NovelToon NovelToon

Jodoh Sama Mantan

BAB 1

Brakk..

Dengan seenaknya, Ratna melempar pakaian kotor di hadapan Ayesha yang baru saja selesai membersihkan rumah.

"Enak saja kamu duduk santai, tuh cucian sudah menumpuk!!" Geram Ratna pada menantunya itu.

"Nanti ya Bu, Aku baru saja selesai membersihkan rumah, aku istirahat dulu lima belas menit saja, Bu." Ucap Ayesha.

"Tidak bisa, cepat selesaikan cucian ini. Nanti keburu gak ada matahari dan cucian bisa bau kalau tidak terkena sinar matahari." Titah Ratna tidak ingin di bantah.

Ayesha hanya menghela nafasnya saja, ia tidak bisa membantah apa perkataan sang ibu mertua.

"Buatkan minum dulu untuk tamuku. Jangan lama lama!" Ratna meninggalkan Ayesha begitu saja di dapur.

Ayesha segera membuatkan minum untuk dua tamu ibu mertuanya itu dan segera mengantarkannya.

"Iya, sepertinya menantuku mandul, masa lima tahun menikah dengan Rama tidak hamil hamil." Ucap Ratna pada ke dua temannya itu.

"Kalau begitu Rama bisa menikah lagi, bukankah keturunan itu adalah segalanya, gak kebayang kan jika kita tua nanti gak ada anak yang mengurus kita." Sahut tamunya Bu Ratna.

"Iya, aku juga ingin sekali Rama menikah lagi saja, dengan wanita yang subur dan bisa melahirkan anak untuk Rama." Balas Ratna.

Percakapan Ratna dan kedua temannya terdengar oleh Ayesha, dan Ayesha hanya bisa mengusap pipi nya yang sudah basah karena air mata yang tiba tiba saja keluar dari matanya.

Dengan perlahan Ayesha memberikan air minum dan cemilan untuk kedua tamu mertuanya itu. Terlihat sekali tatapan Ratna yang tidak menyukainya, dan kedua tamunya seolah mengejeknya lewat tatapannya.

Ayesha segera kembali ke dapur dan mencuci pakaian yang tadi ibu mertuanya berikan. Ayesha hanya bersikap pasrah karena tidak ingin melawan orang tua dari suaminya itu.

Setelah dua jam berkutat dengan cucian lalu menjemurnya, Ayesha melanjutkan pekerjaan rumahnya yakni memasak untuk keluarga suaminya dan juga untuk kedua tamu ibunya yang akan makan siang bersama.

Hidup Ayesha bagai di neraka, mertuanya menjadikan Ayesha bak pembantu gratisan yang bisa ia lakukan semena mena.

Bahkan Ayesha juga yang mencuci piring bekas makan tamu tamu mertuanya itu, di hadapan tamu tamu mertuanya itu pun Ayesha hanya di pandang sebelah mata, tidak lebih dari seorang pembantu.

Malam hari Rama kembali dari bekerja, semakin hari Rama semakin pulang larut malam dan beralasan jika dirinya sedang lembur bekerja. Bahkan Rama sudah hampir satu bulan tidak lagi menyentuh Ayesha, padahal dulu, Rama tidak pernah absen menyentuh Ayesha. Mereka menikah muda di saat baru masuk kuliah, Ayesha yang saat itu tidak di restui oleh orang tuanya memilih pergi meninggalkan kedua orang tuanya hanya karena memilih Rama dan berhenti dari bangku kuliah. Sementara Rama, tetap berkuliah sambil bekerja untuk menafkahi Ayesha. Beruntung Rama memiliki bea siswa yang menbuat dirinya bisa kuliah dengan mudah dan tanpa ada biaya sama sekali.

Lima tahun menikah, mereka belum juga di karuniai seorang anak, kini Rama sudah bekerja di sebuah perusahaan dengan jabatan yang cukup tinggi yakni sebagai manager pemasaran. Sementara Ayesha hanya menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga biasa.

"Kamu belum tidur? Aku kan sudah bilang jangan menungguku pulang." Kata Rama pada Ayesha sambil membuka kemejanya.

"Mas, aku mununggmu untuk bicara."

"Bicara soal apa? Nanti saja, aku lelah."

"Mas mau makan dulu?"

"Tidak, aku lelah dan ingin beristirahat, kerjaanku sedang padat." Ucap Rama tanpa melihat ke arah Ayesha.

Ayesha memungut pakaian Rama yang tercecer dan membawanya ke keranjang, namun ia mencium aroma asing yang tercium dari pakaian yang tadi Rama pakai.

Perlahan Ayesha menghirup aroma wangi asing itu, Ayesha meyakini jika ini bukanlah wangi suaminya. Ayesha ingin sekali menanyakannya namun Rama sudah tertidur dengan posisi membelakangi Ayesha.

Ayesha lebih memilih ke luar kamar dan mengambil air minum untuk dirinya sendiri, ia melihat sang Kakak ipar tengah menikmati kue dari toko kue terkenal.

"Kamu belum tidur, Yes." Tanya Mira basa basi.

"Belum, Mba. Mau ambil air minum dulu." Jawab Ayesha.

"Mau kue gak nih? Rama bawain kue tadi." Kata Mira lagi mencoba memanas manasi Ayesha, karna pikir Mira, Ayesha tidak mengetahui jika Rama membawakan kue untuk di rumah.

"Tidak, Mba." Jawab Ayesha dengan sopan. Meski Ayesha sangat ingin memakan kue itu karna sudah lama sekali Ayesha tidak memakan kue mahal dan enak seperti itu. Namun Ayesha memilih diam karena merasa sesak, Rama tidak memberitahunya jika membawakan kue dan malah iparnya yang lebih tau terlebih dahulu bahkan menikmatinya duluan.

Ayesha segera kembali ke kamar dan naik ke atas ranjang yang sama dengan Rama. Ia melihat punggung Rama yang membelakanginya, berbagai pertanyaan muncul di benaknya, mengapa Rama bisa berubah seperti ini, batinnya.

Dalam hati Ayesha timbul sedikit penyesalan, penyesalan yang mungkin tidak akan berguna untuknya. Menikah saat usia muda dan masih mengedepankan emosi. Padahal dulu Ayesha begitu di ratukan oleh kedua orang tuanya, namun kini Ayesha hidup layaknya pembantu yang gratisan.

Pagi hari, Ayesha bangun dan segera berkutat di dapur, ia memasak nasi goreng untuk sarapan seluaruh keluarga suaminya bahkan menyiapkan teh, kopi ataupun susu untuk setiap orang. Ayesha segera kembali ke kamarnya setelah selesai memasak dan menyiapkan pakaian suaminya untuk bekerja.

Rama melihat ke arah Ayesha yang terlihat lusuh di pagi hari. Membuat Rama malas sekali melihat istrinya itu.

"Tidak bisakah kamu mandi pagi dan berdandan sebelum aku berangkat bekerja?" Tanya Rama dengan sinis. "Lihatlah dirimu, masih memakai pakaian tidur, rambut acak acakan dan bau dapur."

Ayesha menghela nafas. "Ayo kita mengontrak rumah, Mas. Bukankan sebagai manager kamu bisa mengontrak rumah bahkan bisa mengambil rumah dengan sistem KPR?" Tanya Ayesha yang sedari semalam ingin membicarakan hal ini.

"Lalu Ibuku bagaimana?"

"Kan ada Mbak Mira, Mas."

"Aku anak laki laki, aku bertanggung jawab pada Ibuku."

"Tapi aku juga istrimu, Mas. Aku juga ingin di hargai. Kamu kan tidak tau perlakuan Ibu dan Mbak Mira ke aku bagaimana."

"Memang Ibu sama Mbak Mira ngelakuin hal apa sama kamu?" Tanya Rama menyelidik.

"Semua pekerjaan rumah aku yang pegang, Mas. Bahkan pakaian Mbak Mira, suami dan anaknya juga aku yang cuci gosokan. Apa itu pantas, Mas?" Tanya Ayesha mengeluarkan unek uneknya.

"Ya sabar saja sih, mereka kan keluargaku, itu tandanya keluargamu juga."

"Aku kurang sabar apa lagi, Mas? Selama lima tahun aku bahkan tidak di anggap keluarga, melainkan seperti pembantu gratisan di rumah ini. Aku ini istrimu, Mas."

"Sudahlah Yes, jangan berlebihan." Sentak Rama. "Masih pagi kamu sudah bikin aku pusing, harusnya kamu intopeksi diri. Lihat dirimu sekarang di depan cermin, kamu layak di sebut istriku atau di sebut pembantu di rumah ini?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tes ombak dulu ya, ada yang mampir kesini gak nih?

BAB 2

Rama duduk di meja makan, Ayesha pun mengikutinya setelah tadi ia buru buru mandi dan berganti pakaian meski hanya daster yang warna nya sudah pudar. Tidak ada make up di wajahnya, tidak ada aroma parfum di tubuhnya, hanya wangi sabun mandi yang akan menghilang setelah beberapa menit dari Ayesha mandi.

"Lama sekali di kamar, Ayesha pasti habis ngadu macam macam sama kamu, Ram." Kata Ratna sengan ketus.

"Tidak, Bu. Tadi aku kesiangan karena semalam aku pulang larut." Jawab Rama sedikit menutupi perdebatannya dengan Ayesha tadi.

"Ayesha, mana susu anakku. Kenapa tidak ada di meja." Kata Mira dengan nada keras.

Ayesha berdiri dari duduknya untuk mengambilkan susu anaknya Mira yang lupa ia sajikan di atas meja makan. Namun Rama menahan pergelangan tangan Ayesha hingga Ayesha duduk kembali.

"Mbak Mira, Rio itu kan anaknya Mbak, mengapa menyuruh istriku yang membuatkannya susu?" Tanya Rama yang kini mencoba membela Ayesha.

"Apa apaan kamu, Rama? Berani kamu sama Mbakmu?" Ratna yang tidak terima karena Rama membela Ayesha. "Mira itu mbakmu, kalian terikat darah, sementara Ayesha hanya istrimu yang akan ada bekasnya, ingat ya Ram, darah itu lebih kental dari pada air." Imbuhnya lagi.

"Tapi Ayesha itu istriku, Bu. Bukan pembantu di rumah ini."

Ratna berdiri sambil bertolak pinggang. "Jadi karena hal ini kalian lama keluar dari kamar? Pasti Ayesha mengadu macam macam padamu kan Ram?"

"Tanpa Ayesha mengadupun aku tau kejadian di rumah ini, Bu." Rama masih membela Ayesha.

"RAMA!!" Sentak Ratna. "Kamu lebih membela wanita ini dari pada Ibu dan Kakakmu?"

"Bu, bukan seperti itu. Hanya saja tolong hargai Ayesha, Ayesha itu istriku, Bu."

"Tapi ibu tidak sudi memiliki menantu mandul seperti istrimu. Lihatlah dia, sudah lima tahun menikah tidak juga memberikan anak untukmu, Ram." Ratna terus saja mencoba memprovokasi Rama.

"Itu bukan keinginan kami, Bu." Kata Rama membela lagi.

"Ibu tidak mau tau, Ram. Jika Ayesha tidak juga memberimu anak, Ibu ingin kamu menceraikan dia dan menikah lagi dengan wanita lain." Tegas Ratna yang membuat Ayesha meluruhkan air matanya.

Rama membanting sendok dan segera meningglkan rumah untuk pergi ke kantor tanpa menenangkan Ayesha terlebih dahulu. Sementara itu Mira menyuruh suaminya untuk membawa putra mereka ke luar dan Ratna mendekat ke arah Ayesha.

Plakkk, Ratna menampar keras pipi Ayesha.

"Berani sekali kamu meracuni pikiran Rama, hah?!"

Ayesha hanya menangis sambil memegang pipinya yang terasa panas dan perih. Di tambah Mira yang menjambak rambut Ayesha, "Dassar wanita miskin dan mandul, berani beraninya menghasut adikku."

"Ampunn Kak." Ayesha memegangi kepalanya yang terasa sakit karena sebagian rambut rambutnya itu tercabut paksa karena jambakan Mira.

Mira membenturkan kepala Ayesha ke atas meja makan dan meninggalkan Ayesha.

"Aku berharap Rama menikahi wanita lain dan membuang kamu." kesal Ratna dan meninggalkan Ayesha juga seorang diri.

Ayesha menunduk dan menangisi nasibnya yang tidak mungkin ia bisa rubah. Sedari dulu Ayesha memang lemah, hal itu yang membuat banyak pria bosan padanya. Hanya Rama saja yang bertahan pada Ayesha karena Ayesha merupakan wanita penurut dan Rama menyukai hal itu

Ayesha berdiri dan membersihkan meja makan dari kekacauan pagi ini, meski dirinya merasa sedih namun pekerjaan di rumah ini tetaplah harus ia kerjakan.

"Jangan menangis, Ay. Ini sudah pilihanmu. Kamu melepas keluarga yang begitu menyayangimu dan memilih keluarga Mas Rama. Jangan menangis!!" Kata Ayesha menguatkan dirinya sendiri.

Ayesha segera membersihkan rumah dan juga mencuci pakaian seluruh pemilik rumah. Ia kembali membersihkan dirinya kemudian pergi ke suatu tempat dengan beralasan akan pergi ke pasar karena memang kebutuhan dapur sudah pada habis.

Ayesha menaiki ojeg langganannya, "Mau kemana, Mbak Ayesha?" Tanya Ojeg bernama Egi. "Kita ke pasar ya Mbak?" Tanya Egi lagi.

"Tidak Bang Egi, aku mau ke suatu tempat dulu, tapi ongkosku tidak cukup karena nanti aku harus ke pasar juga. Boleh jika aku berhutang dulu, Bang Egi?" Tanya Ayesha ragu ragu.

"Mbak Ayesha kayak sama siapa aja, santai aja Mbak, memang Mbak mau kemana?"

"Antar saya ke komplek XX Blok XX."

Ojeg bernama Egi itu hanya tersenyun tipis dari balik helm nya itu. Tanpa banyak bertanya, Egi menjalankan motornya ke tempat yang ia sudah tau sebelumnya.

"Berhenti disini aja, Bang." Kata Ayesha sambil menepuk pundak Egi.

Ayesha turun tepat di bawah pohon yang cukup rindang, matanya menatap sendu ke arah sebuah rumah megah dengan gaya classic eropa. Tiba tiba saja air mata kembali luruh di pipi Ayesha,

Egi hanya melihat kemudian memotret Ayesha tanpa Ayesha tau, kemudian mengirimkannya pada seseorang dengan sebuah pesan singkat. "Nona Ayesha berada dalam radius 50 meter dari rumah utama."

Tidak lama, egi menerima sebuah balasan. "Selidiki apa yang terjadi pada putriku."

Setelah cukup lama melepas rindu pada rumah yang megah bak istana itu, Ayesha kembali menaiki motor Egi. "Kita ke pasar, Bang Egi."

"Iya Mbak." Jawab Egi.

Ayesha membeli kebutuhan sayur mayur dan lauk pauknya, setelah selesai ia kembali ke rumah milik mertuanya itu.

"Bang Egi, saya bisa kasih ongkos seperti biasa saya ke pasar. Nanti kalau saya ada uang lebih saya akan bayar ongkos yang tadi ya, Bang."

"Tidak usah dipikirkan, Mbak. Mbak Ayesha kan langganan saya." Jawab Egi dengan santai kemudian menerima uang sebesar dua puluh ribu dari Ayesha agar tidak terlihat mencurigakan.

Ayesha mengucapkan terimakasih kemudian segera masuk ke dalam rumah mertuanya itu. "Lama sekali, dari mana kamu? Pacaran dulu sama tukang ojeg ya?" Maki Ratna.

"Maaf, Bu. Tadi di pasar penuh." Kata Ayesha.

"Halah, bilang saja jika kamu pacaran dulu dengan tukang ojeg itu, kan?"

"Tidak, Bu. Tolong jangan memfitnah aku, Bu. Tidak cukupkah Ibu memperlakukan aku dengan tidak baik."

Ratna mendorong Ayesha hingga tersungkur, "Tentu saja tidak cukup, aku tidak akan pernah cukup menyiksamu sampai Rama menceraikanmu." Kata Ratna berapi api.

"Apa salahku, Bu?" Ayesha menangis tersedu sedu, membuat siapapun yang mendengarnya merasa iba.

"Kesalahanmu adalah mau di nikahi oleh putraku, aku tidak sudi Rama menikahi wanita miskin sepertimu." Balas Ratna yang tidak mengetahui jati diri Ayesha.

Hanya Rama yang tau siapa jati diri Ayesha, saat tau jika keluarga Ayesha tidak memberikannya restu, Ayesha memilih melepas embel embel keluarganya dari kehidupannya atas permintaan Rama yang saat itu sangat mencintai Ayesha.

Diam diam Egi yang masih berada tidak jauh dari sana merekam kejadian itu, Ratna memang tidak punya hati, bahkan kejadian itu di tonton banyak tetangga karena Ratna melakukannya di teras rumah mereka.

Egi segera mengirim video rekaman itu pada Bosnya yang tak lain adalah Ayahnya Ayesha. Selama ini Egi bekerja sebagai mata mata untuk Tuan Adrian Wibisana untuk memata matai Ayesha sekaligus menjaga Ayesha dari jauh.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sabar ya, ikuti dulu alurnya, Ayesha bukan cewek lemah koq. 😉

Enaknya jadwal Up di jam brp ya?

Dibantu Like, Vote, komentar dan hadiahnya ya teman teman 🤗

BAB 3

Malam hari, Rama kembali pulang dari bekerjanya, ia melihat sang istri tengah melipat pakaian dan tak melihat ke arahnya ketika Rama masuk ke dalam kamar mereka.

"Yesha, dimana pakaian gantiku?" Tanya Rama pada Ayesha.

Tanpa banyak bicara, Ayesha segera mengambilkan pakaian ganti milik Rama dan memberikannya pada suaminya itu.

Rama menatap lekat Ayesha yang sedari tadi hanya menunduk, kemudian Rama menarik lengan Ayesha yang ingin melangkah pergi. Ayesha masih menunduk, Rama semakin lekat menatapnya dan satu tangan Rama terulur untuk mengangkat dagu Ayesha.

Rama mengernyitkan dahinya ketika melihat wajah Ayesha, mata sembab dengan dahi yang terdapat luka lebam juga sudut bibir yang terluka dan pipi yang masih merah.

"Siapa yang melakukannya?" Tanya Rama dengan geram.

Namun Ayesha hanya diam tidak menjawab.

"Katakan padaku siapa yang melakukan ini padamu?"

Ayesha menatap kedua mata Rama, "Apa perdulimu?" Tanyanya dengan sengit. "Kamu sendiri yang meninggalkanku dalam kondisi keluargamu yang sedang marah padaku." Kata Ayesha dengan mata merah menahan air matanya.

"Yesha, maafkan aku." Lirih Rama.

Yesha melepaskan cekalan tangan Rama dan perlahan menjauh ke tempatnya semula melipat pakaian. Ia memilih diam dan tidak ingin bicara apapun.

Rama berjalan mendekat ke arah Ayesha, "Yesha..."

"Pergilah, Mas. Biarkan aku sendiri." Kata Ayesha menahan gemuruh di dadanya."

Namun bukannya pergi melainkan Rama menarik tangan Ayesha dan keluar dari kamarnya, ia menghampiri Ibu dan Kakaknya yang sedang menonton televisi bersama.

"Siapa yang melakukan hal ini pada Ayesha?" Tanya Rama dengan nada membentak.

Ratna yang tak terima hal itu segera berdiri dari duduknya sambil bertolak pinggang, sementara Mira berdiri di belakang Ratna sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa apaan kamu Ram?" Tanya Ratna.

"Siapa yang memukuli istriku, Bu?" Tanya Rama dengan marah.

"Istrimu sekarang pintar mengadu ya? Lima tahun menikah bukannya segera melahirkan anak untukmu malah semakin pintar mengadu rupanya."

"Hentikan, Bu." Sentak Rama.

"Rama, berani sekali kau membentak Ibu hanya karena wanita miskin ini." Sahut Mira membela sang Ibu.

Rama mengusap wajahnya kasar, ia selalu saja kalah jika berhadapan dengan sang Ibu. Namun Rama tidak ingin lagi Ibu dan Kakaknya menyiksa Ayesha, karna itu Rama harus bertindak keras.

"Jika Ibu dan Mbak Mira terus menyakiti Ayesha, aku akan membawa Ayesha untuk pindah dari sini dan aku tidak akan lagi membiayai lagi kebutuhan rumah ini." Ancam Rama dengan tegas.

"Mana bisa seperti itu, Rama. Ibu ini tanggung jawabmu sebagai anak laki laki." Kata Ratna tidak terima.

Rama mengangguk, "Kalau begitu bersikaplah baik pada Ayesha." Rama melihat ke arah Mira. "Dan Mbak Mira, Mbak Mira disini hanya menumpang karena aku yang membiayai seluruh kebutuhan rumah ini termasuk makanan yang Mbak Mira dan suami juga anak Mbak Mira makan, jadi Mbak Mira jangan bersikap seenaknya sama Ayesha, Ayesha tidak ada kewajiban mencuci pakaian Mbak dan keluarga Mbak, jika Mbak tidak terima silahkan Mbak keluar dari rumah ini." Tegas Rama lagi.

"Berani sekali kamu sama Mbakmu ini, Ram. Ingat Ram, darah itu lebih kental dari pada air, hubunganmu dan Ayesha akan ada bekasnya sementara hubunganmu dengan Mbakmu ini tidak akan pernah ada bekasnya." Bela Ratna pada Mira.

"Aku tidak perduli hal itu, Bu. Aku tidak suka Ayesha mencucikan baju Mbak Mira dan keluarganya, jika Mbak Mira masih menyuruh Ayesha seperti itu, aku akan menyuruh Mbak Mira keluar dari rumah ini atau aku dan Ayesha yang keluar dari rumah ini dan tidak lagi membiayai rumah ini." Tekan Rama kemudian Rama menarik lengan Ayesha untuk kembali ke kamarnya.

Rama mendudukan Ayesha di tepi ranjang kemudian mengambil kotak obat. Ia mengoleskan salep untuk memar di dahi Ayesha dan luka di sudut bibir Ayesha.

"Maafkan aku belum bisa membahagiakanmu, Yesha." Lirih Rama.

Ayesha hanya diam, ia terlalu lelah untuk menanggapi permintaan maaf dari Rama, Permintaan Ayesha hanya satu, ia ingin keluar dari rumah mertuanya itu dan hidup tanpa tekanan dari mertuanya itu, namun Rama terlalu pengecut untuk melakukan hal itu dengan alasan jika tidak ingin meninggalkan rumah peninggalan mendiang ayahnya.

Waktu berlalu, Mira tidak lagi berani menyuruh Ayesha macam macam, tetapi Yesha tetap mencucikan baju milik mertuanya dan mengurus segala kebutuhannya itu.

Pagi ini Ayesha akan bersiap ke pasar karena akan membeli sayur mayur yang sudah habis, tiba tiba saja dirinya merasa mual dan pusing. Namun karena tidak ada yang memperhatikannya, Ayesha tetap berangkat ke pasar.

"Ayesha, Rama memberimu uang lebih ya?" Tanya Ratna dengan sengit.

Ayesha diam tidak membalas, Rama memang memberikan Ayesha uang lebih untuk membeli keperluan pribadinya.

"Mana sini uangnya, Ibu butuh untuk membayar hutang Ibu, nanti akan ada penagih hutang dan Ibu tidak pegang uang." Kata Ratna sambil menengadahkan tangannya.

"Tidak ada, Bu. Ini hanya uang untuk belanja saja." Jawab Ayesha menahan dompetnya.

"Jangan bohong kamu." Ratna menarik paksa dompet milik Ayesha. Dilihatnya uang yang lebih dari biasanya dan Ratna mengambilnya.

"Jangan diambil, Bu."

"Diam." Ratna mendorong tubuh Ayesha hingga Ayesha terduduk di sofa.

Ratna melempar kembali dompet milik Ayesha setelah dirasa uangnya hanya cukup untuk belanja kebutuhan dapur di pasar.

"Bu tolong kembalikan." Kata Ayesha memelas.

"Diam kau!!" Sentak Ratna. "Kau tidak ada hak untuk memegang apa lagi memakai uang putraku. Aku yang membesarkannya, aku yang menyekolahkannya hingga sampai seperti ini, kau dengan enaknya masuk ke dalam hidup Rama dan membuat Rama memberikan semuanya padamu." Ucap Ratna berapi api.

Ayesha hanya mengusap dadanya mendengar setiap kalimat menyakitkan dari mulut mertuanya itu. Dengan tertatih, Ayesha berdiri dan memungut dompetnya yang berada di lantai kemudian pergi ke pasar menggunakan ojeg langganannya itu.

"Mertua Mbak Ayesha galak ya." Egi mencoba memancing Ayesha untuk mengatakan hal jujur tentang keluarga suaminya.

Ayesha hanya tersenyum dan tidak menjawabnya. Lagi pula menurut Ayesha, sudah bukan rahasia umum jika mertuanya itu terkenal galak dan memiliki hutang dimana mana. Itulah sebabnya Rama tidak bisa meninggalkan rumah orang tuanya, Rama hanya ingin memantau terus ibunya yang suka berhutang atau bahkan berharap bisa menghentikannya. Namun nyatanya membawa Ayesha tinggal bersama ibunya membuat hidup Ayesha bagai di neraka dan menimbulkan masalah baru dalam rumah tangga mereka.

Ayesha sama sekali tidak mengatakan hal apapun pada Egi, baginya Egi hanya orang asing yang kini menjadi temannya, tetapi bukan berarti dengan menjadi seorang teman membuat Ayesha bisa terbuka meski hanya soal masalahnya sekalipun. Ayesha tetap menjunjung tinggi kehormatan keluarga suaminya itu.

Sebodoh itukah Ayesha? Ya, Ayesha memang bodoh karena bertahan sejauh ini dengan keluarga Rama.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aku masih tes pembaca dl ya, kalau responnya bagus, nanti senin mulai normal Dobel Up. Td nya mau di stop dl sampai abis lebaran baru di lanjut, tapi udah nanggung keluar 2 Bab 😁

Like, Koment, hadiah dan Vote sangat berarti untuk menaikan semangatku dalam menulis bab selanjutnya 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!