sama dunia IT"kata Nanda melirik Nendra yang sibuk bermain dengan HPnya.

Merasa dirinya disindir, Nendra pun mengalihkan tatapannya dari HP dan memberi senyum polosnya bagai tanpa dosa dan membuat Nanda ingin memukul kepala kakak kembarnya itu. Sama seperti dua kakak kutubnya, mereka bertiga tak kalah cerdas, karena mereka mengenyam pendidikan S2 di usia 22 tahun.

*****

Malam ini, menjadi makan malam pertama terlengkap setelah bertahun-tahun lamanya, ketika lima bersaudara itu masing-masing sibuk dengan kuliah mereka di luar negri. Jika saudara kutub kembali ke rumah maka belum tentu adiknya bisa pulang ke rumah. Intinya untuk bisa berkumpul bersama cukup sulit untuk keluarga mereka.

"Pi, jadi mabar nggak?"tanya Nendra setelah dia selesai menelan suapan terakhirnya.

"Jadi dong, papi udah selesai makan nih"ajak Dion kemudian menengguk air putih dan bergegas pergi dengan Nendra.

"Sebenarnya anak kandung papi itu aku apa Nendra sih?"tanya Langga dengan wajah bingung.

Isyan yang mendangar keluh kesah Langga justru tertawa terbahak-bahak yang membuat semua orang menatap bingung ke arahnya.

"Mama ngapain ketawa coba?"tanya Nanda.

"Kalian itu punya sifat yang berlainan dengan orang tua kandung kalian. Bara sifatnya persis mama karena dulu mami kamu waktu hamil manjanya selalu sama mama, terus Si Kembar justru sifatnya persis papi karena waktu mama hamil penginnya deket sama papi"jelas Isyan.

"Dunia terbalik, yang bikin siapa, miripnya sama siapa"sela Arya sambil cengengesan.

Dan benar saja, Dion dan Nendra sedang mabar di ruang keluarga. Game mobile legend menjadi favorit mereka, dan keduanya sering berada satu tim.

"Nen, ini papi mau mati, lindungin papi cepetan"teriak Dion yang terus memainkan game HPnya.

"Papi tenang, aku akan selalu melindungi papi, lihat aja kita bakal menang"ucap Nendra yakin.

Dan beberapa menit setelahnya, terdnegar teriakan penuh kemenangan yang dikeluaran oleh ayah dan anak itu sambil saling memeluk.

"Yeay kita menang!"teriak Dion dan Nendra.

"Mas Dion!"panggil Rara sambil menjewer telinga Dion hingga membuat dia menghentikan aksinya dengan Nendra.

"Aduh sakit sayang"rengek Dion memegangi telinganya.

"Ingat umur Mas, udah tua nggak usah banyak gaya. Dan kamu Nendra belajar sana, saudara-saudara kamu lagi belajar kamu malah mabar sama papi kamu. Naik ke atas cepet!"omel Rara dengan wajah susah bersungut seperti orang kesetanan.

"Iya Mi, dadah Papi, selamat tidur di luar"ejek Nendra lalu berlari kencang meninggalkan Dion.

"Pokoknya malam ini, tidur di luar. Dan HP aku sita"ancam Rara langsung merebut HP Dion dan meninggalkan suaminya.

"Sayang, yah jangan dong"ucap Dion berlari mengejar Rara.

*****

Bara sedang memindahkan pakaian dari koper ke lemarinya. Akhirnya dia menempati kamar ini lagi setelah bertahun-tahun di Amerika.

"Fiuh...capek juga merapikan baju seorang diri. Harusnya aku minta tolong Apsara untuk membantu"kata Bara mengusap titik-titik keringat yang ada di keningnya.

Tiba-tiba Bara teringat dengan sesuatu yang dia simpan di saku jasnya. Dengan segera Bara mengambil jasnya dan mencari sesuatu itu. Akhirnya Bara menemukan kartu nama wanita tadi. Seulas senyum terukir di wajah dingin Kutub Utara. Dia memikirkan bagaimana pesona seorang tukang mie ayam, yang menurutnya wanita itu terlalu cantik untuk menjadi tukang mie ayam.

"Bara, untuk apa kamu mikirin tukang mie ayam itu? Tidak penting sekali"umpatnya dengan kesal, kemudian Bara menyimpan kartu nama itu di dompetnya.

Bab 2

Cintaku terjatuh padanya,

Sosok wanita yang cantik jelita,

Siang dan malam terpikir parasnya,

Senyumnya hadir dalam mimpi dan nyata.

Semakin hari,

‌Kebimbangan kian mrnghantui,

Berusaha mencari celah sepi,

Agar bisa keluar dari sini.

Semoga hati senantiasa tegar,

Meski keraguan kian memagar,

Aku mencintaimu,

Sahabatku, Apsara Arsya Praditya.

"Kita sudah sampai rumah, Mas Dafa"kata seorang sopir memecahkan lamunan seorang pria muda yang duduk di belakangnya, pria itu menutup kembali buku diarynya dan memasukannya ke dalam tas ranselnya.

Pria itu adalah Dafa Atma Jaya, cucu dari Herdian Atma Jaya pemilik yayasan Atma Jaya, sebuah yayasan sekolah elit dari TK sampai universitas terbaik dan rumah sakit di Indonesia. Dafa turun dari mobil dan sekarang dia menginjakkan kaki di halaman rumah kakeknya.

Dia menghirup udara pagi kota Jakarta yang masih segar karena saat ini masih pukul setengah enam pagi. Rindu. Ya, Dafa rindu kota kelahirannya. Setelah kedua orang tuanya meninggal saat dia SMA, Dafa memilih melanjutkan sekolahnya di Amerika.

"Mas, kakek ada di teras belakang rumah"kata Bi Inem, pembantu terlama keluarga Atma Jaya saat melihat Dafa melangkah memasuki rumahnya.

"Iya Bi"jawab Dafa tenang.

"Mau dibuatkan sarapan apa Mas?"tanya Bi Inem.

"Apa saja. Oh ya, Zahra di mana?"kata Dafa melihat ke penjuru rumah mencari keberadaan Zahra, adiknya.

"Mbak Zahra masih tidur, katanya sih hari ini dia kuliah jam delapan, jadi bangunnya nanti jam setengah tujuh"jelas Bi Inem.

"Bilang sama adik saya, kalau kakaknya sudah pulang"kata Dafa datar.

"Baik Mas. Bibi permisi"ujar Bi Inem bergegas naik ke lantai dua menuju kamar Zahra.

Dafa pun melangkahkan kakinya menuju teras belakang rumah. Sudah kebiasaan kakeknya jika setelah solat subuh, dia akan duduk di teras menikmati udara pagi, dan hal itu yang menjadi rutinitas kakeknya.

"Assalamu'alaikum Yangkung (eyang kakung)"sapa Dafa berjalan menghampiri Herdian dan menyalaminya.

"Wa'alaikumsalam, kamu sudah sampai?"kata Herdian penuh kebahagiaan.

"Sudah Yang, baru saja sampai. Yangkung sehat?"tanya Dafa sudah duduk di bangku rotan bersebelahan dengan kakeknya.

"Yangkung sehat, lebih sehat lagi kalau kamu bawa perempuan ke rumah"goda Herdian dengan menaikkan sebelah alisnya.

Dafa mengernyitkan dahinya mendengar perkataan kakeknya, dia tahu kakeknya menginginkan dia segera menikah. Tapi hingga saat ini, Dafa belum memikirkan untuk menikah, karena hingga saat ini dia masih mencintai gadis yang sama.

"Kakak!!!"teriak Zahra yang masih memakai piyama dan dia langsung memeluk Dafa begitu eratnya hingga membuat kakeknya harus memukul pahanya agar dia menghentikan aksinya.

"Aduh Yang, loro iki pupuku..."kata Zahra meringis sambil mengelus paha mulusnya.

"Lambemu iku kok yo mbrisiki tenan toh Ndok, yangkung lama-lama budeg ini dengar kamu teriak"omel Herdian.

Dafa hanya terkikik mendengar ocehan kakeknya yang tidak bisa akur dengan Zahra yang bawel jika sudah bertemu dengan dia. Dafa menyuruh Zahra untuk duduk dengan benar di sebelahnya.

"Sekarang kamu mandi terus kita sarapan bersama. Nanti kakak antar kamu ke kampus"ucap Dafa mengelus rambut adiknya.

"Memang kakak mau langsung ngajar di kampus?"tanya Zahra penuh selidik.

Universitas Atma Jaya tempat di mana Zahra berkuliah di sana, tapi tidak ada yang tahu kalau dia cucu pemilik yayasan itu. Dia berkuliah mengambil S1 fashion design.

"Cuma ngantar kamu, Zahra"kata Dafa penuh penekanan.

Akhirnya Zahra pun mandi, dan setelah dia selesai mandì, Zahra langsung turun untuk sarapan bersama kakak dan kakeknya. Akhirnya setelah sekian lama, Herdian menikmati pemandangan seperti ini. Setelah anak dan menantunya meninggal suasana rumah menjadi sepi seperti tidak ada penghuninya.

"Zahra gimana kuliah kamu?"tanya Dafa.

"Biasa aja"jawab Zahra dingin.

Dafa merasa heran dengan jawaban adiknya, yang dia pikirkan adalah seorang cucu Herdian Atma Jaya berbicara bahwa kuliahnya biasa saja? Herdian yang tahu mimik wajah Dafa pun akhirnya buka suara.

"Tidak ada yang tahu kalau Zahra itu cucu, Yangkung"kata Herdian.

"Kenapa?"tanya Dafa.

"Karena mereka pasti akan berlomba-lomba ingin menjadi temanku karena aku cucu pemilik kampus. Dan aku tidak suka berteman dengan manusia munafik"tegas Zahra sambil menyendokkan makannya.

Kagum. Iya, Dafa kagum dengan sifat adiknya. Bahkan saat dia menilai penampilan adiknya sekarang sangat jauh dari kriteria mahasiswa fashion designer dan cucu pemilik kampus. Penampilan yang santai, hanya memakai kaos dengan celana kulot, dan memakai tas gendong biasa. Dafa tersenyum memandangi adiknya, sifat Zahra sangat mirip dengan wanita yang dia sukai, sama-sama tidak mengumbar identitas keluarga.

*****

"NENDRA!!!"

Nanda berteriak sambil mengejar kakak kembarnya yang sudah menuruni tangga, hingga Nendra berlari menuju ruang makan. Mereka pun kejar-kejaran dan membuat orang tua mereka yang sudah berada di sana pusing dibuatnya.

"Nendra, aku udah bilang jangan mainin laptopku. Itu tugas makalah aku, harus dikumpulin hari ini kunyuk"omel Nanda yang berusaha menangkap Nendra yang berlari memutari meja makan.

"Kembar, bisa tidak kalian nggak rusuh pagi-pagi"ucap Isyan yang sedang memegang mangkok sop.

PRANG

Nendra menabrak Isyan hingga membuat mangkok sop itu meluncur dengan mulus ke lantai. Dan sialnya, kaki Isyan terkena cipratan kuah sop karena dia telat untuk menghindar. Isyan mulai menampakkan wajah dinginnya, dan menghela napas sangat panjang sebelum berteriak.

"SYAINENDRA WIRA PRADITYA, SYAINANDA CITRA PRADITYA, MAMA POTONG UANG JAJAN KALIAN BULAN INI!!!"

BOOMM

Seperti sebuah ledakan bom, begitulah jika Isyan sudah mengeluarkan sifat dingin dan ngaungan singanya yang bisa membuat semua orang diam mematung dan tak berkutik. Apsara, Bara, dan Langga yang sudah berdiri di depan pintu ruang makan hanya bisa diam melongo saat melihat keganasan mama mereka yang sudah lama tidak mereka lihat.

Isyan jarang bahkan cenderung tidak pernah memarahi anak-anaknya, bahkan lebih sering Rara yang mengomel. Tapi jika Isyan sudah mengeluarkan sungutnya, maka rumah seketika akan berubah jadi goa es.

"Mama jangan dong..."rengek Si Kembar langsung menghampiri Isyan dan memohon belas kasih.

"Mama, maafin Nendra ya. Nendra ngga sengaja"kata Nendra memohon.

"Nanda juga minta maaf, Ma"sambung Nanda.

Arya sebenarnya sedang menahan tawanya. Tapi dia tidak tega dengan istrinya yang mungkin sedang menahan rasa perih dan panas di kaki karena kuah sop itu.

"Sayang, duduk dulu"ucap Arya lembut lalu menuntun Isyan untuk duduk.

Langga berjalan mendekati Isyan, di sudah mengambil kotak obat ketika mangkok itu pecah, "Biar Langga obatin, Ma."

Langga pun dengan sigap langsung mengobati kaki Isyan. Sementara Si Kembar merasa sangat nenyesal karena telah membuat mama mereka terluka.

"Sudah-sudah, mama kalian nggak papa kok, mending kalian duduk dan sarapan. Kalian harus kuliah kan?"ujar Rara merangkul kembar.

Akhirnya semua orang duduk dan makan dengan tenang. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara sama sekali. Setelah sarapan selesai, para orang tua pun pergi ke kantor. Isyan diantar oleh Arya, sementara Dion mengantar Rara ke restoran.

"Nih uang jajan buat kalian"kata Apsara memberikan beberapa lembar uang kepada kembar.

"Nggak usah, Kak. Kalau mama tahu, nanti nama kakak dicoret dari daftar ahli waris gimana?"jawab Nendra dengan wajah murung.

"Kita juga salah kok Kak, jadi nggak papa kalau kita dihukum mama"sambung Nanda.

"Kakak juga nggak akan jadi miskin walaupun nama kakak dicoret dari daftar ahli waris"jelas Apsara tenang.

"Sombong"sindir Bara dengan tatapan dingin.

"Dan ini untuk kamu juga, Langga"tambah Apsara memberikan uang pada Langga.

"Makasih Kak, lumayan buat nambah-nambah beli buku praktek"kata Langga mengucap syukur sambil menepukkan lembaran uang itu ke dahinya.

"Kalian kuliah naik Innova?"tanya Bara saat melihat tiga mobil Innova sudah siap di depan halaman rumah.

"Iya"jawab Nanda singkat.

"Kenapa pakai Innova?"tanya Bara lagi.

"Karena kita nggak mau ada yang tahu kalau kita anak Arya Praditya dan Dion Wijaya"jawab Langga.

"Dan...nggak ada yang tahu kita bertiga saudara"sambung Nendra.

Apsara dan Bara langsung menepuk kening mereka bersamaan. Mereka tidak menyangka ketiga adik mereka mengikuti jejak kakak-kakaknya. Merahasiakan identitas keluarga dan hubungan persaudaraan.

"Ya udah yuk berangkat, aku jam pertama matkul dosen killer tahu"teriak Nanda langsung masuk ke mobilnya disusul dua saudara laki-lakinya yang memasuki mobil masing-masing.

"Hati-hati adik-adik!"seru Apsara kepada ketiga adiknya.

"Yoi Kak"sahut ketiganya saat kaca mobil mereka masih terbuka dan setelah itu ketiganya meninggalkan rumah.

"Sepertinya percuma papi membelikan mobil mahal untuk mereka, kalau pada akhirnya mereka lebih memilih pakai Innova yang harganya cuma 300 juta"ucap Bara dengan nada dingin.

"Hhhmm"balas Apsara dengan senyum judesnya.

"Kita berangkat sekarang"ucap Bara menoleh ke arah Apsara melemparkan kunci mobil dan dengan cepat Apsara menangkapnya.

Apsara menatap dingin Bara saat laki-laki itu menantang dia untuk menyetir mobil. Apsara berjalan menuju garasi yang masih tertutup rapat. Lalu dia menempelkan jarinya pada alat finger print yang membuat pintu garasi terbuka secara otomatis, dan ada banyak deretan mobil mewah tersimpan rapi di dalamnya.

Lalu Apsara menekan tombol pada kunci mobil untuk mengetahui mobil mana yang akan dia kendarai dan ternyata lampu sen yang menyala berasal dari mobil Bugatti Divo seharga 87 milyar.

"Are you sure, Bara?"tanya Apsara meyakinkan.

"Yes, I'm sure. Drive it"perintah Bara.

Apsara menyunggingkan senyum sinis khas Si Kutub Selatan, lalu dia masuk dan duduk di kursi kemudi sementara Bara di sebelahnya. Dan Apsara langsung menjalankan mobilnya meninggalkan rumah dengan kecepatan tinggi. Apsara pun memamerkan skill mengemudi seperti pembalap untuk menyusuri jalanan Jakarta.

*****

Universitas Atma Jaya.

Tiga bersaudara itu menghentikan mobil masing-masing di area parkiran. Mereka pun turun dari mobil sambil menenteng perlengkapan kuliah mereka.

"Guys, hari ini aku pulang telat, soalnya ada praktek pembedahan. Jadi kalian nggak usah nunggu aku"kata Langga yang sedang menyampirkan jas dokternya di lengan.

"Hari ini aku juga ada praktek bikin program komputer, mungkin aku juga akan pulamg terlambat"ucap Nendra.

"Kok sama sih? Aku juga ada tes debat hukum pidana jadi nggak tahu pulang jam berapa. Astaga naga dragon ball, pusing kepala Nanda"ucap Nanda memegangi kepalanya dan menggoyangkannya dengan lebay.

Mereka pun berjalan bersama meninggalkan area parkir, sebelum akhirnya mereka berpisah karena gedung masing-masing fakultas mereka berbeda. Jadi tidak akan ada acara saling mengantar ke kelas. Akhirnya mereka pun berpisah dan fokus untuk menimba ilmu sesuai keinginan mereka.

Bab 3

Dafa menghentikan mobilnya di depan kampus. Zahra meminta agar kakaknya tidak menurunkannya di parkiran kampus, karena bisa memicu kehebohan. Ketika nanti kakaknya datang sebagai dosen lalu mereka tahu Zahra diantar oleh Dafa, maka identitas Zahra akan diketahui.

"Makasih kakak sayang"kata Zahra lalu mencium pipi Dafa sebelum keluar dari mobil.

Zahra melangkahkan kaki masuk ke dalam kampus dan menuju gedung fakultas design berada.

"Hei cupu"

Zahra menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang dan dia melihat Geng Miss yang terdiri dari tiga wanita dari fakultas modeling. Mereka sering dijadikan model untuk praktek anak-anak fashion design seperti Zahra.

"Cih, anak cupu berangkat kuliah. Oh penampilan hari ini masih tetap aja kampungan ya"ejek Sindi.

"Tasnya juga masih pakai yang lama. Dasar miskin"timpal Ria.

"Dan penampilan kamu itu nggak pantas jadi anak fashion design, Upik Abu"sambung Jeje.

Mereka bertiga selalu menghina Zahra karena penampilannya cupu, kampungan, ditambah lagi Zahra yang pendiam. Zahra hanya diam saat diejek, dia pun hendak melenggang pergi namun dihadang oleh tiga gadis itu.

"Aku nggak punya urusan sama kalian. Biarin aku lewat"kata Zahra sambil melangkahkan kaki tapi Sindi justru mendorongnya hingga jatuh ke tanah.

Zahra meringis kesakitan saat telapak tanganya membentur aspal hingga memerah.

"Hei uler gatel!"teriak seseorang dengan suara lantang.

Mereka semua menoleh ke sumber suara dan terlihat Nanda berdiri dengan tatapan marah. Dia pun berjalan menghampiri Zahra dan membantu Zahra berdiri.

"Eh cewek-cewek gatel, bisa nggak sih kalian itu nggak seenaknya menindas orang. Kalian pikir kalian itu siapa!"tegas Nanda.

"Oh jadi ini temannya Si Cupu, penampilannya sama-sama kampungan"ejek Ria.

Ya, Nanda memang tidak pernah berpenampilan modis sama sekali, bahkan dia sering diejek oleh teman satu fakultasnya karena dia dirasa tidak cocok masuk jurusan hukum. Karena rata-rata anak hukum adalah mereka anak-anak orang kaya yang selalu pamer penampilan. Mereka tidak tahu saja kalau Nanda masuk urutan kelima pewaris Wijaya Group.

"Kamu itu nggak usah ikut campur ya!"bentak Sindi mendorong bahu Nanda, tapi dia berhasil menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Kamu mau, nasibmu sama kayak cewek cupu ini"ancam Jeje.

"Kalian pikir aku takut? Hahaha, nggak peduli aku. Awas minggir!"balas Nanda lalu menggeret Zahra meninggalkan Geng Miss.

"Awas aja kalau ketemu, aku habisin mereka"gerutu Sindi.

"SIAPA TAKUT!!"teriak Nanda lantang.

Nanda masih terus menggeret tangan Zahra sambil mengomel-ngomel, dan itu membuat Zahra tersenyum.

"Dasar geng uler gatel, mentang-mentang jadi model di kampus, sombongnya sampai ke magma bumi. Merasa cantik apa?"omel Nanda sambil menggandeng Zahra. Zahra tersenyum mendengar ocehan Nanda yang menurutnya sangat lucu.

"Kamu itu kalau ditindas, melawan dong, jangan diam aja, heran deh. Jangan terlalu baik jadi orang"kata Nanda dengan judesnya.

"Iya iya, makasih ya udah nolongin aku. Udah nggak usah ngomel-ngomel, lucu aku lihatnya"ucap Zahra dengan lembut sambil terkekeh.

Mendengar ucapan Zahra, Nanda menghentikan langkahnya lalu berdiri berhadapan dengan Zahra. Nanda sama sekali tidak tahu jika Zahra adalah cucu pemilik kampus begitu juga sebaliknya.

"Namaku Syainanda Citra, panggil aja Nanda. Aku anak S2 hukum"kata Nanda mengulurkan tangannya.

Zahra melongo saat mendengar bahwa Nanda anak S2 hukum, jika dilihat dari perkiraan umur, mereka seumuran dan itu membuat Zahra kaget karena Nanda adalah mahasiswa S2.

"Kenapa kaget? Karena penampilanku nggak kayak anak hukum ya?"tanya Nanda cuek.

"Bukan gitu, tapi kayaknya kita seumuran tapi kamu udah ambil S2, itu keren banget. Oh ya nama aku Zahra"balas Zahra memberi uluran tangan.

"Mulai hari ini kita teman"kata Nanda tersenyum ramah.

"Makasih ya udah mau jadi teman aku"balas Zahra.

"Santai aja kali. Oh iya aku harus masuk ke kelas, nanti kita ketemu di gazebo depan fakultas ekonomi ya"ujar Nanda.

"Oke bye"kata Zahra melambaikan tangan pada Nanda yang sudah melenggang pergi.

*****

Mobil sport Bugatti Divo kini memasuki halaman sebuah rumah mewah. Melihat ada mobil mewah masuk, sang satpam pun mendekati mobil itu. Apsara dan Bara keluar dari mobil bersamaan dan kharisma mereka tidak bisa terbantahkan.

"Selamat datang, Den Bara, Non Apsa di rumah Kakek Surya"kata satpam ramah.

"Makasih Pak, kami masuk dulu ya"kata Apsara lalu masuk ke dalam rumah diikuti Bara.

Mereka pun langsung disambut salah satu pembantu yang sudah bekerja di sini sejak Apsara SD, namanya Bi Sari.

"Den Bara, Non Apsa, akhirnya datang juga ke rumah ini. Setelah sekian lama rumah ini sepi tanpa kehadiran kalian"ucap Bi Sari dengan nada sedih.

"Bi, tolong buatkan jus buah naga untuk kami dan antarkan ke ruang kerja Kakek"ucap Bara.

Bi Sari pun mengangguk, kemudian kedua saudara itu naik ke lantai atas menuju rung kerja Surya. Rumah ini adalah rumah masa kecil Apsara sebelum Surya meninggal ketika dia berusia 10 tahun. Tak hanya itu lima tahun kemudian, Angga dan Laras pun dipanggil Tuhan akibat tragedi kecelakaan mobil saat mereka akan pergi ke Bandung. Entah kenapa hari itu, mereka tidak mau pergi menggunakan pesawat.

Setelah kepergian kakek dan neneknya, Apsara dibawa ke rumah keluarga Wijaya oleh Isyan dan Arya agar dia tidak merasa kesepian walaupun sudah memiliki dua adik kembar.

Apsara memilih berjalan mengelilingi ruang kerja Surya, sejak kecil dia sudah diajari semua hal tentang bisnis. Sementara Bara setiap weekend selalu datang ke rumah ini, dan dia selalu diperlihatkan gambar-gambar design arstitektur hasil karya Gavin oleh Surya.

"Aku sudah memutuskan untuk menggantikan Papa Arya, karena aku sudah mencintai dunia arsitek sejak kecil. Kakek Surya selalu menunjukkanku gambar-gambar design milik Om Gavin"jelas Bara yang saat ini duduk di kursi yang biasa diduduki Surya.

Surya selalu bercerita tentang sosok Gavin kepada cucu-cucunya, bahwa mereka memiliki paman yang hebat dan pintar. Dan Surya pun menyanyangi anak-anak Isyan dan Dion seperti cucunya sendiri tanpa membedakan kasih sayang.

"Ya tidak masalah, aku yang akan menggantikan Mama di Wijaya Group. Toh kedua perusahaan itu sama-sama perusahaan kita"jawab Apsara yang berjalan menghampiri Bara.

"Tapi aku tidak mau langsung menjadi direktur. Bagaimana kalau kita menyamar menjadi karyawan biasa"kata Bara menatap Apsara dengan tatapan misterius.

Apsara menyunggingkan senyum sinis, karena dia tahu apa yang ada dipikiran Bara. Pasti rencana Bara adalah untuk mencari para tikus-tikus perusahaan yang bersembunyi di balik meja.

"Ya baiklah, aku akan ikuti rencana kamu. Siapa tahu kita menemukan serigala berbulu domba"balas Apsara tersenyum licik sambil mengangguk.

Kini PT. Surya Kontrator sudah menjadi perusahaan kontraktor paling berpengaruh di Asia, sementara itu Wijaya Group audah masuk daftar 20 perusahaan terbaik di dunia, ditambah lagi Prada Resto sudah mampu mengembangkan bisnis kuliner hingga ke negara lain. Ini membuktikan keluarga Praditya dan Wijaya sudah membangun kerajaan bisnis mereka. Dan kerajaan bisnis mereka sudah siap untuk memperkenalkan para penerusnya.

"Aku merindukan kakek dan nenek. Bagaimana kalau setelah ini kita berziarah ke makam kakek dan nenek serta Om Gavin"ucap Apsara yang sudah menunjukkan sisi manusiawinya.

"Tentu saja, dan makam Oma Rati, kita juga harus ke sana"jawab Bara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!