❤️ Happy Reading ❤️
''Siapa sebenarnya dia?'' gumam Elang di dalam mobilnya.
Setiap pulang dari perusahaan, perhatian Elang seolah tercuri oleh satu sosok wanita muda yang selalu ada tepi lorong jembatan.
Sosok yang selalu di kerumuni oleh para anak jalanan di sekitar sana.
Senyumnya yang manis, tawanya yang riang...membuat sosoknya selalu singgah di pelupuk mata sang pewaris keluarga Nugraha.
''Aku sudah gila kayaknya.'' kata Elang dengan tertawa kecut sambil merutuki kebodohannya.
Bisa-bisanya dia terus terbayang sosok yang sama sekali tak di kenalnya itu.
🌟
Sedangkan sosok gadis yang selalu ingin di lihat Elang itu saat ini sedang mengajari para anak jalanan untuk belajar.
Ela tau keterbatasan finansial membuat anak-anak malang itu tak dapat mengenyam indahnya bangku pendidikan.
Sebagai seorang yang aktif dalam aktifis sosial...tentu saja hati Ela seakan tergerak untuk melakukan hal seperti ini.
Ela hanya ingin para anak-anak itu bisa membaca dan menulis sehingga mereka tak akan mudah di tipu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
''Baiklah...segini dulu pelajaran kita hari ini, karena hari juga sudah cukup sore jadi kak Ela pamit ya.'' kata Ela. ''Sampai jumpa lagi besok.'' sambungnya lagi.
Selain mengajari anak-anak jalanan, Ela juga sering datang berkunjung ke panti asuhan serta panti jompo.
Hatinya terasa tergerak begitu melihat orang-orang yang tak seberuntung dirinya.
🌟
''Ela pulang.'' kata Ela ketika telah sampai di rumahnya.
Ela bukan terlahir dari keluarga kaya raya, tapi kehidupan mereka bisa di bilang cukup berada dengan kedua orangtua yang berprofesi sebagai tenaga pengajar yang sudah di angkat menjadi pegawai negeri sipil.
''Sudah pulang nak? bagiamana dengan anak-anak didik kamu?'' tanya bunda yang muncul dari arah dapur.
''Seperti biasa bun, mereka sangat berantusias sekali mengikuti pelajaran.'' jawab Ela dengan senyum ceria di wajahnya.
''Oh syukurlah kalau begitu.'' sahut bunda Reta. ''Sekarang lebih baik kamu mandi...karena hari sudah sore.'' kata bunda.
''Baik bunda sayang, eh tapi ngomong-ngomong ayah kemana bunda?'' tanya Ela tak melihat sesosok laki-laki yang menjadi cinta pertamanya itu.
''Ayah belum pulang, tadi di ajak mancing sama pak Yanto di kolam ikannya pak Amat.'' jawab bunda.
''Ela kekamar dulu ya bunda.'' pamit Ela setelah mendengar jawaban sang bunda.
🌟
Di tempat yang berbeda...kediaman Nugraha lebih tepatnya.
Ada Elang yang sedari tadi tersenyum sendiri bak orang tidak waras saat mengingat sosok gadis yang selalu di lihatnya di jalan saat pulang kerja.
Cklek
''Kak.'' seru Bunga.
''Ck, kebiasaan kalau masuk kamar orang main nyelonong aja...ketuk pintu.'' decak Elang saat melihat adik perempuannya masuk begitu saja dan membuyarkan segala lamunannya.
''Iya maaf.'' ucap Bunga. ''Di suruh turun ke bawah tuh...sudah di tungguin buat makan malam.'' kata Bunga mengatakan tujuannya masuk ke kamar sang kakak. ''Kak Senja juga sudah datang bersama kak Davi.'' sambungnya lagi.
''Kamu turun aja dulu...nanti aku nyusul.'' kata Elang.
Begitu sang adik keluar, Elang langsung menyambar kaos yang di atas sofa dan langsung memakainya.
Saat setelah mandi tadi dia memilih untuk tetap bertelanjang dada...karena sangat merasakan gerah di tubuhnya.
Elang Nugraha adalah anak kedua dari pasangan Reyhan Nugraha dan Mentari Widiastuti, walaupun begitu...dirinya adalah putra mahkota kerajaan bisnis keluarga Nugraha.
Elang memiliki dua saudari yaitu kakak perempuan yang bernama Senja Karisma Nugraha dan adik bernama Bunga Dian Nugraha.
❤️ Happy Reading ❤️
''Selamat pagi pak.'' sapa Tami sang sekretaris.
''Hem, apa jadwalku hari ini?'' tanya Elang yang memang selalu bersikap dingin pada orang lain.
''Nanti jam sepuluh anda ada janji temu dengan Mr. Osawa dari Jepang untuk membahas pembangunan hotel kita yang ada di Bali, kemudian saat jam makan siang ada rapat bersama tuan Ari dari perusahan Sinar Mas, terus di lanjutkan jam dua siang akan ada rapat dengan tim perencana dan tim desain.'' papar sang sekretaris yang membacakan agenda sang atasan hari ini.
''Baik, kamu boleh keluar...tapi panggilkan Aldi kesini.'' kata Elang.
''Baik pak, permisi.'' pamit Tami.
Tok...Tok...
''Masuk.''
Cklek
''Selamat pagi pak.'' sapa Aldi .''Kata Tami, tadi bapak memanggil saya.'' katanya lagi.
''Al, nanti seperti biasa...kamu temani saya keluar, biar kantor di urus oleh Tami.'' kata Elang pada asisten sekaligus sahabatnya.
''Baik pak.'' jawab Aldi. ''Apa ada yang lain?'' tanyanya karena tak mungkin sosok seperti Elang memanggil dirinya keruangan hanya untuk membicarakan hal ini saja, telpon juga beres kan.
''Al, gimana rasanya jatuh cinta?'' tanya Elang tiba-tiba yang membuat Aldi kaget.
''What...tunggu-tunggu, siapa yang sedang jatuh cinta? jangan bilang kalau kamu...'' kata Aldi yang hampir tak percaya dengan apa yang dia ucapkan.
''Ish jawab aja, kenapa mesti banyak nanya.'' sahut Elang sedikit ketus.
''Jawab aku dulu, nanti baru aku jawab.'' kata Aldi yang tak mau kalah.
''Iya aku...puas.'' serunya. ''Tapi aku bingung apa ini yang di namakan cinta...kamu tau sendiri selama ini aku gak pernah dekat dengan wanita manapun.'' kata Elang.
''Demi apa...si batu es jatuh cinta...gak salah dengarkan? telinganya lagi gak bermasalahkan?'' kata Aldi dalam hati.
''Apa yang kamu rasakan?'' tanya Aldi yang sudah duduk dan mulai mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Elang karena rasa penasarannya.
''Rasanya aku ingin terus melihatnya, terbayang senyumnya...tawanya...wajahnya seolah tak mau hilang dari otakku.'' kata Elang dengan menerawang sambil tersenyum sendiri.
''Fix...kamu beneran jatuh cinta.'' sahut Aldi. ''Sama siapa?'' tanyanya karena penasaran dengan sosok wanita yang sudah bisa mencairkan bongkahan es batu di hati sahabatnya itu.
''Gak tau.'' jawab Elang sambil menggelengkan kepalanya.
Mendengar jawaban itu, sontak saja Aldi langsung menepuk keningnya sendiri.
''Kok bisa? gadis itu nyatakan? bukan hanya ada di dalam khayalanmu saja? atau perlu aku buatkan janji ke psikiater untuk mu.'' cerocos Aldi yang seolah tak ada hentinya seperti rel kereta api.
''Kamu pikir aku ada kelainan apa pakai harus di bawa ke psikiater.'' kata Elang. ''Gadis itu nyata...sangat nyata, tapi aku tak mengenalnya...bahkan untuk namanya saja pun aku tak tau.'' kata Elang dengan jujur.
''Kamu memangnya lihat dia dimana?'' tanya Aldi.
''Setiap pulang dari kantor, aku selalu melihatnya sedang bersama para anak jalan.'' jawab Elang.
Aldi sampai tak habis pikir, sahabatnya nyaris sempurna...tampan, gagah, mapan dan dari keluarga terpandang, dari sekian banyak wanita yang mendekatinya...tak ada satupun yang srek di hati, eh sekali ada yang nyantol di hatinya...malah tak tau namanya.
''Ck, kenapa gak kamu samperin aja...ajak kenalan.'' celetuk Aldi.
''Huh maunya.'' sahut Elang. ''Tapi bingung bagaimana memulainya.'' sambungnya lagi.
''Baru kali ini aku lihat seorang Elang Nugraha galau...hahaha...'' ejek Aldi.
''S**lan, aku juga manusia biasa kali.'' sahut Elang.
''Tapi sumpah aku salut ma tuh cewek, belum kenal aja sudah bikin kamu kayak gini...perlu di acungi jempol dua tuh, jadi penasaran seperti apa rupanya.'' kata Ardi.
''Taulah...sana keluar, siapin berkas buat meeting nanti.'' usir Elang yang kesal pada asisten sekaligus sahabat lamanya itu.
''Siap pak bos.'' kata Aldi yang kemudian berdiri dari duduknya.
''Huh...kamu benar-benar bisa memporak porandakan hati dan pikiran aku.'' monolog Elang setelah Aldi keluar dari sana.
🌟
''Hai El...'' sapa Yuna.
''Oh hai Yun.'' sapa balik Ela. ''Baru sampai juga?'' tanyanya.
''Iya nih, tadi sedikit kejebak macet di jalan.'' jawab Yuna teman satu angkatan Ela. ''Aduh jadi deg-degan nih takut banyak yang tercoret-coret sama tuh dosen pembimbing.'' kata Yuna mengungkap isi hatinya.
''Sama aja Yun, tapi ya udahlah yang penting kita sudah berusaha...kalau ada yang kena coret ya berati memang tulisan kita belum bagus...jadi ya siap-siap buat revisi aja.'' sahut Ela yang bersikap santai.
Mereka memang sudah sibuk untuk menyusun skripsi karena sudah di tingkat akhir saat ini.
Ela mengambil fakultas ilmu pendidikan guru sekolah dasar mengikuti jejak sang bunda.
Setelah beberapa saat mereka sama-sama keluar dari ruangan dosen pembimbingnya.
''Hah kamu mending gak banyak coretannya El...lah aku, huh.'' kata Yuna. ''Pusing ni mah jadinya.'' keluhnya lagi.
''Jalani aja, yang semangat...biar kita cepat kelar dan juga cepat menyandang gelar sarjana pendidikan sekolah dasar.'' kata Ela memberi semangat pada sahabatnya itu.
''Iya kamu benar El, paling enggak itu bisa menjadi sesuatu hal yang membanggakan buat kedua orangtua kita...dan gak sia-sia juga mereka membiayai pendidikan kita selama ini.'' sahut Yuna dengan bijak.
''Yup betul.'' seru Ela. ''Eh aku mau ke perpus nih...mau ikut gak?'' tanyanya.
''Boleh, kebetulan juga ada yang perlu aku cari di sana.'' jawab Yuna.
Ela dan Yuna...mereka berteman semenjak bertemu dalam ospek. Berada dalam satu regu, yang tak taunya juga menjadi teman sekelas membuat hubungan mereka semakin baik.
Di tambah lagi dengan latar belakang yang hampir sama, sama dari keluarga sederhana dengan orangtua yang sama-sama seorang tenaga pengajar, jadi semakin membuat mereka merasa cocok walau berbeda keyakinan.
''El gimana dengan para anak-anak jalanan yang kamu ajar?'' tanya Yuna di saat mereka berdua tengah berjalan menuju ke ruang perpustakaan.
''Sejauh ini sih gak ada masalah, mereka sangat antusias untuk mengenyam pendidikan.'' jawab Ela. ''Kalau ada waktu luang ikut aku ngajar mereka sih Yun, pasti mereka seneng banget.'' ajak Ela.
''Oke, kapan-kapan aku ikut kamu.'' sahut Yuna.
''O iya aku ada rencana mau bikin semacam rumah baca gitu sih, tapi masih bingung tempatnya di mana.'' kata Ela mengemukakan gagasannya.
''Wah bagus itu, aku dukung.'' sahut Yuna. ''Em buku-bukunya gimana? sudah banyakkah?'' tanya Yuna.
''Belum sih, hanya masih beberapa dan itupun buku-buku milikku dulu.'' jawab Ela. ''Aku juga masih menabung untuk membeli buku-buku pendukung lainnya.'' sambungnya lagi.
''Kenapa gak minta sumbangan aja El?'' usul Yuna.
''Gak taulah Yun, masih bingung aku...coba lihat nanti kalau kelar skripsi...kelar sidang.'' jawab Ela.
Gak kerasa karena jalan sambil ngobrol...mereka berdua telah sampai di depan ruang perpustakaan.
Mereka berdua berpisah mencari buku yang mereka butuhkan.
Ela adalah tipe orang yang sangat betah berlama-lama di perpustakaan...karena dia merupakan tipe orang yang sangat haus akan ilmu pengetahuan, apalagi membaca adalah salah satu hobi dari dara berusia hampir dua puluh dua tahun ini.
Ela Friska Maheswari merupakan anak tunggal dari ayah yang bernama Andeas Maheswari dan bunda Margareta Cristiani.
❤️ Happy Reading ❤️
''Ayo sayang...Ela...'' seru bunda yang sudah menunggu Ela di ruang tamu mereka.
''Iya bunda.'' sahut Ela sambil berjalan keluar menghampiri kedua orangtuanya.
Ela dan kedua orangtuanya mengendarai motor secara beriringan.
Rutinitas mereka setiap hari minggu, yaitu pergi beribadah di gereja.
Jarak rumah Ela dengan gereja tak terlalu jauh, jadi hanya membutuhkan waktu sepuluh belas menit saja untuk sampai disana bila menggunakan sepeda motor.
''Bunda, Ela langsung pergi ke panti asuhan ya...'' kata Ela setelah mereka selesai beribadah dan kini sudah berada di area parkir.
''Iya, yang penting hati-hati ya nak.'' pesan bunda.
''Jangan ngebut-ngebut bawa motornya.'' kata ayah menimpali.
''Iya ayah, bunda.'' sahut Ela.
🌟
''Mau kemana kak?'' tanya mama mentari saat melihat putranya begitu rapi...ya walaupun hanya menggunakan celana chinos warna cream dan kemeja lengan tanggung sampai kesiku dengan warna navi.
''Hari ini kakak harus berkunjung ke panti asuhan untuk menyerahkan donasi seperti biasa ma.'' jawab Elang.
''Oh kirain mau ngapel...secara inikan hari minggu.'' kata mama Mentari lagi.
''Ngapel apa sih ma...cewek aja gak punya.'' kata Elang.
''Makanya kak...cari...kakak itu sudah cukup umur untuk membina rumah tangga.'' sahut mama Mentari yang jadi melebar kemana-mana.
''Kakak pamit ma, assalamualaikum.'' pamit Elang dari pada mamanya itu ngomong kemana-mana.
''Wa'alaikumsalam.'' sahut mama Mentari. ''Kebiasaan kalau di bahas masalah nikah pasti langsung kabur.'' gerutunya.
''Ada apa sih ma?'' tanya papa Reyhan yang baru keluar dari kamarnya. ''Kok ngedumel sendiri.'' sambungnya lagi.
''Itu...anak kamu, kalau di bahas tentang nikah...selalu aja langsung pergi.'' adu mama Mentari. ''Bisa-bisa nanti malah keduluan Bunga tu nikahnya.'' katanya lagi.
''Anak kita ma...'' ralat papa Reyhan. ''Sekarang mana anaknya?'' tanya papa Reyhan.
''Dia udah pergi, mau ke panti asuhan katanya.'' jawab mama Mentari.
''Kalau gitu sudah dong ma marah-marahnya, toh anaknya juga gak ada...jadi percuma, mama cuma buang-buang energi saja.'' kata papa Reyhan.
''Tapi mama masih kesel pa.'' sahut mama Mentari. ''Orang-orang tuh sampai nyangkanya putra kita ada kelainan...karena gak pernah terlihat menggandeng seorang wanita.'' imbuhnya lagi.
''Iya papa tau kalau mama kesel, tapi jangan dengerin omongan orang ma...jangan di masukin ke hati juga, nanti kita omongin lagi ya pas ada anaknya.'' kata papa Reyhan dengan tangan yang sudah merangkul bahu sang istri.
🌟
''Assalamualaikum.''
''Wa'alaikumsalam...selamat datang tuan muda Nugraha.'' sapa ibu pemilik sekaligus salah satu pengurus panti asuhan. ''Mari silahkan masuk...'' katanya lagi.
''Terimakasih.'' ucap Elang.
Elang dan ibu panti duduk di ruang tamu panti asuhan.
''Seperti biasa bu', kedatangan saya kemari untuk memberikan ini...sedikit rezeki buat anak-anak panti dari saya pribadi juga dari perusahaan keluarga saya.'' kata Elang menyampaikan maksud kedatangannya ke sana dengan tangan yang sudah mengulurkan amplop yang berisikan sejumlah uang.
''Alhamdulillah, terimakasih tuan...ini sangat berharga bagi kami karena bisa membantu kelangsungan hidup anak-anak.'' ucapnya.
Elang yang mendengar suara riuh yang di iringi gelak tawa menjadi sangat penasaran.
''Itu ada salah satu anak panti yang ulang tahun tuan.'' kata ibu panti seperti mengetahui apa yang Elang pikirkan.
''Oh begitu.'' beonya. ''Apa saya boleh lihat bu'? tanya Elang.
''Tentu saja.'' sahut ibu panti dengan seulas senyum di bibirnya. ''Mari.'' ajaknya.
Elang mulai melangkah mengikuti ibu panti menuju ke area belakang panti.
Di sana ada halaman yang cukup luas yang biasa di gunakan para anak panti bermain, seperti futsal misalnya.
Deg
''Gadis itu.'' kata Elang di dalam hati dengan di iringi debaran tak menentu di dalam di sana. ''I...itu siapa bu'? apakah anak panti juga?'' kata Elang yang berhenti dari jalannya guna menanyakan tentang sosok yang saat ini sedang tertawa ceria, sosok yang beberapa hari ini membuatnya tak tenang, sosok yang tak di kenalnya namun bisa mencuri perhatian serta hatinya.
''Oh bukan.'' sahut ibu panti. ''Itu nak Ela...dia sering datang kemari bahkan hampir setiap hari Minggu kesini untuk bermain serta mengajari anak-anak belajar.'' sambung ibu panti dengan mata yang masih tertuju pada Ela serta para anak panti berada.
''Ela.'' gumam Elang yang tanpa sadar senyum tipis tersungging di bibirnya.
''Mari tuan.'' ajak ibu panti lagi untuk semakin mendekat.
Semakin dekat...semakin membuat dada Elang berdebar, jantungnya seakan bertalu serta berdetak tak menentu...tapi di balik itu semua ada perasaan bahagia di dalamnya.
''Anak-anak.'' seru ibu panti. ''Ini kenalkan tuan Elang...salah satu orang yang selalu memberi donasi kepada panti kita.'' kata ibu panti mengenalkan Elang. ''Ayo beri salam...'' kata ibu panti lagi.
''Selamat siang tuan.'' sapa para anak-anak.
''Selamat siang...dan jangan panggil saya tuan, cukup panggil mas, kakak, om atau apalah itu yang penting jangan tuan.'' kata Elang.
Sebenarnya Elang begitu risih jika ada yang memanggilnya dengan sebutan tuan muda...panggilan itu benar-benar panggilan yang tak di sukainya, bahkan para pekerja di rumah orangtuanya saja dia minta untuk memanggilnya dengan panggilan mas saja.
''Baiklah kalau begitu ayo panggil dengan panggilan kak Elang.'' kata ibu panti menengahi saat para anak panti sedang berbisik-bisik seperti berdiskusi tentang panggilan apa yang cocok untuk orang yang saat ini berdiri di depan mereka itu.
''Kak Elang.'' seru anak-anak sesuai arahan yang mereka terima dari ibu panti.
Saat anak-anak sedangan sibuk bermain, Elang menghampiri Ela yang sedang duduk di bawah pohon dengan memperhatikan para anak-anak, bahkan sesekali senyum di bibirnya pun terbit tatkala melihat tingkah polah para bocah itu.
''Khem....boleh duduk sini?'' tanya Elang yang mengalihkan pandangan Ela menjadi kearahnya.
''Tentu saja, silakan.'' jawab Ela yang kemudian kembali melihat kedepan.
''Aku Elang.'' kata Ela. ''Kalau kamu?'' tanyanya.
''Ela, panggil aku Ela.'' jawab Ela.
''Nama yang cantik, secantik orangnya.'' gumam Elang.
''Apa?'' tanya Ela yang samar-samar seperti mendengar Elang berbicara.
''Apa?'' tanya balik Elang.
''Oh aku pikir kamu tadi sedang berbicara.'' sahut Ela. ''Ternyata tidak ya...'' katanya lagi.
''Apa kamu sering datang kemari?'' tanya Elang sekedar berbasa-basi.
''Hampir setiap minggu siang aku kemari.'' jawab Ela.
Mereka berdua pun sedikit demi sedikit mulai saling berbincang hingga rasa canggung di antara keduanya pun perlahan menghilang.
''Bu Fatma, Ela pamit ya.'' kata Ela berpamitan pada ibu panti setelah tadi berpamitan pada anak-anak.
''Hati-hati ya El.'' kata ibu Fatma yang di angguki oleh Ela.
''Mau aku antar?'' tawar Elang.
''Oh tak usah, terimakasih.'' tolak Ela. ''Aku bawa motor.'' sambungnya lagi. ''Permisi.'' pamitnya.
''Em El.'' panggil Elang saat Ela sudah berjalan beberapa langkah.
''Ya.'' sahut Ela yang menghentikan langkahnya.
''Boleh minta nomor ponsel kamu...'' kata Elang dengan sangat hati-hati.
''Tentu.'' sahut Ela yang kemudian mengetikkan nomor ponselnya di ponsel Elang yang tengah di sodorkan padanya.
''Terimakasih.'' ucap Elang.
Hati Elang bersorak bahagia, dengan memiliki nomor ponsel Ela...itu artinya dia akan menjadi sangat mudah untuk berkomunikasi dengan gadis yang beberapa hari ini membatasi tidurnya tak nyenyak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!