Waktu masih siang, suasana di perpustakaan SMA Harapan Bangsa sangat sunyi dan tenang. Di sana, Alia sedang membolak-balikan lembaran buku di depannya dengan tenang. Namun, ketenangan itu terganggu ketika Alia tiba-tiba tertabrak oleh seorang siswa yang tidak dikenalnya. Buku-buku yang dipegang Alia terjatuh berserakan di lantai, membuat Alia sedikit kesal.
"Maafkan aku," kata siswa itu sambil membantu Alia mengambil buku-bukunya.
Alia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah siswa itu. Ia terkejut melihat wajah tampan yang ada di depannya.
"Sudah-sudah, tidak apa-apa," kata Alia sambil tersenyum kecil.
"Aku Rangga," kata siswa itu sambil memberikan buku-buku Alia yang sudah diambilnya.
"Alia," jawab Alia singkat.
Mereka berdua kemudian duduk bersama untuk memungut buku-buku yang berserakan di lantai. Rangga memberikan beberapa buku Alia yang jatuh di tempat yang sulit dijangkau, sementara Alia memungut buku-bukunya sendiri.
"Aku lihat kamu sering datang ke perpustakaan," kata Rangga mencoba memulai obrolan.
"Iya, aku suka membaca dan belajar di sini," jawab Alia sambil mengambil buku terakhir yang jatuh.
"Aku juga suka membaca, tetapi lebih banyak tidurnya disini," kata Rangga sambil tertawa.
Alia juga tertawa mendengar lelucon yang diucapkan Rangga. Ia merasa nyaman berbicara dengan siswa yang baru dikenalnya itu.
Setelah pertemuan itu, Alia dan Rangga semakin sering berbincang dan bertukar cerita di perpustakaan.
Alia merasa nyaman dengan kehadiran Rangga, ia merasa bahwa Rangga sangat menghargai dan mendengarkannya dengan baik.
Suatu hari, ketika Alia dan Rangga sedang duduk di sudut perpustakaan, Rangga dengan hati-hati mengambil tangan Alia dan berkata, "Alia, aku sudah lama menyimpan perasaan untukmu. Aku ingin mengungkapkan perasaan ini kepada mu. Apa kamu mau menjadi kekasihku?"
Alia merasa terkejut mendengar ucapan Rangga. Namun, Alia merasa senang dan tersentuh dengan perasaan Rangga. Ia lalu menjawab, "Ya, aku mau."
Rangga dan Alia saling melihat dengan tatapan penuh cinta. Tiba-tiba, lampu perpustakaan mati dan ruangan menjadi gelap. Namun, itu tidak menghalangi mereka untuk saling berpelukan dan berciuman. Mereka merasakan kebahagiaan yang begitu besar dan merasa sangat romantis di saat itu.
Saat lampu kembali menyala, mereka kembali ke tempat duduk mereka dan tersenyum bahagia. Alia merasa sangat bersyukur memiliki Rangga sebagai kekasihnya. Ia merasa bahwa Rangga adalah pria yang tepat dan menyayangi dirinya dengan tulus.
Saat mereka keluar dari perpustakaan, mereka bertemu dengan teman-teman sekelas mereka yang langsung bertanya-tanya, "Apa yang terjadi dengan kalian di perpustakaan?"
Rangga dan Alia hanya tersenyum dan membiarkan teman-teman mereka berspekulasi. Mereka merasa bahagia dan tidak ingin membagi momen indah mereka dengan orang lain. Mereka bahkan lebih dekat dari sebelumnya dan menjadi pasangan yang sangat disukai oleh teman-teman sekelas mereka.
Setelah mengalami banyak momen indah bersama selama setahun, Rangga merencanakan sebuah perayaan spesial untuk merayakan hari jadi satu tahun hubungannya dengan Alia. Dia ingin menciptakan momen yang tak terlupakan untuk Alia, karena dia benar-benar merasa beruntung memiliki Alia sebagai kekasihnya.
Rangga mengajak Alia pergi ke sebuah pantai yang indah dan romantis, di mana matahari terbenam tampak begitu mempesona. Alia sangat terkesan dengan kejutan yang Rangga berikan. Mereka berdua duduk di atas pasir dan menikmati pemandangan indah yang ada di depan mereka.
"Aku sangat bersyukur bisa bersamamu selama setahun ini, Alia," kata Rangga sambil menggenggam tangan Alia.
"Dan aku juga bersyukur memiliki kamu sebagai kekasihku," jawab Alia dengan senyum bahagia.
"Kamu tahu, Alia, aku sangat mencintaimu. Aku merasa bahwa kamu adalah seseorang yang begitu istimewa dan berarti dalam hidupku," kata Rangga dengan tulus.
Alia tersenyum dan menatap Rangga dengan penuh cinta. Dia sangat bahagia mendengar kata-kata itu dari Rangga.
"Dan aku juga mencintaimu, Rangga. Kamu adalah segalanya bagiku," kata Alia dengan penuh rasa.
"Tapi aku ingin memberikan janji kepadamu, Alia. Aku berkomitmen untuk selalu mencintaimu dan merawat hubungan kita dengan serius. Aku tidak ingin kehilangan kamu, dan aku ingin kamu selalu merasa bahagia bersama aku," kata Rangga sambil menatap mata Alia dengan serius.
Alia merasa terharu dan bersyukur karena memiliki kekasih yang begitu serius dan bertanggung jawab seperti Rangga. Dia merasa percaya dan aman bersama Rangga, dan dia juga berkomitmen untuk selalu mencintai Rangga dan merawat hubungan mereka dengan baik.
Mereka berdua lalu merayakan hari jadi mereka dengan makan malam romantis di sebuah restoran tepi pantai yang indah. Mereka menikmati hidangan lezat sambil menatap pemandangan yang menakjubkan di depan mereka. Rangga juga memberikan hadiah istimewa untuk Alia, yaitu sebuah liontin berlian yang sangat cantik.
Alia merasa begitu bahagia dan terharu dengan kejutan-kejutan yang diberikan Rangga. Dia merasa bahwa dia telah menemukan pasangan yang sempurna untuknya. Mereka berdua menikmati malam yang indah di pantai, sambil merenungkan kebahagiaan dan cinta yang mereka miliki satu sama lain.
Setelah merayakan hari jadi mereka yang pertama, hubungan Alia dan Rangga semakin erat dan romantis. Mereka sering bertemu di perpustakaan dan kantin sekolah, saling mengirim pesan manis di sela-sela waktu luang, dan bahkan seringkali berjalan-jalan ke taman kota bersama-sama pada akhir pekan.
Kehadiran Alia dan Rangga sebagai sepasang kekasih yang mesra seringkali menjadi sorotan di sekolah. Mereka sering kali mendapat tatapan dan senyuman dari teman-teman mereka yang iri akan kecocokan dan kasih sayang mereka. Beberapa kali, Alia dan Rangga bahkan sering dijadikan sebagai teladan oleh guru-guru di sekolah sebagai pasangan yang romantis dan saling mendukung dalam meraih cita-cita masing-masing.
Tidak hanya itu, pada sebuah kesempatan yang istimewa, Rangga bahkan memberikan kejutan romantis kepada Alia di dalam kelas mereka. Saat itu, saat Alia sedang asyik belajar, tiba-tiba Rangga datang menghampirinya dengan membawa bunga mawar merah yang cantik dan sebuah kue ulang tahun mini yang terbuat dari coklat.
"Sudah setahun kita bersama, Alia. Aku merasa begitu bersyukur bisa memiliki kamu di sampingku selama ini. Aku berjanji untuk selalu mencintaimu dan mendukungmu dalam segala hal," kata Rangga dengan suara yang penuh rasa cinta.
Alia tersenyum bahagia mendengar kata-kata Rangga. Ia merasa begitu terharu dan terkesan dengan kejutan yang diberikan oleh Rangga. Tanpa ragu, Alia mengambil bunga mawar dan memeluk Rangga erat-erat.
"Terima kasih, Rangga. Aku sangat mencintaimu juga," kata Alia dengan suara yang terdengar lirih.
Mereka berdua kemudian memotong kue ulang tahun mini itu bersama-sama sambil saling memberikan ciuman yang penuh cinta. Di hadapan teman-teman mereka yang terkesan, Alia dan Rangga menyatakan cinta dan komitmen yang serius satu sama lain.
Alia duduk termenung di bangku taman sekolah. Wajahnya yang biasanya ceria kini tampak murung. Ia merasakan ada yang berubah dalam hubungannya dengan Rangga.
Tak seperti dulu lagi, Rangga terasa lebih dingin dan jarang memberi perhatian padanya.
Sari, sahabat terdekat Alia, merasa khawatir melihat Alia yang tampak begitu sedih. "Al, apa yang terjadi? Kamu terlihat sedih sekali," tanya Sari.
Alia menatap Sari dan akhirnya menceritakan apa yang ia rasakan. "Aku merasa Rangga sudah tidak seperti dulu lagi. Dia jarang menghubungiku dan ketika kita bertemu, dia terlihat cuek padaku. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan."
Sari mengelus punggung Alia lembut.
"Tenang, Al. Mungkin Rangga hanya sedang sibuk dengan kegiatan sekolahnya. Kamu bisa bicarakan dengannya dan jelaskan perasaanmu."
Alia mengangguk, tapi ia masih merasa sedih dan cemas. "Aku mencoba menghubunginya tadi pagi tapi dia tidak mengangkat teleponku. Aku merasa dia semakin menjauh dariku."
Sari merasakan kesedihan Alia dan mencoba menenangkannya. "Mungkin kamu perlu memberi sedikit ruang untuk Rangga. Jangan terlalu mengejar dan tekan terus-terusan. Coba bersabar dan lihat perkembangannya nanti."
Alia merasa semakin sedih ketika melihat langit mulai menjadi gelap. "Sari, aku takut aku kehilangan Rangga. Aku tak tahu apa yang salah dengan hubungan kami," kata Alia dengan suara lirih.
Sari mencoba menenangkan Alia. "Jangan khawatir, Al. Kamu pasti bisa mengatasinya. Aku selalu ada untukmu kok."
Namun, Alia masih merasa tidak yakin. Ia merasa hubungannya dengan Rangga semakin renggang dan semakin berjarak. Ia berharap semuanya bisa kembali seperti dulu lagi, namun ia takut itu hanya angan-angan belaka.
Setiap malam, Alia duduk termenung di kamarnya yang sunyi. Suasana rumahnya terasa semakin sepi dan muram tanpa kehadiran Rangga.
Hari-hari berlalu dan Alia semakin terpuruk. Ia mencoba menghubungi Rangga berkali-kali, tetapi tidak ada satu pun pesan yang dibalas. Hati Alia semakin terluka dan ia merasa sangat kesepian. Di saat seperti ini, Alia hanya bisa mengandalkan sahabatnya, Sari.
Suatu sore, Alia menelepon Sari dengan nada sedih. Sari yang merasakan kegelisahan Alia pun bertanya, "Ada apa, Al? Kamu kenapa?"
Alia dengan suara yang terbata-bata menjawab, "Rangga, dia tidak merespon semua pesanku, Sari. Aku merasa sangat kesepian dan tidak tahu harus berbuat apa."
Sari merasa sedih melihat kondisi Alia yang begitu terpuruk. Ia mengajak Alia bertemu di rumahnya untuk membicarakan masalah tersebut. Sesampainya di rumah Sari, Alia langsung merangkul sahabatnya dan menangis tersedu-sedu.
Alia yang merasa terpuruk dan kesepian tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia bercerita tentang semua yang terjadi antara dirinya dan Rangga selama hampir beberapa bulan terakhir.
"Kamu harus tetap kuat, Al. Aku tahu rasanya sulit, tapi kamu pasti bisa melaluinya," kata Sari dengan penuh semangat.
Namun, Alia masih merasa sangat sedih dan merindukan kehadiran Rangga. Ia merasa seperti tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran Rangga di dalam hidupnya.
Keesokan harinya sepulang sekolah, Alia merasa semakin terpuruk dan tidak bisa menahan kesedihannya lagi.
Ia merenung sejenak dan memutuskan untuk pergi ke taman sekolahnya. Di sana, Alia duduk di atas bangku taman yang sepi. Semua orang telah pulang dan hanya ada Alia yang duduk sendiri di taman itu.
Saat itu, langit mulai gelap dan angin kencang mulai bertiup. Alia merasakan dinginnya angin dan merasa semakin sedih. Ia mengingat semua momen indah yang telah ia lewati bersama Rangga, dan merindukan kehadirannya.
"Aku rindu kamu, Rangga," gumam Alia pelan sambil menangis. Suasana di taman itu semakin sepi dan muram. Tidak ada seorang pun di sekitar Alia, hanya suara angin kencang yang terdengar di telinganya membuat semakinAlia merasa sangat kesepian.
Alia merasa dunianya runtuh saat ia menemukan pesan dari seorang gadis yang mengungkapkan perselingkuhan Rangga. Ia merasa sangat terkejut dan tak percaya dengan apa yang ia baca di layar ponselnya. Air mata Alia mengalir deras dan ia merasakan perih yang tak terkatakan di dadanya.
Setelah berhari-hari mencoba menghubungi Rangga tanpa jawaban, akhirnya Alia mendapatkan jawaban atas apa yang sedang terjadi. Namun, bukan dari Rangga, melainkan dari pesan tersebut. Alia merasakan kekecewaan yang sangat besar dan merasa seperti seluruh kepercayaannya telah diremukkan.
Alia merasa terluka dan hancur, ia merasa semua yang telah dilakukan untuk Rangga tidak berarti apa-apa. Semua usahanya untuk menjaga hubungan mereka, untuk membuat Rangga bahagia, ternyata sia-sia belaka. Ia merasa sangat kecewa pada dirinya sendiri karena tak mampu mempertahankan hubungan mereka.
Di malam yang sepi, Alia duduk sendirian di kamarnya sambil menatap layar ponselnya. Ia menangis tersedu-sedu dan merasa kesepian.
Rasa sakit yang ia rasakan begitu dalam dan ia tak tahu harus berbuat apa. Bagaimana mungkin Rangga bisa melukainya seperti ini? Bagaimana mungkin seseorang yang dicintainya dengan tulus dan sepenuh hati bisa begitu mudahnya mengkhianatinya?
Alia merasakan beban yang sangat berat di pundaknya. Ia merasa seperti dunianya hancur dan tak berarti lagi. Ia merasa sangat kecewa pada Rangga dan dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa begitu bodoh dan buta? Bagaimana ia bisa begitu mudahnya percaya pada Rangga?
Semua pertanyaan itu berputar-putar di kepala Alia, membuatnya semakin terpuruk dalam kesedihan.
Setelah beberapa hari, Rangga akhirnya datang menemui Alia di depan rumahnya. Alia masih merasa terluka dan marah atas pengkhianatan Rangga, sehingga ketika melihat Rangga datang, dia langsung berdiri dan berusaha untuk menjauh.
"Alia, maafkan aku. Semua itu bohong. Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapapun," kata Rangga berusaha meyakinkan Alia.
Namun, Alia tetap teguh pada pendiriannya. Dia merasa kepercayaannya telah dikhianati dan hatinya terluka sangat dalam. "Apa yang kamu lakukan itu sangat menyakitkan, Rangga. Aku benar-benar kecewa padamu," ujar Alia dengan nada yang penuh dengan kesedihan dan kekecewaan.
Rangga terus mencoba meyakinkan Alia bahwa dia tidak berselingkuh, namun Alia merasa tidak ada alasan lagi untuk percaya padanya. Dia merasa sangat kecewa dan terluka, bahkan air matanya pun mulai berlinang saat dia mengingat semua momen indah yang mereka habiskan bersama.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya memaafkanmu, Rangga. Aku sangat mencintaimu dan merasa kamu adalah segalanya bagiku, tapi sekarang semuanya telah hancur," ucap Alia dengan suara terputus-putus karena menahan tangisnya.
Rangga merasa sangat menyesal dan putus asa. Dia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Alia. "Aku minta maaf, Alia. Aku akan melakukan apapun untuk memperbaiki semuanya. Tolong berikan aku kesempatan untuk membuktikan diri," kata Rangga sambil berusaha untuk meraih tangan Alia.
Namun Alia menarik tangannya. "Maaf, Rangga. Aku tidak bisa," ujar Alia dengan suara lembut namun penuh dengan kesedihan.
Rangga merasa putus asa dan patah hati. Dia merasa telah kehilangan segalanya. Sementara Alia, dia merasa terluka dan kecewa karena orang yang paling dicintainya telah mengkhianatinya. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi perasaannya saat ini, namun dia tahu bahwa memaafkan Rangga tidak akan mudah, bahkan mungkin tidak pernah terjadi.
Alia memasuki toko buku dengan hati yang sedang terluka. Dia mencari buku-buku yang bisa membantu menghibur dan mengobati perasaannya. Saat sedang mencari buku yang cocok, Alia menemukan Leo, seorang pria pendiam dan tertutup yang sedang membaca sebuah novel di sudut toko buku.
Melihat Leo membaca novel, Alia pun merasa tertarik dan memutuskan untuk mendekatinya. Alia melihat cover novel yang sedang dibaca Leo, novel itu berjudul "Norwegian Wood" karya Haruki Murakami. Alia pernah mendengar novel itu, tapi belum pernah membacanya.
"Apa cerita di novel itu bagus?" tanya Alia pada Leo.
Leo membalas dengan senyum, "Iya, ceritanya bagus. Novel ini bercerita tentang cinta, kehilangan, dan kesedihan."
Alia tertarik dan akhirnya memutuskan untuk membeli novel itu. Leo dan Alia pun mulai berbincang-bincang tentang buku-buku yang mereka sukai. Mereka mulai membicarakan novel "Kafka on the Shore" dan "1Q84" juga karya dari Haruki Murakami.
Leo adalah penggemar berat Murakami dan memiliki pandangan yang mendalam tentang karya-karya penulis Jepang itu. Alia pun merasa tertarik dengan pandangan Leo berbincang tentang buku tersebut membuat Alia sedikit melupakan rasa sakit hatinya.
Sampai waktu berlalu begitu cepat, mereka tidak menyadari telah berbicara selama beberapa jam. Leo melihat jam tangannya dan terkejut melihat waktu yang sudah larut.
"Sudah malam ya, sepertinya aku harus pulang," ujar Leo.
Alia mengangguk dan memutuskan untuk pulang juga. Namun, sebelum berpisah, mereka menukar nomor telepon dan berjanji untuk bertemu lagi di toko buku untuk membicarakan buku-buku lainnya.
Beberapa hari setelah pertemuan mereka di toko buku, Alia dan Leo menjadi akrab dan saling berbagi pengalaman membaca buku.
Mereka bertukar rekomendasi buku dan saling merekomendasikan buku yang mereka sukai.
Alia menemukan bahwa Leo juga memiliki minat pada buku-buku yang berbeda dari miliknya. Mereka sering membahas buku yang berbeda dan saling mengenal lebih dalam melalui pembicaraan tersebut.
Saat membahas novel "The Catcher in the Rye" karya J.D. Salinger, Alia merasa sangat dekat dengan Leo. Mereka sama-sama merasakan pengaruh kuat yang diberikan oleh karakter utama dalam novel tersebut dan merasakan bahwa novel tersebut sangat relatable dengan kehidupan mereka.
Ketika Leo memperkenalkan Alia pada novel "The Little Prince" karya Antoine de Saint-Exupéry, Alia merasa sangat terkesan. Dia merasa bahwa novel itu sangat menggambarkan pandangan hidup Leo yang sebenarnya dan merasa bahwa dia telah menemukan teman yang benar-benar memahami dia.
Leo awalnya adalah orang yang sangat tertutup, tetapi sejak bertemu dengan Alia, dia mulai terbuka dan dapat memperluas cakrawala hidupnya. Alia merasa sangat terhibur setiap kali berbicara dengan Leo dan dia merasa bahwa Leo dapat membantunya melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda.
Pada suatu hari, ketika Alia dan Leo sedang duduk di sudut toko buku, Leo meraih tangan Alia dan berkata, "Alia, aku merasa begitu dekat denganmu dan aku ingin berteman lebih dari sekedar teman membaca buku."
Alia terdiam dan hanya tersenyum mendengar kata-kata yang diucapkan Leo. Setelah hari itu Alia sudah jarang untuk datang ke toko buku karena kesibukannya dengan kegiatan di sekolah, bahkan Leo pun seperti menghilang tidak memberikan kabar apapun kepada Alia.
Suatu pagi di kelas Alia, suasana tenang di tengah persiapan untuk memulai pelajaran. Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Guru kelas membuka pintu dan di hadapan mereka terlihat seorang murid baru.
Alia memperhatikan murid baru itu dan terkejut melihat wajah Leo, seorang teman lama yang dulu pernah Alia temui di sebuah toko buku. Dia tidak menyangka bisa bertemu Leo lagi di kelasnya.
Guru kelas kemudian memperkenalkan murid baru itu sebagai Leo. Semua siswa menyambut Leo dengan ramah, namun Alia merasa sedikit gugup. Leo adalah teman lama yang pernah dia temui, tapi dia tidak tahu apa yang harus dikatakan kepadanya.
Setelah pelajaran dimulai, Alia dan Leo duduk di meja yang berdekatan. Alia mencoba memulai percakapan, "Hei, lama tidak bertemu ya?"
Leo tersenyum dan menjawab, "Ya, benar sekali. Aku juga tidak menyangka bisa bertemu lagi denganmu disini."
Alia bertanya, "Kenapa kamu pindah ke sekolah kami?"
Leo menjelaskan, "Ayahku mendapat pekerjaan baru di daerah ini, jadi kami harus pindah ke sini. Aku senang bisa bertemu denganmu lagi."
Alia mengangguk saja mendengarkan penjelasan Leo, tapi Alia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Leo tapi ia tidak tahu apa itu. Mereka terus berbincang-bincang selama pelajaran hingga waktu istirahat.
“Leo, apa kamu lapar?” Tanya Alia.
“Iya, tapi aku belum tahu lingkungan di sekolah ini,” uhar Leo menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Ayo, sekarang aku akan menunjukkan kamu tempat-tempat yang ada di sekolah ini. Biarkan aku menjadi pemandu turmu untuk hari ini, tapi tidak gratis ya. Kamu harus mentarktirku makan bakso nanti di kantin.” Ucap Ali sambil melipat tangannya di dada dengan tersenyum.
Leo hanya tersenyum melihat tingkah wanita canti di depannya ini dan ia menganggukkan kepalanya.
Alia langsung menarik tangan Leo dan Leo hanya pasrah mengikuti Alia berkeliling sekolah dan menunjukkan beberapa tempat menarik di sekitar sekolah. Mereka berjalan-jalan dan tertawa bersama. Alia merasa senang bisa bertemu lagi dengan Leo dan bersyukur mereka sekarang bisa bersama di sekolah yang sama.
Setelah hari itu, Alia dan Leo menjadi lebih dekat dan sering menghabiskan waktu bersama. Mereka kembali seperti teman baik seperti dulu dan menikmati setiap momen yang mereka habiskan bersama. Hari itu menjadi hari yang tak terlupakan bagi Alia karena bisa bertemu lagi dengan Leo dan menjadi teman yang lebih dekat.
Rangga, mantan kekasih Alia, memperhatikan dengan tidak senang ketika melihat Alia dan Leo semakin dekat. Dia merasa cemburu dan tidak suka melihat kedekatan mereka.
Rangga akhirnya memutuskan untuk bertanya pada Indra, teman dekatnya yang juga sekelas dengan Alia, tentang pria yang dekat dengan Alia.
"Indra, kamu tahu siapa pria yang dekat dengan Alia?" tanya Rangga dengan nada curiga.
Indra yang menyadari kecemburuan Rangga menjawab dengan santai, "Oh, itu Leo, murid baru yang pindah ke sekolah kita."
Rangga mengernyitkan keningnya, "Leo? Apa Alia sudah dekat dengannya?"
Indra tersenyum, "Iya, mereka sepertinya sudah mulai dekat. Tapi, jangan khawatirlah Rangga, Alia pasti masih sayang sama kamu kok."
Rangga merasa lega mendengar jawaban Indra, tapi kecemburuan di hatinya tetap tak hilang. Dia merasa Alia tidak seharusnya terlalu dekat dengan pria lain, apalagi dengan Leo yang tidak ia kenal sama sekali.
Setelah itu, Rangga sering memperhatikan kedekatan Alia dan Leo di sekolah. Dia merasa semakin cemburu dan tidak senang melihat Alia semakin dekat dengan pria lain. Dia sudah berjanji dalam hatinya bahwa dia harus mendapatkan Alia dengan cara apapun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!