Hari ini adalah hari dimana seorang wanita berumur 23 tahun dari Desa Jongko resmi melepas masa lajangnya.
Khayana, atau sering dipanggil Khaya. dia adalah anak tunggal dari keluarga yang sederhana, ibu dan ayahnya hanyalah seorang petani. khaya memiliki paras yang luar biasa cantik dan menawan, dan hal itu juga yang membuat seorang pengusaha kaya bernama Diko menjadikan Khaya sebagai istrinya.
"Khaya pamit ya Buk, Pak!" khaya mencium dan memeluk kedua orang tuanya itu.
"iya sayang, kamu hati-hati dijalan ya nak, baik-baik disana. dan jangan lupa nngabari kami disini ya Khaya," pesan Buk Ina pada putri cantiknya itu.
"tenang saja buk, pak. Diko janji kalau disana nanti Khaya akan merasa hidupnya seperti ratu."
mendengar ucapan Diko kedua orang tua Khayapun tersenyum, mereka senang karna anaknya menikah dengan pria yang sangat baik.
Diko datang dari Jakarta dengan tujuan mencari tanah untuk membagun cabang dari perusahaannya, dan kebetulan tanah milik orang tua Khaya sangat cocok, karna itulah Diko memutuskan untuk mendekati Khaya.
dan yang benar saja, dalam waktu 1 minggu pria itu berhasil menaklukkan hati Khaya, wanitq polos yang belum pernah menjalin hubungan dengan pria sebelumnya.
Khaya dan Diko masuk kedalam mobil mewah milik Diko, "hati-hati sayang," ujar Diko membukakan pintu mobil untuk sang istri.
melihat perhatian Diko padanya Khaya merasa beruntung, ia bahagia karna pria setampan dan sebaik Diko bisa menjadi suaminya.
"tunggu dulu mas pakaikan sabuk pengamannya ya!" Diko mendekati Khaya dan memasang sabuk pengamannya, dan jujur saja wajah keduanya sangat dekat sekarang.
Diko menatap wajah cantik istrinya, sementara Khaya, ia terlihat tidak nyaman dengan tatapan suaminya.
"kalau kamu ngantuk tidur aja sayang, karna untuk sampai ke jakarta kita butuh waktu kurang lebih 8 jam." ujar Diko menoleh ke arah Khaya.
"nje Mas," patuh Khaya.
wanita itupun mencoba memejamkan matanya. hanya butuh beberapa menit Khayapun tertidur, mungkin itu terjadi karna ia memang sedang kelelahan.
Diko melirik istrinya yang sedang tertidur dengan tatapan sinis, "Harus ku apakan kau nanti di sana? apa sebaiknya kujadikan dirimu sebagai pelayan cessa saja!"
pria itu memang dari awal berhati busuk
Khaya dan Diko sampai didepan sebuah rumah besar nan mewah milik Diko sekeluarga. Diko dan keluarganya merupakan orang yang cukup terpandang. mereka
bahkan termasuk keluarga terkaya No 8 di dunia, itu dikarenakan perusahaan mereka yang ada dimana-mana. selain perusahaan Diko juga sudah memiliki beberapa restaurant mewah yang ada di Jakarta dan di luar Negri.
Diko mengelus lembut rambut panjang Khaya, wanita itupun membuka matanya.
" apa kita sudah sampai Mas?" tanya Khaya.
"iya, kita sudah sampai di Jakarta, lebih tepatnya dirumah barumu sayangku." Begitu manis mulut Diko, siapa yang menyangka kalau pria itu hanya ingin memamfaatkan Khaya saja.
"Mas kita kan nikah tiba-tiba banget, jadi apa keluarga kamu ngak akan marah sama aku mas?" tanya Khaya hati-hati takutnya Diko salah paham.
"kita ngak akan tau kalau ngak masuk sayang," ujar Diko manis.
khaya benar-benar sangat bahagia bisa bersama Diko, dan jujur saja ia sangat mempercayai pria itu. mulut manis dan perhatian palsu Dikolah yang membuat Khaya tertipu.
"ayo kita masuk, dan kamu pasti udah ngak sabar mau ketemu sama mama dan papa mertua kamu kan?" tanya Diko megelus wajah Khaya. Sementara Khaya, wanita itu hanya tersenyum.
"makasih ya Mas, karna Mas udah mau nerima wanita kampung yang penuh kekurangan seprti aku."
Diko hanya menatap Khaya, dengan tatapan yang sulit diartikan. "ayo kita masuk kedalam," ajak Diko keluar dari mobil, lantas ia membukakan pintu mobil untuk istrinya.
Diko menyuruh pelayan disana untuk membawa masuk barang-barang Khaya, lalu pria itu merangkul bahu istrinya, ia menuntun Khaya masuk kedalam rumah mewahnya.
baru saja menginjakkan kakinya di pintu utama, Khaya sudah dibuat takjub dengan suasana dekorasi bagunan rumah itu.
"indah banget rumahmu Mas," kagum Khaya.
Diko membawa Khaya keruang tamu, dan disana sudah ada Papa, Mama Diko, dan juga seorang wanita dengan penampilan cukup seksi. wanita itu menatap Khaya sejenak, lantas langsung tersenyum ramah ke arah Khaya.
"pasti kamu menantu cantik kami yang dibicarakan Diko, yakan?" tanya Helena, mama dari Diko.
"nje Tante," Khaya menjawab dengan ramah.
"Kamu bawa Khaya kekamarnya dulu," titah Diko pada Cessa, wanita yang di anggap sangat cantik oleh Khaya. Khaya bahkan sangat mengagumi wanita itu.
"iya, dia pasti capek. kamu istirahat dulu ya sayang!" Helena terlihat perhatian.
"ayok, aku antar kakak ke kamar baru kakak." Cessa langsung merangkul bahu Khaya. mau tidak mau wanita itupun ikut.
"kakak mau kekamar kakak dulu atau mau ke kamar Cessa dulu?" tanya Cessa ramah.
"terserah kamu aja," jawab Khaya.
"yaudah kita taruh dulu tas kakak di kamar kakak sama mas Diko, habis itu kita ke kamar Cessa ya, kita cerita-cerita dulu. Cessa mau tau banyak hal tentang kakak."
"kamu adik nya Mas Diko?" tanya Khaya.
"emmm, aku bukan adik kandung nya sih kak. aku cuma adik angkat kak Diko, tapi kami tu udah berasa kandung, heheheh...." Cessa cengegesan.
Khaya benar-benar mengagumi Cessa sekarang, bagaimana wanita muda itu sangat ramah, dia juga sangat cantik.
selesai menaruh tas Khaya dikamar yang kelak akan menjadi kamarnya dan Diko, Cessa langsung mengajak Khaya kekamarnya.
"nah Kak, jadi ini tu kamarnya Cessa."
Khaya bahkan belum pernah melihat kamar dengan dekorasi seindah kamar Cessa. kamarnya luas dan didinding kamarnya banyak terpajang foto-foto idol korea.
baru saja Cessa hendak menunjukkan ruang aksesorisnya pada Khaya, tiba-tiba seseorang mengirimnya pesan Whatssap. Cessapun membaca pesan itu, "Yaampun kak, keknya Cessa harus keluar bentar deh. kak Khaya disini aja ya, Cessa ngak lama kok. oke?"
"tapi--" Khaya hendak membantah, namun Cessa langsung menyatukan tangan didepan dadanya.
"ayolah Kak, tungguin Cessa disini ya. please..." mohon Cessa penuh harap. Khaya jadi tak tega, "yaudah iya."
cessa tersenyum dan langsung keluar dari kamarnya. sementara Khaya, wanita itu melihat-lihat kamar Cessa. kamar mandi, ruang pakaian, dan tempat-tempat lainnya, "Kamarnya bagus banget," kagum Khaya.
sudah hampir 1 jam Khaya menunggu, namun Cessa belum juga datang. apa sebaiknya Khaya keluar saja ya? tapi Khaya belum terlalu tau tempat-tempat dirumah besar ini, takutnya ia salah jalan dan akan membuat orang-orang dirumah ini tidak menyukainya.
Khaya mondar-mandir didalam kamar luas itu sekitaran 15 menit, merasa bosan, akhirnya Khaya memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Khaya hanya tau letak kamarnya, dan ia akan kesana sekarang, siapa tau Diko sedang menunggunya disana.
khaya terlihat bahagia, entah kenapa wanita itu merasa sangat senang disaat ia akan bersama suaminya. dan ini adalah malam pertamanya, ah rasanya Khaya sangat bersemangat untuk menjalani hidup barunya.
Khaya tiba didepan pintu kamarnya, dan pintu kamarnya tidak tertutup rapat. Khaya tidak langsung masuk, ia terlebih dahulu melihat apakah Diko ada disana.
Dan disaat Khaya melihat kedalam kamarnya,Khaya sangat terkejut ia langsung mengatup mulutnya. Khaya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, apa -apaan itu? Khaya menahan sesak di dadanya, tampa sadar bulir bening mengalir di pipi Khaya, "Apa yang mereka lakukan ya allah...?"
"Udah mas, Cessa udah capek." Cessa mendorong tubuh Diko yang berada di atasnya, "Makasih ya sayang, mas puas."
Cessa hanya tersenyum, iapun langsung memakai kembali semua pakaiannya.
"Aku panggilin istri kamu dulu ya," ujar Cessa.
"Kalau bisa suruh dia tidur sama kamu aja, Mas malas tidur sama perempuam kampung kek dia."
Deg.
bagai tersambar petir, sakit sekali rasanya.
kenapa ini harus nyata? Apakah ini memang yang telah ditakdirkan Tuhan untuk dirinya? Khaya benar-benar hancur, bagaimana ia bisa menyaksikan hal tidak senonoh itu didalam kamar yang akan menjadi miliknya dan suaminya kelak.
Cessa menuju ke arah pintu untuk keluar, Khaya langsung menghapus air matanya dan ia berusaha bersikap biasa saja.
Cengklek.
Cessa membuka pintunya, dan di saat itupula ia melihat Khaya didepan pintu kamar.
"eh Kak Khaya, mau masuk kamar ya kak!" tanya Cessa merasa tidak terjadi apa-apa.
Bahkan untuk berucap saja rasanya Khaya tidak sanggup lagi, bagaimana Cessa bisa sesantai itu? padahal ia telah berbuat sesuatu yang buruk dengan orang yang katanya adalah abang angkatnya.
"Masuk aja Kak, Mas Diko lagi nungguin kakak." setelah mengatakan itu Cessa langsung pergi ke kamarnya yang ada disebelah kamar Diko.
____
____
Khaya masuk kedalam kamarnya, dan ia melihat Diko sedang asik memainkan ponselnya. "Malam ini kamu tidur di sofa aja ya sayang, aku belum terbiasa tidur sama orang lain."
jujur saja ia tidak menyangka kalau Diko akan berkata seperti itu, namun Khaya tidak bisa apa-apa. tampa bantahan, wanita itupun berjalan ke arah sofa, dan tidur dengan membelakangi suaminya. tampa diminta bulir bening kembali menetes di pipi Khaya, segera ia menyeka air matanya.
"semoga kamu nyaman ya dikamar baru kamu sayang, aku ngantuk mau tidur. oh ya, jangan lupa matiin lampunya."
setelah mengatakan itu Diko langsung menutupi wajahnya dengan selimut tebal. Khaya bangun dan berjalan mendekati tempat tidur Diko, wanita itupun mematikan lampunya.
Khaya tidak tau harus bagaimana sekarang, ia benar-benar tidak mengerti dengan alur kehidupan yang sedang di hadapinya. Apakah selama ini Diko hanya mempermainkanya? Dan apa benar Cessa itu adik angkat Diko? lalu kenapa ia sampai melakukan itu dengan adiknya? Dan kalaupun Diko ingin mempermainkan Khaya, untuk apa? Kalau mamang Diko tidak mencintai Khaya, kenapa ia menikahinya?
banyak pertanyaan yang berkelana didalam pikiran Khaya sekarang, dan cuma Dikolah yang bisa menjawab semua itu. namun Khaya tidak berani meminta jawaban atas semua pertayaannya itu pada Diko.
samar-samar penglihatan gadis itu mulai buram, matanya terasa berat, khaya akhirnya terlelap dalam tidurnya.
pagi hadir menggantikan malam, cahaya pagi masuk melalui celah-celah jendela kamar Khaya dan Diko.
Khaya terbagun dari tidurnya, dan ia melihat Diko masih tertidur. apakah ia harus membangunkan pria itu? Ah, biar saja. khaya tidak berani menganggu tidur Diko.
tok. tok.
terdengar suara ketukan pintu, Khaya segera berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Hai sayang, Dikonya udah bangun belum?" tanya Helena.
"a-anu, mas Diko belum bangun Ma."
"bangunin dong, Diko harus kerja, dan dia punya rapat penting hari ini. bangunin dia ya!"
"i-iya ma."
Khaya berjalan ke arah Diko, ia duduk di pinggir tempat tidur. "Mas, mas Diko bangun mas! Mama nyuruh kamu bangun, katanya kamu ada rapat penting mas." Diko sama sekali tidak merespon. Khayapun memberanikan dirinya untuk menyentuh bahu Diko, ia menepuknya pelan. "mas bangun, kamu harus kerja mas.
"mas Diko!"
"aahhh... enaknya, mas pengen lagi, ayo dong dek, mas pengen lagi." Diko bergumam dalam tidurnya, dan kata-kata yang ia ucapkan benar-benar membuat Khaya sakit hati.
Khaya memang wanita yang baik, dikampung ia dikenal dengan wanita yang tidak banyak bicara. namun kalau orang menyapanya, ia akan langsung tersenyum dan membalas sapaan orang itu dengan ramah.
dan mungkin kali ini ia juga akan tetap baik. ia tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, kenapa Diko bisa melakukan itu dengan adik angkatnya? namun satu hal yang pasti, Khaya adalah istri sahnya Diko sekarang, dan keluarga Diko juga sudah mengetahui status Khaya sebagai istri dari anak semata wayangnya. jadi Khaya akan tetap berusaha melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri.
"Mas..." panggil Khaya lagi.
Dikopun membuka matanya, ia melihat keberadaan Khaya disana.
"ada apa?" tanya Diko jengkel.
"mama nyuruh kamu bangun, karna kamu punya kerja."
Diko menarik nafasnya dalam-dalam, lalu baru ia berujar, "kamu itu istri aku bukan istri mama aku, jadi lakukan semuanya sesuai perintah, PAHAMKAN??"
saat melihat Diko, ingatan Khaya kembali mengingat akan kejadian yang terjadi dimalam pertamanya, dan hal itulah yang membuat Khaya
"mas!"
"apa?
"apa mas Diko memcintai saya?" mendengar itu, Diko terdiam.
"apa mas Diko menikahi saya karna mas Diko cinta sama saya, atau karna ada sesuatu yang lain Mas?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!