NovelToon NovelToon

Antara Cinta Dan Restu

01. Pertemuan

".... Perbedaan kulit yang udah gue olesin sama yang belum gue olesin a***** jelas banget kan?! Ini rekomen banget buat kalian yang lagi cari pemutih kulit yang sehat sehat banget buat kulit. Gue aja pakai kalian harus pakai juga para veetyyy."

Setelah selesai membuat vidio, gadis berambut gelombang itu kembali fokus pada lotion yang ada di kulit tangannya.

"Mer kita diajakin party nih nanti malam lo mau nggak?" tanya seorang gadis lain yang sekarang tengah berbaring di kasur, dia Amelta frizka sahabat dari gadis berambut gelombang yang bernama Amoera Vetyani.

Amoera seorang influencer yang mempromosikan brand brand di berbagai sosmed entah itu tik tok, instagram, Facebook dan akun sosmed lainnya.

Menjadi seorang influencer tidak hanya mempromosikan tetapi ia juga harus memiliki kemampuan mempengaruhi calon pembeli dengan memiliki ikatan emosional yang kuat dengan audiens sehingga para audiens atau para calon pembeli terpengaruh untuk membeli brand yang dipromosikannya.

Amoera menjawab dengan tatapan yang masih fokus pada kegiatannya. "Siapa yang ngajak?"

"Lita, dia ngadain pesta ultah untuk anaknya."

Setelah di rasa lotion-nya merata Amoera membalikkan posisi badannya sehingga sekarang ia dapat melihat langsung sang sahabat.

"Lita...?" gumam lirih yang hanya dapat didengarnya seorang.

Sekarang pikirannya tertuju pada Lita- dia teman SMA nya yang sudah menikah 2 tahun lalu.

Teman-teman SMA dan kuliah Amoera banyak yang sudah menikah dan hanya beberapa saja yang belum termasuk Amoera dan Amelia, sayangnya sekarang Amel telah bertunangan yang sebentar lagi pernikahannya akan tergelar.

"Anaknya baru berumur 1 tahun kan?" tanya Amoera setelah mengingat Lita yang telah melahirkan anaknya 1 tahun lalu.

"Iya, jadi lo mau nggak?"

"Hemmm."

"Tapi lo berangkat sendiri, gue mau sama ayangbeb."

Wajah Amoera secara sekejab berubah menjadi sinis. "Mentang-mentang--"

"Hitung hitung pacaran sebelum berubah status," potong Amel dengan bentuk bibir yang menyengir.

"Dihh, najong bangett. "

"Yang belum pernah ngerasain cinta cintaan diem aja dehh, nanti kalo udah ngrasain gue yakin lo bakal bucin parah melebihi gue."

Terlihat kedua bola mata Amoera berputar setelah mendengarnya. "Ya in aja sih biar seneng."

Amel menggelengkan kepala, menatap miris ke arah Amoera. "Kali ini serius Mer, lo belum mau cari pacar atau suami?? Disaat status gue sama temen yang lain udah pada nikah tinggal lo aja yang belum dan masih single, emang nggak malu iri gitu? Enak kah ngejomblo kaya lo yang sehariannya cuma buat vidio lalu posting--"

"Gue nggak malu iri atau apapun itu, selama gue rasa diri gue nyaman, seneng dan tentram gue nggak bakal iri!! Gue buat vidio buat dapetin duit Mel, duit!! Lo nggak tau gimana rasanya ga punya duit!!" Amoera yang terpancing mengeluarkan emosinya, ia tidak suka jika ada seseorang yang meremehkan nya ataupun yang berkaitan dengan nya

"Bukan nya itu lo ya? Yang nggak pernah ngrasain nggak punya duit?"

Suasana seketika terlihat hening beberapa saat.

"Mingkem kan tuh mulut, minimal mikir dulu sebelum ngomong." lanjut Amel dengan nada sinis.

"Ehemm... Btw ayangbeb udah nungguin lo di rumah, pulang nggih kasian dia." Amoera bangkit dari tempat duduk dan mulai menarik Amel untuk keluar dari kamarnya.

"Ngusir bilang langsung, nggak usah--"

Brak!!

Pintu tertutup dengan keras bertepatan dengan teriakan Amel yang meneriaki nya. "Kurang ajar! "

"Dihh sok tau," dumel Amoera di balik pintu tertutup, memang yang di katakana Amel tidak sepenuhnya salah. Tapi kan...

"Gue lagi berusaha mandiri woy lahh, minimal hargai. Sahabat bukan sih?"

Amoera mengambil tablet dan mulai mengedit vidio yang telah dibuatnya tadi, ia menambahkan beberapa kata dan efek pada vidio agar terlihat enak dipandang mata.

Setelah selesai mengedit Amoera bangkit dari kursi duduk dan segera merebahkan badannya yang terasa pegal.

Tiba-tiba Amoera terkepikiran perkataan Amel. "Kadang gue juga merasakan rasa iri liat kalian bisa bermesraan kek gitu, tapi terkadang gue takut menjalin hubungan sama cowok, gue.... takut, hoaamm," tanpa butuh waktu lama, Amoera mulai terlelap dengan bantal guling yang menemaninya.

✧・゚: *✧・゚:*

"Makasih ya udah dateng, gue seneng banget lo bisa dateng di acara ini. Huhuu my veetyy."

"Gue juga seneng bisa dateng di acara ultah anak lo, apalagi emaknya my fans jadi bisa ke hitung sebagai jumpa fans hahaa," canda Amoera

Suasana diantara mereka seketika hening dan hanya terdengar suara ramai tamu lain yang menikmati pesta.

"Hahaa garing banget," ucap Lita dengan nada datar

"Eee haha... Eh gue pulang dulu ya, udah malem nih," pamitnya yang sudah merasa tidak betah di acara.

Amoera dan Lita langsung saling menempelkan pipi di masing-masing silih berganti.

"Dih, biasanya juga pulang malem."

"Hehe kali ini enggak dulu, daahh."

Amoera berjalan menuju parkiran mengambil mobilnya. Setelah mengeluarkannya, Amoera segera kendarai mobilnya menembus angin malam yang kelewat dingin apalagi sekarang ia tengah memakai pakaian yang tidak berlengan.

Ketika mobilnya melewati sebuah jembatan, ia melihat seseorang yang tengah berdiri di atas pagar pembatas, mata nya sontak melotot dengan pikiran yang bersliweran.

"Duh cegah nggak yaaa, cegah enggak cegah enggak cegah enggak. Enggak lahh buat apa itukan bukan urusan gue, biar saja dia rasain disiksa di akhirat karena bunuh diri.... Eh, tapi.... "

Pikirannya tiba-tiba terlintas sebuah quotes di sosmed dan langsung saja ia meminggirkan mobilnya dan turun dari dalam mobil.

Ia melangkahkan kaki nya ke arah orang tersebut yang ternyata seorang pemuda.

"Heh, lo mau bundir yaa?!" teriaknya

Pemuda yang berada di atas pembatas itu memutar kepalanya 90° sehingga hanya sebagian wajah saja yang terlihat.

"Nggak usah ikut campur!"

"Wahh beneran gelo nih anak," Amoera semakin mendekat pada pemuda tersebut yang entah siapa diri nya tidak mengenal.

"Anda budeg?!"

Tepat pemuda didepannya selesai mengatakan Amoera berhasil menarik sebelah tangan pemuda tersebut yang membuat pemuda di depannya melotot.

"Apa yang lo lakuin?!! Akhhh!!! "

...Bersambung...

✧・゚: *✧・゚:*

Bunuh diri itu nggak baik, I know pemikiran orang yang melakukan bunuh diri karena sudah tidak sanggup dengan apa yang sedang di alami tapi bukankah itu melangggar HAM? Selain melangggar HAM bunuh diri juga sangat dilarang keras oleh Allah dalam Al- Quran Surah An-Nisa ayat 29:

"... dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah bagi Allah"

Selain dalam Al-Quran dalam hadist juga Ada Dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan, Nabi SAW bersabda, "Siapa yang terjun dari gunung untuk bunuh diri, maka ia kelak di neraka Jahannam akan tetap terjun untuk selama-lamanya."

Artinya bukankah seseorang yang melakukan bunuh diri, diakhirat akan disiksa sesuai dengan apa yang ia gunakan untuk bunuh diri?

pikiran bunuh diri adalah jalan mengakhiri semua masalah tentu salah, bukankah ia akan lebih memiliki masalah besar dan tidak bisa meminta bantuan siapapun? Mau meminta bantuan ke siapa? Ayah? Ibu? Saudara? Sahabat? Kekasih? Bukankah itu juga tidak bisa karena sudah beda alam? Minta pengampunan Allah? Bayangkan Allah akan menjawab gini "Bukankah sudahku larang perbuatan itu di dalam Al-Quran beserta akibat dari perbuatan itu?

Jika sudah lelah/tidak sanggup dengan masalah itu curhat, adukan sama Allah minta dikuatkan pundak agar saat menghadapi masalah itu merasa lebih ringan karena ada Allah. Yakinkan diri bahwa setiap cobaan ada jalan keluarnya dan mungkin Allah memberikan cobaan itu untuk membuat diri kita kuat berubah lebih baik lagi dan jalan untuk bisa lebih dicintai Allah apabila berhasil melewatinya bayangkan Allah bilang gini. "Selamat hambaku kamu sudah berhasil melewatinya dan nikmatilah rezki dan nikmat yang Aku berikan."

Dan mungkin itu caranya Allah mendewasakan kita, membuat kita sadar agar tidak terlalu berharap pada dunia yang fana.

PS: Umur Amoera 24 tahun

Umur Amel 25 tahun

Umur Lita 25 tahun

02. Anak Kecil

"Apa yang lo lakuin?!! Akhhh!!! "

Pemuda itu akhirnya jatuh ke trotoar dengan Amoera yang hanya mundur beberapa langkah dari tempatnya berdiri tadi. Amoera membungkukkan badannya dengan maksud agar dapat melihat wajah sang pemuda dengan jelas.

Mata tajam dengan alis yang kentara hitamnya hidung bangir dan rahang yang terlihat tegas terlihat tampan dimatanya. Sedangkan si pemuda itu menatap Amoera dengan dahi mengkerut, ekspresi marah yang sangat kentara di wajah nya. Ia bangkit dari posisi setelah melihat tidak ada tanda-tanda wanita didepan akan menolongnya.

"Apa maksud anda menarik saya dari sana?!" bentakan yang keluar dari mulut pemuda itu menyadarkan Amoera dari keterpukauan-nya.

"Dasar manusia yang tidak menghargai hidup, harusnya lo bersyukur sampai saat ini lo masih di beri kesempatan untuk hidup untuk beribadah, memperbanyak amal. Kalo punya masalah ngadu sama Allah minta di beri petunjuk, solusi, dikuatkan pundak lo bukannya malah nyerah kek gini. Lo kan cowok masa---"

"Stop, kamu lagi ngomong apa sebenernya--"

"Astaghfirullahhal'adzim... Anak jaman sekarang kalo lagi di kasih nasehat bukannya di dengerin malah mot---"

Pemuda itu menghela nafasnya. "Hahhh.... saya lebih tua dari mbaknya asal mbak tau saja."

Amoera menggeleng-gelengkan kepala. "Haduhh dek, saya tidak gampang dikibulin nih, mohon maaf saja."

Mata pemuda itu berputar. "Terserah kalo nggak percaya."

Amoera melihat pakaian pemuda itu dari atas sampai bawah dan ia baru menyadari bahwa pemuda didepannya berpakaian lusuh, bersepatu rusak. Amoera menebak bahwa pemuda didepannya telah berputus asa karena kondisinya saat ini, dengan kemurahan hatinya--

"Ayo tinggal bareng gue di apart, masih ada kamar yang kosong," ajak Amoera

Pemuda itu menatap Amoera dengan dahi mengerut. "Mak--"

"Nggak usah sok-sok an nolak kalo emang lagi butuh, ayok cepet bentar lagi hujan turun," Amoera menarik pergelangan tangan yang berbalut kain tersebut ke dalam mobilnya.

.....

"Ini kamar lo dan yang ini kamar gue, kalo butuh apa pun panggil gue aja. Kebetulan di kamar lo ada beberapa pakaian, lo pilih aja yang menurut lo menarik, " ucap Amoera seraya menunjuk sebuah kamar yang bersebelahan.

Setelah itu Amoera memasuki kamar nya meninggalkan pemuda itu yang masih menatap pintu kamar Amoera sambil bergumam lirih. Gumaman yang hanya terdengar oleh sang pemuda itu.

Saat ini Amoera tengah memainkan handphonnya di atas ranjang dengan posisi berbaring, ia menginstalk para influencer yang lebih sukses darinya.

"Oh jadi gini agar naik followersnya."

Tok tok tok

"Ada apa?" teriak Amoera

"Lapar."

"Gue nggak lapar."

"... "

Suasana kembali hening dan Amoera yang kembali fokus pada handphonnya.

"Saya lapar nggak ada makanan di dapur."

Amoera memejamkan matanya sebentar sebelum beranjak dari tempat nyamannya. Ia membuka pintu dan yang pertama ia lihat adalah seorang pria dewasa bukan lagi seorang pemuda yang masih minta uang jajan ke emaknya. Lagi dan lagi ia terpesona dengan ketampanan manusia didepannya.

"Ekhem." sebuah deheman menyadarkan Amoera dari rasa kagumnya.

"Eh oh... Makan mie nggak papa kan? Gue belum sempat belanja jadi adanya mie yang simple juga sih menurut gue."

"Tidak."

Amoera membalikkan badannya dan menatap pria didepannya dengan dahi mengkerut. "Maksud nya?"

"Saya tidak pernah makan mie."

Amoera mengangguk maklum lalu menatap pemuda itu sedih. "Nahh, Mulai sekarang lo bisa makan apa saja yang enak-enak di sini dan yang harus pertama lo makan enak di sini salah satunya mie!! Seneng nggak? Seneng dong masa enggak!!"

Pria itu menatap Amoera dengan tatapan yang sulit diartikan dan Amoera yang enggan memikirkan arti tatapan tersebut. "Oh ya nama lo siapa gue Amoera, Amoera Vetyani!"

Pria itu masih dengan menatap mata Amoera. "Abryne Mahesa."

Amoera mengangguk. "Nama panggilan?"

"Abryne."

"Abryne abryne abryne abry abry ryne ryne eeee gue panggil lo ryne gimana? Susah kalo mau manggil lo pake Abryne tapi bakal gue usahakan ko."

"Terserah."

Pada akhirnya kini mereka telah sampai dapur dengan Amoera yang segera menyiapkan mie untuk Abryne. "Suka pedas tidak Ryne?"

"Tidak."

"Ooh, cowok maniz ternyata."

"Apa maksud nya?"

"Okayy sudah jadi, silakan di makan raden," Amoera meletakkan mangkok beserta garpu dan sendok di depan Abryne setelah itu ia duduk di depan Abryne.

Abryne menghela nafasnya karena Amoera yang tidak menjawab pertanyaan sederhana darinya namun tak urung ia mengambil garpu untuk menarik mie dari mangkuk.

"Btw umur lo berapa?" tanya Amoera mengingat ia tadi membawa seorang pemuda ke apart dan menyuruhnya membersihkan badan namun alih-alih bukannya tampak bersih malah pemuda itu cosplay menjadi pria dewasa.

"26."

"Hehe enggak kaget enggak kaget enggak kaget. Eh ya ko bisa umur lo yang sudah mau kepala 3, tadi kelihatan belepotan bisa kek remaja-remaja gitu?" tanya Amoera yang terlihat sangat penasaran dengan kedua bola mata yang membesar.

"Make up..... Tidur sana! Anak kecil nggak baik tidur malem-malem."

Seketika wajah Amoera terlihat sinis. "Asal om tau ya, di umur 24 ini gue sudah boleh menikah sama hukum artinya gue bukan anak kecil lagi."

"Manggil nama orang yang lebih tua yang bener, nggak sopan."

Dahi Amoera mengkerut. "Gue udah bener manggilnya ya! Yang salah mana coba?!"

"Om, tadi kamu manggil saya om. Padahal saya bukan om kamu."

"Ya emang bukan, bukannya itu wajar ya manggil ke orang yang lebih tua pake 'om'?"

Abryne menyeringai. "Enggak nggak wajar, yang wajar kamu manggil saya 'sayang' baru itu hal wajar."

Seketika Amoera merasakan geli pada sekujur tubuhnya. "Jijik om, pedofil si itu namanya. Hoek," Amoera segera bangkit dari duduk nya dan menuju wastafel, sungguh ia merasa ingin muntah mendengar kalimat tadi.

"Om lain kali nggak usah nge gombal ya, om nggak pantes ngelakuin kayak gitu. Ingat umur om," setelah itu Amoera melangkahkan kaki nya menuju kamar dan sekali lagi meninggalkan Abryna sendirian.

"Pantesan belum nikah alay nya kebangeten sudah sampe level tinggi. " gumam Abryna

Drt drt

Abryna yang merasakan getaran pada saku celana segera ia ambil benda yang membuat getaran tersebut. Ternyata sebuah telephone masuk ke handphonnya.

"..... "

"Saya tadi sudah menemukan beberapa bukti-bukti nanti saya kirim ke e-mail mu dan tugas kamu tetap awasi orang itu, paham?!"

".... "

Tut.

.....

Amoera berjalan mendekati Abryne yang berada di sofa ruang tengah. "Om, tadi itu nomer gue."

"Yang mana?" tanya Abryne bingung.

"Yang tadi.." ucap malu Amoera.

Abryne berfikir sejenak sebelum menatap Amoera datar. "Oh jadi yang ngaku sugar babi itu nomer kamu?"

"Baby om. Baby, not babi."

"Sama sajalah, kamu masih anak kecil kenapa ngomong kayak gitu, diajarin siapa kamu?"

"Gue bukan anak kecil om, inget umur gue udah 24 tahun," setelah mengucapkan hal tersebut Amoera pergi dari hadapan Abryne.

Sedangkan Abryne, ia hanya menggeleng melihat tingkah Amoera.

...⋇⋆✦⋆⋇ ...

03. Seringai Terdapat Arti

Tap.

Tap.

Tap.

Suara langkah kaki terdengar mendekat di pendengaran Amoera yang tengah mencuci piring bekas mie tadi malam.

"Lagi apa?" tanya Abryne

"Menurut lo?" jawab Amoera dengan ketus. Amoera membatin, bukankah sudah jelas jika dilihat dari sudut manapun, bahwa orang yang berdiri di depan wastafel dengan air yang mengalir dipadukan dengan suara kaca yang saling berdentingan dapat ditangkap fikiran bahwa orang itu sedang mencuci piring? Mengapa jika sudah tahu harus bertanya juga?

"Mau saya bantuin?" tawar Abryne

"Nggak usah! Tadi malam kemana saja, kenapa baru nawarin sekarang?"

"Ka--

"Kalo sudah selesai make harusnya langsung lo cuci biar nggak numpuk! Kaya gini kan jadinya!"

"Iya, maaf lain kali--"

"Nggak usah bilang lain kali kalo nggak akan lo lakuin!"

"Iya iya... Sudah masak?" tanya Abryne guna mengalihkan topik yang sekarang.

Amoera menaruh barang-barang yang sudah ia cuci ketempatnya sambil mendengus. "Kenapa? Sudah lapar? Baru bangun bukannya bantuin beres-beres malah langsung pengin makan!! Lo pikir lo disini raja, pangeran, raden hah?"

Abryne menghela nafas, ia gagal mengakhiri emosi Amoera dengan mengalihkan topik. Bukannya reda malah semakin memanas.

"Sa-"

"Sudah sana pergi! Lo disini ngerusak suasana tau nggak?!"

"Ya-"

"Brisik! Langsung pergi aja kenapa sih, ga usah--"

"Iya iya ini pergi, nihh." tekan Abryne dengan sabar

"Oh brani lo motong ucapan gue! Nih rasain!!" Amoera mengambil spatula dan melemparkannya ke arah Abryne namun naas lemparan itu meleset malah mengenai vas bunga kesayangannya.

Pyar!!

Abryne segera menoleh ke arah Amoera yang sekarang ekspresinya terlihat akan memakannya namun sebelum itu Abryne segera berlari dari area dapur.

"Aaaaaa vas guee!! Abryyne tanggung jawab lo!!"

❃.✮:▹ 

"Ada pergerakan yang mencurigakan?"

"... " Abryne yang mendengar hal itu mengangguk puas dan beberapa saat kemudian ia mendapat ide yang tiba-tiba muncul di kepalanya.

"Saya mau menugaskan kamu untuk datangi alamat kamboja nomer 19A dan katakan pada mereka bahwa........ Paham."

"... "

"Saya percayakan hal ini padamu." Abryne tersenyum menyeringai dengan rencananya kali ini.

"..."

Tut.

Abryne bersedekap dada dengan matanya yang melihat keluar jendela sebuah pemandangan jalur lalu lintas yang padat dipenuhi berbagai kendaraan. "Sebentar lagi haha..."

Tok tok tok

"Abryne?"

Abryne menoleh ke arah pintu dan segera ia menstabilkan raut wajah dan badannya. "Khem."

"Ayo makan."

"Iya."

◃:✮.❃

"Mie? " tanya Abryne yang hanya melihat dua mangkok mie kuah beserta es teh yang berada di gelas.

Amoera menatap Abryne. "Iya, kenapa? Nggak suka?"

"Bukannya nggak suka, tapi tadi malam sudah makan mie."

"Loh, emang siapa yang ngelarang nggak boleh makan mie hari ini kalo tadi malam sudah? Harusnya lo bersyukur karena di apart gue banyak mie dan lo bisa sering-sering makan mie, kan lo belum pernah makan mie tuh."

"Kamu masak mie emang lagi males masak atau nggak ada bahan di dapur karena lo nggak punya uang?" tanya Abryne dengan menatap Amoera datar.

Amoera mencebik. "Males masak!"

"Masa?"

"Emang iya! Ngeyel banget di kasih tau juga, udah deh itu di makan sebelum dingin."

Abryne mendudukan dirinya di kursi depan Amoera sehingga kini mereka tengah duduk saling berhadapan di meja makan.

Drt.. Drt...

Hp yang berada di samping mangkok Amoera bergetar mampu mengalihkan atensi mereka dari aktivitas makan.

Amoera menatap Abryne dengan canggung. "Ekhm maaf, gue angkat telephone dulu.

Amoera bangkit dari duduknya menjauh dari posisi Abryne. "Halo?"

".... "

"Ahaha iya sudah saya buat ko tinggal saya posting aja."

".... "

"Iya bu saya yakin kali ini postingannya akan fyp dan banyak yang akan beli produk ibu."

".... "

"Jangan meragukan saya gitu dong bu, bukannya kita sudah lama bekerja sama? Hasilnya baik kan? Masa ibu masih meragukan saya sih?"

"... "

"Oke bu, nanti akan saya posting pukul 11.30 ibu tenang saja."

"..."

Tut.

"Nggak sabaran banget sih!" Amoera menggerutu sambil berjalan ke meja tadi.

"Wajahmu kenapa?" tanya Abryne heran melihat Amoera yang datang kembali dengan raut di tekuk.

"Loh? Emang wajahku kenapa?" Amoera memegang wajahnya bingung dengan tatapan yang mengarah ke Abryne.

"Kamu kesini." langsung saja Amoera mendekati Abryne tanpa bantahan apapun.

"Agak nunduk." sekali lagi Amoera manut dengan perintah Abryne.

Abryne menjulurkan tangannya ke sudut bibir Amoera dan menarik kedua sudut bibir itu membentuk senyuman.

"Nah, gini kan cantik kalo senyum... Jangan di tekuk-tekuk lagi wajahnya ya cantik nanti saya susah liat senyuman kamu." ucap Abryne dengan matanya yang menatap tepat manik coklat Amoera.

"Lo lagi nggombal?" Amoera menjauhkan wajahnya dari Abryne dan segera duduk di tempatnya.

"Lo pikir gue bakal baper sama gombalan receh lo itu, enggak sayy." Amoera memasukkan mie ke dalam mulutnya dan disaat itu juga ia menggigit keras garpu yang berada di bibir nya.

Aaaa gue baper... Ya Allah tolong jantung hambaaaa. Plisss tolongg...

Amoera semakin menggigit keras garpunya dan kedua kakinya menghentakkan ke lantai dengan pelan namun dengan ritme cepat.

Abryne mengedikkan bahunya acuh.

Kurang ajar, malah nggak di tanggapin omongan gue! Fikss dia tipe php, cuihh! Bismillah cancel baper...

Beberapa menit kemudian mereka telah selesai makan. "Lo yang cuci piring ya."

"Ta--"

"Mau ngehindar?" tanya Amoera dengan nada menuntut.

"Ahaaha enggak--"

"Bagus!" Amoera mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Abryne sendiri di ruang makan dengan beberapa piring dan juga gelas kotor.

"Sial! Saya dipermainkan! Awas kau anak kecil!" bibir Abryne mulai membentuk sebuah seringai yang didalamnya mengandung arti tak terduga.

...⋇⋆✦⋆⋇ ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!