Naira Humaira Azahra itu nama ku, usiaku saat ini dua puluh tujuh tahun, aku masih sendiri di usiaku saat ini mungkin teman-temanku sudah menikah dan memiliki anak. Aku mau seperti mereka tapi sampai sekarang aku belum menemukan pria yang cocok untuk jadi suamiku, aku bukannya pilihan tapi aku tidak mau kejadian tiga tahun lalu terulang lagi kejadian yang membuat aku sempat down karena ulah pria itu. Aku gagal nikah karena di khianati, dia ketahuan selingkuh padahal sebulan lagi kami akan menikah. Tapi warga di kampung ku menanggap gagalnya aku nikah karena aku perempuan tidak benar.
"Rara" Teriak mama memanggilku.
"Apa ma?" Jawabku sambil berjalan menghampirinya. Dasar mama bikin lamunan aku buyar saja.
Saat sampai di hadapan mama aku pasang wajah kesal dan bertanya lagi "ada apa sih ma teriak-teriak"
Mama melirikku sekilas lalu melanjutkan aktivitas memotong sayuran "kamu ini tiap hari tiduran mulu, diam di kamar nggak bosen apa?" Omelnya.
Aku hanya diam saja tanpa membantah.
Mama memberiku semangkuk telur rebus lalu berkata "kupas"
Akhirnya aku pun mengikuti perintahnya. Sambil kesal juga.
"Kamu ini bukannya cari kerja lagi malah asyik rebahan, nanti sore abang sama mbak mu mau kesini coba kamu tanya-tanya sama mereka siapa tahu ada lowongan kerja" Ucap mama tanpa melirikku.
"Abang mau kesini? Pantesan mama masak banyak" Ucapku sambil terus kupas telur.
"Iya mung pung mereka libur berapa hari"ucap mama.
Aku pun akhirnya menyelesaikan pekerjaanku mengupas telur lalu aku menyerahkan pada mama.
" Ini ma udah beres, ada lagi nggak yang butuh bantuan aku"tanyaku pada mama.
"Dasar kamu ini ya, udah tahu mama lagi repot gini bukannya inisiatif bantuin malah nanya" Ucap mama kesal.
"Ya kan Rara gak tahu harus ngapain ma" Kataku dengan takut-takut.
Mama langsung berbalik menghadap ku lalu berkata "Ra usiamu itu sudah dewasa masa kamu nggak bisa masak, nanti suami mu mau kamu kasih makan apa? Kaya yang mau hidup sedang saja dapet suami orang kaya" Omelnya lagi.
"Rara kan tar suaminya pengusaha ma" Ucapku membela diri.
"Ngelamun saja terus" Ucap mama sambil memukul pundak.
"Sakit ma" Rintihan ku.
"Sudah sana potongin tuh sayuran yang ada di sana"tunjuk mama pada sayuran yang tergeletak di bawah. Akhirnya seharian ini aku bantu mama memasak karena abang ku dari Jakarta akan datang bersama keluarganya.
Aku anak kedua dari dua bersaudara.Abang ku yang bernama Bagas dia sudah menikah dan tinggal di Jakarta karena bekerja di sana. Abang ku sudah memiliki satu anak laki-laki yang bernama Handika usianya lima tahun.
Sorenya mereka datang dan kami menyambutnya dengan bahagia.
"Tante" Panggil Handika sambil berlari ke pangkuanku.
"Duh bang berat banget" Ucapku.
"Abang kan sudah besar jangan di gendong tante ya" Beritahu mamanya yaitu kakak ipar ku.
"Iya bang turun" Perintah abang ku pada anaknya.
Handika di panggil abang karena dia anak dan cucu pertama di keluarga kami.
"Iya bang turun" Ucap Handika dengan wajah kesal.
"Ayo masuk" Titah mama pada kami semua.
Kami pun masuk, abang dan ayah duduk di ruang tamu aku dan mbak Anita memasukan bawaan mereka ke kamar abang ku.
"Ra" Panggil mbak Anita.
"Iya mbak, ada apa?" Jawabku sambil meliriknya.
"Kamu belum dapet kerja lagi?" Tanya nya dan menuntunku duduk.
"Iya mbak aku belum kerja lagi" Ucapku.
"Mama menelepon kami menyuruh kami mencarikan kerjaan buat kamu di Jakarta, kamu mau ikut sama kami ke sana?"ucap mbak Anita.
" Aku nggak tega ninggalin mama sama ayah disini"jawabku dengan lesu.
"Mama khawatir sama kamu karena kamu di sini selalu jadi bahan gosip warga di kampung" Ucapnya sambil mengusap pundak ku.
Aku menunduk dan tak terasa air mataku keluar begitu saja.
"Maafin mbak, mbak nggak ada maksud buat kamu sedih"
Aku pun meliriknya dan mencoba tersenyum lalu berkata "aku tahu mbak maksud mbak, asal mbak tahu saja, hatiku sakit mbak mendengar orang kampung membicarakan aku terus tapi aku selama ini pura-pura tenang karena tidak mau mama sedih"
Mbak Anita memelukku dan aku menangis di pelukannya. Setelah merasa cukup aku pun ke kamar mandi untuk mencuci muka dan keluar bergabung bersama yang lain untuk makan bersama. Saat makan tiba-tiba bang Bagas berkata "Ra, setelah makan abang ingin bicara sama kamu" Ucapnya dengan tegas.
"Iya bang" Jawabku dan aku tahu apa yang akan bang Bagas bicarakan.
Setelah makan dan membantu mama dan mbak Anita membereskan bekas makan kami, aku langsung menemui bang Bagas dia belakang rumah karena dia sedang merokok di sana. Ku hampiri dia dan duduk di sebelahnya.
"Apa yang mau abang bicarakan?"tanyaku setelah duduk di sebelahnya.
Bang Bagas melirikku lalu ia berkata " Abang minta kamu ikut abang ke Jakarta dan abang tidak menerima penolakan"
"Iya bang" Jawabku.
"Kamu di sana nanti melamar ke kantor mbak mu, mung pung sedang membuka lowongan kerja! Abang tidak mau mendengar mama sedih terus, setiap menelepon abang" Ucapnya dengan menatap ke depan. Aku hanya bisa menunduk dan merasa bersalah sama mama karena selama ini mama sedih melihatku seperti ini.
"Kamu dengar abang kan?" Tanyanya sambil melirikku.
"Aku dengar bang, aku akan ikuti apa yang abang suruh tapi jangan abang jodohkan aku, karena aku belum siap bang" Ucapku dengan parau.
"Abang tidak akan menjodohkan mu karena abang juga tidak mau disalahkan" Ucapnya.
"Ya sudah sana istirahat, besok kamu persiapkan apa saja yang mau di bawa" Titahnya dan aku pun langsung pergi dan masuk kamar.
Sesampainya di kamar aku langsung menjatuhkan tubuh ini di kasur dan menatap langit-langit kamar yang warnanya mulai pudar.
"Aku akan pergi ke Jakarta dan akan memulai lembaran baru di sana bersama orang-orang baru, apa aku akan bahagia dan apa di sana aku akan bertemu dengan orang-orang lama?" Ucapku dalam hati.
Akhirnya aku pun tidur karena tidak mau memikirkan hal yang sulit aku tebak. Pagi harinya aku bangun dan langsung melaksanakan kewajiban ku sebagai muslim, setelah beres aku langsung menghampiri mama dan mbak Anita di dapur yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.
"Anak gadis tumben bangun pagi" Sindir mama.
Aku tak menjawab hanya diam saja. Mama sama mbak Anita saling lirik lalu mama berkata lagi "kok ga bales ucapan mama?"
"Lagi malas debat sama mama" Jawabku asal.
"Kamu ini, sana pelin depan rumah dari pada melamun gitu" Titah mama.
Aku langsung pergi mengambil lap pel dan ember dan membawanya ke depan rumah.
Setelah beres kami sarapan bersama dan setelah selesai tiba-tiba bang Bagas berkata "ma, pa Rara akan ikut bersama kami, dia akan kerja di perusahaannya Anita, mama sama papa tidak apa kan tinggal disini berdua?"
"Mama, tidak masalah Gas, tapi apa kamu tidak akan repot adik mu ikut ke sana?" Tanya mama.
"Ma, Rara itu udah gede jadi tidak akan merepotkan abang atau mbak" Kataku dengan kesal.
"Ra" Tegur bang Bagas.
"Tidak akan ma, Rara di sana tidak akan merepotkan kami" Ucap mbak Anita dengan lembut.
Aku di sini kok seperti anak kecil ya.
"Ya sudah gimana kamu saja Gas, mama ikut kamu yang penting ini yang terbaik buat adik mu, semoga saja dia dapet jodoh di sana" Ucap mama dan di Amin kan semua orang.
Soren harinya aku benar-benar berangkat ke Jakarta bersama abang ku. Saat di perjalanan aku mengirim pesan pada Dewi sahabatku saat sekolah SMA dulu. Dia sekarang tinggal di sana karena suaminya kerja di Jakarta. Dewi senang saat aku kabari kalau aku akan ke Jakarta. Butuh 6 jam aku sampai di Jakarta dan kami sampai saat malam hari. Aku langsung istirahat sesampainya di rumah abang. Namun aku tak bisa tidur karena ini tempat baru jadi aku selalu tidak bisa tidur namun tiba-tiba di pikiranku muncul bayangan laki-laki yang tak pernah aku ingat sama sekali dia teman SMA yang bernama Rivaldi. Aku sama dia bisa di sebut musuh bebuyutan karena kami tidak pernah akur sama sekali.
"Masya Allah, kenapa aku jadi ke ingat dia ya?" Gumam ku. Lalu aku melihat jam tanganku dan ini sudah jam satu malam. Akhirnya aku beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melakukan sholat malam. Setelah itu aku langsung tidur dan selama tidur aku bermimpi bertemu dengan nya. Aku bangun dengan perasaan aneh dan tiba-tiba adzan subuh jadi aku bangun dan ambil wudhu.
Setelah beres semua aku keluar untuk membantu mbak Anita dan ternyata mbak Anita sudah berada di dapur.
"Ra, udah bangun, gimana tidurnya nyenyak?" Tanya nya sat melihatku.
"Enggak mbak, aku malah mimpi aneh" Jawabku dengan wajah kesal.
"Mimpi aneh apa?" Tanya nya.
"Aku bermimpi bertemu dengan cowok aneh" Jawabku asal.
"Masa sih, kok bisa?" Heran nya.
"Sudah lah mbak tidak usah di bahas" Ucapku.
Mbak Anita hanya tersenyum. Sarapan pun siap dan bang Bagas dan anaknya sudah bangun dan kami semua sarapan.
"Ra, lamaran mu sudah siap kan?" Tanya mbak Anita
"Sudah mbak" Jawabku.
"Mbak bawa hari ini ya! "
Aku hanya mengangguk lalu mengambil maf yang sudah aku siapkan dan menyerahkan pada mbak Anita. Karena hari ini aku tidak ada pekerjaan jadi aku hanya diam saja rebahan sambil main HP. Karena bosan juga akhirnya aku minta izin sama mbak Anita dan bang Bagas kalau Dewi mau kesini karena kalau aku yang nemuin Dewi aku belum tahu. Mereka mengizinkan dan akhirnya aku hubungi Dewi buat datang ke rumah bang Bagas. Tidak perlu waktu lama Dewi sudah datang ke rumah Bang Bagas.
"Dewi, masuk yu" Ajak ku.
Dewi pun masuk bersama anaknya yang masih berusia Dua tahun.
"Rumah abang lo gede juga ya Ra" Celetuknya saat melihat rumah bang Bagas.
"Ya wajarlah mereka kerja berdua" Jawabku.
"Ra kenapa lo ikut kesini orang tua lo gimana?" Tanya Dewi.
"Aku sih sebenarnya gak tega ninggalin mereka tapi ini kan kemauan mereka agar gue pergi dari kampung" Jawabku dengan lesu.
"Kenapa?" Tanya Dewi.
"Tetangga gue masih suka ngegosip gue yang tidak baik Wi"ucapku.
" Yang sabar aja lo"ucapnya sambil makan cemilan yang aku sediakan.
"Wi semalam gue ingat sama seseorang" Ucapku.
"Siapa? " Tanya nya.
"Gue juga sedikit aneh sih kenapa gue bisa ingat sama tuh orang, padahal gue nggak pernah ingat dia sama sekali" Kataku sambil main ponsel.
"Lu kangen dia kali" Celetuknya.
"Sialan lo, masa gue kangen sama Rivaldi musuh gue saat SMA" Kataku kesal.
"Rivaldi, kok bisa?" Herannya.
"Mana gue tau padahal selama ini gue nggak pernah dengar kabarnya lagi" Ucapku.
"Gue dengar sih dia udah sukses" Ucap Dewi.
"Dia mah pasti sukses, kan ortunya punya usaha sendiri" Kataku.
"Iya juga ya" Ucap Dewi sambil tersenyum.
Aku dan Dewi lumayan lama kami ngobrol sampai akhirnya Dewi di hubungi suaminya karena akan di jemput.
"Ra gue balik dulu ya, kapan-kapan lo yang main ke rumah ya" Pesan Dewi padaku.
"Siap deh, tar kalau gue udah tau daerah sini" Kataku.
Dewi pun pulang dan aku langsung ke dapur untuk masak makan malam agar saat mbak Anita pulang dia tidak harus masak lagi karena capek. Kalau untuk keponakan ku dia sekolah di sekolah yang ada penitipan anaknya jadi saat abang ku pulang baru dia di jemput. Mereka pun pulang dan langsung membersihkan badan setelah beres kami semua makan.
"Ra, masakan mu lumayan juga, abang kira kamu nggak bisa masak" Puji bang Bagas.
"Kalau masak ginian sih aku bisa kalau yang lain belum tahu" Jawabku sambil menyuapkan makanan.
"Kamu ini" Kesal abang.
Kami makan dan setelah makan tiba-tiba mbak Anita berkata "Ra besok kamu ikut ke kantor sama mbak ya! HRD nya minta cepat jadi mudah-mudahan kamu di Terima"
"Iya mbak makasih" Ucapku.
Setelah makan aku masuk kamar karena ngantuk juga, mungkin karena semalam kurang tidur jadi sekarang sudah ngantuk.
Paginya aku sudah siap dengan pakaian hitam putih layaknya orang yang mau melamar kerjaan. Kami sarapan dan setelah sarapan aku dan mbak Anita di antar bang Bagas ke perusahaan tempat kejadian mbak Anita. Kami turan dan aku di buat takjub dengan gedung perusahaan tempat kerja mbak Anita karena gede banget dan bagus.
"Mbak kantornya gede banget" Ucapku terpana.
"Udah ayo masuk jangan bikin malu" Celetuk mbak Anita dan sukses membuat aku kesal.
Kami masuk dan aku di suruh menunggu di ruang tunggu sedangkan mbak Anita dia masuk untuk kerja. Tiba-tiba saat aku sedang duduk ada seorang perempuan yang menghampiriku "maaf mbak, mbak bernama Naira humaira Az-Zahra?" Tanya perempuan itu.
"Iya itu nama saya" Jawabku.
"Mari mbak ikut saya" Ajaknya dan aku pun mengikutinya.
Dia membawaku ke ruangan HRD dan aku pun di persilahkan duduk dan di mulailah acara wawancaranya.
"Oke mbak Naira makasih atas waktunya dan tunggu kabar dari kami lagi untuk tahap selanjutnya." Ucapnya namun saat aku akan membalas ucapannya tiba-tiba ada seorang perempuan cantik yang masuk dan mengajak HRD itu untuk bicara di luar.
"Pak, maaf boleh bicara sebentar di luar" Ucapnya.
"Baik bu" Jawabnya dan mereka keluar dan aku kebingungan di dalam sini.
Namun tak lama HRD itu masuk lagi dan berkata "mbak Naira bisa ikut mbak ini"
Aku langsung berbalik menatap wanita cantik ini.
"Mari mbak ikut saya" Titah nya.
Akhirnya aku hanya bisa mengikutinya karena bingung juga. Dia membawaku ke sebuah ruangan dan sepertinya ini ruangan khusus karena terlihat dari bentuk ruangannya yang hanya ada dua ruangan. Dan saat sampai depan pintu aku di buat kaget karena ternyata ini ruangan Direktur Utama kantor ini.
"Kenapa dia bawa aku kesini ya" Ucapku dalam hati dan aku sudah ketakutan karena takut membuat salah.
"Silahkan masuk mbak" Ucap cewek cantik itu.
Aku pun hanya menunduk dan berjalan menghampiri seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Dia langsung tersenyum saat melihat ke arak ku, lalu dia berkata "silahkan duduk"
Aku pun duduk dengan jantung yang tak menentu mungkin sebentar lagi akan jatuh.
"Kenalkan saya Direktur Utama di kantor ini" Ucapnya.
Aku hanya tersenyum, tanganku sudah keringat dingin.
"Saya menyuruh sekretaris saya untuk memanggil kamu kesini karena ada sesuatu yang akan saya tawarkan pada mu" Ucapnya.
"Tawakan?" Bingung ku.
"Iya, aku dengar kamu tidak memenuhi syarat untuk di posisi divisi pemasaran, tapi saya punya penawaran untuk kamu, apa kamu mau jadi sekretaris?" Katanya dengan lembut.
"Sekretaris? Tapi saya tidak punya pengalaman di posisi itu bu" Jawabku dengan jujur.
"Saya tahu, kalau kamu mau saya akan minta sekretaris saya untuk mengajarkan kamu, nanti setelah kamu bisa baru saya lepas" Penjelasannya.
"Tapi kenapa ibu menawarkan posisi itu untuk saya?" Tanyaku karena penasaran juga.
Dia malah tersenyum lalu berkata "karena cuman kamu yang cocok buat jadi sekretaris CEO di kantor ini"
"Sekretaris CEO?" Kaget ku.
"Iya, bagaimana?"
"Aku boleh mencobanya dulu bu?" Tanyaku takut-takut.
"Boleh" Jawabnya sambil tersenyum lalu berkata lagi "mulai besok kamu di ajari oleh sekretaris saya, untuk pakaian terserah kamu asalkan sopan saja"
"Iya bu makasih" Jawabku.
"Kalau tidak ada di tanyakan, saya sudahi sampai sini karena saya ada rapat di luar" Ucapnya lalu berdiri dan meninggalkan ku.
Aku pun ikut keluar dan turun ke bawah untuk pulang dan selama di jalan aku memikirkan "mimpi apa aku semalam sampai-sampai aku di tawarin jadi sekretaris CEO di kantor itu"
Sesampainya di rumah aku langsung istirahat dan malamnya saat abang dan istrinya pulang aku memberitahukan apa yang terjadi di perusahaan tadi dan mereka pun kaget.
"Serius kamu Ra?" Tanya mbak Anita.
"Aku serius mbak, aku aja bingung kok bisa" Jawabku.
"Ya bagus itu Ra, kamu langsung dapet posisi tinggi" Ucap bang Bagas.
"Ya masalahnya aku belum pengalaman bang" Ucapku mengeluh.
"Terus kenapa kamu terima?" Tanya mbak Anita.
"Aku gagal di wawancara untuk divisi pemasaran mbak, jadi aku ambil aja tawaran itu" Penjelasan Ku.
Tiba-tiba mbak Anita berdiri dan pergi ke kamarnya dan aku memutuskan makan.
Namun, tiba-tiba mbak Anita membawa baju setelan kerjanya suruh aku pilih untuk di pakai besok.
"Ni Ra kamu pilih yang cocok buat besok, agar kamu kelihatan cantik, besok mbak ajari dandannya" Ucapnya.
Aku hanya mengangguk saja karena tidak mengerti juga.
Paginya mbak anita benar-benar make over ku, dia yang pilihkan baju dia juga yang pakaikan aku make up. Tapi saat aku ngaca make up yang di pakaikan natural jadi aku suka.
"Makasih mbak" Ucapku.
"Iya sama-sama, biar kamu terlihat manis" Godanya sambil mencolek dagu ku.
"Mbak ini bisa saja" Ucapku sedikit malu.
"Ya sudah pakai itu bajunya, mbak juga mau siap-siap nanti berangkat bareng mbak saja" Ucapnya lalu pergi dari kamarku.
Aku bangkit dari duduk ku, lalu ku ambil baju yang tadi di berikan mbak Anita setelan kemeja dan celana berwarna biru yang terlihat simpel. Setelah aku pakai ternyata pas dengan tubuhku yang kecil ini. Setelah merasa siap aku keluar untuk sarapan bersama. Abang dan mbak Anita menatap ku lalu abang berkata "kamu cocok pakai baju itu Ra"
"Jangan ngeledek deh bang" Ucapku sambil duduk.
"Tante cantik ko" Puji keponakan ku Handika.
"Makasih sayang"
"Ra kalau pakai hijab lebih bagus sepertinya" Kata abang.
"Aku belum..... " Ucapku tergantung.
"Abang ngerti ko, ya sudah kita makan" Titahnya.
Kami pun makan. Bang Bagas berkata begitu karena mbak Anita memang pakai hijab. Kami pun berangkat dengan di Antar bang Handika. Sebenarnya Bang Bagas masih kerja satu perusahaan tempat ku kerja, tapi sekarang dia tempatkan di kantor cabang karena dia naik jabatan menjadi meineger kantor pusat. Aku masuk ke ruangannya mbak Yola sekretarisnya Direktur Utama. Tapi saat aku masuk ternyata dia belum datang jadi aku menunggu saja. Tak lama mbak Yola datang, aku pun segera menghampirinya.
"Pagi mbak" Sapa ku.
"Pagi Naira, kamu sudah datang saja" Ucapnya sambil menaruh tasnya di meja.
"Mbak hari aku ngapain dulu" Tanyaku.
"Ini, kamu pelajari dulu jadwal bu Risa" Titahnya sambil memberikan sebuah buku.
Saat ku buka ternyata itu jadwal bu Risa dari pagi sampai siang.
"Mbak padat banget jadwalnya?" Tanyaku.
"Ya begitu lah selama CEO kantor ini lagi tugas di luar, bu Risa yang handel"jawabnya.
Aku hanya mengangguk saja. Tiba-tiba mbak Yola berkata " Naira sekarang kamu bereskan dulu ruangan bu Risa ya, aku ada kerjaan dulu sebentar"
"Iya mbak" Jawabku.
"Lap mejanya saja, sama rapih kan berkas-berkasnya" Beritahu nya.
Aku pun hanya mengangguk dan langsung masuk ruangannya. Setelah beres aku kembali ke mbak Yola dan tak lama bu Risa datang "pagi bu" Sapa kami berdua.
"Pagi" Sambil tersenyum dan mbak Yola mengikutinya dari belakang aku pun begitu. Saat di rungan mbak Yola membacakan jadwal bu Risa dari pagi sampai sore.
"Oke, jadi meeting nya di mulai jam sembilan ya" Ucapnya.
"Iya bu" Jawab mbak Yola.
"Ya sudah kalian kembali ke meja kalian saja" Titahnya.
Kami kembali dan mbak Yola menyuruhku memeriksa berkas yang akan di tandatangani bu Risa. Ternyata tugas jadi seorang sekretaris itu tak mudah kita harus siap kapan saja bahkan kemana pun atasan kita pergi kita harus selalu mengikutinya. Sore hari nya aku pulang dengan wajah capek dan ternyata mbak Anita sudah duluan sampai rumah.
"Ra, kamu baru pulang?" Tanya mbak Anita.
"Iya mbak, aku mandi dulu ya"jawabku lalu pergi ke kamar untuk mandi.
Setelah selesai aku keluar kamar dan akan membantu mbak Anita di dapur.
" Mbak aku bantu ya"ucapku.
Mbak Anita melirikku lalu berkata "kamu istirahat saja pasti capek banget kan, mbak bisa sendiri ko lagian sedikit lagi" Ucapnya.
Akhirnya aku temani Handika main saja. Saat aku asyik bermain dengan Handika tiba-tiba bang Bagas datang.
"Assalamualaikum"salamnya.
" Waalaikumsalam"jawabku dan Handika.
"Ra kamu udah pulang?" Tanya nya saat aku mencium tangannya.
"Sudah bang" Jawabku.
"Abang ke atas dulu mau mandi sama ganti baju, nanti kita makan bareng" Ucapnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!