NovelToon NovelToon

Pacaran Setelah Menikah (HALAL)

Perkenalan Tokoh

Argani Stephanie W, biasa disebut dengan nama Ara. Gadis periang, Manja, usil. Sekalipun Ara mempunyai sifat seperti itu! tetapi banyak yang sayang dengan Ara, karena keramahannya terhadap orang sekitar.

Tommy Dirgantara, dimana sifat nya berbanding terbalik dengan Argani Stephanie W. Pria dingin berwajah datar serta cuek, menjadi bonus buat ketampanannya, karena banyak wanita berlomba-lomba untuk menjadi kekasihnya.

Alexander William, kakak tercinta Argani Stephanie, sifat nya hampir sama dengan Tommy Dirgantara tetapi masih lebih parah Tommy Dirgantara dibandingkan dirinya. sekaligus sahabat dengan Tommy dan Ryan.

Jelita Murniati, gadis keturunan indonesia yang manis nya tidak akan pernah pudar, sahabat baik Argani Stephanie.

Ryan Lautner, sahabat Tommy Dirgantara mulai SMA sekaligus asisten nya, Wajah memang dingin tetapi sifat berbanding terbalik dengan wajah nya. mulai dari SMA hanya satu gadis yang dia sukai yaitu adek kelas sendiri.

Liz Mahendra, dengan kepribadian yang dingin terhadap orang yang baru dikenal sahabat dari Argani Stphanie tetapi diantara mereka bertiga hanya Liz yang selalu bersikap dewasa dalam menghadapi setiap masalah. Wajah yang datar tidak menutupi sosok keibuan yang ada didalam dirinya.

Rio Maurer, lelaki ramah yang mempunyai wajah baby face ini sahabat dari Argani Stephanie W. Pria yang selalu mengejar Argani Stpahnie W, tetapi selalu di tolak mentah - mentah.

"Oke guys, menurut author itu wajah yang cocok untuk para pemain. Semoga suka yah."

Ps: "Maafin author yang halu tingkat tinggi, dan maaf bila tidak sesuai dengan kenginginan kalian, sayang kalian."

Prolog

"Hello, Perkenalkan nama gue Argani Stephanie W. Sering di panggil Ara, sama orang-orang spesial atau teman dekat gue. Gue berwajah blasteran. Karena nyokap asli Indonesia dan bokap Belanda, kita sekeluarga sudah lama tinggal di Indonesia. Jadi, jika ditanya lebih fasih berbahasa Indonesia atau Belanda? maka jawabannya! Indonesia. Gue anak yang paling kecil, gue punya seorang abang. Nama nya Alexander William. Kita anak dari pengusaha tambang, dan property yang terbesar di Indonesia yaitu William Group."

"Hello, Perkenalkan nama gue, Tommy Dirgantara. Kedua orang tua gue asli berdarah paman sam, hanya saja kedua orang tua gue lebih memilih tinggal di Indonesia, ketimbang di negara sendiri, Menurut mereka, Indonesia dianggap menjadi serpihan surga yang jatuh ke bumi. Kedua orang tua gue juga pertama kali bertemu di tanah air ini, sehingga negara ini menjadi negara yang tidak terlupakan.

Gue CEO di Perusahaan terbesar selain perusahaan William Group. Mulai dari SMA, gue udah bantu orang tua gue, buat ngurus perusahaan jadi tidak diragukan lagi dengan kemampuan yang gue punya."

***

Kediaman Keluarga William

"Ara..... turun," teriak mama.

Yang di panggil-panggil masih di alam bawah sadar, sembari memeluk boneka kesayangan nya (Tingkerbell Besar) sambil berguman tidak jelas.

"Araaaaa," Teriak mama menggedor pintu kamar anak nya dengan kelembutan eh kekasaran.

Ara kaget langsung terbangun, dirinya duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawanya sembari mengucek mata "Yaelah, emak gue berisik dah," gumamnya

"Buruan Araa... sedari tadi abang udah menunggu adek," kesal mama.

"Iya ma, ini mau turun," menurunkan kaki nya kelantai berjalan menuju pintu.

"Oh my God, turun apaan? mandi aja belum," kaget mama menarik tangan Ara masuk ke kamar mandi.

Selesai mandi dan bersiap-siap, Ara menyusul semua orang di ruang makan.

"Sekali lagi dilamain ya dek! soalnya, abang selalu pengen jitak jidat kamu kalau udah buat kesal," sindir Alex.

"Apaan! doyan amat bang nyinyirin aku." Ara yang menggerutu menarik kursi duduk yang ada di sebelah Alex.

"Ampun deh, cuma punya anak dua tapi akur melulu, gak pernah ribut," sindir mama Ara menyendokkan nasi goreng ke piring suaminya.

"Et dah, mama gue bisa banget," ucap Ara dalam hati.

"Ya sudah, di habiskan sarapan nya, biar kalian bertiga minggat dari rumah," ujar mama Ara tanpa dosa.

"Berangkat maksud nya ma?" tanya papa memperbaiki perkataan sang istri.

"Iya pa," jawab mama cengengesan.

"Gak sayang anak ini namanya! belum juga apa-apa udah disuruh minggat." protes Ara yang tidak terima.

Mama Ara memutar bola mata malas memilih menikmati sarapan yang ada di depannya.

Usai sarapan pagi, keluarga william melakukan rutinitas seperti biasa.

Perempatan Jalan dekat kampus

menghentikan kendaraan nya ditempat biasa dirinya mengantarkan sang adik. "Adek turun disini aja ya! abang buru-buru ada rapat dadakan.

Adik tercinta nya mendengus kesal, membuka seat belt. "Santai aja bang, kan udah biasa nganterin nya sampe sini mulu," kesal Ara.

"Pintar bangat sih adek abang, pasti pacarnya panda ya!" sambil mengacak rambut Ara.

Merapikan rambutnya "Ish kebiasaan, yaudah deh bang, adek pamit ya!" pamit ara mencium punggung tangan Alex, jadi dari dulu Ara selalu diajarkan oleh kedua orang tua nya, selalu bersikap sopan sama orang yang ada diatas nya. Tetapi tidak berlaku untuk seseorang dimasa lalu nya.

Ketika menyebrang tiba-tiba ada sebuah kendaraan ultilitas sport (SUV) hampir menabrak Ara.

"Untung langsung direm," ungkapnya dalam hati, mengelus-elus dada yang hampir terbang ke wahana ancol.

Ketika melihat ke arah mobil Ara terkejut, ternyata mobil yang hampir menabrak dirinya seorang pria "Busett dah, ganteng bangat anak orang," gumamnya memperhatikan pria asing yang hampir menabraknya.

Pria itu berjalan ke arah orang yang hampir di tabrak nya. "Woy nyebrang pake dengkul, kalau gak bisa pake mata," hardik pria asing, sembari melepaskan kacamata hitam yang bertender dihidung mancung nya.

Ara terpana melihat ketampanan pria asing itu. "Hah?"

Kesal melihat orang yang ada di depannya, sedari tadi tidak berkedip karena memperhatikan dirinya. "Woy."

Sadar akan bentakkan pria asing. "Iya ganteng." keceplosan sembari menutup mulut, malu akan perkataanya yang terlalu polos.

Pria asing itu mengernyitkan keningnya. "Gadis aneh minta maaf," bentaknya.

Tidak terima mendengar suara bentakkan pria asing yang ada didepannya, Ara berkacak pinggang dengan muka menantang. "Enak aja. Lo yang hampir menabrak gue! kok gue yang minta maaf, siapa lo? lee min ho bukan eh malah suruh anak gadis orang lo," menatap tajam pria asing tersebut.

Menggeleng kepala. "Ck, kalau bukan karena terburu-buru, udah habis lo." berbalik badan menuju mobil meninggalkan Ara ditengah jalan.

Ara menghela nafas. "Untung ganteng, kalok enggak! udah gue laporin lo ke kak seto" gerutunya sembari berjalan menuju kampus.

Pekarangan Kampus

Memperhatikan wajah temannya yang tidak bersahabat. "Woy anak ayam. tuh muka kusut amat, kayak gak di setrika aja." menyenggol lengan sahabatnya.

Liz terkekeh mendengar ucapan nyeleneh temannya. "Berarti lo, teman nya ayam dong!" goda Liz.

Melihat ke arah sahabatnya. "Bete gue, pengen jitak kepala orang, lo mau gak! gue jitak sekali!" tanya Ara.

"Kalok sekali gue nolak. Tapi, dua kali gue terima," tutur Jel dengan wajah jahilnya.

"Boleh dong gue ikutan jitak kepala lo!" sambungLiz.

Menggeleng kepala, mengangkat salah satu jari telunjuknya digoyangkan ke kanan dan ke kiri. "Gak boleh, tawaran ini hanya berlaku untuk Ara seorang," tuturnya.

"Pilih kasih loe." Liz mengerucutkan bibirnya.

Jel tertawa melihat wajah lucu temannya. "Yang penting gue gak pilih cinta."

"Sudah, jangan berteman. Biar adil, gue aja yang jitak kepala lo berdua!" ucap Ara.

"Enak aja lo," protes mereka serempak.

Ara mengangkat salah satu alisnya. "Enak itu makanan."

Menoyor kepala Ara. "Di otak lo isi nya makanan doang, pantas lo gendut," goda Jel.

Liz mengangguk kepala menyetujui perkataan temannya. "Melebihi ibu hamil," sambung Liz.

Melambaikan tangan nya "Hello, body gue kayak artis-artis ya!"

"Apaan! gentong minyak iya!" kata Liz

"Hahahaha," tawa mereka serempak.

Yah begitu lah persahabatan kita, walaupun rada-rada gesrek tapi kita bahagia pakai bahasa bebas tanpa ada yang tersinggung. Karena didalam pertemanan itu menurut kita apa ada nya.

Melihat ponselnya membuka aplikasi whatsapp. "Temani gue bimbingan sebentar yuk! ada mau gue tanyakan sama doping (dosen pembimbing) gue."

Seperti biasa, mereka bertiga kalau mau bimbingan pasti minta di temani. Ya, walaupun orang yang menemani menunggu di luar ruang dosen. Ara dan Liz menunggu di kursi mahasiswa yang di sediakan di depan ruang dosen, hampir satu jam mereka menunggu hingga membuat Ara gelisah.

Ara juga sebenarnya mau bimbingan tetapi waktu nya di undur. Bebarapa kali Ara mengirim pesan kepada Jel, tetapi tidak ada balasan sama sekali. Ara menitipkan pesan kepada Liz, untuk memberitahu bahwa dirinya juga mau bimbingan.

Ara terburu-buru karena dosen nya berpesan supaya Ara secepatnya untuk bimbingan, karena hari ini dosen nya ada praktek, Ara berlari kecil sehingga tidak memperhatikan jalan dan ketika hampir mau sampai di ruang sang dosen! Ara menabrak seorang pria berkulit putih bersih dengan tinggi badan yang sempurna menurut para perempuan.

Belum melihat orang yang di tabrak nya. "Sorry, gue buru-buru," melangkah kan kakinya untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Hei, gadis ceroboh," ucapnya menarik lengan Ara.

"Rio.... sorry gue gak sengaja," ungkap Ara.

Lelaki yang di tabrak Ara ternyata sahabat nya Rio, pahlawan diantara mereka bertiga Ara, Jel dan Liz. mereka sudah menganggap Rio seperti abang sendiri, karena kebaikan nya terhadap mereka bertiga atau lebih tepat nya, orang yang selalu mengejar Ara. ketika sedang nongkrong atau berbelanja Rio selalu menemani mereka, walaupun Rio menyukai Ara, tetapi dia tidak pernah pilih kasih untuk memberi perhatian kepada ketiga perempuan itu.

"Kebiasaan lo ya! kalau terburu-buru suka bangat berlarian," omel Rio.

"Gue request, omelan nya nanti aja disambung ya! gue buru-buru mau bimbingan," ungkap Ara ingin pergi tetapi di tahan kembali oleh Rio.

"Jalan biasa aja gak perlu lari-lari, nanti kalau lo jatuh gimana?"

"Nanti aja lo omelin gue sepuasnya," ujar Ara melepaskan diri lalu berlari ke arah ruang dosennya.

Rio yang melihat Ara seperti bocah hanya bisa geleng kepala. "Ara, ara," gumamnya tersenyum.

Pertemuan

Area Kampus

Setelah semua urusan Ara dan teman-teman nya selesai, mereka berencana mau mampir ke cafe seperti biasa, sebelum pulang ke rumah masing-masing. Kalau kata teman kocak nya mah cuci mata lihat cowok ganteng.

Tidak sengaja mata Liz menangkap seseorang yang sangat dikenalnya di pekarangan kampus "Eh si kabayan," mengangkat jari telunjuknya menunjuk ke arah depan.

"Hah?" ucap Ara dan jel serempak mengernyitkan kening.

Yang ditunjuk sudah sampai dihadapan ketiga perempuan itu. "Halo Calon." tersenyum ke arah perempuan yang ada didepan nya.

Jel salah tingkah melihat senyuman Rio. "Eh calon, sendiri aja nih?" ucapnya dengan nada genit.

Menatap Jel dengan wajah bingung. "Jel sehat?"

Ara yang memperhatikan reaksi temannya tidak habis pikir akan kelakuannya. "Haha lo berdua cocok bangat dah, gak pengen gitu coba kontes pencarian bakat, kali aja lolos."

"Gak nyambung lo." ucap mereka serempak.

"Kompak amat."

Melihat perempuan yang ada didepan nya . "Mau pada kemana? gue ya Ra!" lirih Rio.

menunjuk diri sendiri. "Kita?" ucap kedua sahabat Ara.

"Lah, lo pada kan bawa bajaj masing-masing sih. Nyusul dari belakang gih." perintah Rio seperti tidak mau diganggu karena ingin berdua dengan Ara.

Jel Mengangkat jari telunjuknya. "Wah parah nih orang, minta di rendang in." tidak terima atas ketidakadilan temannya.

"Kita-kita mau makan, lo mau ikut gak? biar ada yang bayarin nona-nona makan," canda Ara.

"Untung calon," batin nya, ia mengangguk sembari menampilkan senyum terbaik.

"Wah gue deman nih yang gratisan, ayo," kata Jel menarik langsung tangan rio.

"Hahah." tawa mereka serempak, melihat jiwa kemiskinan Jel.

MEJA CAFE Y

Melihat buku menu yang ada di atas meja. "Mau pesan apa bidadari bidadari dari kayangan?"

Ketiga wanita itu sibuk memainkan ponsel masing-masing "Samain aja," ujar mereka serempak.

Menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Etdah perempuan, gue aja belum tau mau makan apa! gerutu Rio.

Jel meletakkan ponselnya, melihat rio "Adek aja yang pilih, Mau?" mengambil menu yang ada ditangan Rio.

"Kok gue mules mendadak ya?" ucap Ara dengan akting sakit perut tapi tangannya pegang kepala.

"Drama," kata mereka serempak.

"Hahaha." tawa mereka serempak, hingga tak sadar akan dua pria yang baru saja masuk cafe, menuju meja disamping mereka. Bersamaan itu pula, salah satu dari pria itu tidak sengaja menangkap sosok seseorang yang selama ini sedang dirindukan, ingin dijumpai, tetapi apa lah daya si pria tak punya nyali sebesar pohon kemiri.

*Flashback On*

Putih Abu-Abu

Singkat cerita, pria itu menyukai seorang gadis yang berwajah dingin, tetapi periang bila bersama teman-teman nya. Kala itu si pria pulang sekolah bersama teman-teman nya, dan mereka di tempat biasa mereka berkumpul, tempat yang sangat disukai siswa-siswa yang suka bolos, paling tepat nya yang malas didalam kelas yaitu KANTIN, ketika melihat sekeliling si pria tidak sengaja menangkap sosok seseorang yang disukai nya selama ini dan berfikir untuk menghampiri nya. "Kebetulan sendiri." batinnya.

Menghampiri meja yang di taksir, duduk di kursi yang ada didepan nya. "Sendiri aja?"

Yang di sapa malah Menampilkan muka datar hanya melirik sebentar.

Pria itu tersenyum canggung "Hm, oh iya, ada yang ingin aku bicarakan." ucapnya pelan-pelan meminta persetujuan orang yabg ada dihadapannya.

Gadis yang ditaksir nya tetap menampilkan muka datar.

"Setelah lama aku perhatikan dan dekat sama kamu, kayak nya aku ada rasa sama kamu. Ka......"

"Maaf, gak bisa permisi." gadis itu langsung memotong perkataan pria tersebut lalu pergi meninggalkan nya sendiri.

Mengusap wajah dengan kasar. "Belum juga selesai ngomong udah ditolak duluan aja," ucap pria.

Sedangkan teman-teman nya, yang memperhatikan kepergian si pria itu untuk menghampiri seorang gadis yang sedang duduk di meja depan sambil menyeruput minuman yang dipesan nya itu hanya bisa tertawa terbahak-bahak seperti tau kalau dia sedang di tolak.

*Flashback Off*

Bayangan itu selalu terngiang di otak salah satu pria yang baru saja masuk ke cafe menuju meja disamping, memperhatikan salah satu gadis yang sedang tertawa dan tidak menyadari kalau dia sedang di perhatikan oleh seseorang.

"Eh malah bengong," ucap Alex memukul pundak ryan.

"Eh," ujar Ryan setelah sadar dari lamunan nya.

"Lihat apaan?" tanya Alex.

Sedari tadi Alex gak fokus apa yang dilihat teman nya, karena dirinya lagi balas WhatsApp seseorang. Sambil mengikuti arah pandangan teman nya, Alex terkejut ternyata dimeja itu ada orang yang Alex kenal, alhasil dia berjalan kearah meja yang di perhatikan oleh ryan sejak tadi dan di ikuti Ryan dari belakang.

"Bocah," panggil Alex mengacak rambut nya.

"Ish," Ara dengan muka kesal melihat si pengacak rambutnya. "Abang," guman nya.

"Sedang apa?" tanya Alex.

"Makan bang, ya kali main petak umpet," Ara kesal dengan pertanyaan sang abang.

Sedangkan Ryan, hanya memandang sekilas wajah orang yang di sukai nya. Setelah mereka melihat siapa yang datang, Liz & Jel lagi berfikir keras seperti mengingat seseorang "Siapa?" pikir mereka.

"Hai bang Ryan." Ara menyapa sahabat abangnya itu dengan ramah kemudian mengajak mereka untuk bergabung.

Yang disapa malah senyum-senyum seperti bintang iklan.

"Hah?" Jel dengan raut wajah bingung "Ryan?" Tanya Jel dengan wajah bingung. "Bang Ryan Lautner senior kita dulu?" tanya nya lagi dengan raut wajah terkejut.

Yah, jel dan Ryan adalah teman adu mulut terus kalou sudah ketemu. Karena mereka bertiga adalah adik kelas Ryan dulu waktu SMA.

"Haha, udah kaget nya nanti aja, setelah makan biar ada tenaga," goda Ryan dengan geli melihat ekspresi teman gado nya dulu pas SMA. "Gak berubah." batin nya, ketika melihat Liz selalu menampilkan muka datar, setelah menyapa mereka semua dan berkenalan dengan Rio.

Mereka semua, memilih dan menunggu makanan yang dipesan, setelah pesanan mereka datang alhasil mereka menyantap nya dengan candaan ringan dan saling mengejek satu sama lain karena jarang-jarang berkumpul seperti sekarang ini. Setelah semua nya selesai menyantap makanan masing-masing, Alex pun mengerjai adek nya.

Meliha ke arah adik nya. "Oh iya dek, ada yang titip salam sama adek."

Memutar bola mata kesal. "Gak usah rese deh."

Mereka tertawa karena sudah tau apa yang dimaksud abang beradik itu, mereka dulu satu SMA selain Rio dan Alex. Alex memang sering sekali menjahili Ara dengan kata kirim salam. Ara tidak mengetahui jika orang yang dimaksud kirim salam tersebut adalah sahabat abang nya, sedangkan Alex mengetahui jika sahabat nya itu menyukai adik nya dalam diam.

Semenjak mengetahui masa lalu Ara dengan seorang pria, Alex mencari tahu pria tersebut yang ternyata sudah menjadi sahabat nya.

"Kenapa?" tanya Rio menampilkan wajah bingung, karena tidak tau apa yang mereka tertawakan.

"Gak ada, mending lo pesan makan lagi gih! biar makin besar kayak mereka." ujar Ara nyengir tangannya menunjuk anak kecil yang disamping meja mereka sedang makan disuapi orang tua nya.

"Asem," kata dua kurcaci serempak. Ya, siapa lagi kalau bukan Liz dan Jel karena cuma mereka yang paling mengerti keusilan Ara.

"Heheh," ujar Ara menampilkan cengiran tanpa dosa.

"Abang mau balik, mau bareng gak?" ujar Alex langsung menarik Ara tanpa meminta persetujuan sang adik duluan. "Duluan ya semua, " pamit Alex.

Yang ditarik malah ikut saja karena malas berdebat pikirnya. mereka semua mengetahui tentang Ryan dan Liz waktu SMA, Alex menjahili Ryan dengan cara pamit pulang.

"Kita juga duluan ya!" sambung Jel menarik tangan rio, mengetahui maksud dari Rio, dirinya juga ikutan pulang.

"Eh," Rio menatap heran melihat teman-temannya langsung pamit seperti sengaja meninggalkan mereka berdua.

Tinggal mereka berdua yang belum beranjak dari tempat duduk, masih betah dengan keheningan masing-masing.

"Pelit amat yang punya cafe pake acara matikan AC segala, kan panas," gerutu Ryan dalam hati, padahal AC cafe hidup tapi karena ryan grogi alhasil dia kepanasan gak jelas.

"Gue duluan kak," pamit Liz dingin, takdir apaan ini pikirnya sembari beranjak pergi.

"i......ya. jawabnya gugup. "Belum juga di tawarin tumpangan udah pamit duluan," gumamnya menatap ke arah pintu keluar.

Mengambil hp, untuk menelpon seseorang.

📞"Bro gue gak jadi datang ya! ada urusan mendadak." Ryan beralasan karena bad mood ketika dipertemukan kembali dengan wanita yang pernah disukainya dulu.

📞"Gak jelas lo."

📞 "Astaga, gak usah merag gitu dong, gue gak bisa ngebujuk orang yang lagi PMS."

📞"Lo pikir gue laki apaan."

📞"Hahaha, udah ah bahagia mulu lo, kapan sih lo marah sama gue."

📞"Gak nyambung lo."

Melihat ponselnya, menggelengkan kepala. "Kebiasaan, Tom, Tom," Kesal Ryan karena belum selesai berbicara tapi orang yang di seberang sana sudah mematikan telfon nya sepihak.

Ya, yang di telfon barusan itu Tommy Dirgantara sahabat sekaligus bos nya di perusahaan dia bekerja menggali sebongkah berlian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!