NovelToon NovelToon

Kekasih Dari Alam Mimpi

Part 1

"Ayah nggak bisa gitu sama aku yah... Ayah ngga bisa seenaknya jodohin aku gitu aja!"

"Ayah berhak Salma! Kamu anak ayah, ini keputusan ayah, dan kamu harus ikuti itu. Besok keluarga mereka datang menemui mu, persiapkan diri kamu dari sekarang!"

"Ayah jahat!!! Aku benci ayah!! ".

Braaaakkkkk!!

Salma memukul meja makan dan segera lari meninggal kan sang ayah. Ia berlari terus tanpa tau kemana arahnya.

Padahal kami sangat jarang makan siang berdua seperti ini, tapi kenapa selagi ada waktu ayah malah menghancurkan mood makan ku.

" Hhh... Dia fikir dia siapa, hanya seorang laki-laki yang berstatus sebagai ayahku. Bahkan melakukan kewajibanya sebagai seoranng ayah pun dia tidak mampu! Malah mau menagih hak nya untuk mengatur hidupku. Yang benar saja?" racaunya sepanjang perjalanan itu. Rasanya begitu jengah, begitu marah hingga ia berdoa agar tak pernah kembali ke rumah.

Salma ingin sekali pergi menjauh, hingga bahkan sang ayah tak pernah bisa menemukan dan menariknya pulang.

"Mbaaaaak, awaaaaas!!!!" teriak salah satu pemuda yang sedang bermain basket di taman.

Bughhhh.....!!! Sebuah bola basket berukuran besar mengenai kepala salma saat itu ketika ia sedang melamun sambil berjalan. Ia seketika pingsan dan ambruk, hingga beberapa orang langsung membopongnya dan membawanya ke klinik terdekat.

"Ah elu sih kagak ati-ati, kena orangkan? Ampe pingsan lagi, gimana coba aaaah, bikin pusing lu." Mereka saling tunjuk dan cemas dengan keadaan gadis itu.

" Yee maap, gue kagak sengaja, lagian dia jalan sambil ngelamun, gue teriakin malah diem bae..." Terndengar mereka samar-samar saling lempar kesalahan.

###

Tiba-tiba salma tersadar, tapi entah dimana. Sembari memegangi kepalanya ia berusaha bangun. Kemudian menatap semua ruangan yang ada didepan matanya.

"Aish, sakitnya kepalaku." ucapnya, berusaha bangun dari tidur.

"Hay, kau sudah bangun, bagaimana keadaanmu sekarang, masih sakitkah? " ucap seorang pria didekatnya.

Salma sontak terkejut saat melihat pria tampan itu, sambil bengong berusaha menjawab pertanyaanya.

" Sakiiit... Ehh, kamu siapa? Kok aku disini? Ini bukan klinik lho, ini juga bukan rumahku? " heran salma yang terus memperhatikan rumah itu.

Pria itu tersenyum mendekatinya. Pria tampan dan manis itu datang dengan membawa segelas air yang ia berikan pada salma yang masih belum begitu pulih kesadarannya.

"Aku zayn. Aku tidak tahu kamu dari mana, aku hanya menemukan mu pingsan ditaman dekat rumahku. Jadi, aku suruh tukang kebunku untuk membantu membawamu kemari, siapa nama mu, kenapa kamu pingsan disana?" jawab pria itu.

Salma bingung, kenapa tempat ia berada tadi beda dengan yang sekarang? Dari suasana yang ramai dan penuh dengan hiruk pikuk tadinya, namun sekarang terasa hening dan damai.

"Aku salma. Aku td sedang jalan-jalan disekitar taman dekat rumah ku, sampai suatu saat ada bola yang menghantam kepalaku, terakhir aku hanya mendengar suara orang-orang yang menolongku dan akan membawaku kesebuah klinik, tapi kenapa s niekarang aku disini? Ini bukan klinik kan? " tanya salma dengan nada heran.

"Ya... Ini bukan klinik, tapi ini rumah ku. Dan di sekelilingku tidak pernah ada keramaian yang seperti yang kau katakan tadi. Jadi dari mana asalmu? Aku tidak pernah melihatmu disekitar sini, apa kau dari luar kota?" Zayn masih heran dan lagi-lagi melontar kan pertanyaan.

"Aish, ntah lah, kepalaku masih sakit. Tapi aku tidak amnesia kan? Aku masih ingat namaku salma, aku tinggal di.... "

"Maaf tuan, itu makanan sudah saya siapkan, silahkan makan siang dulu"

Tiba-tiba sang art bernama bi ningsih memotong pembicaraan.

"Owh oke, mari kita makan dulu kamu sudah lapar kan? Aku dengar perutmu bunyi daritadi" Zayn sambil berdiri dan mengajak salma makan. Ia dengan ramah menarik tangan salma dan membawanya keluar dari kamar.

Salma refleks memegang perutnya dan dengan muka merah karna malu pelan-pelan bangkit dari tempat tidur dan mengikuti zayn. Mereka berdua menikmati hidangan dengan saling diam namun mencuri pandangan satu sama lain.

"Maaf, saya sudah selesai makanya, bisa saya izin pulang? Saya takut keluarga saya mencari saya" Potong salma.

"Oke, berhubung aku juga tidak ada pekerjaan bagaimama jika aku antar? Boleh kan, aku hanya takut kamu belum benar-benar fit, takut ada apa-apa dijalan nantinya.." Tegas zayn

Salma hanya menganggukan kepalanya meskipun sebenarnya masih bingung. Tapi salma berusaha menurut saja daripada semakin merepotkan nantinya.

Keduanya langsung keluar rumah dengan Zayn mengendarai mobilnya. Mobil sport warna hitam yang sangat mewah itu dipacunya pelan, sambil menoleh kanan kiri karna mencari alamat rumah salma yang tak kunjung ditemukan.

'Oh tuhan, Sudah hampir 2 jam keliling tapi tidak menemukan rumah ku, sebenarnya ini dimana? Aku bingung, kepalaku semakin pusing, sakit sekali rasanya'. lirihnya sambil terus memegang kepala dan memijatnya perlahan.

" Hey, sebenarnya alamatmu dimana? Kita dari tadi hanya keliling disekitar sini saja lho? " Ucap Zayn yang mengagetkan ku..

"Entah lah, aku juga bingung, kepalaku rasanya semakin Sakit" Jawabku dengan lemah

"Hey, jangan pingsan lagi. Ayo kita pulang kerumahku dulu agar kamu bisa istirahat. Nanti kalau sudah pulih kita cari lagi, okey" Zayn khawatir.

Salma hanya hanya mengangguk lemas dengan tawaran yang kembali ia dengar.

Sesampainya dirumah zayn, dengan cepat ia membukakan pintu untuknya. Dan dengan sigapnya menggendong salma sampai kekamar tamu yang tadi ia tempati. Salma lunglai lemas, bergerakpun sudah sangat malas, hanya ingin tidur yang lama.

"Oke, sekarang kamu tidur aja, gk usah mikir macem-macem, besok kita cari lagi rumah kamu ya, aku mau keluar dulu suapaya kamu bisa tenang, dan nanti kalau ada sesuatu kamu panggil aja bi ningsih ya, dia orang keprcayaan saya dirumah ini, " Kata zayn, raut wajahnya khawatir tapi tetap tenang.

Salma hanya mengangguk, sambil berusaha memejamkan matanya untuk tidur. Dan semoga tidurnya nyenyak hingga bangun dalam kondisi segar.

##

"Non, non salma, ya allah non, ketampol bola kok pingsanya lama bianget ini, piye cah ayu"

Suara bi ijah pembantunya terdengar parau karna tak berhenti menangisi salma yang pingsan tadi.

"Ehmmmm, bik bibik kok nangis? Aku udah pulang tho bik? Siapa yang nganter aku bik?" tanya salma pelan pada bik ijah.

"Oalah nduk, cah ayu sudah sadar kamu? Bibik dari tadi khawatir kamu ndak bangun bangun nduk. Bapak-bapak yang lagi dilapangan tadi yang nganter kamu, tadinya mau dibawa ke klinik. Tapi, pas lihat kami anaknya pak yoga, jadi kamu langsung dianter kerumah nduk, kok lama banget pingsanya, mana yang sakit sayang, sini bibik pijetin, ya allah"

Bik ijah nyrocos seperti kereta api yang melaju dengan begitu cepat.

"Jadi bukan cowok keren yang nganter aku tadi,? Tadi lho bik aku ketemu cowok ganteng banget, tapiiii_ "

"Wes, wes, cuma mimpi itu, kok yo masih sempet mimpiin cowok tho nduk? Lha wong yang nganter tadi bapak-bapak serombongan kok, udah gak usah dipikir dulu, sekarang irtirahat aja ya, bibik bikin makan siang dulu," bujuk bik ijah memotong ucapanku barusan.

"Lalu siapa tadi yang menolong ku? Apakah itu hanya mimpi? Kenapa sangat nyata? Wajahnya, senyumnya, bahkan sangat terasa saat dia menggendongku tadi. Bahkan lingkungan disana pun sangat familiar, mirip sekali dengan lingkungan disini," gumam salma dalam setengah sadarnya.

"Apalagi cowok itu, ganteng banget, perhatian, kapan ketemu lagi ya, ya ampun terngiang- ngiang senyum manisnya."

Salma tersenyum sendiri sambil menggigit jari seperti orang gila seketika itu, membayangkan wajah dan senyumnya, astagaaaaa!

Part 2

Zayn, Pria tampan dengan tinggi 188cm, berat badan sekitar 75kg, cenderung kurus tapi berotot. Sungguh sempurna dalam bayangan salma. Siapa dia? Dan kenapa hadir dalam mimpi? Tapi kenapa mimpi itu seperti sangat nyata?

Nyata sekali bahkan salma tidak percaya jika itu mimpi.

Tiba-tiba bi ijah membuyarkan lamunannya, "Non, cah ayu. Ayo makan dulu, takutnya nanti maghnya kumat, non... Ntar tuan marah lho," bujuk bik ijah.

"Iya bik, bntar lagi lah. Aku masih kenyang banget rasanya, masih pusing juga, " balasnya sambil mengerutkan kepala dan memijatnya.

"Masih pusing tho nduk? Sini bibik pijetin." Bik ijah sambil mendekati salma, mulai memijit kepalanya. Terasa nyaman sekali sampai salma ingin tidur lagi dipangkuanya.

" Eh iya, ayah kemana bik? Belum pulang? Apa udah pergi lagi? Ngga tahu ya, kalo aku sakit?" tanya salma dengan nada sedih.

"Pergi dari tadi pagi cah ayu, biasa ayahmu lagi ke kantor ngurusin pekerjanya disana. Kan ayahmu itu wong sibuk tho, seng sabar yo,"

"Sabar selalu bik. Sibuk kerja apa memang menghindari aku? Segitu nya ayah benci aku bik. Kalo aku bisa milih juga, aku gak mau jika aku yang selamat dan ibu yang meninggal bik, " ucap salma dalam sesalnya. Siapa yang mau di lahirkan, tapi setelah itu ibunya meninggal.

"Hust! Ngga boleh gitu. Itu takdir, yang kuasa yang menentukan. Kita hanya tinggal menjalani ya dengan ikhlas. Lagian, kematian ibu mu juga bukan salahmu, itu sudah perjanjian ibu mu sama gusti allah, yang harus pergi saat kelahiranmu. Wes toh, gak usah dipikirin lagi yo," tegas bik ijah.

Itu lah ayah salma. Dia memang selalu selalu didekat putrinya, tapi tak pernah menghiraukannya. Dekat tapi sangat jauh untuk aku dekap, nyata tapi bagaikan bayangan yang sekedar ad disampingnya.

Ayah seperti itu ketika ibu meninggal saat melahirkan salma. Ya... Bagi ayahnya melihat salma sama saja kembali mengingat kenangan pahit saat kematian istri tercintanya.

Terasa nikmat sekali pijatan bik ijah saat itu membuat salma mengantuk.

"Nduk cah ayu, mau tidur lagi? Ndak makan dulu tho?" tanya bik ijah padanya, dan salma hanya menggelengkan kepala.

"Ngantuk bik, pengen tidu. Masih puyeng soalnya. Bibik kalo mau keluar gakpapa kok."

"Ealah... Yowes, bibik tak beres-beres diluar, nanti kalo mau makan panggil bibi yo nduk," jawab bibik dengan bahasa yang medok jawa. Dan saat itu, salma sudah tak sanggup bersuara lagi.

##

Semilir angin sejuk membangunkan tidur salma. Tapi anehnya, salma tidak Sedang dirumah, tapi tertidur dimeja depan minimarket dipinggir jalan.

Saat salma trbangun, pelan-pelan ia membuka mata dan menguceknya. Ia terkejut dengan sosok yang sudah ada disampingnya saat itu.

"Astaga," Kaget salma melihat sosok yang ada didepan mata.

"Hay, kamu sudah bangun? Kenapa tidur disini? " tanya pria itu dengan santai dan tangan bersedekap di dada.

"Ka, kamu kenapa disini? Kamu kan_ "

"Ya aku tadi mampir beli minuman sepulang dari kantor, dan aku melihat seorang gadis sedang tidur sembarangan. Bisa-bisanya ya, emang Kamu gak punya rumah? " tanya nya sambil senyum senyum heran.

"Ehm, anu ehmmmm... Aku juga lagi jalan aja tadiz terus mampir. Eh tiba-tiba ngantuk jadi ketiduran. Udah itu aja, " Salma menjawabnya dengan bingung, ya karna memang semua begitu membingungkan baginya.

"Kamu masih inget aku kan? Eh iya, kemarin kamu kemana, tiba-tiba pergi gak pamit, aku cemas."

'Hah dia cemas, cari alasan apa aku ya?'

" Hey, kok malah ngelamun?" tegur zayn yang mengagetkannya seketika.

"Eh itu, aku bangun terus lihat rumah kamu sepi jadi aku pergi. Ngga enak numpang tidur kelamaan hehe,"

"Loh, mending numpang tidur dirumah aku daripada tidur disembarang tempat gini kan?" Katanya sambil menatap ku.

"Eh, ngomong-ngomong kamu dari kemarin pakai baju ini ngga gerah apa? Emang kamu gak mandi?" tanya zayn. Seketika salma memperhatikan dirinya sendiri saat itu juga.

'Walah, ternyata udah 1 harian disini, padahal kenyataanya baru beberapa jam.'

"Ehm... Itu_anu, aku..." Aku bingung harus jawab apa.

"Aish sudah lah, kamu seprti gembel gini. Ayo, ikut aku," ajaknya yang tiba-tiba menarik tangan salma.

"Eeeeh, kemana?"

"Udah ikut aja, naik Kemobil." Zayn membukakan pintu mobil, dan membawa salma masuk ke dalamnya.

Salma mengikutinya, meskipun sebenarnya aku bingung mau dibawa kemana.

'Oh semoga saja dia bukan orang jahat'

Sepanjang jalan salmq memikirkan sesuatu, jujur ia belum paham semua ini. Oni mimpi seingatnya, karna ia baru saja tidur. Tapi kenapa sangat nyata, apakah ini dunia bawah sadarnya, karna ini kali kedua ia kesana.

"Udah sampe yok turun," ajak zayn yang tiba-tiba membuyarkan lamunan salma kesekian kalinya.

"Oh iya. Eh... Ini dimana?"

"Ini butik sahabatku. Ayo, biar aku belikan baju untukmu. Masa iya, cantik-cantik tapi kayak gembel. Hehe," ledek zayn padanya.

'Astaga, dia bilang aku cantik' Salma menunduk sambil senyum sendiri.

"Eh ayo, malah ngelamun lagi, "

"Oh, iya iya" jawabnya.

Sesampainya didalam mereka disambut oleh pramuniaga. Mereka ramah dan sepertinya memang sudah akrab dengan zayn, hingga sudah tidak perlu banyak tanya lagi.

"Selamat siang pak zayn, mau saya perlihatkan koleksi terbaru kami. Oh iya siapa yang bapak bawa ini? " Tanya nya ramah.

"Oh iya mba, tolong ini temen saya mau cari baju. Bantu pilihin ya, yang mana aja yang penting cocok," jawab zayn.

Pramuniaga itu langsung mengangguk padanya, "Siap pak zayn. Kami akan memberikan yang terbaik sesuai keinginan bapak." jawabnya, lalu menatap salma, "Ayo mba, mari ikut saya. Akan saya perlihatkan koleksi terbaru kami, yang pasti nya akan cocok dengan anda,"

Dan salma mengikuti ajakannya saat itu juga.

Petugas butik sibuk memilihkan baju yang cocok dan pas untuk salma. Tidak susah sebenarnya, karna ukurannya yang tidak terlalu kecil. Ia sendiri mempunyai tinggi 168cm dan berat badan 48 kg, ya menurut mbok ijah ia kurus, tapi salma nyaman seperti itu.

Setelah mendapatkan beberapa dress yang mungkin cocok, salma langsung ke kamar pass dan melirik zayn dengan sabarnya menunggunya sambil memainkan hp.

'Tuhan, betapa tampan pria ini, sangat sempurna' gumam salma dalam hati.

"Ayo mba silahkan dicoba dulu," Pramuniaga kembali mengagetkannya

"Oh, iya, permisi mba... " jawab salma malu-malu.

Pramuniaga itu mengangguk sopan.

"Aish... Sampai sekarang aku masih bingung dengan semua ini. Tadi aku pingsan saat pertama kemari, dan terakhir aku tidur habis dipijet mbik ijah dan tau-tau sudah disini lagi. Dan jarak 2jam disana ternyata disini suda harian?sumpah ini aneh, tapi aku menikmatinya aku suka bertemu zayn yang tampan, ramah, oh andaikan dia jadi pacarku meskipun dalam mimpi, iiiiiiihiiiihihi." Salma cekikikan sendiri didalam kamar pasnya.

Beberapa lama mencoba pakaian akhirnya aku menemukan 1 yang ia rasa pas dan nyaman dengannya. Salma ingin menunjukan pada zayn yang masih setia menunggu salma di sofanya.

Tapi langkahnya terhenti saat melihat zayn tengah ngobrol dengan wanita cantik. Ia penasaran siapa dia? Cantik sekali, dengan tubuh tingi semampai bak model profesional.

"Zayn. Ehm, ini udah dapet bajunya," sapa salma padanya.

"Eh iya ,udah ya? Hmm cocok, pas buat kamu," Katanya sambil menatapku.

"Salma kenalin, ini sahabat aku Naya. Dia juga pemilik butik ini. Naya kenalin ini salma, temen ku juga dari luar kota dan dia baru dateng. Jadi sengaja aku ajak keliling sekitar sini. Ngobrol aja ya, aku mau bayar baju nya dulu, " ucap zayn meninggalkan mereka berdua.

"Hay, aku Naya sahabat zayn dari kecil. Kamu salma? " sapa naya sembari mengulurkan tanganya.

"Iya, aku salma. Aku temen nya zayn. Senang berkenalan sama kamu dan semoga bisa jadi temen ya? " jawab salma yang mmbalas uluran tanganya. Tapi sayang, saat itu wajah naya justru tampak dayar.

"Iya sama-sama. Eh iya... Ngomong-ngomong, kamu darimana? Kok aku baru tahu zayn punya temen cewek? Soalny dia itu orangnya pendiem, gak terlalu banyak temen, apalagi cewek, jadi heran aja tau-tau kenalin temen cewek ke aku." Naya membrondong pertanyaan pada salma.

"Aku dari, itu, ehm.. "

"Salma ayo Kita pergi bajunya udah aku bayar. Semua juga udah dibungkus, yuk..." potong zayn pada obrolan keduanya. Dan seketika salma menghela napas lega.

"Iya, kita mau kemana ya?" tanya salma padanya.

"Mau ajak kamu jalan-jalan aja. Mau kan?" tanya zayn.

"Iya, mau." Salma menganggukkan kepala menjawabnya.

" Oke let's goooo!" Teriak zayn.

# #

"Non, cah ayu bangun ndok sudah pagi," bujuk bik ijah.

" Hhhhhhmmmh... Iya bik ada apa? "

Tanya salma.

"Ndoro tuan nyuruh kebawah, katanya non suruh kebawah juga ndoro tuan mau bicara,"

'Haaah, ayah mau bertemu aku, apa gak salah?'

Salma bergegas mandi dan siap-siap dengan semangat.

"Iiiiiiih bik ijah resek banget ganggu mimpi indah ku! Tapi, tumben ayah memanggil ku? Biasanya lihat aku saja males." Salma terus menggerutu di dalam kamar mandinya.

"Aaaaayaaaah! Ada apa me-mang-gil ku? Eh, ada om bram? Sama juna?"

"Iya salma. Kemari sebentar ayah ada perlu dengan mu. Ini, tentang perjodohan kamu dengan arjuna" ucap ayah, yang membuat salma seketika membulatkan mata.

Deeggggg.

"Hah aku dijodohkan? Sama Juna?"

Part 3

Drama kelahiran salma.

Pagi itu adalah pagi yang sangat cerah. Suasana saat itu mendukung semua rencana indah milik ayah dan ibu salma yang sebentat lagi akan menyambut kelahirannya. Anak yang sekian lama mereka dambakan.

"Ayah hari ini sibuk gak? Ibu mau minta temenin cek up kedokter kandungan yah, bisa gak yah?" pinta ibu dengan manja.

"Hmmm, gimana ya bu? Ayah ada rapat lho hari ini, karna ada investor dari luar negri yang mau dateng katanya. Di temenin bik ijah aja ya, ngga papa kan sayang? Nanti kalo selesai cepet aku langsung nyusul kok," rayu ayah pada ibu saat itu.

" Hah... Yowes lah, daripada sendirian. Sama bik ijah wae yo bik?" pasrah ibu  setengah meneriaki bik ijah yang ada ditempatnya.

"Siap ndoro ibu! Saya siap kapanpun ndoro ibu butuh saya," balas bik ijah dengan yakin. Ayah salma saat itu mengusap rambut dan mengecup kening istrinya dengan begitu lembut.

Pukul 10 siang hari itu ibu dan bik ijah berangkat ke Rumah Sakit dengan taksi yang sudah dipesan. Tidak berapa lama mereka sampai ke Rumah Sakit dan langsung keruang dokter karna sudah membuat janji sebelumnya

"Ibu, kondisi bayinya sangat sehat, dan bayi nya perempuan, cantik sekali. Sepertinya mirip ibunya," ucap dokter dengan ramah dan penuh senyum itu.

"Ealah, itu kelihatan ndoro ayu, cantik mbianget kayak ndoro ayu, yo!" seru bik ijah dengan bahagia.

"Iya bi cantik. Eh iya dokter bagaimana dengan kondisi saya? Apakah bisa melahirkan normal dok?" tanya ibu.

" Kita lihat nanti saat tiba waktunya bu. Karna ibu mempunyai riwayat darah tinggi, kami takut jika nanti akan terjadi pre eklamsi yang membahayakan nyawa ibu dan janinya. Maka dari itu, ibu harus benar-benar menjaga kandungan  ibu. Konsumsi vitamin dan jaga pola makan, ini saya beri resep untuk vitaminya ya," pesan sang dokter yang kemudian membuatkan resep untuknya.

"Oke, Dok... Terimakasih sebelumnya ya dok, saya pamit dulu." Mereka saling berjabat tangan, dan ibu mulai meninggalkan tempat itu.

Tak kelang beberapa lam, di dalam taxi, ibu tiba-tiba ibu lihat ada tukang rujak mangkal dipinggir jalan. Jiwa inginnya meronta meski sudah tak dalam fase ngidam lagi. Sepertinya begitu segar hingga membuat air liurnya menetes tanpa sadar.

" Mas, tolong berhenti sebentar, saya mau beli rujak ya disana. Saya pengen," pinta ibu pada supir taxi yang melayaninya.

"Biar saya aja yang turun ndoro?" tawar bik ijah.

"Gak usah bik, lebih deket dari sini. Bentar aja kok, ngga papa." Karena memang tepat ada di lampu merah dan taxi itu tak bisa sembarang berhenti di suatu tempat. Hingga harus turun dan berjalan sedikit menuju rujak yang di inginkan.

"Hati-hati ndoro ayu!" ucap bik ijah pada sang nyonya.

Hanya sebentar ibu berjalan dan tiba-tiba sesuatu justru terjadi padanya.

BRAAAAAK, CHIiiiiiiitzz!!!

BRUGhhhhh!!!!!!! Ibu tertabrak, dan tubuhnya terhempas jauh dari lokasi kejadian. Sangking kuatnya mobil itu melaju dan ingin menerobos lampu merah yang menyala.

"Astaghfirullah ndoro ayu! Ya allah ndoro kenapa bisa begini?!" Bik ijah berteriak dan lamgsung lari  saat ia tau sebuah mobil tepat menabrak ibu saat itu.

Semua orang berbondong-bondong berusaha Menolongnya, menaikan ibu yang sudah tak Sadarkan diri kedalam taxi yang dinaikinya tadi. Bik ijah memangku tubuh ibu, dengan penuh cemas dan menitikan air mata, cepat-cepat ia menelpon ayah saat itu.

Drrrrt,,, drrrrrrt!

Bunyi hp ayah dimeja kantor.

"Hallo?"

" Hallo, ndoro? Ini bibik ndoro. Ini ndoro ayu tadi ketabrak mobil, sekarang gak sadar. Bibik lagi jalanmau ke RS yang tadi ndoro... " tangis bik ijah pecah.

"Astaga! Bagaimana bisa bik? Bibik tenang dulu sekarang, saya segera menyusul kesana dan bilang kedokter lakukan apapun yang terbaik  ya bik.. " Seru ayah padanya.

Beberapa lama setelah itu, ayah tiba di Rumah sakit, dengan berlari langsung mememui bik ijah yang sedang duduk sambil Menangis dikursi ruang tunggu, bibik Menangis sesegukan sambil terus beristighfar dan menyebut nama ibu ku, yang saat itu sedang kritis.

"Bagaimana keadaan salwa bik, bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya ayah penasaran.

"Ndoro tadi itu_"

" Maaf, pak Leo. Ternyata, kondisi ibu salwa benar-benar kritis, karena  kecelakaan itu lambung ibu salwa pecah dan sementara itu, bayi juga harus diselamatkan dengan segera. Kami harus secepat nya menyelamatkan bayi, tapi apa daya pendarahan semakin parah. Ditambah lag ibu salwa terkena pre eklamsi karna darah tingginya," lapor dokter sambil mnyesalkan.

"Jadi, gimana dok? Apakah istri saya selamat? Gimana kondisinya sekarang?"

"Ibu kritis. Tapi jika anda ingin melihatnya kami persilahkan masuk. Namun hanya sebentar, karna akan segera dipindahkan keruang ICU."

Derap langkah kaki ayah ku lunglai menapaki lorong ruang operasi dimana ibu ad disana saat itu. Gemetar, menangis, namun harus berusaha kuat, sambil mengusap wajahnya ia terus berjalan mendekati ibu yg tergolek lemah.

"Salwa sayang, maaf tidak bisa menemani kamu. Maaf belum bisa jadi suami yang baik untuk kamu, aku suami yang gagal sayang, aku terlalu memikirkan masa depan kita nanti,

sampai aku lupa apa yang harusnya saat ini aku lakukan. Maaf sayang, kamu harus kuat, sadar sayang apa kamu tidak mau lihat anak kita dia sudah lahir, sayang. Dia menangis ingin bertemu denganmum" Ayah merayu, sambil memegang dan menciumi tangan ibu saat itu..

Akan tetapi, ibu sama sekali tak merespon ucapan ayah padanya. Ia terus diam, bahkan terasa akralnya semakin dingin saat ini. Hingga monitor akhirnya justru berbunyi.

Tuuuuuut!

Tuuuuuuuuuuuuut!

Ibu terlihat menarik nafas panjang 3x

"Dokter, dokteeeeeer!!" Ayah berteriak bergitu cemas.

Para dokter dan perawat bergegas memberikan pertolongan pertama. Ayah dan bik ijah begitu lemas dan tak berdaya, perasaan sudah tidak karuan diluar ruangan.

Tiba-tiba dokter keluar dengan muka lesu, dan berjalan pelan menepuk pundak ayah. Pertanda menyesal dan menyabarkan dengan sebuah kenyataan yang terjadi.

Ayah langsung tertunduk lemas dan mengusap muka sembari menangis, bersamaan dengan tangis bik ijah yang sidah histeris dan tertahan daritadi.

"Ya allah ndoro ayu! " pekik bibik

"Salwa, sayangku... Maaf sayang," Ayah Salma lunglai.

Suara tangisan bayi terdengar saat itu, membuyarkan tangisan mereka semua. Tapi ayah seolah tidak perduli itu, hanya bik ijah yang spontan menghampiri dan menggendong bayi salma dengab begitu hati-hati. Ditimang-timangnya bayi mungil itu dengan penuh kasih sayang.

Entah kenapa respon ayah datar, saat melihat salma kecil, meskipun  bik ijah sudah menyodorkan sang putri padanya.

Jenazah ibu sudah dibawa pulang, semua pelayatpun datang dan mengucapkan bela sungkawa. Beberpa rangkaian bungapun dikirmkan kerumah dari relasi bisnis ayah.

Semua orang sedih, namun tetap mengucapkan  selamat atas kelahiran salma karena setidaknyq harus disambut juga. Tapi, ayah seolah tak Perduli itu, ayah hanya fokus pada ibu saja dengan jenazah ibu yang ada dihadapanya. Sudah kaku, dan tidak bisa diajak bersenda gurau seperti dulu ketika mereka bersama.

"Maaf sayang... " ucap ayah lirih.

Esok nya bibik terus membujuk ayah dengan menyodorkan bayi salma padanya. Karna setelah 3 hari kelahiran pun, ayah belum memberi bayi itu nama.

"Ndoro Tuan, ini anaknya dipegang, dikasi nama," bujuk bibik dengan begitu lembut merayunya.

" Bibik aja yang pegang, terserah kasi nama siapa. Bibik jagain anak ini baik-baik, bik."

Bik ijah berlalu dengan wajah sedih, dan terus menimangku, sambil berfikir akan memberi nama siapa padaku saat itu.

"Nduk, cah ayu. Kasihan kamu nduk, ayahmu masih berat mau nimang kamu. Bahkan ngasi nama aja berat. Eeehmm, bibik kasi nama siapa ya yang cantik dan artinya baik?" gumamnya sembari terus menimang.

FATIHAH SALMA ASYILA,  akhirnya nama itu diberikan pada gadis kecil mereka. Ya, oleh bik ijah bukan ayahnya.

Sampai berbulan-bulan bahkan setahun kematian ibu, ayah masih tak mau menimang bayinya. Bahkan saat nenek dan kakeknya datang, dia hanya ramah pada orang tuanya saja tidak pada gadis nya menggendong pun hampir tidak pernah karena selalu gemetar dan sesak napas.

Ingat saat ulang tahun salma, yang dimana harus nya dihari ulang tahun nya seorang anak mendapat kado istimewa dari ayah nya, difoto dengan berpelukan. Tapi tidak dengan salma. Bagi ayah, hari ulang tahun itu adalah hari yang pahit, yang selalu  membuatnya teringat akan ibu sakma yang sudah tiada. Hari yang selalu membuat nya mengingat akan kematian orang yang sangat dicintainya, sangat menyakitkan bagi nya ketika dia ingat telah menolak permintaan terakhir ibu saat itu.

Tapi apa salah salma diposisi ini? Ia tahu ayah menyesal. Namun, seberapa banyak kata menyesal yang keluar tidak akan mengembalikan ibunya. Bukankah Tuhan sudah mengirim salma sebagai gantinya?

Saat ini hanya ada salma dan ayah. Gadis dengan permohonan agar sang ayah dapat menatapnya, mencintainya seperti ayah mencintai ibu dulu. Ia sangat ingin kan itu, peluk salma sekali saja, agar salma bisa merasakan hangat nya cinta itu.

Entah sampai kapan ayah sadar semua itu. Salma hanya bisa diam, pasrah dan menunggu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!