NovelToon NovelToon

Menikah Dini

Anak Baru

Jam wecker berdering, terlihat gorden kamar masih belum terbuka. Mama masuk ke kamar sang anak dan memanggil lembut anak kesayangannya "Silvi sayang ayo bangun, udah jam 06.00 nak. Ini hari perdanamu sekolah jangan sampai telat" bujuk sang mama sambil membuka gorden kamar putrinya.

Terlihat matahari menyingsing menghangatkan kamar besar yang mewah. Seorang gadis remaja menggeliat bangun sambil mengucek-ngucek matanya, "aaa mama masih jam 6 juga ngapain bangunin cepet banget" ucap anaknya dengan manja sambil menarik selimut.

Sang mama tau banget kelakuan anaknya yang manja,emang suka malas-malasan kalau disuruh bangun pagi. Mama langsung menarik selimut Silvi dan mengangkat pelan tubuh silvi supaya bisa duduk.

Sambil menguap " ma... boleh ga Silvi ga masuk sekolah dulu?"tanya gadis itu sambil bersandar ke tubuh mamanya.

"Ga boleh gitu nak, kan ini hari pertama kamu sekolah" ucap mama sambil mengusap pelan wajah Silvi.

Silvi segera bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil handuk.

Mama segera turun ke bawah tepatnya ke ruang makan sambil berkata "mama tunggu diruang makan kita sarapan bareng" dan memperhatikan sarapan yang telah disiapkan bi sumi, kemudian memanggil suaminya "pa... buruan ke ruang makan, bi Sumi udah siapin sarapan ni".

"Bi... jangan lupa siapin susu coklat buat Silvi".

"Baik nyonya" jawab bi Sumi mengikuti permintaan mama.

Selesai ganti baju dan bersiap-siap keluarga kecil itu segera menyantap sarapan paginya, tak lupa papa meminum kopi panasnya yang mulai hangat dan nasi goreng, begitu juga mama meminum teh hijau dan roti saladnya. Sedangkan Silvi makan roti coklat dan meminum susu coklat.

Silvi diantar ke sekolah oleh pak Budi yang merupakan supir pribadi mereka sedangkan mama dan papa menggunakan mobil masing-masing karena mereka punya pekerjaan sendiri dan sebagai pengusaha muda mama dan papa Silvi selalu disibukkan dengan pekerjaan mereka.

Saat disekolah, Silvi masuk bersama guru mata pelajaran, karena Silvi masih baru Silvi disuruh memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan nama saya Silvia Anastasya kalian bisa memanggilku Silvi"

"Hai Silvi!!!" Sapa seluruh siswa diruang kelas

Ada satu orang siswi yang terlihat kurang senang menatap Silvi dan merasa sepertinya Silvi akan menjadi saingannya.

Kemudian bu guru menyuruh Silvi duduk dibangku yang kosong. Kebetulan bangku kosong hanya dekat anak seorang anak laki-laki jadi ibu guru menyuruhnya duduk didekat anak itu. Kelihatannya anak laki-laki itu baik dan ramah. Sewaktu Silvi mau duduk dia membukakan kursi yang berada didekatnya dan mengajak Silvi berkenalan "hai... Aku Vico Darmawan" senyumnya terlihat sangat manis dan bersahabat saat menatap Silvi. Silvi menyambutnya dengan hangat dan berjabat tangan "Aku Silvi.

Disebelah Silvi, seorang siswa perempuan yang sejak awal melihatnya sinis langung berkata " heh... anak baru ga usah sok imut gitu deh tampang lo, Vico tu punya gue dia ga bakalan tertarik sama lo" ucap gadis itu dengan arogan. " Apaan sich lo,sembarangan aja kalo ngomong" tepis Vico menyangkal ucapannya. "Jangan dengerin dia, gue ga punya hubungan apa-apa sama Lyora" ujar Vico pada Silvi. Silvi hanya tersenyum bingung melihat mereka. "Eh... Vico, asal lo tau ya seluruh anak-anak di sekolah ini juga pada tau lo dan gue itu pasangan" suara gadis bernama Lyora itu terdengar menggerutu. "Itukan dulu, waktu jaman ospek. Lagian gue ga punya rasa sama lo" tegas Vico padanya. Lyora hanya memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Vico.

Ya memang, waktu ospek mereka terpilih sebagai pasangan terbaik karena memang Vico cowo tampan dan cerdas sedangkan Lyora cewe cantik dan modis waktu itu. Sejak dijadikan pasangan terbaik Lyora mulai punya rasa sama Vico tapi perasaannya tidak terbalas, karena Vico tidak mau dengannya. Sikapnya yang arogan dan manja membuat Vico merasa tidak nyaman tapi Lyora selalu saja menganggap dia adalah pasangannya Vico. Maklum saja, anak orang kaya dan semua keinginannya selalu terpenuhi.

***

Jam dinding menunjukkan pukul 10.00 dan waktu istirahat tiba. Ketika mendengarkan bel pertanda istirahat berbunyi para siswa berhamburan keluar ruangan tapi hanya Silvi yang masih didalam ruangan kelas. Seorang siswa perempuan yang semenjak Silvi duduk didekat Vico daritadi memperhatikan Silvi, mengajaknya berkenalan "hai,kenalkan namaku Riana, kamu mau ke kantin barengan aku?"

Silvi menoleh pada suara yang menyapanya dan tersenyum "hai, aku silvi. Ayo, aku senang bisa ke kantin sama kamu"

Merekapun pergi ke kantin bersama. Riana, adalah seorang siswa terbaik di sekolah, disemester pertama saja dia sudah mendapatkan rangking satu umum, membuat Lyora merasa iri, karena dia hanya mendapatkan rangking 2, Lyora paling tidak suka ada yang lebih unggul darinya. Apalagi satu kelas dengannya. Benar-benar membuatnya kesal.

Riana, termasuk anak pendiam dan susah ditebak tapi fia sangat baik.

Saat di kantin, Riana dan Silvi lagi makan bersama sambil berkenalan satu sama lain, ternyata mereka satu komplek. Jelas saja Silvi merasa senang, hari pertama sekolah sudah dapat teman baru dan satu komplek pula lagi. Disela-sela kebersamaan mereka, Vico menghampiri "hai ladies. Boleh bergabung?"

Silvi dan Riana saling bertatapan dan mempersilakan Vico duduk "silakan". Vico nimbrung bersama mereka, terlihat sangat menyenangkan pertemanan mereka. Ternyata Lyora dan gengnya memperhatikan mereka daritadi, lalu menghampiri "hai Vico" sapa Lyodra sambil tersenyum menggodanya. Vico tiba-tiba tersedak dan melihat kearah Lyora dan gengnya.

Lyora dan gengnya langsung duduk di antara Vico, Riana dan Silvi tanpa permisi. Benar-benar menyebalkan anak-anak ini. Vico menatap mereka dengan tatapan tajam "heh... lo pada ga punya sopan santun ya, duduk maen nyelonong aja disini"

"Emang kenapa inikan tempat umum ganteng" ucap Lyora sambil menyolek dagu Vico. Merasa risih Vico mengusap dagunya "ga liat disini ada kita bertiga malah duduk seenaknya begitu" ucap Vico sambil menujuk pada dirinya, Rihana dan Silvi.

"Okay, sorry. Boleh gabungkan?" Tanya Lyora sambil menyibak rambutnya memandangi dua perempuan yang berada didekat Vico. Keduanya hanya memandang bingung sambil nyengir menganggukkan kepala membolehkan Lyora dan gengnya duduk.

"Nah gitu dong" ujar Lyora sambil menatap sinis Silvi dan Riana. Kemudian duduk diantara Silvi dan Vico. Sedangkan teman gengnya duduk didekat Riana dengan mata seakan mengancam pada Riana. Selama itu pula mereka makan bersama di kantin. Sungguh menyebalkan, duduk satu meja bersama cewe yang selalu mengejarnya sekalipun Vico telah menolaknya berkali-kali tapi Lyora tidak pernah berhenti mengejarnya. Mungkin hanya Vico satu-satunya cowo yang menjadi tambatan hatinya dan tidak akan pernah ada yang akan menggantikannya.

***

Di luar gerbang sekolah, terlihat ada mobil hitam mentereng dengan supir didalamnya, dari kejauhan dan semua mata tetuju pada mobil itu. Siapa pemiliknya? Semua siswa saling memandangi. Ketika Silvi, Riana, Vico keluar pagar pak Budi turun dari mobil dan menyambut Silvi "Non Silvi". Anak-anak sekolahan melihat ke arah Silvi yang sedang berjalan menuju mobil itu dan merasa takjub. Termasuk Riana, Vico yang bersama Silvi, Lyora dan teman satu gengnya yang akan masuk kedalam mobil Lyora juga tercengang melihatnya. "Pak Budi, udah datang dari tadi?" Silvi sumringah menyabut supirnya yang telah membukakan pintu mobil untuknya. Silvi mengajak Riana dan Vico bersamanya, "Yuk pulangnya barengan aja". Vico ga menyangka ternyata Silvi anak orang kaya, nyalinya langsung menciut melihat perbandingan terbalik antara dirinya dan Silvi. "Eh, aku naik motor aja, tadi aku bawa motor itu" sambil menunjuk ke arah motor bebeknya yang terparkir dihalaman sekolah. "Riana kamu sama aku aja ya, kitakan satu komplek"ajak Silvi pada Riana yang sedari tadi mematung. Riana mengikut saja.

Terlihat Lyora n the geng merasa tidak suka dan menatap sinis pada Silvi, sambil menyuruh supirnya mengendarai mobil  ke arah pagar Lyora membuka kaca mobilnya dan memandangi Silvi dengan tatapan tajam lalu membuang wajahnya, diikuti oleh teman-teman satu gengnya yang duduk dimobil. Silvi hanya tersenyum melihat perlakuan Lyora kemudian masuk ke mobilnya bersama Riana. Vico yang telah mengendarai motornya segera menghampiri Silvi dan berpamitan pulang.

Diperjalanan,Riana banyak diam. Memang Riana orangnya pendiam dan pemalu. Apalagi tampilannya yang kikuk dengan kacamata yang besar itu membuatnya terkesan cupu. "Ri rumah kamu yang mana" tanya Silvi saat memasuki areal komplek perumahan. "Yang itu" tunjuk Riana pada rumah berpagar tinggi dengan taman bunga yang indah. Wow, benar-benar menakjubkan. Cewe yang berpenampilan cupu itu ternyata tinggal dirumah besar dan mewah. Seketika Silvi dan supirnya tercengang melihat suasana rumah Riana yang begitu mewah dengan pelataran yang dipenuhi bunga-bunga indah. Seperti memasuki gerbang istana saja.

"Rumahmu bagus banget Ri" ucap Silvi melihat kepada Riana. Riana hanya tersenyum sambil mempersilakan Silvi masuk kemudian memperkenalkan kepada mamanya. "Wah ada temennya Riana" sambut mama sambil tersenyum menatap dua gadis SMA itu. "Siang tante, saya Silvi" sapa Silvi sambil mengulurkan tangannya pada wanita itu. "Iya silakan duduk" sambutnya. "Tante ambilin minum ya" "ga usah tante saya cuma mau nganterin Riana aja, tadi kita barengan" "ini teman baruku ma, Silvi. Dia baru pindah dari Bandung" jelas Riana pada mamanya. Mama hanya menganggukkan kepala sambil memandangi Silvi. Sepertinya tatapan gadis belia itu mengingatkan dia pada seseorang, tapi sudahlah itu mungkin hanya perasaannya saja karena orang itu juga telah lama pergi meninggalkannya dan tidak perlu diingat lagi.

Setelah mengantarkan Riana, Silvi kembali ke rumah. Seperti biasa, dirumah Silvi hanya sendirian. Sementara papa mamanya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Silvi hanya menyibukkan diri dengan bermain gadget. Sampai matanya tertuju pada satu instagaram yang menampilkan nama Hermawan Bagaskara. Foto lelaki paruh baya bersama istrinya dan seorang anak perempuannya. Terlihat difoto itu dia seorang pengusaha berumur 40 tahun dan pemilik perusahaan besar yang sukses, tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya. Foto-foto itu tidak asing dimata Silvi dan saat memastikan kembali, ternyata orang yang ada didalam foto itu adalah Riana dan mamanya. Silvi penasaran Riana ternyata orang kaya raya tapi penampilannya jauh berbeda dari yang dilihat sebelumnya. Sudahlah tidak perlu dipikirkan lagian itukan hak seseorang mau berpenampilan seperti apa saja.

***

Dikantor papa Silvi baru saja mengadakan kerjasama dengan seseorang "terimakasih pak Hermawan Bagaskara atas kerjasamanya. Semoga perusahaan kita bisa terus menjalin kerjasama yang baik"

"Sama-sama pak Adi Leonardo. Kita udah bersahabat sejak SMA sudah sepantasnya sebagai sahabat yang baik kita bekerjasama untuk mempererat silaturahmi" ucap pria itu sambil merangkul pundak Adi Leonardo.

Pertemuan sahabat lama dalam sebuah kerjasama yanh melibatkan perusahaan mereka itu sangat terlihat bahagia. Mereka merayakan pertemuan dengan dinner disebuah hotel bintang lima diikuti dengan para ceo, manajer serta karyawan yang hadir saat itu. Pestanya berlangsung sangat meriah dan menyenangkan. Selesai dinner para pengusaha muda dan karyawannya segera pulang.

***

"Gimana pa rapatnya tadi?" Sambut Marinka menemui suaminya yang baru saja pulang kerja. "Alhamdulillah ma, lancar dan perusahaan Bagaskara Grup mau bekerjasama dan menanamkan sahamnya di Leonardo Company" Adi merangkul istrinya dan mencium kening istrinya. Senyum Marinka merekah melihat kesuksesan suaminya. "Mandi dulu pa, mama udah siapin air hangat tadi" ajak Marinka pada suaminya. Adi menganggukkan kepala dan segera menuju ke kamar mandinya. Marinka menunggu suaminya di kamar sambil membersihkan wajahnya dari make up dengan kapas yang telah diberikan pembersih wajah.

"Sayang!!!" Teriak Adi dari dalam kamar mandi. "Ya. Ada apa mas?" "ambilin handuk dong, aku lupa bawa tadi"

Marinka menaikkan alis matanya sebelah mendengar ucapan suaminya. Masa iya sich mas Adi lupa bawa handuk. Ga biasanya. Marinka segera membawakan handuk dan mengantarnya ke kamar mandi. "Mas ini handuknya" Marinka mengetuk pintu sambil memberikan handuk, tanpa sengaja Adi memegang tangannya dan menariknya ke dalam kamar mandi.

" Eh mas, kok malah ditarik?" Seketika tubuhnya dipeluk erat oleh suaminya yang lagi berada di dekat shower dan dalam sekejap baju tidur berwarna putih itu langsung basah oleh air shower, sehingga terlihat jelas lekukan tubuh Marinka dan hal itu membuat menjadi terlihat seksi dimata suaminya. Walaupun telah berusia 39 tahun tubuh Marinka masih terlihat seksi dan wajahnya masih terlihat muda.

Satu jam berlalu, mereka mulai lelah dan tertidur di ranjang lalu menutupi tubuh mereka dengan selimut, Adi memeluk istrinya dibadannya yang sixpack dan terlihat sangat seksi saat memeluk istrinya, lalu meletakkan kepala istrinya didadanya yang bidang itu. Walaupun telah berusia 45 tahun gairahnya terhadap istrinya masih seperti saat pertama kali mereka menikah dan postur badan Adi masih se sixpack dulu. Membuat Marinka klepek-klepek saat bersamanya. "Makasih sayang buat malam ini" ujar Adi sambil mencium kening istrinya dan mengusap rambut panjang Marinka dengan kasih sayang. "Sama-sama sayang,"senyum Marinka sambil menaruh wajahnya ke dada suami tercintanya. Terlihat Marinka merasa lelah begitu juga dengan Adi. Merekapun memejamkan mata dan terlelap hingga pagi menyambut.

Aku Suka Piano

Ketika membuka mata, pasangan paruh baya itu bertatapan sambil saling melemparkan senyum. Mereka masih kasmaran mengingat yang baru saja dilewati dimalam panjang tadi. Walaupun sudah kepala empat Adi masih terlihat segar bugar begitupun Marinka masih tetap cantik. Mereka memang pasang yang tak lekang oleh waktu.

Melihat jam telah menunjukkan pukul 06.00 WIB. Mereka segera bergegas mandi. Sementara Bi Ayu telah menyiapkan sarapan dimeja makan. Silvi segera bergegas turun ke lantai bawah untuk sarapan.

"Bi, mama papa kok belum turun sich?" " Mungkin lagi siap-siap non Silvi," sahut bi Ayu sekenanya.

Tidak berapa lama mama dan papanya pun turun dan ikut sarapan. Silvi melontarkan senyuman pada kedua orang tuanya. Disambut dengan pelukan hangat keduanya dan usapan lembut dirambut ikalnya. Bi Ayu sangat senang melihat kebahagiaan keluarga ini. Lima belas tahun melayani dan mengabdi di keluarga Leonardo bi Ayu selalu mendapatkan perlakuan baik dan sangat hangat dari keluarga ini. Makanya bi Ayu menganggap Silvi seperti anaknya sendiri

Selesai sarapan mereka segera beraktifitas seperti biasa.

Silvi teringat pada Riana.

Silvi: Ri, aku jemput ke rumah ya, kita barengan lagi,chat Silvi.

Riana: Ga usah Sil, hari ini kayaknya papi mau anterin aku dech, balas Riana.

Silvi: Ok. Silvi menyuruh pak Budi melajukan mobilnya ke sekolah.

Dirumahnya, Vico sedang membantu ibunya menyiapkan dagangan. Seperti biasa hari-harinya selalu disibukkan untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan pagi untuk dagangan ibunya. Semenjak ayahnya meninggal ibunya yang menjadi kepala keluarga. Sedangkan Vico menjadi montir di bengkel sehabis pulang sekolah untuk membantu ibunya membiayai adiknya yang masih sekolah SD. Setiap pagi Vico mengantarkan Zahwa ke sekolah. Vico sangat menyayanginya dan menggantikan figur ayah bagi adiknya itu.

Seperti biasa, disekolah Silvi dan yang lainnya belajar pagi hari. Saat jam istirahat ada pengumuman di mading sekolah akan diadakan perlombaan piano. Silvi sangat ingin mengikutinya.

"Hai," sapa Vico padanya.

" Vico," sahutnya.

"Mau ikut lomba juga?"

Silvi menganggukkan kepala sambil tersenyum malu-malu.

"Emang kamu bisa main piano?"

"Bisa," jawab Silvi sekenanya.

Vico menarik tangan Silvi dan mengajaknya ke suatu ruang sekolah.

"Eh kamu mau bawa aku kemana?"

"Ikut aja, nanti kamu juga bakal tau." sambil membawa Silvi ke ruangan ekskul, Vico mengetuk pintu ruangan itu.

"Masuk," sahut suara seorang guru dikelas itu.

"Bu saya mau daftarin teman saya" Vico menarik tangan Silvi masuk ke ruang kelas.

"Anak baru ya?" tanya bu Siska memperhatikan wajah Silvi yang belum familar.

"Iya bu. Dia pindahan dari Bandung, namanya Silvi".

"Oh iya, Silvi kamu mau ikut belajar piano juga?" sapa Siska padanya.

"Iya bu" Silvi menganggukkan kepala.

"Eh ngapain sich lo ikut-ikutan ke sini. Pasti lo ngintilin gue ya?" teriak seorang anak perempuan duduk dibarisan depan. Ternyata suara itu adalah Lyora. Mata Silvi terkejut menatapnya.

"Emangnya kenapa? Silvi mau belajar piano," jawab Vico.

"Hahaha... kayak yang bisa aja dia" pandangan Lyora meremehkan Silvi.

"Bisa kok," jawab Silvi dengan pasti.

"Silvi kamu benaran mau belajar pianokan?" ajak Siska.

"Iya bu." Angguk Silvi .

"Kalau begitu ibu mau ngetes cara kamu main piano dulu ya," ujar siska padanya. "Palingan juga cuma doremifasolasido," jawab Lyora meremehkannya lagi. Sontak seluruh siswa dikelas itu menertawakan Silvi.

"Lyora!!!" Nada suara Siska meninggi. Lyora dan seluruh siswa terdiam. Siska mengajak Silvi ke arah piano dan menyuruhnya mencoba nots piano. Tidak terduga Silvi mengalunkan nada-nada indah dari jari jemarinya yang lentik di nots-nots piano itu. Membuat Vico kagum melihatnya begitu juga Siska dan para siswa. Silvi mendapatkan applause yang meriah dari seluruh orang yang berada dikelas itu. Siska yang melihat kepiawaian Silvi merasa bangga, Lyora n the genk menatap sinis pada Silvi. Awas aja lo sampe ambil posisi gue sebagai pianis terbaik di sekolah" gumam Lyora dalam hati.

***

Vico mengagumi permainan piano yang dilakukan Silvi saat diruang ekskul tadi. "Sil, bagaimana caranya kamu bisa bermain sebagus itu?" "Aku hanya memainkan lagu yang aku suka kok" "tapi itu bagus banget. Kamu lihat sendiri bu Siska sampai kagum liat permainan kamu, kalau begini kayaknya kamu bakal bisa jadi pianis ternama" Silvi hanya tersipu malu mendengarkan pujian Vico.

Vico mengajak Silvi ke suatu tempat pendaftaran, "Sil, kayaknya pendaftaran buat lomba piano tahun ini udah dibuka, kamu mau ikutan daftarkan?" Silvi menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. "Sebentar. Kamu tunggu disini" Vico segera meninggalkan Silvi dan menuju ke tempat pendaftaran untuk mengambil formulir. Dia sengaja menyuruh Silvi menunggu supaya tidak ikut berdesak-desakan, dalam waktu 15 menit Vico langsung membawa formulir kepada Silvi dan menyuruhnya mengisi data pada formulir itu.  Setelah selesai mengisi formulir, Vico langsung mengantarkan kepada panitia yang duduk ditempat pendaftaran. Vico langsung mendapatkan nomor urut untuk Silvi dan memberikannya pada Silvi. Terlihat binar-binar kebahagiaan dimata Silvi melihat Vico memberinya nomor urut sebagai peserta.

***

Seminggu menjelang hari perlombaan. Tiba-tiba saja Lyora n the geng melihat Silvi yang sedang asyik latihan piano private dengan bu Siska. Terlihat bu Siska sangat menyukai permainan Silvi. Lyora merasa kesal dan punya rencana licik terhadap Silvi.

"Silvi, tadi kata bu Siska lo disuruh ke ruang latihan piano" seorang teman kelas Silvi menyampaikan pesan padanya.

"Okay" tanpa pikir panjang Silvi langsung berdiri dari tempat duduknya. "Aku antar ya"ucap Vico yang berada didekatnya. "Ga usah Vic, aku pergi sendiri aja" "ya udah kalo gitu. Hati-hati" Silvi menganggukkan kepala dan segera pergi ke ruang latihan piano.

Setibanya diruangan itu, terlihat gelap dan Silvi menyalakan stop kontak yang ada di dinding ruangan, seketika matanya melihat Lyora n the genk berada dihadapannya dengan tatapan tajam. "Kalian?" Silvi memandangi mereka dengan wajah bingung.

"Kenapa? Lo kaget karena bukan bu Siska yang lo temui?" Lyora bersuara sambil berjalan ke arah Silvi.

"Ada apa ini?" tanya Silvi masih bingung.

Dengan sigap Lyora mencengkram rahang Silvi dengan tangannya. Silvi meringis kesakitan. "Sakit?!" bentak Lyora padanya.

"Kalian mau apa?"

"Lo masih nanya, dengerin baik-baik ya. Lo tu anak baru mestinya ga usah caper disekolahan ini," bentak Lyora pada Silvi.

"Aku ga caper kok."

"Gue ingetin sama lo buat lomba piano minggu depan lo ga usah ikutan," Lyora memperingatkan.

Silvi menatap dengan mata sedih.

"Muka lo ga usah melow gitu. Lo ga pantes ikut diperlombaan itu," Lyora meremehkan Silvi.

"Tapi kenapa aku ga boleh ikutan, aku udah dapat izin dari panitia," ucap Silvi. "Karena mulai hari ini tangan lo ga perlu megang piano lagi!!!" bentak Lyora ditelinga Silvi sambil mencengkram jemari Silvi.

"Sakiiitt!!!" teriak Silvi menahan jarinya yang dipilin Lyora. Lyora hanya meringis melihat Silvi kesakitan lalu mengode teman-temannya untuk memegangi tubuh Silvi dan meletakkan kedua tangannya di meja.

"Kalian mau apa?" tanya Silvi dengan nada panik. Seketika Lyora menghujamkan penggaris panjang ke jari jemari Silvi dan memukulkan penggaris panjang itu ke jari Silvi. Silvi berteriak kesakitan tapi Jesy langsung membekap mulut Silvi supaya terikannya tidak didengar siapapun. Lyora dengan kasarnya memukuli tangan Silvi tanpa ampun. Seluruh teman-temannya menertawai kesakitan Silvi. Lyora memukuli jari-jari itu hingga terluka parah.

Setelah puas Lyora dan teman-temannya meninggalkan Silvi di ruangan itu sendirian dan menguncinya sambil mengancam "lo jangan pernah berani bilang kejadian ini sama siapapun. Awas aja kalo lo berani buka mulut!!!".

Vico dan Riana yang daritadi menunggu Silvi keluar dari ruangan latihan, merasa khawatir langsung mendatangi Silvi. Tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Lyora n the genk tanpa rasa curiga Vico dan Riana menuju ruang latihan piano. Lyora n the genk yang awalnya kelihatan panik tiba-tiba pura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Silvi.. Silvi," panggil Vico

"Silvi kamu dimana?" sambung Riana.

Tidak mendengarkan suara Silvi dan melihat suasana ruang latihan yang sepi mereka sangat yakin tidak ada siapapun disana. Mereka seger membalikkan badan, tapi "tolong... tolong" suara rintihan itu terdengar dari balik pintu ruang latihan piano. Vico yang mendengar suara itu tak asing langsung mengarah ke pintu "Silvi, itu kamu?" tanya Vico memastikan suara dibalik pintu. Suara itu menghilang, Riana mengetuk pintu itu "Silvi, kamu di dalam?"

"Tolong buka pintunya," suara itu terdengar merintih kesakitan. Vico dan Riana panik karena tahu itu suara Silvi. Mereka mencoba membuka pintu tapi pintunya terkunci.

Tiba-tiba security lewat melintas, "pak... pak... sini bentar," teriak Vico memanggil satpam.

"Ada apa?" tanya Satpam itu. "Ini teman saya terkunci didalam. Bisa bantuin buka pintu ini ga pak?"

Pak satpam menatap bingung "sebentar saya cari kunci dulu," sambil berlari menuju ruangannya mencari kunci serap. Lalu memberikannya pada Vico, dengan sigap Vico membuka pintu dan terlihat Silvi yang menangis merintih kesakitan dengan menyatukan kedua telapak tangannya.

Vico langsung memeluk Silvi "siapa yang melakukan ini padamu?" sambil memperhatikan wajah Silvi. Silvi hanya menangis sesengukan.

"Tangan kamu sampai terluka begini," ucap Riana sedih.

"Mas kita bawa ke UKS aja dulu biar diobatin," ajak satpam. Vico langsung mengangkat Silvi dan bergegas membawanya ke UKS.

Di UKS Riana langsung mengambil kotak obat dan perban lalu membersihkan luka Silvi, dan membalut lukanya dengan perban. Riana merasa sedih melihat sahabatnya disakiti. Vico meradang dan langsung menebak "pasti ini perbuatan Lyora. Awas aja kalau ketemu aku buat perhitungan."

"Jangan," rintih Silvi.

Vico menatap Silvi bingung. "Kenapa Sil?" "Aku ga mau ada masalah,ga usah diperpanjang," jawab Silvi sambil menyeka air matanya.

"Tapi ini udah keterlaluan!!!" teriak Vico sambil mengepalkan tangannya dan bergegas keluar menemui Lyora n the genk.

"Tolong Vico jangan diperpanjang. Aku mohon," pinta Silvi dengan mata sendu. Amarah Vico agak menurun melihat tatapan sayu Silvi dan Vico mengurungkan niatnya. Riana hanya bisa merangkul Silvi dan mengusap lengannya. Merasakan kesedihan sahabatnya.

Silvi tidak bisa mengikuti pelajaran berikutnya karena tangannya sakit sekali dan kondisinya tidak memungkinkan mengikuti pelajaran. Silvi pulang dijemput pak Budi. Vico dan Riana mengantarkan Silvi sampai ke mobil.

"Ya ampun non Silvi, tangannya kenapa sampai diperban begini?" tanya pak Budi memperhatikan tangan Silvi yang diperban.

"Tadi jatuh pak," jawab Vico sekenanya. Silvi telah berpesan pada Vico sewaktu di UKS kalau tidak ada satupun yang boleh mengetahui kejadian ini cukup dia, Vico dan Riana saja.

Pak Budi hanya menatap wajah Silvi dengan tatapan sendu. Vico dan Riana memperhatikan Silvi masuk ke dalam mobil, "pak tolong diantar sampai rumah ya," pinta Riana. Pak Budi mengangguk. "Kalau kamu sampai dirumah atau eru bantuan telepon aku," ucap Vico sambil menunduk memperhatikan Silvi didalam mobil. Silvi hanya mengangguk sedih. Pak Budi melajukan mobil diringi dengan Riana dan Vico yang memperhatikan kepergian mereka.

Didalam kelas Vico menatap tajam pada Lyora n the genk. Merasakan sorot mata itu penuh kebencian Lyora n the genk mengerti pasti Vico sudah mengetahui apa yang terjadi pada Silvi. Riana hanya memperhatikan mereka tapi Lyora mempelototkan matanya seakan mengancam dan Riana hanya tertunduk takut.

***

Saat pulang sekolah Vico menjemput Zahwa adik tersayangnya pulang sekolah. Sambil menunggu Zahwa keluar kelas Vico menghubungi Silvi. 

"Halo Silvi, bagaimana kabarmu?" 

"Aah aku baik-baik saja" jawab Silvi sambil mengucek matanya, karena sepulang sekolah tadi, Silvi hanya tidur dikamarnya. "Tangan kamu gimana? " Vico menanyakan kondisi Silvi.

"Udah mendingan kok. Makasih ya udah bantuin aku, kalo kalian ga datang aku ga tau gimana aku sekarang," ucap Silvi sambil mengingat pertolongan Vico dan Riana.

"Santai aja. Udah seharusnya sebagai teman harus saling tolong menolong," ujar Vico. Dari kejauhan Vico melihat Zahwa yang tersenyum sambil berlari mengejarnya "abang Vico" teriak gadis kecil itu sambil merentangkan tangannya ke arah Vico.

"Sil, udah dulu ya nanti disambung lagi,"  Vico mengakhiri percakapan mereka dan memeluk adik kesayangannya, lalu menciumi pipi gadis kecil itu.

"Adik abang udah pulang ni. Mau ikut ke bengkel atau mau pulang ke rumah?" tanya Vico memperhatikan mata indah anak berumir delapan tahun itu.

"Zahwa mau ikut abang. Dirumah ga ada yang nemenin Zahwa," pinta gadis kecil itu dengan bola membulat. Melihat Zahwa memasang wajah seperti itu Vico tidak kuasa menolak permintaan adiknya dan langsung membawanya ke motor memboncengnya di depan sambil memeluk pinggang gadis kecil itu supaya tidak terjatuh. Zahwa sangat suka kalau naik motor sama kakaknya Vico. Zahwa suka sekali dengan tiupan angin saat motor melaju. Terlihat keceriaan diwajah gadis kecil itu membuat amarah Vico yang masih terpendam daritadi karena Lyora sedikit mereda.

Petemuan di Bengkel

Di bengkel, Vico meletakkan tasnya dan mendudukkan Zahwa di bangku dekat dia bekerja. Semua teman Vico mengenali Zahwa dan mengetahui kedekatan adik kakak itu. Teman-teman Vico juga menyukai gadis kecil itu karena sangat penurut dan menggemaskan. Tak jarang, kalau Vico lagi memperbaiki mobil pelanggan teman Vico yang selesai bekerja atau lagi istirahat suka mengajak Zahwa bermain atau sekedar menggoda gadis kecil itu. Bosnya juga tidak keberatan Vico membawa adiknya karena bosnya juga menyukai anak kecil.

"Vico, itu ada costumer masuk. Kamu cek apa aja yang dibutuhkannya" ucap seorang lelaki paruh baya yang baru saja mendapati seorang costumer masuk ke bengkel mereka.

Vico yang lagi bekerja, menolehkan wajahnya dan menghampiri seruan bosnya. "Iya pak, ada yang bisa dibantu?"

"Ini tadi ada costumer yang baru saja nitipin mobilnya katanya mau service, tune up sama ganti oli. Kamu cek semua ya sampai beres ya," ucap pak Brahmantio selaku manajer di bengkel sambil menyodorkan kunci mobil padabya.

"Baik pak" Vico mengambil kunci mobil dan membawa mobil itu ke bagian service.

Pak Brahmantio adalah manajer bengkel sedangkan pemiliknya adalah pak Bambang mereka sangat suka dengan pekerjaan Vico, karena selama bekerja Vico selalu menunjukkan skillnya dan keuletannya. Makanya tak jarang mereka mempercayai Vico mengurus mobil pelanggan. Begitu juga para pelanggan pasti memilih Vico untuk memperbaiki mobil mereka. Walaupun disana banyak montir, tapi mereka lebih mengandalkan Vico, selain karena skillnya para pelanggan suka dengan sikap Vico yang ramah dan sopan. Apalagi kalau pelanggannya cewek, mereka langsung rebutan untuk meminta Vico yang memperbaiki mobilnya.

"Bawa hokky ternyata si Vico. Hehe," celetuk Haris pada seorang temannya.

"Tau tuch semenjak dia kerja disini, cewe-cewe rajin nongkrong di bengkel ini," sahut Rian.

"Kapan lagi bisa cuci mata gratis sambil liatin cewe-cewe seksi," celetuk Doni.

"Pada ngomongin apa kalian?" Suara berwibawa itu mengagetkan obrolan mereka.

Ketika mendongak ke atas ternyata pak manajer yang menyapa mereka.

"Eh... pak Bram," sapa mereka, sambil tersenyum dan melanjutkan pekerjaan. Pak Bramantio hanya tersenyum memperhatikan anak-anak muda tersebut.

Vico masih berbaring menghadapkan wajahnya ke arah mesin mobil dan memperbaiki mobil. Dia tidak terlalu memperdulikan candaan teman-temannya.

***

Riana keluar dari mobil yang mengantarkannya ke rumah Silvi, masuk menemui Silvi.

"Bi, Silvi mana?"

"Eh non, temannya non Silvi ya?" bi Ayu memperhatikan Riana yang baru saja memasuki ruang tamu.

Riana menganggukkan kepala. Bi Ayu langsung mengajaknya ke kamar Silvi.

Tok..tok... tok...

"Masuk," suara Silvi menyahut dari dalam kamar.

"Non, ada teman non mau ketemu," ucap bi Ayu. Silvi segera membalikkan badan menoleh pada Riana.

"Ri, kamu, kamu ke sini sama siapa?" tanya Silvi sambil menatap siapa lagi yang berada didekat Riana. Bi Ayu pamit keluar kamar dan melanjutkan pekerjaannya.

"Aku tadi diantar supirku ke sini" jawab Riana sambil memperhatikan tangan Silvi dan nendekatinya.

"Oh, aku kira..."Silvi menghentikan ucapannya.

"Kamu pikir aku datang sama Vico ya?" tebak Riana sambil duduk di samping ranjang Silvi. Silvi hanya tersenyum dan mukanya memerah. "Tenang Sil, dia bakal datang nanti kok, tadi aku udah chat dia. Vico bilang dia lagi ada kerjaan nanti sore baru bisa datang," jelas Riana pada sahabatnya. Silvi tersenyum menatap wajah sahabatnya.

"Eh iya Silvi, tangan kamu gimana masih sakit?" sambung Riana sambil melihat tangan Silvi.

"Ni, kamu liat aja sendiri," jawab Silvi sambil mengulurkan kedua tangannya pada Riana. Riana melihat tangan Silvi yang terluka parah karena Lyora memang memukulnya sangat kuat.

"Kasian kamu Sil, kalau begini kayak mana caranya kamu ikut audisi piano minggu depan?" Cemas Riana.

"Entahlah Ri, aku juga ga yakin bakalan ikut audisi," keluh Silvi sambil menaikkan bahunya.

***

Vico telah menyelesaikan pekerjaannya di bengkel dan segera bersiap-siap pulang untuk mengantar Zahwa kemudian menemui Silvi. "Vico, kamu udah selesai menperbaiki mobil yang tadi?" Manajer Bramantia menemui Vico yang sedang membersihkan tangannya dari oli.

"Sudah pak," jawab Vico yakin.

"Kalau begitu kamu antarkan ke orangnya, dia nunggu di depan" Bramantia melanjutkan ucapannya.

"Baik pak." Vico segera menganntarkan mobil kepada costumernya yang menunggu.

"Mbak, ini mobilnya udah selesai diperbaiki dan di service," sapa Vico pada perempuan bergaun hitam yang menunggu di depan bengkel sambil menelpon.

Ketika membalikkan badan perempuan itu dan Vico saling terkejut "kamu? Kamu kerja di bengkel ini Vico?" tanya perempuan itu sambil membuka kacamata hitamnya.

Ternyata perempuan itu Lyora. "Ly... lyora. Jadi lo yang punya mobil ini?" tanya Vico sambil mengernyitkan alisnya dan memperhatikan penampilan Lyora dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Iya, gue mau hangout  bareng teman-teman gue. Lo mau ikutan Vic?" goda Lyora sambil mendekati Vico karena melihat Vico memperhatikannya secara seksama.

"Ga... gue ga minat jalan bareng lo dan genk lo yang pecicilan itu," tolak Vico sambil membalikkan badan.

"Oh, ayolah Vico, kalau lo ikut sama gue, gue bakalan bikin lo senang." Lyora menahan langkah Vico sambil memegang tangna Vico.

"Lepasin!!! Gue ga sudi jalan sama cewe arogan dan kasar kayak lo" Vico segera menarik tangannya.

"Apa maksud lo?" tanya lyora pada Vico sedikit bingung.

"Ga usah belagak pikun. Gue tau apa yang udah lo perbuat ke Silvi di ruang latihan piano," Vico menyunggingkan senyum disudut bibirnya.

Lyora tersentak dan terkejut oleh ucapan Vico. Pasti cewe manja itu ngadu sama si Vico gumamnya sambil memutar bola matanya.

"Kenapa diam? Lo kaget, gue tau kelakuan busuk lo n genk lo?" tanya Vico sambil mendekati Lyora. Seketika Lyora menciut dan memundurkan langkahnya.

"Dengar Lyora, jangan pernah lo nyentuh Silvi, apalagi sampai nyakitin dia kayak hari ini, kalau lo ulangin lagi gue ga bakal segan-segan buat nyakitin lo," ancam Vico sambil memegang erat tangan Lyora.

"Aww sakit!!!" ringis Lyora. Membuat karyawan yang masih berada disana memperhatikan mereka.

"Ga ada apa-apa kok. Mbak ini cuma kesandung dan gue cuma mau bantu dia," Vico menutupi perbuatannya sambil melihat ke arah teman-temannya. Merasa baik-baik saja teman-teman Vico tidak menggubris Vico dan Lyora.

"Sakit Vico, kenapa lo nyakitin gue?" lirih Lyora.

"Sakit? Baru segini aja lo ngeluh. Gimana nasibnya Silvi setelah lo bikin jari-jarinya luka parah?" Tatapan Vico menajam padanya.

Lyora hanya merintih kesakitan karena Vico mencengkram tangannya. "Kali ini gue lepasin lo. Laen kali kalau lo berani nyakitin Silvi. Gue ga bakalan tinggal diam." Kemudian melepaskan cegkramannya dan mencampakkan tangan Lyora.

Lyora mengusap tangannya yang memerah karena cengkraman Vico "kenapa sich lo bela-belain cewe manja kayak gitu? Padahal gue udah lama kenal sama lo," "emang kenapa?, dia pantas dibela," jawab Vico sambil mengambil ranselnya.

"Gue ga terima kalau lo dekat-dekat sama dia!!!" teriak Lyora pada Vico. "Apa lo bilang?"  tanya Vico menoleh pada Lyora.

" Gue suka sama lo Vico. Kenapa lo ga pernah mau buka hati lo dikit aja buat gue?" Lyora mengeluarkan air mata dipipinya.

"Lo gila ya, ga mungkin gue bakalan suka sama cewe jahat kayak lo!" tegas Vico sambil menggendong Zahwa dan memberikan kunci mobil Lyora ke tangan Lyora.

Perkataan Vico benar-benar menusuk jantungnya. Seakan Lyora lenyap begitu saja mendengar perkataan yang baru saja diucapkan Vico.

"Gue ga akan nyerah sampai lo mau sama gue!!!" Lyora meneriaki Vico yang membawa Zahwa ke motor dan melajukan motornya begitu saja dari hadapan Lyora dan tidak menoleh sedikitpun padanya. Lyora menghapus airmatanya, dengan kesal masuk kedalam mobilnya. Mobil itupun melesat begitu saja ke jalanan.

Vico sampai dirumahnya, "udah pulang nak?" sapa ibunya "udah bu, aku mau antar Zahwa bu. Tadi dia ikut ke bengkel sama aku," jawab Vico sambil mendudukkan adiknya ke bangku. Zahwa tersenyum dan memeluk ibunya.

"Bu, aku mau pergi liat teman yang sakit," ucap Vico sambil mengenakan jaket hitamnya. "Hati-hati ya. Pulangnya jangan malam-malam," ucap ibu sambil menggendong Zahwa.

"Iya bu" Vico segera mengendarai motornya.

Vico membunyikan klakson di depan pagar rumah Silvi. Satpam membukakan gerbang rumah itu "cari siapa mas?" tanya seorang satpam berbadan gendut.

"Pak, apa benar ini rumahnya Silvia Anastasya?"

"Vico," panggil Riana dari dalam rumah menghampirinya. "Riana" sahut Vico.

"Pak ini teman sekolah Silvi," jelasnya pada satpam. Satpam itu segera membukakan pintu gerbang dan mempersilakan Vico masuk.

Sampai di depan kamar Silvi, tok...tok...tok...

"Iya masuk," sahut Silvi.

Vico membuka pintu kamar dan menunjukkan wajahnya "Vico, kamu datang?" wajah Silvi tersenyum lebar dan memerah melihat kedatangan Vico.

"Lihat apa yang aku bawa?" ujar Vico sambil membawakan coklat dan sebuket bunga.

"Wah coklat aku mau," Silvi berlari menghampiri Vico mengambil coklat ditangan Vico.

"Eh pelan-pelan tangan kamukan lagi sakit," Bico mengingatkan.

"Ah, aku lupa saking senangnya melihat coklat aku lupa kalau tanganku sakit" Silvi menggenggam coklat itu dengan kedua tangannya seperti anak kecil.

"Sini aku bukakan" Vico mengambil satu coklat dan menyuapkannya pada Silvi. Riana melihat kegembiraan didalam ekspresi mereka. Riana paham mereka saling menyukai satu sama lain dan tersenyum melihat kelakuan dua temannya.

***

Marinka dan Adi pulang dari kantor. Melihat ada motor yang terparkir dihalaman, "bi itu motor siapa?" tanya Marinka pada bi Ayu.

"Itu motor temennya non Silvi bu,"  jawab bi Ayu sambil mempersilakan majikannya masuk.

"Tumben teman-temannya ke sini?" Adi menimpalkan pertanyaan.

"Tadi non Silvi tangannya terluka jadi temannya datang kesini" jelas Bi Ayu. Mendengar ucapan bibi Marinka. Marinka dan Adi bergegas menemui anaknya.

"Silvi," panggil Marinka dan Adi menghampiri Silvi.

"Kamu kenapa nak?" Marinka langsung menerobos dan memeluk anaknya. Adi hanya memperhatikan dua anak seumuran anaknya dihadapan Silvi.

"Kalian teman sekolahnya Silvi?"

Riana dan Vico menganggukkan kepala dan bersalaman dengan kedua orang tua Silvi.

Marinka dan Adi mempertanyakan kondisi anaknya, Vico dan Riana hanya mengatakan Silvi terjatuh, karena  Silvi tidak mau siapapun menetahui permasalahannya dengan Lyora. Terutama kepada kedua orangtuanya supaya masalah tidak diperpanjang dan tidak ingin orangtuanya mengkhawatirkannya.

"Tante, om, tadi Silvi ga sengaja kepleset jadi tangannya luka gitu," jelas Vico pada kedua orang tua Silvi.

"Tapi ini tangannya sampai memar loh," Marinka memperhatikan tangan anak kesayangannya dengan mata berkaca-kaca.

"Ga apa-apa ma. Besok juga sembuh. Aku aja yang ga hati-hati," jawab Silvi menatap mama dan papanya mencoba menenangkan kedua orang tuanya.

***

Lyora n the genk sampai di cafe dan segera duduk di meja yang kosong, kemudian memesan makanan dan minuman.

"Ly, lo kenapa? Dari tadi manyun aja," sapa Winda.

"Hmm ga apa-apa kok," Lyora menjawab sambil mengusap layar Hpnya.

"Yakin lo?" timpal Cellyn.

"Apaan sich lo pada kepo banget," ucap Lyora memperlihatkan wajah juteknya.

"Aaa gue tau ni pasti lo lagi patah hati ya," goda Alina. Merasa terganggu dengan candaan besti-bestinya.

Lyora buka suara "gue mau cerita pada lo pada" "cerita aja Ly, daritadi kita disini juga mau ngobrol," pinta Cellyn.

"Gue sebel banget hari ini,"

"Emang kenapa Ly, siapa yang bikin lo sebel?" selidik Winda.

Lyora menjelaskan kejadian yang dialaminya di bengkel bersama Vico kepada teman-temannya.

"What?! Vico nolak lo?" Ucap Alina sambil memajukan wajahnya dan memukul meja. 

"Iya!!!" bentak Lyora padanya. Sontak pengunjung yang datang memperhatikan mereka. Alina sedikit kaget dan malu diperhatikan banyak orang lalu memposisikan badannya rilex dibangku sambil tersenyum kecil.

Waiters yang baru saja mengantarkan makanan kepada mereka ikut terkejut "permisi mba makananannya," sambil menghidangkan makanan dan melontarkan senyuman ramah.

"Eh, maaf," cengir Alin pada waiters ganteng itu.

"Eh, Vico keterlaluan masa dia milih cewe manja gitu dibanding lo yang cantik, pinter n kaya raya," sanjung Winda pada Lyora.

"Entahlah, gue juga heran. Apa yang dia suka dari cewe kayak gitu," ujar Lyora sambil memegang dagunya dan berusaha memutar otak supaya Vico mau dengannya.

"Btw, gue jadi ingat sama audisi piano itu. Kira-kira Silvi bakal ikut ga ya," timbrung Cellin.

"Gue udah kasih dia peringatan keras sama dia tadi jadi dia ga bakal ikutan. Lagian tangannya juga luka parah gitu. Gimana mungkin dia main piano dipanggung megah?" ucap Lyora sambil menertawakan Silvi mengingat kejadian tadi siang. Sontak semua teman-temannya teringat dengan kejadia tadi siang membayangkan wajah Silvi memohon dan memelas kepada mereka ketika Lyora memukulkan penggaris besar itu berulang kali ke jari jemari Silvi, hingga tangan berkulit putih mulus itu menjadi terluka dan memar cukup parah, membuat kulitnya mengelupas dan berdarah. Kejadian itu membuat mereka tertawa senang diatas penderitaan Silvi.

Apalagi Lyora merasa sangat puas menyakiti anak baru itu. "Udah, ga usah dipikirin tuch anak manja. Palingan dia lagi mewek ngadu sama mamanya" celetuk Alina sambil mengurai senyum diwajahnya. "Eh ini makanannya udah dingin yuk kita makan. Gue udah lapar dari tadi" Winda mengalihkan topik pembicaraan. Diantara Lyora n the genk yang sikapnya sedikit bersahabat hanya Winda. Dia tidak terlalu banyak bicara dan sejujurnya dia tidak terlalu suka dengan kelakuan genknya itu, tapi apa boleh buat Winda sudah terlanjur bersama mereka dan Winda ga mau kehilangan para bestie nya itu dan juga rasa hormat teman-teman sekolahnya yang telah dia dapat semenjak bergabung dengan Lyora n the genk, karena bersikap lebih baik daripada bestie-bestienya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!