Wajah yang begitu tampan serta mapan enjadi daya tarik tersendiri untuk seorang pria dengan tinggi badan jangkung. Tatapan dingin yang penuh aura menjadikan nya seorang pria yang banyak di incar oleh gadis-gadis sosialita. Tak hanya itu saja, para model selebriti dan publik figur turut mengejarnya.
Tapi, Pria bernama Andes Castano. Yang sering di panggil Andes itu. Sama sekali tak tertarik dengan wanita lajang di luaran sana. Kisah cintanya dimasa lalu, Menjadikan pria yang penuh ketelitian dalam memilih wanita. Termasuk pasangan hidupnya kelak. Meskipun, Ia sendiri sebenarnya masih memiliki perasaan, Yang tak mungkin bisa ia ungkapkan. Pada seorang gadis cantik yang usianya sangat jauh berbeda dengannya.
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Pria itu baru saja keluar dari mobilnya. Tepat di depan bangunan mewah, Yang merupakan mension orang tuanya sendiri. Lebih tepat nya adalah orang tua angkatnya. Yang mana sejak kecil, Ia telah di angkat menjadi anak mereka. Dan hidup sebagai anggota keluarganya, Yang selalu berkecukupan. Tanpa kurang satu apapun juga.
"Taun muda, Nyonya dan Tuan sudah menunggu di meja makan. " Ujar kepala pelayan, Yang sejak tadi di tugaskan untuk menunggu kedatangan pria tersebut.
Ia hanya menganggukkan kepalanya saja. Sembari memberikan kunci mobilnya pada kepala pelayan tersebut. Lalu segera masuk, Menuju ruangan makan. Sebab, Daddy dan Mommy nya sudah menunggunya sejak tadi.
Sementara itu, Di dalam ruangan makan. Nampak pasangan paruh baya yang sudah duduk di kursinya masing-masing. Dengan seorang gadis cantik, Yang sejak tadi hanya menikmati apel hijaunya saja.
"Malam, Dad, Mom. " Sapa pria tampan dengan tatapan datarnya itu.
Senyum wanita paruh baya itu, Yang mana masih saja terlihat cantik dan muda. Di usianya yang hampir kepala empat tersebut.
"Malam bang, Kamu sudah datang. " Ucapnya ikut menyapa putra tertuanya.
Sedangkan, Suaminya hanya menganggukkan kepalanya saja. Dengan melempar senyum tipisnya. "Cici, Apa kamu tidak mau menyapa abangmu, Sayang?. " Pria yang berkuasa pada zamannya. Dan sampai saat ini masih saja banyak di takuti oleh orang-orang, Terutama adalah klan nya. Malah mengajukan pertanyaan pada putri bungsunya itu.
Namun, Yang di tanya malah melirik sekilas. Tanpa mengucapkan apapun juga. Ia masih saja santai dengan menikmati buah apel di tangannya.
"Kau sudah tidak gendut lagi, Rupanya?. " Pria yang baru datang, Malah meledek adik bungsu nya.
"Kenapa?. Jangan bilang abang naksir lagi sama Cici?, " Gadis cantik yang baru masuk kuliah itu, Langsung mengajukan pertanyaan , Dengan memakai kalimat sindirannya.
"Cici sayang, Jangan bicara seperti itu!. Kalian ini kapan akurnya sih?. " Sang Mommy melotot tajam pada putri bungsu nya.
"Biarkan saja, Mom!. Dia memang seperti itu!, " Pria bernama Andes itu hanya tersenyum smrik. Dengan lirikan ke arah gadis cantik, Yang memang sejak dulu selalu saja ketus padanya.
Sementara, Mark hanya menggeleng kan kepalanya pelan. Di saat putrinya tetap saja kesal akan putra tertua nya itu. Lantaran ia pernah di acuhkan, Karena abangnya memiliki seorang kekasih.
"Mana kekasih abang?. Kenapa tidak di ajak sekalian kemari?. " Tanya Cici lagi dengan nada sindiran nya.
"Mantan, Sayang. Bukan kekasih lagi. " Naura menimpali dengan mengulum senyumnya.
"Hah?. Putus?. " Gadis cantik dengan rambut panjang sebahu itu, Nampak begitu terkejut saat mendengar nama mantan yang di lontarkan Mommy nya.
"Ada angin segar nih. " Daddy nya ikut menimpali, Dengan melirik putrinya.
"Daddy... " Gadis cantik bernama lengkap Suci Davian Manra. Mulai mengerucutkan bibirnya.
"Berdebar, hatiku berdebar, Terbayang saat kau sentuh aku. Terbuai aku dalam cin,,, "
"Udah suara kamu itu jelek!. Gak usah nyanyi segala!. Lagian pake acara dangdutan lagi. " Cici langsung menatap jengah, Saat tiba-tiba Andes masuk kedalam kamarnya. Dan malah mencibir suaranya yang sedang asyik bernyanyi.
"Ngapain abang masuk kekamar ku?. Main nyelonong aja. " Ketus Cici sambil mengerucut kan bibirnya.
Andes bukannya menjawab, Ataupun tersinggung. Pria tampan yang selalu saja memasang wajah dingin nya. Namun, Sayangnya pesona nya begitu kuat. Hingga mampu membuat para kaum hawa tak bisa fokus saat di hadapan nya itu. Tak terkecuali Cici saat ini. Hanya saja gadis cantik jelita itu, Bisa menutupi semuanya dengan sikap cuek dan juga yang sebenarnya sangat centil serta konyol.
Andes malah merebahkan tubuh kekarnya di atas tempat tidur Cici. Hingga, Membuat Cici langsung melotot tajam. Apalagi, Saat Andes menepuk sisi kosong di sebelah nya.
"Kemarilah!. Jika ingin rebahan bersamaku!. " Titah Andes dengan nada santainya.
"Ck,,, Dasar pria mesum... " Cibir Cici mencebik kesal.
"Apa kau bilang?. "
"Mesum... " Cici menjawab dengan intonasi suara yang sedikit tinggi. Yang memang sengaja ia lakukan. Agar Andes segera pergi dari kamar nya. Karena setelah makan malam tadi, Cici langsung masuk kedalam kamarnya kembali. Hanya karena tidak mau berlama-lama di hadapan Andes. Pria yang memang ia sukai sejak dulu. Hanya saja, Andes malah memilih wanita lain untuk jadi kekasih nya.
"Kenapa?. Gak terima?. Memang abang mes... "
"Aww... " Pekik Cici yang tak bisa lagi melanjutkan ucapan nya. Lantaran Andes malah telah menarik tubuhnya. Dan langsung menindihnya dengan mengunci pergerakan gadis itu.
Senyum Andes terbit dengan begitu mesum. Lalu ia menatap wajah cantik adiknya dengan tatapan tak biasa. "Jantungmu pasti tak aman saat ini" Ucapnya dengan nada bicara penuh ledekan nya.
"Lepasin bang!. " Perintah Cici dengan tatapan tajamnya. Namun, Andes bukannya melepaskan dirinya. Pria itu malah semakin erat mengunci kedua tangan nya.
Andes pun mendekat wajahnya. Sambil menatap bibir tipis berisi milik Cici. Hingga gadis itu langsung berteriak sekencang mungkin. "Daddy... Mommy, Bang Andes ingin memperkosa ku. " Teriaknya tanpa pikir panjang lagi.
Namun, Bukannya takut Andes malah tersenyum lebar. Di sambung dengan kekehan nya. "Teriak saja sepuasnya!. Karena Daddy dan Mommy tidak akan mendengarnya!" Ucap Andes di sela kekehan nya.
"Daddy... Mommy.... Help me! " Teriak Cici yang sama sekali tak menyerah.
"Husssttt.... Jangan buang tenaga untuk hal yang tidak penting begitu!. Bukankah dulu, Kamu sendiri yang meminta abang untuk melakukan... " Andes sengaja menjeda ucapannya. Sambil menelisik seluruh tubuh Cici. Dengan tatapan yang terlihat mesum.
Dag!
"Shittt... " Umpat Andes saat Cici malah menendang batang singkong milik nya. Hingga cekalan tangan Andes terlepas. Karena pusaka kehormatan nya mulai terasa nyeri akan ulah Cici.
"Apa abang baik-baik saja?. Atau perlu di periksa dokter?. " Tanya Cici dengan wajah tak bersalahnya.
"Kau... Ouww... " Andes masih nemegangi batang miliknya. Yang semakin nyeri saja, Karena Cici menendangnya tak tanggung-tanggung lagi.
"Salah sendiri mesum. " Timpal Cici yang sudah bangkit dari ranjang nya. Menjauh dengan langsung turun, Daripada ia akan kena serangan Andes lagi.
"Kalau dia sampai tidak bisa berdiri lagi, Kau sendiri yang akan susah. " Ujar Andes dengan tatapan penuh arti.
"Why?. Memang nya apa hubungannya denganku?. " Cici masih belum nyambung juga, Karena ia juga masih penasaran kenapa kedua orang tuanya tidak muncul, Saat ia berteriak tadi.
"Karena kita akan segera tunangan, "
"What?, "
Keesokan harinya saat jam masih menunjukan pukul tujuh pagi, Cici sudah bangun lebih dulu. Karena semalaman ia sama sekali tidak bisa tidur. Lantaran kepikiran terus akan ucapan Andes semalam. Walaupun di dalam hatinya ia masih berharap itu adalah kebenaran. Namun, Cici sendiri masih enggan untuk menunjukkan perasaannya kembali. Sebab, Gadis itu masih merasa kecewa dan juga kesal. Sejak abangnya malah memilih wanita lain. Untuk ia jadikan kekasihnya dulu.
"Pagi, Nona muda. " Sapa seorang pelayan yang kebetulan lewat. Dan berpapasan dengan Cici.
"Morning, Eh Mommy mana nani" Sahutnya dengan senyum dibibirnya.
"Ada di taman belakang, Nona. "
"Sama Daddy juga?, " Anggukan kepala pelayan itu, Membuat Cici tersenyum merekah.
Cici pun segera beranjak. Untuk menuju taman belakang. Rasanya ia sudah tidak sabaran lagi, Untuk bertanya pada Mommy nya tentang ucapan Andes semalam. Dan bisa-bisanya kedua orang tuanya semalam pergi. Tanpa memberitahu nya terlebih dahulu. Malah mempercayakan dirinya pada abangnya yang ternyata sangat mesum itu.
Langkah kaki Cici terhenti saat ingin menemui kedua orang tuanya disana. Karena ternyata di taman belakang tak hanya ada kedua orang tuanya saja. Melainkan ada Andes juga.
"Ck,,, Kenapa bang Andes gak pulang-pulang ke Apartemen nya sendiri sih?. " Guman Cici yang masih saja kesal, Akan kelakuan Andes semalam padanya.
Gadis cantik itu ingin kembali berbalik badan. Dan juga ingin menunda sarapan nya. Meskipun kedua orang tuanya malah memilih sarapan di taman belakang tersebut. Seperti biasanya, Mereka lebih sering menikmati sarapan di alam terbuka tersebut. Daripada di dalam mension sana.
"Cici sayang, Come here!. " Belum juga sempat berbalik badan. Naura malah lebih dulu memanggilnya, Hingga kedua pria tampan berbeda usia tersebut. Ikut menatap kearah nya juga.
Cici memejamkan matanya, Sambil menggigit bibir bawahnya. Karena ia kerpergok oleh Mommy nya yang super rempong tersebut. Sedangan kan Andes hanya menarik sudut bibirnya saja. Entah kenapa?. Pria maskulin ini, Begitu senang sekali melihat Cici sedang salah tingkah seperti itu.
"Ayo sayang!. Kita sarapan bersama!. " Seru Naura lagi kembali memanggil putri bungsu nya.
"Cici lagi ngg... "
"SUCI... " Suara bariton Mark langsung membuat gadis cantik yang masih muda itu, Hanya bisa nenghela nafasnya pelan. Karena jika sudah Daddy nya yang angkat bicara. Maka, Ia hanya bisa menurut tanpa banyak protes lagi.
Dengan langkah gontainya, Akhirnya Cici pun langsung menghampiri kedua orang tuanya dan juga abangnya yang super resek tersebut. Walaupun selalu terlihat dingin dan juga kaku. Nyatanya Andes bisa membuat seorang Cici tak berdaya saat di depan nya.
Senyum Naura mengembang sempurna. Dan menatap putrinya semakin hari semakin cantik saja. Sejak Cici berhasil diet dan tak berpenampilan seperti dulu lagi. Walaupun perubahan penampilan putri bungsu nya itu, Sempat membuat Mommy dan Daddy nya berbeda pendapat. Lantaran sang Daddy tidak mendukung putrinya menjadi cantik. Begitu pula dengan abang nya Zello. Yang kakunya melebihi sang Daddy nya sendiri.
"Jus saja, Nani!. " Ujar Cici saat salah satu pelayan ingin mengambil kan dirinya sarapan.
"Jadi, Kapan kalian akan cari cincin nya?. " Tanya Naura tanpa basa-basi lagi.
"Uhuk-Uhuk... " Cici pun langsung tersedak jus yang baru saja di teguknya.
"Pelan-pelan, Sayang!. " Naura malah merasa tak bersalah . Padahal karena ucapannya sendiri, Putrinya bisa tersedak seperti itu. Dimana, Andes langsung menyodorkan air mineral untuk calon istrinya tersebut.
Sementara, Mark hanya melirik akan sikap Andes. Yang sejak dulu memang selalu perhatian pada putri bungsu nya. Walaupun, Andes sering kali memberikan bantuan ataupun perhatian nya secara langsung. Namun, Mark adalah orang kedua yang tahu bagaimana sebenarnya perasaan Andes pada putri bungsu nya tersebut. Sebab, Zello lah saksi mata utama Bagaimana Andes sangat mencintai Cici.
"Rencananya hari ini, Mom. " Jawab Andes yang langsung membuat Cici hanya bisa melotot tak percaya. Akankah mereka bertunangan secepat itu sekarang. Tanpa adanya obrolan apapun sebelum nya. Yang membahas hubungan keduanya. Terutama kedua orang tuanya.
"Bang, Aku... "
"Daddy dan Mommy sudah setuju, Kamu gak perlu khawatir!. Lagian bukannya semalam kita sudah bahas masalah ini?. Hem?. " Andes memotong ucapan Cici. Yang Mark yakini, Jika Andes sebenarnya hanya tak ingin penolakan dari Cici. Sebab, Putri bungsu nya itu pasti masih saja kesal akan abang nya.
"Iya sayang, Mommy dan Daddy tahu. Jika kamu itu sebenarnya menyukai bang Andes. Benar bukan?. " Naura memang ahli nya untuk menbuat siapapun tak berkutik dengan keceplosannya tersebut.
"Mommy... iiihhh... " Cici langsung merengut, Sambil melirik tajam pada abangnya. Dimana Andes malah melempar senyum smrik nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!