Seorang laki-laki baru saja pulang dari kantor dengan wajah kusut dan lesu akibat banyaknya masalah di perusahaannya yang cukup terkenal di kota Jakarta.
Aslan Vernando adalah seorang CEO di perusahaan CIV Group yang merupakan warisan dari keluarganya sendiri. Lelaki itu sudah beristri yang dipilihkan oleh kedua orangtuanya.
Aslan melepaskan jas dan dasi nya dan membuangnya ke sopa lalu dia menjatuhkan diri bersandar di sofa untuk menghilangkan penatnya sejenak. Dia melihat seorang wanita cantik berjalan ke arahnya dengan senyuman manis membuatnya ikut tersenyum, wanita itu sengaja menyambut kepulangannya dan inilah yang membuat Aslan ingin cepat-cepat segera pulang kerumah. Setidaknya ada seseorang yang mampu membuat rasa lesunya hilang walaupun bukan istrinya.
" Aku merindukanmu, Mira." Terdengar suara serak, lelaki itu memeluk Mira erat menumpahkan segala rasa lelahnya setelah seharian bekerja.
" Tuan, jangan disini." Gadis itu celingak-celinguk ketakutan bila ada yang melihat. Aslan begitu saja memeluk dirinya tanpa melihat orang sekitar.
Almira Ajeng Kartika adalah pembantu di rumah Aslan yang sudah cukup lama bekerja. Keduanya saling berpelukan melepas rindu. Kedua memiliki hubungan tak bisa layaknya majikan dan pembantu.
" Aku menginginkan mu, Mira." Suara hangat itu memelas bak anak kecil yang sedang meminta jajan pada orangtuanya. Dengan ekspresi imut membuat Mira tak kuasa untuk menolak.
Dengan senyum nakal Aslan langsung menggendong tubuh mungil Mira menaiki tangga menuju sebuah kamar kosong. Bukan kamar utama karena tidak mungkin bagi Aslan melakukan perbuatan tak senonoh itu di dalam kamar tersebut yang merupakan tempat privasi dirinya dan sang istri.
Dengan tak sabaran Aslan langsung membuka baju Mira, dan langsung menghujam nya dengan penuh gairah.
" Kau selalu membuatku menggila Mira," Kicaunya setelah senjata berharga miliknya yang sudah sedari tadi berdiri tegak itu memasuki ruangan yang gelap dan sempit tersebut.
" Pelan-pelan, Tuan." Mira hanya memejamkan kedua matanya menikmati hentakan yang diberikan oleh Aslan.
" Panggil namaku, Mira." Perintahnya dengan nada serak dan nafas memburu.
" Aslan …" Dengan nada yang lembut serta erangan keluar dari mulut mungil Mira membuat Aslan semakin menggila, ia kembali menghentak pinggulnya dengan kecepatan sehingga Mira kembali memanggil namanya.
" As … lan."
" Lagi Mira, sebut namaku …"
Nafas saling bersahutan, tangan dan bibir Aslan tak hanya diam saja. Dengan lincah lelaki itu membuat tubuh Mira meregang menikmati surganya dunia ala-ala Aslan. Tempat tidur terus bergetar, ditambah lagi dengan suara-suara indah dari keduanya memenuhi ruangan. Untuknya kamar tersebut kedap suara sehingga tak dapat didengar dari luar kamar seolah sudah terencana ketika membangun rumah tersebut.
Tak ada ikatan spesial dari keduanya, hanya sekedar majikan dan pembantu yang saling membutuhkan saja. Keduanya selalu melakukan hubungan intim disaat istri Aslan tidak ada di rumah.
Mudah saja bagi Aslan untuk mendapatkan wanita panggilan diluar sana mengingat kekayaan yang ia miliki. Hanya saja ia merasa jijik karena merasa wanita-wanita di luaran sana tak cukup hanya dengan satu laki-laki saja. Sebab itulah mengapa ia memilih Mira yang merupakan hanya pembantu di rumahnya. Ditambah lagi dengan tubuh mungil dan paras nan cantik membuat hasrat gairahnya menggila hanya dengan memandangnya saja.
Aslan juga tak hanya memakai tubuh Mira cuma-cuma, karena ia memberikan imbalan berupa uang untuk membiayai rumah sakit dimana ibu Mira tengah dirawat disana.
Mira sendiri tak punya pilihan lain, ia membutuhkan uang, majikan nya membutuhkan tubuhnya.
" Kau luar biasa Mira, selalu saja membuatku semakin menggila. Aku puas dengan pelayananmu."
Setelah puas bermain, Aslan bangkit dari tubuh Mira yang masih tumbang tak bisa bergerak sama sekali akibat permainkan panas Aslan berikan. Gadis itu hanya tersenyum saja menatap tubuh Aslan yang kekar di penuhi keringat.
Wanita mana yang tak goyah melihat sosok berwajah tampan, memiliki tubuh yang indah tersebut. Mungkin jika ia menjadi istrinya, akan menjadi wanita paling bahagia dimuka bumi ini.
Namun, hanya satu wanita saja yang beruntung, yaitu Monica istrinya Aslan sendiri.
" Ini uang ambilah," ujarnya seraya meletakkan beberapa lembar uang kertas di meja.
Bak diiris hati Mira, perih namun tak berdarah mengetahui fakta jika dirinya hanyalah wanita bayaran saja. Ia melupakan fakta tersebut akibat perasaan aneh yang ia rasakan saat berada di bawah tubuh kekar yang penuh kehangatan dan kelembutan itu. Aslan hanya menginginkan tubuhnya, bukan hatinya. Mira nyaris saja salah paham dengan semua perlakuan lembut Aslan saat di atas ranjang.
" Terima kasih, Tuan," jawabnya lirih.
" Berhentilah bermimpi Mira!" tegasnya dalam hati mengingatkan diri sendiri.
Aslan sudah berpakaian kembali, ia tak menoleh kebelakang saat pergi meninggalkan Mira di tempat tidur setelah puas bercinta. Itulah Aslan, yang kembali bersikap dingin setelah gairahnya terpenuhi.
" Aslan! Kamu ngapain disana?"
Suara sinis itu terdengar begitu nyaring membuat Aslan buru-buru menutup pintu kamar tersebut.
" Apa pentingnya bagimu?" jawab Aslan dingin.
"Memang gak penting, tapi aku nanya. Ngapain kamu di kamar kosong ini?"
Wanita itu sungguh penasaran, ia adalah Monica istri Aslan. Keduanya sudah menikah satu tahun lamanya, tapi bukan atas dasar cinta melainkan dijodohkan oleh kedua orang tua mereka masing-masing. Sebab itulah mengapa rumah tangga Aslan dan Monica tak harmonis seperti pasangan suami istri pada umumnya. Akan tetapi, bila di media kedua justru di cap sebagai pasangan teromantis dan mendapatkan penghargaan.
Aslan menaikan sebelah alisnya menatap tak percaya sang istri sesaat. Kemudian lelaki itu berlalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan pertanyaan Monica.
Monica menganga, ia berdecak tak suka telah diabaikan. Tetapi ia tak heran, manusia arogan, cuek dan dingin itu memang seperti itu, bukan Aslan namanya jika menjawab setiap diberikan pertanyaan olehnya.
" Dasar laki-laki arogan, berani-beraninya dia." Monica sungguh penasaran, tetapi ia males ingin mencari tahu sendiri. Toh memang gak penting juga buatnya.
Monica pun pergi dari depan kamar kosong tersebut, jika seandainya wanita itu membuka pintu pasti sudah perang dunia ke 3 melihat sosok wanita tengah terbaring di tempat tidur tanpa sehelai benang akibat kelelahan. Ya, mungkin kali ini nasib Mira masih baik.
" Awas jangan halangi jalanku," sinis Monica saat hendak melewati kamar mandi.
Aslan pun acuh tak acuh. Ia lebih baik mengalah dan menunggu Monica keluar dari kamar mandi baru ia mandi. Daripada berdebat membuatnya semakin kesal.
Monica bukannya tak cantik. Justru ia dijuluki wanita tercantik di antara seleb lainnya. Dengan wajah putih bersih nan mulus, hidung mancung bulu mata lentik alis tebal bahkan ada lesung pipi di sebelah kiri tentu sangat terlihat cantik. Ditambah lagi dengan bentuk tubuh bak gitar spanyol. Monica adalah seorang selebritis sekaligus model di dunia Entertainment usianya baru 27 tahun tetapi karirnya sudah dibilang cukup bagus dan Monica tentu sangat mempertahankan karirnya tersebut.
Jika dibandingkan dengan Almira tentu jauh kemana-mana, bak bumi dan langit. Akan tetapi, Aslan justru malah ingin bercinta dengan seorang gadis kampung biasa yang merupakan seorang pembantu dari pada istrinya yang sudah lebih dari sempurna. Terkadang Mira bertanya -tanya dalam hatinya, terbuat dari apa hati lelaki ini sehingga buta penglihatan.
Pintu kamar mandi terbuka, Monica keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya saja. Bahkan handuk itu begitu pendek hingga paha putih mulus itu begitu nampak, di tambah lagi dengan rambut terurai basah membuatnya nampak terlihat sangat seksi dan menggoda.
Apa Aslan yang melihatnya hanya terdiam, lelaki yang tengah duduk di sofa dengan kaki menyilang memperhatikan lekuk tubuh istrinya lekat.
Merasa diperhatikan, Monica tersenyum miring. Ia pun sengaja membuka handuknya sedikit hingga setengah melorot dan nyaris terlihat dua buah gunung kembar yang kencang dan besar tersebut.
" Ups, melorot," ujarnya sengaja. Monica bukannya buru-buru mengambil pakaian di lemari ia justru menghampiri Aslan yang masih di posisi yang sama.
Dengan senyum nakal menggoda Monica duduk di atas pangkuan Aslan.
Wanita itu tanpa malu membuka kancing baju kemeja Aslan, dengan tatapan menggoda, Monica mengelus dada Aslan yang bidang itu penuh kelembutan hingga Aslan tak kuasa menahan erangan yang nampak terdengar seksi tersebut.
" Kau menikmatinya, sayang?" Ujar Monica tersenyum licik.
Monica semakin senang memainkan tangannya yang mengelus- elus dada tersebut melihat ekspresi wajah Aslan saat ini. Ia pun semakin berani menjilati sisi leher Aslan bahkan di gigitnya hingga menimbulkan merah kebiruan yang ia tandai.
" Punyamu sudah berdiri sayang? Apa kau tidak ingin mengasahnya?" Goda Monica berbisik, sesekali ia tiup daun telinga Aslan supaya semakin terangsang.
" Kau sendiri yang memintanya, Monica!"
Aslan adalah seorang laki-laki yang normal, bak kucing di beri ikan oleh majikannya. Tentu saja langsung disantapnya tanpa ampun. Begitu juga dengan Aslan, walaupun tak ada niat ingin bercinta dengan istrinya, tetapi makanan lezat tersebut mana mungkin ia lewatkan begitu saja.
Malam semakin larut, Mira tak dapat memejamkan kedua matanya. Padahal rasa kantuk sudah sangat rasa resah gelisah terus terasa di hatinya.
“ Kenapa ya perasaan ku gak enak banget?” ucap Mira sambal mengelus dadanya.
Wanita itu bangkit dari tidurnya lalu duduk menyandarkan tubuh di sisi Kasur. Ia menghela nafasnya untuk kesekian kali, tak biasa nya
ia seperti ini. Perasaan gelisah yang ia rasankan sekarang ini? Mira bertanya-tanya.
Karena rasa gelisah nya tak kunjung hilang, Mira pun bangkit dari tempat tidur. Ia berjalan menuju arah meja riasnya. Sesampainya di sana, Mira melihat ke arah cermin dan menatap dirinya dari pantulan cermin tersebut.
“ Menyedikan!” gumam Mira pada dirinya sendiri.
Bagaimana tidak menyedihkan, menjadi pemuas nafsu sang majikan apa itu tidak menyedihkan? Ditambah lagi lelaki tersebut sudah memiliki istri, dan lebih naasnya lagi tanpa memiliki hubungan apapun selain majikan dan pembantu, jadi ia bisa
apa selain berkata “ Menyedihkan”
Terkadang terlintas serakah dalam pikiran Mira jika ia
ingin memiliki Aslan seutuhnya. Namun, ia terus untuk melawan pikiran serakah
itu karena mustahil bagi dirinya untuk bisa memiliki Aslan seutuhnya. Ditambah lagi perbedaan dirinya yang bagaikan langit dan bumi dengan istrinya Asalan yang memiliki segalanya, sedangkan dirinya …
“ Dasar bodoh!” umpat Mira geleng-geleng sambal memukul kepalanya pelan.
Tenggorokannya tersa kering, Mira keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil air minum. Rumah Aslan tidak terlalu banyak memiliki ART
hanya ada 3 orang pembantu termasuk dirinya saja. Jadi rumah sebesar bak istana itu terasa sepi. Sebab itu mengapa Mira bisa memiliki kamarnya sendiri
di rumah tersebut.
Sementara itu …
Aslan mengusap wajahnya kasar. Ia menoleh arah samping dimana istrinya sudah tertidur dengan nyenyak akibat percintaan panas yang sudah
mereka lakukan sejak dua jam yang lalu. Aslan akui jika istri tersebut memang sangat jago dan pandai membuat dirinya menggila. Berbeda sekali jika di
bandingkan dengan Mira yang kaku tanpa pengalaman apapun tentang masalah ranjang.
“ Oh, ****!” umpat Aslan mengingat nama Mira.
Akan tetapi … ia tak perlu merasa bersalah, toh Mira baginya bukanlah siapa-siapa melainkan saling membutuhkan saja.
“ Aslan, kamu mau kemana?” Monica terbangun saat Aslan beranjak dari tempat tidur. Bahkan matanya saja hanya setengah terbuka.
“ Minum,” sahut Aslan kembali datar. Lelaki itu memakai celana pendeknya.
“ Oh, kalau begitu tolong ambilkan aku sekalian minum juga ya.” Perintah Monica seenaknya. Ya, begitulah wanita itu, selalu memerintah
seenaknya tanpa memandang siapa pun. Maka sebab itulah mengapa Aslan tak menyukai dirinya.
Aslan menghela nafasnya kasar, sebenarnya ia sangat tidak suka di perinta layaknya seorang babu. Karena hari sudah larut, ditambah lagi bandan sudah sangat Lelah akibat Monica meminta ronde kedua padanya hingga ia tak
memiliki tenaga lagi. Monica sudah sangat berpengalaman sekali saat bermain tadi, tentu saja karena wanita itu sudah melakukan beberapa kali dengan laki-laki lain entah sudah keberapa kalinya Aslan tak tahu.
Di dapur Mira masih dengan minumannya, ia menoleh arah tangga mendengar bunyi langkah kaki yang berjalan cepat. Jantungnya berdegup
kencang karena sudah tahu siapa pemilik kaki tersebut.
“ Tuan,” kata Mira senang, senyum terukir di bibirnya.
“ Oh Mira!” jawab Aslan.
“ Tuan mau minum?” tanya Mira, Aslan mengangguk saja.
Dengan senang hati Mira mengambil gelas lau menuangkan air putih ke gelas tersebut kemudian ia memberikan gelas yang sudah terisi tersebut
pada Aslan.
Tanpa kata terima kasih Aslan meraih dan meminumnya, Mira sudah terbiasa sehingga tak kaget lagi karena begitulah majikan nya tersebut.
Saat mengamati secara diam-diam saat Aslan minum. Mira melihat ada
tanda merah di leher Aslan, ia yakin jika ruam merah tersebut bukanlah di gigit nyamuk.
“ Merah kenapa ya itu?” piker Mira mengerutkan keningnya.
“ Kenapa?” tanya Aslan melihat ekspresi Mira saat ia memberikan gelas yang sudah kosong.
“ Em, itu kenapa di leher Tuan merah?” tanya Mira memberanikan diri karena penasaran.
Aslan memegang lehernya, toh ia tidak sadar jika ada raum merah di lehernya.
“ Oh Ini, em mungkin Monica tadi yang melakukannya saat kami bercinta.” Jawab Aslan jujur, toh untuk apa juga ia berbohong.
Mendengar pernyataan Aslan, tentu saja membuat hatinya hancur bak berkeping-keping. Kini terjawab sudah mengapa dirinya merasakan
gelisah sejak tadi. Ingin marah, ingin sekali ia berteriak dan menampar lelaki di hadapan tersebut yang sama sekali tak memiliki perasaan. Tapi apa hak dirinya, atas dasar apa ia harus marah. Toh nyatanya mereka jauh lebih berhak melakukan
apapun bahkan berhubungan intim sekalipun.
“ A-aku ke kamar dulu,” ucap Mira menahan tangisnya,
Aslan acuh saja lelaki itu pun mengambilkan air minum pesanan Monca tadi dan pergi
begitu saja. Saat Mira hendak membuka pintu kamar dia menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang di mana Aslan sudah menaiki tangga menuju kamarnya. Air matanya mengalir tanpa permisi, begitu sakit rasanya tapi tak berdarah.
Akan tetapi Mira segera menghapus air matanya itu, dia bukan lh siapa-siapa, jika dibandingkan dengan Monica justru wanita itu lah yang lebih terluka hatinya karena suaminya selama ini selalu bercinta dengan wanita lain. Mira merebahkan tubuhnya di tempat tidur, entah mengapa air matanya tak mu berhenti keluar dari kelopaknya, dia sudah lelah untuk menghapus sehingga rasa kantuk itu datang dan tanpa sadar Mira tertidur dengan jejak air mata masih membekas di pipi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!