"Arghhh … sialan, tubuhmu nikmat sekali."
"Shhhh .. sakit. lepaskan saya, Tuan. Sakit sekali …"
Erangan penuh kenikmatan bercampur rasa sakit memenuhi kamar apartemen mewah milik seorang pria tampan.
Keringat yang membasahi tubuh keduanya menjadi saksi seperti apa pergulatan di atas ranjang yang panas itu.
Tangisan dari si gadis menunjukkan betapa sakitnya tubuh dan hatinya. Apa yang telah ia jaga, direnggut paksa darinya oleh sosok pria yang terus memacu diri.
"Arghhhh!!!" Pria itu melenguh panjang setelah mendapatkan pelepasan yang kesekian kalinya.
Pria itu langsung tertidur dengan perasaan puas menyelimutinya.
***
Tampak seorang pria berjas biru muda datang seorang diri ke sebuah restoran yang sudah dijanjikan sebelumnya dengan sang klien. Bersama dengan asisten pribadinya, ia mendekat ke meja dimana calon kliennya sudah menunggu.
Pria itu duduk, menyambut uluran tangan calon kliennya dengan wajah tanpa ekspresi sama sekali.
"Akhirnya saya bisa bertemu dengan tuan Aksara Delvin Abiputra. Senang sekali rasanya." Ucap pria itu dengan wajah yang bangga.
Pria berjalan biru yang dikenal oleh kebanyakan pengusaha dan masyarakat sebagai sosok pengusaha muda sukses, putra tunggal keluarga Abiputra. Aksara Delvin.
Aksa tersenyum miring mendengar itu. Bukan hal yang aneh lagi jika ada yang memujinya di pertemuan pertama, sebab dia memang seorang yang patut mendapatkan pujian.
Wajahnya yang tampan, dan kekayaan yang melimpah membuat setiap gadis akan dengan suka rela naik ke ranjangnya.
Namun Aksa bukan pria sembarangan. Tubuhnya tidak tersentuh selain dengan orang-orang terdekat dan memang kapasitasnya.
Aksa orang yang misterius, tegas dan tidak pernah tersenyum lebar. Sekalipun senyuman tercipta, maka itu adalah senyuman miring meremehkan atau menjatuhkan.
Senyuman inilah yang selalu membuat para gadis merasa di jatuhkan. Tidak mendapatkan tubuh, tetapi hanya mendapatkan senyuman remeh.
Aksa tidak pernah peduli apa kata orang, termasuk kata orang tuanya. Berulangkali di suruh menikah, Aksa selalu menolak.
Baginya sebuah pernikahan adalah permainan, dimana saat kebahagiaan datang itu berarti kau menang. Begitupun sebaliknya.
Selain itu, Aksa benci tangisan dan rengekan manja dari seorang gadis. Ia benci sekali. Ia tidak suka hal-hal yang berisik.
Aksa adalah pria yang begitu tenang dan suka kesunyian. Dia suka membaca buku di tengah ruangan yang gelap dan hanya satu lampu yang menyoroti bukunya saja.
"Langsung saja pada intinya, saya tidak bisa buang-buang waktu." Ucap Aksa dengan tangan menopang di atas meja.
Pria bernama Beno lekas berdehem. "Begini, Tuan Aksa. Saya berniat mengajak anda kerja sama dengan keuntungan 50 persen masing-masing. Anda pasti tahu perusahaan saya, dan saya yakin jika kerja sama ini akan sangat menguntungkan bagi kita berdua." Ucap Beno menjelaskan dengan hati-hati.
"Saya ingin–" ucapan Beno terhenti saat Aksa mengangkat tangannya, meminta pria itu berhenti bicara.
"Saya tidak mau, 65 persen keuntungan di saya, atau tidak perlu ada kerja sama." Ucap Aksa dengan santai.
Satu lagi kepribadian yang Aksa punya ialah, selalu memikirkan secara matang keuntungan dari tiap kerja sama dengan sebuah perusahaan.
Perusahaan milik keluarganya adalah perusahaan kontraktor terbesar dan terkenal, maka dari itu ia harus bisa memanfaatkan 'bonafit' perusahaan keluarganya demi keuntungan yang besar.
Aksa mengulurkan tangannya pada sang asisten, meminta dokumen yang langsung diberikan padanya.
"Jika anda menerima, silahkan tanda tangani." Ucap Aksa seraya menyodorkan map itu di depan Beno.
Wajah Beno tampak pucat, bimbang harus bagaimana. Keuntungan yang Aksa minta cukup besar, namun peluang keuntungan lainnya jelas terlihat jika berhasil bekerja sama dengan perusahaan besar seperti Abitratex company.
"Tuan, boleh saya memikirkannya dulu. Sebelumnya maaf, saya belum memikirkan kemungkinan seperti ini." Ucap Beno dengan pelan.
Aksa menatap asistennya, Xyan. Pria itu memberikan anggukkan kepala yang singkat usai biara dengan sang asisten pribadi.
"Bicarakan dengan asisten saya, saya harus pergi." Ucap Aksa lalu bangkit dari duduknya.
"Tuan Aksa, setidaknya minumlah sedikit. Anggap ini sebagai tanda setuju dari saya," kata Beno buru-buru mengangkat dua buah gelas minuman.
Aksa mengambilnya, ia lalu menenggaknya hingga tandas. Aksa meletakkan gelas kosong itu, kemudian pergi.
Aksa melangkahkan kakinya keluar dari restoran tersebut. Namun saat ia masih melangkah, tiba-tiba rasa pusing menyerangnya.
Pria itu memegangi kepalanya, mencubit sedikit pangkal hidungnya dengan mata yang terpejam. Sebelah tangan Aksa memegang kap mobilnya yang terparkir disana.
"Hai." Seorang wanita tiba-tiba datang dan langsung menyapa Aksa.
Aksa menoleh, menatap aneh pada gadis yang ada dihadapannya. Pakaian yang begitu terbuka, dan riasan wajah yang begitu merona.
"Siapa kau?" Tanya Aksa mendelik tajam.
Wanita itu tersenyum, ia mendekatkan diri pada Aksa lalu merangkul lengannya. Menyentuhkan dua aset pribadinya ke tangan Aksa dengan sengaja.
Aksa semakin merasa pusing dan panas. Ia seakan ingin membuka seluruh pakaiannya sekarang juga.
"Apa kau kepanasan? Mau aku bantu?" Bisik wanita itu dengan tatapan menggoda.
Aksa mengerem, ia mendorong wanita itu menjauh sambil menggosok tengkuknya.
"Sialann, lihat apa yang akan aku lakukan padamu Beno!!!" Geram Aksa lalu buru-buru masuk ke dalam mobilnya.
Aksa bukan pria bodoh yang tidak tahu reaksi obat apa yang ia rasakan saat ini. Aksa berusaha untuk tetap sadar sampai di apartemen nanti.
Aksa harus berendam. Ia tidak sudi jika harus menuntaskan ini semua atas bantuan wanita murahan yang sembarangan dan tidak tahu kesehatannya.
"Sial, panas sekali!!" Umpat Aksa kesal, bahkan sampai memukul stir mobilnya.
Akhirnya setelah perjalanan beberapa menit, Aksa sampai di apartemennya. Pria itu naik lift dan menekan nomor lantai dimana unitnya berada.
"Panas sekali, aku harus segera sampai di apartemen. Efek obat sialann ini harus di hilangkan!!" Gumam Aksa sambil terus menggosok tengkuknya.
Aksa sampai di lantai tujuannya. Pria itu berjalan dengan lunglai menuju unit miliknya. Aksa masih ingat nomor berapa unit tempat tinggalnya.
Ini bukan kisah romansa dalam novel dimana ia akan salah masuk unit orang lain.
Sampai di depan unitnya, Aksa terjatuh. Pria itu tidak kuasa menahan efek obat perangsang yang di berikan padanya.
"Arghhh!!!" Erang Aksa penuh emosi.
"Astaga, Tuan. Anda tidak apa-apa?" Tanya seseorang datang dan langsung mendekati Aksa.
Samar, Aksa bisa melihat wajah gadis bertopi hitam dan berbaju merah itu. Ia lalu menunjuk ke arah unitnya.
"T-tolong saya." Ucap Aksa dengan terbata-bata.
"Ini unit anda, baiklah mari saya bantu." Ucap gadis itu lalu melingkarkan tangan Aksa di lehernya.
Dengan sekuat tenaga, gadis itu memapah Aksa untuk masuk ke dalam unitnya yang sudah terbuka usai di finger print oleh Aksa.
"Tuan, apa perlu saya panggil dokter?" Tanya gadis itu sambil terus memapah Aksa.
Aksa tidak menjawab, tatapan pria itu semakin buram. Pikirannya mulai hilang sadar. Aksa menoleh, menatap wajah gadis itu yang benar-benar natural.
Aksa memejamkan matanya, menghirup dalam-dalam aroma gadis itu yang sangat memabukkan.
"Tuan, saya hanya bisa mengantar anda sampai disini. Saya harus pergi, pelanggan saya sudah menunggu." Ucap gadis itu.
Mendengar itu, Aksa tertawa remeh ditengah kesadarannya yang mulai menipis.
"Heuh, jadi kau sama seperti gadis diluar sana. Kau wanita murahan," ucap Aksa dengan begitu enteng.
Gadis itu tidak menyahut, ia paham akan kondisi pria di sebelahnya yang mulai kehilangan kesadarannya.
Gadis itu hendak merebahkan tubuh Aksa di sofa, namun siapa sangka malah dirinya yang berbaring dibawah kungkungan pria yang tadi ditolongnya.
"T-tuan, lepaskan saya. Saya harus pergi," pinta gadis itu berusaha untuk bangkit, namun dicegah Aksa.
Aksa tersenyum miring. "Kemana? Menemui pelanggan mu heuh?" Tanya Aksa.
"Tuan, anda tidak sadar. Tolong menjauh lah dari saya." Pinta gadis itu meronta di bawah kungkungan Aksa.
"DIAM! SAYA BISA MEMBAYAR MU LEBIH DARI ORANG LAIN!!" Bentak Aksa yang benar-benar sudah hilang kesadaran.
"Hiks … tuan lepaskan saya, saya bukan wanita seperti itu." Gadis itu menangis sambil meronta-ronta.
Tangisan gadis itu malah membuat nafsu Aksa semakin berkobar. Pria itu dengan gerakan cepat langsung menunduk dan membungkam mulut gadis itu dengan ciuman yang kasar.
Gadis itu berusaha menghindar, tapi Aksa menangkup wajahnya dengan penuh tenaga sehingga gadis itu kalah.
"Eumhhhh … lepaskan, Tuan. Saya harus pergi, tolong lepaskan saya!!" Pinta gadis itu semakin keras menangis.
Aksa menulikan pendengarannya, pria itu melepaskan jas dan kemeja uang yang digunakannya, lalu bergantian membuka pakaian si gadis.
Aksa meraih tas kecil yang ada di pinggang gadis itu lalu melemparnya dengan asal. Setelahnya Aksa membuka baju dan seluruh pakaiannya.
"Ahhhh …"
Gadis itu meronta dan menangis penuh rasa sakit saat merasakan pertahannya selama ini telah diambil paksa.
Aksa sendiri tidak mempedulikan lawan mainnya. Ia hanya butuh pelampiasan, dan gadis ini datang untuk memberikan tubuhnya.
"Sial, kau sempit sekali." Geram Aksa semakin menggerakkan tubuhnya.
"S-sakit, Tuan. Hiks … tolong lepaskan saya, sakit …" gadis itu terus meronta dam memohon ampun.
Aksa bergerak demi kenikmatannya sendiri. Pria itu tidak memikirkan perasaan gadi di bawahnya yang terus meronta-ronta penuh rasa sakit.
Sampai akhirnya, Aksa mendapatkan pelepasan pertamanya. Namun itu bukan akhir, ia kembali bergerak dengan gadis itu yang duduk di pangkuannya.
Gadis itu terus saja mengeluh sakit, dan Aksa masih tidak mempedulikannya. Aksa terus melakukannya karena kesadarannya yang telah hilang sepenuhnya.
Permainan Aksa yang kasar terus saja berpindah tempat sampai akhirnya ia membawa gadis itu ke kamarnya.
Ia mengajak gadis itu berolahraga diatas ranjang yang sebelumnya tidak pernah disentuh oleh gadis manapun juga.
Gadis di bawah kungkungan Aksa adalah gadis pertama yang ia nikmati dan menikmatinya. Serta ranjangnya adalah ranjang yang pertama kali ditempati gadis itu.
"T-tuan, cukuphhh. Sakit sekali …" pinta gadis itu dengan nafas yang semakin terengah-engah.
"Kau benar-benar sempit dan nikmat." Sahut Aksa berbisik penuh godaan di telinga gadis itu.
HAI, KETEMU LAGI DENGAN CERITA BARU DARI AKU🤗 JANGAN LUPA UNTUK DUKUNG KARYA INI D DENGAN LIKE DAN KOMEN POSITIF ✨
Bersambung..............................
Aksa menutupi wajahnya yang terkena sinar matahari dengan tangan, namun itu tidak berhasil. Wajahnya masih terkena sinar matahari pagi.
Aksa berdecak, pria itu lalu bangkit dan membuka matanya perlahan. Aksa memegangi kepalanya yang terasa sakit, dan pusing.
Aksa mengusap wajahnya dengan kasar, ia lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar.
Aksa terkejut tatkala melihat kondisi kamarnya yang benar-benar berantakan. Aksa pun baru menyadari jika ia tidak berpakaian sama sekali.
Aksa mencoba mengingat kejadian semalam dimana ia pulang dalam keadaan yang terpengaruh obat perangsangg itu.
"Gadis itu." Gumam Aksa teringat sedikit demi sedikit kejadian semalam.
"Saya harus menemui pelanggan saya, Tuan. Lepaskan saya."
Ucapan gadis itu yang Aksa ingat. Aksa berdecak, ia menatap tubuhnya lalu menggosoknya seakan ingin menghilangkan sesuatu.
"Cih, aku melanggar prinsipku sendiri. Aku menikmati seorang wanita murahan yang terang-terangan mengatakan ingin menemui pelanggan nya." Ucap Aksa berdecih jijik pada dirinya sendiri.
Aksa lekas turun dari ranjang, pria itu langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih dan bersiap pergi ke kantor.
Di dalam kamar mandi, Aksa menatap pantulan dirinya sebentar di cermin. Ia menghela nafas, membayangkan dirinya semalam untuk pertama kalinya.
"Beno, lihat apa yang akan aku lakukan padanya. Berani-beraninya dia menjebakku!" Geram Aksa dengan tangan terkepal.
Aksa pun lekas mandi, ia menghabiskan waktu 20 menit lalu keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya.
Aksa menatap ranjang di kamarnya yang sungguh acak-acakan, tanda bahwa apa yang terjadi semalam benar-benar kasar.
"Aku harus mengganti ranjangnya." Gumam Aksa tidak sudi meniduri ranjang bekas wanita yang sudah dinikmati banyak laki-laki.
Aksa memakai kemeja putih dan jas putih tulang. Celana bahan hitam, lalu terakhir sepatu pantofel.
Aksa mengambil jam tangan merek mendunia itu, lalu memakainya. Terakhir, ia menyemprotkan parfum ke beberapa titik tubuhnya.
Aroma maskulinnya membuat siapapun akan terpana pada seorang Aksara Delvin Abiputra.
Aksa tidak menemukan ponselnya, ia pasti meninggalkannya di luar kamar. Aksa harus menghubungi tukang bersih-bersih dan juga meminta asistennya memberikan ranjang baru padanya.
Aksa keluar dari kamar, pria itu berjalan santai guna mencari ponselnya. Namun saat sampai di ruang tamu, ia juga menemukan kondisi ruangan yang berantakan.
"Ya Tuhan!" Gumam Aksa pusing melihat ruang tamunya seperti kapal pecah.
Tatapan Aksa lalu mengarah pada sofa cokelat muda yang ada di sana. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat noda merah yang tertinggal di sana.
"Tunggu, apa gadis itu … apa gadis itu juga?" Gumam Aksa bertanya-tanya.
Aksa mencoba mengingat. Semalam ia memang merasakan sempit sekali, namun ia tidak bisa mendefinisikan sempit dan tidak seperti apa, sebab semalam pun adalah yang pertama untuknya.
"Gadis itu perawan, lalu apa maksud kata 'pelanggan' yang dia ucapkan?" Gumam Aksa bertanya-tanya.
Jika memang gadis itu juga yang pertama, maka Aksa akan merasa sangat bersalah. Apalagi gadis itu pergi sebelum dirinya memberikan … uang mungkin.
"Aku harus mencaritahu siapa gadis itu." Gumam Aksa lalu segera pergi.
Aksa tidak mempedulikan lagi ponselnya, ia harus sampai di kantor segera dan memerintahkan asistennya sesuatu.
Aksa benar-benar pusing. Semalam pusing karena obat, dan sekarang pusing memikirkan gadis yang telah ia renggut masa depannya.
"Jika saja gadis itu ada, aku bisa memberinya banyak uang, tapi apa? Gadis itu malah pergi begitu saja." Gumam Aksara seraya terus menatap lurus ke depan.
Sampai di kantor, Aksa langsung keluar dan melempar asal kunci mobilnya. Sang asisten pribadi sudah menunggunya di depan lobby.
"Selamat pagi, Tuan." Sapa Xyan dengan sopan.
Aksa tidak membalas, pria itu langsung masuk ke dalam kantornya.
Seperti biasa, Aksa akan menjadi pusat perhatian para karyawannya. Apalagi dengan bau parfum mahal yang menempel di tubuhnya, membuat siapapun akan terlena.
Parfum jutaan itu membuat Aksa yang sudah tidak terlihat, namun bau wanginya masih tertinggal.
"Pak Aksa ganteng banget, ya Tuhan!!" Ucap salah satu karyawan wanita.
"Iya, indah banget pasti hidup gadis yang akan menikah dengannya kelak." Sahut temannya.
Sementara Aksa, pria itu sampai di ruangannya dan langsung duduk di kursi kebesarannya.
Di meja yang terdapat komputer, dokumen-dokumen penting dan pastinya papan nama Aksa.
Aksara Delvin Abiputra, Presdir Abitratex company. Begitulah tulisan yang terletak timbul dengan huruf berwarna silver.
"Hari ini akan ada rapat dengan–" ucapan Xyan terhenti saat Aksa bicara duluan.
"Batalkan kerja sama dengan Beno, dan buat dia menyesali perbuatannya." Ucap Aksa tanpa menatap asisten pribadinya itu.
Xyan tampak bingung. Pria berkacamata itu heran dan tidak mengerti maksud ucapan sang atasan barusan.
"Dia sudah menjebakku, dan membuatku meniduri seorang gadis." Tambah Aksara dengan tangan terkepal.
Xyan terkejut di tengah ekspresi wajahnya yang datar dan dingin. Kini ia paham kenapa atasannya itu bisa sangat emosi.
"Baik, Tuan." Balas Xyan tanpa banyak membantah.
"Dan satu lagi, minta seseorang untuk membersihkan apartemenku." Ucap Aksara seraya memijat pangkal hidungnya.
"Baik, Tuan. Saya permisi dulu, saya akan kembali 10 menit lagi, anda tenangkan diri anda dulu." Balas Xyan lalu pergi.
Xyan sangat mengenali Aksa, jika pria itu sedang marah maka ia akan meminta waktu untuk sendiri dulu.
Sambil menunggu atasannya itu, Xyan akan menghubungi pihak Beno untuk membatalkan kerja sama nya, serta menyelidiki apa yang terjadi dan apa yang pantas Beno dapatkan atas perbuatannya.
***
Jam makan siang, Aksara dan Xyan pergi ke salah satu restoran yang ada di dekat kantor. Mereka bahkan hanya perlu jalan kaki untuk sampai di sana.
Aksa dan Xyan, keduanya duduk di kursi pojok sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Tuan, nyonya besar menghubungi dan meminta anda untuk datang ke rumah sepulang bekerja nanti." Ucap Xyan.
"Hmm." Balas Aksa berdehem singkat.
"Sudah mengurus soal Beno?" Tanya Aksa, melempar pandangan tegas pada sang asisten.
"Tentu, Tuan. Saya sudah mengirim beberapa anak buah. Dan ya, gadis yang sempat menggoda anda di parkiran adalah putrinya." Jawab Xyan menjelaskan singkat, namun rinci.
Aksa berdecak sambil tersenyum miring. Ia semakin merasa bahwa dunia telah dipenuhi oleh orang-orang busuk sepatu Beno.
Ingin menjebaknya, tentu bukan hal yang mudah.
"Dan, Tuan. Malam ini kita harus pergi, ada barang yang harus kita kirim." Kata Xyan dengan suara yang lebih kecil.
"Kau atur saja." Balas Aksara singkat.
Aksa masih kepikiran soal gadis semalam, ia harus menemukan gadis itu. Ia akan meminta Xyan, namun setelah dia menyelesaikan tugasnya, dan memberi pelajaran pada Beno.
Setelah semuanya selesai, Aksa akan mencari gadis itu dan bicara padanya. Mungkin Aksa bisa ganti rugi dengan memberikannya uang yang banyak.
KOMEN DAN LIKE KALIAN SANGAT BERARTI 🥺
Bersambung..........................
Aksa terdiam menatap rumah mewah di hadapannya. Pria itu menghela nafas lalu melangkahkan kakinya masuk. Baru saja kakinya melewati pintu, telinganya sudah di sambut oleh teriakan melengking seorang wanita tua.
Aksa menghela nafas, inilah yang membuatnya harus berpikir dua kali untuk datang ke mansion.
"Bagus ya, mentang-mentang oma sudah tua dan kamu melupakan oma yang masih hidup ini." Ucap seorang wanita tua yang duduk di atas kursi rodanya.
Aksa menatap sang nenek, lalu tersenyum. Pria itu menghampiri neneknya, lalu berlutut di hadapannya.
"Apa kabar, Oma?" Sapa Aksa dengan penuh senyuman.
"Cih, hentikan senyuman palsu itu. Aku tidak suka melihatnya!" Cibir oma Nuri, ibu dari papa Aksa.
"Terserah pada oma." Balas Aksa cuek, lalu memasang wajah yang datar dan dingin.
Oma Nuri tampak membuka mata dan mulutnya lebar. Sesaat kemudian ia hanya bisa geleng-geleng kepala. Sudah bukan hal aneh jika cucunya bersikap dingin dan cuek.
"Xyan, apa kau tidak bosan bekerja dengannya?" Tanya oma Nuri dengan kesal.
"Saya tidak mungkin begitu, Nyonya besar." Jawab Xyan menundukkan kepalanya sopan.
Oma Nuri menghela nafas lelah, ia mengusap dadanya yang sedikit nyeri melihat kelakuan dua cucunya.
"Lagipula kenapa oma memintaku datang?" Tanya Aksa seraya duduk di sofa.
Oma Nuri mengambil sapu yang sedang digunakan untuk bersih-bersih, lalu mendekati Aksa dengan memutar kursi rodanya sendiri.
Oma Nuri langsung memukul cucunya itu dengan sapu, di bagian pahanya. Tidak terlalu keras, namun berhasil membuat Aksa melotot.
"Apa matamu itu mau oma colok heuh?" Tanya oma Nuri geram.
Aksa berdecak. "Oma, katakan saja apa yang ingin oma katakan padaku sampai-sampai memintaku datang kesini." Ucap Aksa tidak sabaran.
"Kau ini benar-benar ya, apa tidak ada belas kasihan dalam dirimu pada oma yang sudah tua renta begitu heuh?" Tanya oma Nuri.
"Jika tahu begini, lebih baik kau tinggal di Amerika sekalian. Percuma oma membawamu kesini, tapi kau tidak pernah perhatian." Tambah oma Nuri sedih.
Aksa membuang nafasnya kasar. Wanita tua memang selalu pandai bersandiwara dan membuat lawan bicaranya tidak tega.
Aksa bangkit dari duduknya, ia mendekati sang oma dan bersimpuh di hadapannya.
"Apa yang oma inginkan?" Tanya Aksa, nada bicaranya lebih lembut dari sebelumnya.
"Kau yakin bertanya begitu padaku?" Tanya oma Nuri memastikan.
"Tidak juga sih, tapi aku akan berusaha mengabulkan permintaan oma selama itu wajar." Jawab Aksa kembali dengan tabiatnya yang cuek.
"Ya Tuhan, kenapa bisa engkau memberiku cucu sepertinya." Ungkap oma Nuri seakan protes dengan sang pencipta.
Aksa mendengus kecil. "Oma, cepatlah! Aku tidak punya waktu, jangan terus bermain drama." Pinta Aksa gemas sendiri.
"Dasar cucu kurang ajar, apa begitu caramu bicara?!" Sahut oma Nuri lalu menarik telinga cucunya.
Aksa menjerit kesakitan, telinganya hampir putus, namun Xyan malah dengan kurang ajarnya tertawa puas.
"Xyan, aku akan memotong gajimu. Lihat saja!!" Ucap Aksa dengan kesal.
Mendengar itu, Xyan langsung menutup mulutnya. Ia kembali memasang wajah datar tanpa ekspresi.
"Dasar nakal, mana bisa kau memotong gaji adikmu sendiri." Cetus oma Nuri lalu memukul pelan kepala cucunya.
Xyan merasa menang dibela oleh wanita tua yang sudah tulus membesarkannya selama ini.
"Oma, baik-baik aku minta maaf. Lepaskan telingaku, aku mohon!!" Pinta Aksa berusaha melepaskan jeweran omanya.
Akhirnya oma Nuri melepaskan jeweran di telinga Aksa, hal itu Aksa manfaatkan untuk menjauhi neneknya.
"Oma, sebenarnya oma mau apa?" Tanya Aksa lembut.
"Aku mau kau menikah, Aksa." Jawab oma Nuri.
Wanita tua berdarah indo Amerika itu sudah sangat menginginkan cucunya menikah. Ratusan kali ia membawa seorang gadis untuk dikenalkan pada cucunya itu, namun Aksa selalu menolak.
Bahkan akibat sikapnya yang terus menjodoh-jodohkan, Aksa sampai memilih pindah ke apartemen.
"Oma, aku sudah pernah mengatakannya. Aku tidak mau menikah, menikah itu hanya akan membuat hati sakit." Sahut Aksa dengan wajah tanpa ekspresi.
"Gundulmu, jika hanya akan membuat sakit hati lalu kenapa aku bisa hidup dengan opamu selama puluhan tahun, sampai maut akhirnya memisahkan kami." Celetuk oma Nuri benar-benar tidak habis pikir jalan pikiran cucunya.
"Oma, aku belum siap. Tolong jangan memaksaku, aku akan menikah saat aku mau." Pinta Aksa menyatukan kedua tangannya memohon.
"Aneh kau ini, dimana-mana orang ingin cepat menikah." Cibir oma Nuri.
"Kau saja duluan, Xyan. Mau aku carikan gadis?" Tanya oma Nuri pada Xyan.
"Tidak, Nyonya besar. Saya juga belum siap menikah," tolak Xyan menggelengkan kepalanya.
Oma Nuri hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menghela nafas. Tidak mengerti kemana arah jalan pikiran kedua cucunya.
"Oma, jika tidak ada yang dibicarakan lagi, aku pergi. Aku masih banyak pekerjaan," kata Aksa siap melangkah pergi.
"Nanti dulu, aku belum selesai bicara. Sekarang jawab pertanyaan ku, apa terjadi sesuatu padamu, misalnya kencan?" Tanya oma Nuri.
"Aku pergi." Aksa langsung pergi tanpa menyahuti pertanyaan neneknya.
"Hei, AKSA … AKSARA DELVIN!!" panggil Oma Nuri berteriak, namun tidak dihiraukan oleh cucunya.
Xyan menundukkan kepalanya sopan. "Saya permisi, Nyonya besar." Pamit Xyan lalu pergi meninggalkan mansion.
Oma Nuri mengerem kesal, ia geram sekali pada kedua cucunya yang sama-sama selalu menolak pernikahan.
Alasannya pun sama, belum siap. Benar-benar alasan yang kuno.
Sementara Aksa, pria itu pergi bersama Xyan untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Hari ini Aksa akan mengirim barang ke luar negeri melalui jalur laut.
Kini Aksa dan Xyan sedang menuju pelabuhan untuk melihat pengiriman barang-barang mereka berdua.
Sampai di pelabuhan, Aksa langsung turun dari mobil. Sederet pria berbaju hitam tampak berbaris memberikan hormat pada Aksa dan Xyan.
"Sudah semua?" Tanya Aksa.
"Sudah, Tuan. Semua barang-barang ini telah siap untuk dikirim." Jawab salah satu anak buah Aksa.
Aksa manggut-manggut, ia berjalan mendekati meja dimana ada box diatasnya. Aksa membukanya, ia mengambil barang tersebut dan mengangkatnya.
"Sudah diperiksa sebelumnya kan? Saya tidak mau jika sampai ada kesalahan." Ucap Aksa tegas.
"Sudah, Tuan. Anda jangan khawatir," jawab anak buah yang tadi menjawab.
Aksa mengusap senjata api itu lalu membolak-baliknya. Aksa bisa melihat di bagian kepala pistol, ada inisial namanya, Mr. D.
Aksa meletakkan pistol itu dan menutup boxnya kembali. Ia lalu mempersilahkan anak buahnya untuk segera membawa itu semua dan mengirimnya.
Barang-barang itu akan dikirim ke Thailand, tentu secara ilegal.
Ini memang pekerjaan Aksa yang lain. Pekerjaan yang tertutup dan tidak diketahui siapapun selain Xyan.
Aksara Delvin Abiputra adalah seorang Presdir, sekaligus mafia yang suka menyeludupkan senjata api ke berbagai negara demi meraup keuntungan besar.
Setelah merasa beres, Aksa pun mengajak Xyan untuk pergi dari sana. Mereka berdua memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Xyan, aku punya satu pekerjaan lagi untukmu." Ucap Aksa.
"Iya, Tuan." Balas Xyan menganggukkan kepalanya patuh.
"Selidiki gadis yang menghabiskan malam denganku, aku mau laporannya sudah ada padaku besok." Ujar Aksa tanpa menatap asistennya.
"Baik, Tuan." Xyan lagi-lagi hanya bisa membalas dengan anggukkan kepala.
JANGAN BOSAN-BOSAN UNTUK BACA DAN KOMEN KARYA AKU YA GUYS 🥺
Bersambung.........................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!