NovelToon NovelToon

Sekertaris Cantik

Prolog.

Derap langkah seorang wanita berkaki jenjang menuju salah satu mol terbesar di kota itu, terlihat sangat terburu-buru seolah sedang di kejar oleh preman gang.

Berpenampilan menarik dan memiliki wajah yang begitu cantik di atas rata-rata wanita pada umumnya membuat Inka Pioni selalu di musuhi seniornya. Membuat dirinya harus pindah mencari pekerjaan yang baru, karena kecantikannya membuatnya sangat mudah mendapat pekerjaan namum mudah pula untuk keluar alias di pecat.

Perusahan Adewe Group selalu mencari seorang sekretaris pribadi untuk tuan muda yang bernama Narendra Prawira seorang CEO dari perusahaan tersebut. Dirinya selalu di temani dengan asisten nya yang bernama Robiansyah.

Setiap bulannya asisten Robi selalu membuka lowongan untuk menjadi sekretaris pribadi tuan muda, karena sikapnya yang sangat kejam dan kasar membuat semua sekretaris yang pernah bekerja dengannya memilih untuk mengundurkan dirinya secara tiba-tiba. Hal itu bukan menjadi rahasia lagi, walaupun CEO dari Perusahaan Adewe itu sangat kejam.

Tetap saja, banyak yang melamar untuk menjadi sekretaris pribadinya, melihat wajah nya sangat tampan seperti seorang pangeran yang turun dari surga, dengan penampilan yang sangat mempesona membuat semua wanita single melamar di perusahaan itu.

Inka memasuki sebuah mol besar dengan terburu-buru, kepala meneger yang melihatnya terlambat langsung mendekati Inka.

"Terlambat lagi!" ucap Vera.

Inka hanya tersenyum pepsodent.

"Maafkan saya bu, jalanan macet jadi saya harus berlari sepanjang jalan," kata Inka.

"Kali ini masih saya maafkan, cepat masuk," kata Vera.

Rombongan senior yang melihat Inka terlambat lagi langsung melengos dan merasa sangat kesal karena kebaikan bu Vera yang terus-terusan memberinya kesempatan untuk masuk.

"Nasibnya sangat bagus, apa dia menggunakan pelet?" ucap salah satu SPG.

"Entah lah, aku jadi iri padanya," sambungnya.

Inka sedang membereskan beberapa sepatu model terbaru yang akan di pajang. Dian yang melihat kesibukan Inka berusaha mencari kesalahannya agar Inka segera pergi dari tempat itu.

Sebagai SPG di bagian sepatu dengan brand lokal, dengan pelayanan yang sangat ramah mampu menarik perhatian setiap pengunjung yang datang. Hampir setiap pengunjung membeli sepasang sepatu yang di jaga oleh Inka.

"Terima kasih tuan, lancar terus rejekinya," ucap Inka.

Pengunjung itu memberi tips untuk Inka, dengan senang hati Inka langsung menerimanya.

Melihat ada yang mengunjuki tokonya Inka pun langsung menyambut dengan hangat.

"Selamat datang Tuan dan Nyonya, bisa saya bantu," kata Inka dengan senyuman nya yang begitu manis.

"Bisa carikan saya model sepatu yang cocok untuk istri saya?" tanya Pengunjung.

"Kami baru saja kedatangan barang baru Tuan, apa anda ingin melihat nya. Aku rasa ini sangat cocok untuk istri tercinta, apa ini untuk kado ulang tahunnya Tuan," sahur Inka.

"Kau memang hebat, aku mencari kado untuk nya. Cepat carikan yang terbaik," kata pengunjung.

Dengan senang hati Inka menunjukan sepatu yang begitu indah, membuat pengunjungnya sangat puas dengan pelayanan yang di berikan Inka.

Seharian full Inka melayani semua pengunjung, sampai membuatnya sangat kelelahan, barang yang di pajang hari ini hampir habis, hanya tersisa beberapa. Membuatnya langsung menyelonjorkan kakinya.

"Astaga aku lelah sekali," gerutu Inka meneguk air mineral.

Dengan curang Dian mengambil barang berharga milik Bu Vera dan memindahkan ke tasnya Inka.

Inka yang masih berjaga di dalam tokonya, dengan posisi duduk menselonjorkan kakinya sambil meminjat-mijat kakinya karena sangat pegal seharian Ia berjalan, berdiri karena melayani banyak pelanggan.

Dari kejauhan Vera berjalan dengan penuh amarah mendekati toko tempat Inka berjaga, Inka yang melihat kepala menagernya menghampiri dirinya, langsung berdiri dan merapihkan bajunya.

"Ikut keruangan saya," ajak Vera.

"Saya bu, memangnya ada apa?" tanya Inka.

Tidak mendapat jawaban dari Vera, Ia pun langsung berjalan menuju ruangan Vera, dengan rasa bingung Inka terus berjalan sampai di depan ruangan Vera.

"Permisi, saya Inka bu," ucap Inka.

"Masuk lah," kata Vera.

"Berapa kali kau melakukan kesalahan? Kau sering telat, kau pernah menyatuhkan barang mahal, kau selalu membuat onar di dalm toko. Dan saat ini kau telah mangambil barang milik ku, ini sudah kelewatan Inka! Apa kau menyadari kesalahan mu?" jelas Vera.

Inka yang mendengar semua itu terdiam sejenak.

"Maafk bu, poin yang terakhir ku dengar aku mengambil barang milik mu? Memangnya apa itu?" tanya Inka.

"Jangan terlalu polos, kau ini membuat ku sudah tidak bisa mempertahankan mu, kau hari ini juga di pecat. Dan ini pesangon untuk mu," kata Vera.

"Apa-apaan ini? Aku pasti di jebak sama Dian, sialan. Beraninya dia mngadu domba ku dengan Bu Vera, liat saja akan aku balas kau ya!" gumam inka di dalam hati.

Dengan berat hati, Inka menerima pesangon itu tanpa membela diri dan tanpa meminta maaf kepada Vera, Inka mengira dia tak perlu meminta maaf karena dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. Inka pun langsung pergi meninggalkan ruangan Vera.

"Beraninya dia tidak meminta maaf kepada ku, astaga anak yang sangat bandel. Beraninya dia pergi begitu saja tanpa rasa bersalah, ku rasa keputusan ku sangat tepat kali ini," gerutu Vera.

Keluar dari ruangan Vera, Inka pun langsung berjalan menuju ruang ganti untuk mengambil barangnya dan mengganti pakaiannya, saat kaki nya membuka loker miliknya. Terdengar suara Dian yang tertawa bahagia.

Inka terus menguntit semua yang di bicarakan Dian, merasa emosinya hampir meledak. Inka langsung mengganti pakaiannya dan menghampiri Dian.

"Jadi kau pelakunya," ucap Inka membuat Dian terkejut denganya.

"Jadi kau sudah mengetahuinya," kata Dian.

"Perempuan yang licik, katakan saja jika kau iri dengan ku! Cara mu itu sangat norak! Ups ... aku tidak mau mengotori tangan ku," kata Inka.

Inka menyiram Dian dengan minuman yang di bawanya, minuman itu melekat di rambut Dian membuatnya terkejut buka main, tak menyangka jika Inka menyiramnya dengan minuman boba.

"Apa yang kau lakukan, apa ini!?" tanya Dian.

"Rasakan saja sendiri, ini minuman yang sedang viral. Aku pikir kulit kepalamu kehausan, jadi aku siram dengan minuman ini agar terasa dingi," jelas Inka.

Inka langsung merapihkan rambutnya dan pergi meninggalkan Dian yang masih terpaku dengan semua yang di lakukan oleh Inka, kata kasar terlontar dari mulut Dian membuat Inka hanya melambaikan tangannya.

....

Saat Inka keluar dari ruangan Vera, Ia melihat Dian dan rombongan tengah menguntit dirinya dan masuk ke ruang ganti karyawan. Dengan senyum licik Inka sudah merencanakan sesuatu untuk membalas dendamnya kepada Dian yang membuatnya di pecat oleh Vera. Inka membeli minuman boba dan kembali berjalan menuju ruang ganti.

Inka terkenal wanita yang pemberani dan pandai dalam berkelahi, membuatnya tidak pernah takut dengan siapapun. Bahkan preman yang sering memalak orang yang lewat, malah menjadi teman baiknya.

MOHON TINGGALKAN JEJAK

BERSAMBUNG....

Mencari pekerjaan.

Setelah menerima telpon dari seseorang, Inka langsung pergi menuju salah satu cafe yang menyediakan makanan ala Korea yang menjadi trand .

Inka mendekat ke salah satu kursi nomor 108. Terlihat wanita cantik dengan rambut terurai sedang menunggu Inka.

"Maafkan telat," ucap Inka langsung duduk di kursi itu.

"Aku dengar kau di pecat lagi? Apa itu benar?" tanya Nina.

"Entah lah, aku rasa ini kutukan yang melekat di dalam diri ku," jawab Inka.

"Aku hampir putus asa mencarikan mu lowongan pekerjaan tetapi hasilnya kau selalu di pecat, apa ini benar-benar kutukan?" sahut Nina.

"Aku rasa kita perlu ke dukun untuk menanyakan siapa sebenarnya yang menjaga tubuh ku ini," celetuk Inka membuat Nina langsung memukulnya dengan keras.

"Jaga bicara mu, jaman sekarang jangan percaya yang begituan, mungkin kau kurang beruntung saja," kata Nina.

"Coba kau pikir, berapa kali aku di pecat!, berapa kali juga aku di terima di tempat kerja yang baru. Dan hasilnya sama saja, apa kau tahu! Aku hampir akan membunuh wanita itu, sialan!" marah nya Inka membuat Nina malah tertawa.

Inka yang melihat Nina malah tertawa merasa terheran-heran.

"Kenapa kau ketawa?" tanya Inka.

"Kau sangat lucu," jawab Nina mencubit pipi Inka.

Makanan yang mereka pesan pun sudah datang dan siap untuk di santap, mereka pun menyantap makanan itu sambil bercerita sesuatu yang mengundang tawa.

Selesai menyantap makanan di cafe itu, Inka dan Nina pergi mengelilingi pusat kota sebari mencari lowongan pekerjaan untum dirinya, di sepanjang perjalanan Ia terus melihat setiap toko yang menjual beragam pakaian membuatnya ingin sekali masuk ke dalam nya.

"Nina, kau liat toko baju itu. Aku ingin masuk ke dalam nya," ucap Inka menarik tangan Nina.

"Di situ sangat ... "kata Nina belom sempat melanjutkan ucapannya sudah di tarik masuk ke dalam oleh Inka.

"Permisi Mba, apa di sini membutuhkan karyawati?" tanya Inka.

"Benar Nona, apa anda ingin mendaftarkan diri?" jawab karyawati.

Inka menganggukan kepalanya.

"Besok datang kemari pukul 08:00 pagi untuk bertemu dengan manager kami," ucap karyawati.

"Baiklah, terima kasih Mba," sahut Inka berlalu pergi meninggalkan toko.

"Astaga, aku pikir kau akan membeli pakaian di situ," kata Nina.

"Lihat lah, poster yang dia pasang di jendela kaca itu, mereka sedang mencari karyawati," ucap Inka.

"Mata mu memang setajam elang, aku bahkan tidak melihat apapun," sahut Nina.

"Karena kau hanya melihat pria tampan dan berbadan kekar, itu saja yang ada di otak mu," ucap Inka melangkah mendahulu Nina.

Nina langsung berlari mengikuti langkah Inka.

"Inka! Pelankan langkah kaki mu, aku sangat kualahan," gerutu Nina.

Langkah Inka pun terhenti saat melihat iklan seorang model kelas dunia sedang mempromosikan pakaian dengan merk international. Inka memandangi iklan yang terpampang di pinggiran kota dengan layar yang begitu lebar, membuat nya membayangkan jika dia berada di posisi model itu.

Inka membayangkan sedang melakukan pemotretan dengan riasan yang sangat elegan telihat bibir seksinya di poles lipstik berwarna merah, semakin cantik dan menawan dirinya berpose dengan tas cantik yang menjadi incaran semua wanita kalangan atas.

Saat dirinya berjalan mendekati kamera itu, tiba-tiba gaunnya terinjak hells nya sendiri membuatnya terjatuh ke lantai sehingga menabrak gelas yang berisi air, air minum itu mengguyur wajahnya yang cantik, lamunan itu pun tersaat saat turun hujan di tempat itu.

Membuat Inka panik dan berlari mencari tempat untuk berteduh. Mereka pun berteduh di salah satu kedai terdekat dari tempat itu.

"Kau ini sedang melamunkan apa? Dari tadi ku panggil tidak ada jawaban apapun," tanya Nina.

Melihat Nina dan menatap layar TV yang sedang mempromosikan barang-barang brand internation, Inka pun langsung menghembuskan napasnya dengan kasar.

"Nyatanya aku hanya bermimpi menjadi model terkenal," gumam Inka.

Ujan pun mulai reda, mereka langsung berjalan dan memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing. Inka yang tidak mau di antar Nina memilih untuk naik bis dan saat ini sedang menunggu di halte.

Sepanjang perjalanan Inka terus membayangkan menjadi model yang sangat terkenal, " bagaimana aku bisa menjadi model yang terkenal, setiap melamar pekerjaan selalu saja di pecat. Ntah kenapa dengan diri ku ini?" gumam Inka di dalam hati.

Di dalam perusahaan Adewe Group. Terlihat seorang pria tampan baru saja keluar dari ruang rapat dan berjalan dengan penuh pesona menuju ruangannya di ikuti dengan asistennya.

"Bagaimana dengan pemilihan sekretaris untuk ku? Apa kau sudah mendapat kandidat sesuai persyaratan?" tanya nya sambil berjalan ke ruanganya.

"Ada 5 wanita cantik dan seksi yang menjadi kandidat minggu ini tuan, file nya akan saya kirimkan kepada anda," jawab Robi.

Naren menganggukan kepalanya, dan masuk ke dalam ruangannya. Segera Ia memeriksa semua wanita yang menjadi kandidat minggu ini, Naren memilih wanita urutan nomer 3 dengan biodata yang cukup menarik menurutnya.

"Aku pilih wanita yang bernama Linda, melihat dari biodatanya cukup menarik. Katakan padanya besok temui saya pukul 09:00 pagi, saya tidak menerima alasan apapun jika telat," kata Narendra.

"Baik tuan," ucap Robi.

Robi pun meninggal Naren yang sedang duduk di kursi kebesarannya, Naren kembali membuka laptonya. Terlihat pria yang pekerja keras tak kenal waktu untuk beristirahat membuat menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Berulang kali ponselnya berdering tak di hiraukan karena Naren terlihat sangat fokus menatap layar leptop. Tertulis nama My Mother yang membuat layar ponsel Naren terus berdering.

Merasa ponselnya terus berdering membuat Naren mengangkat telpon itu.

Naren : "Hallo, ada apa mam?"

Erlin : "Apa kau sedang bekerja? Kenapa lama sekali mengangkat telpon dari mama!"

Mendengar Erlin berteriak dan marah-marah, Naren pun langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya, tidak mau mendengarkan celotehan Erlin, merasa tidak di tanggapin oleh putra nya Erlin pun terus mengatakan.

Erlin : " Hallo ... hallo ... apa kau mendengar mama, hallo Naren?"

Naren : "Iya, aku mendengarnya. Ada apa sih mama menelpon ku? Aku sedang sibuk bekerja."

Erlin : "Dasar anak kurang ajar! Kau ini tidak merindukan mama? Hah! Apa aku tahu, sudah satu minggu kau tidak pulang ke rumah."

Naren : "Iya ma, sudah jangan memarahi ku. Aku akan pulang malam ini."

Erlin merasa sangat senang karena anaknya akan pulang ke rumah, dan makan malam bersamanya. Naren langsung membereskan pekerjaanya dan segera pulang untuk menemui mamanya.

Robi yang melihat Naren pulang lenih awal merasa terheran dengan bosnya karena sudah lama dirinya pun tidak pulang ke rumah karena mengikuti bosnya bekerja tanpa kenal waktu.

"Akhirnya aku pun bisa pulang juga," ucap Robi ikut mengemasi barang dan segera pulang mengikuti langkah Naren.

BERSAMBUNG.

Hari interview

Mendengar ocehan dari mamanya, Naren pun langsung menjauhkan ponselnya karena tidak mau mendengar suara mamanya yang terus-terusan memarahinya.

Segala ancaman yang di berikan Erlin, akhirnya Naren pun langsung mengiyakan untuk pulang ke rumah orang tuanya.

Naren langsung membereskan semua barangnya dan keluar dari ruanganya, Robi yang melihat Naren sangat terburu-buru keluar ruangan langsung merasa lega.

"Akhirnya si bos pulang juga, tunggu dulu. Aku periksa dulu siapa tau dia hanya ingin menghirup udara segar," ucap Robi memperhatikan Naren yang berjalan menuju parkiran dan langsung melajukan mobilnya.

"Akhinya si bos beneran pulang, aku pun ikut pulang lah. Biasa jadi penghuni tetap kantor ini aku, jika tidak pulang," gerutu Robi langsung membereskan semua barangnya dan bergegas untuk pulang meninggalkan kantor itu.

Mobil Naren sudah masuki mansio**n dan langsung masuk ketempat parkiran mobil, Ia keluar dengan raut jauh yang kusam, masih menggunakan stelan jas yang sudah berantakan.

"Assalamualaikum," salam Naren.

Mendengar ucapan salam yang tak asing baginya, Erlin langsung membuka pintu utama. Melihat Naren dengan penampilan yang berantakan membuat Erlin terkejut.

"Ya ampun Naren! Liatlah penampilan mu, apa kau sedang putus cinta?" tanya Erlin.

Naren yang tak menghiraukan ucapan mamanya langsung masuk ke dalam dan menyapa papanya yang sedang bersiap untuk makan malam.

"Bersihkan dulu diri mu, lepas itu kita makan bersama," ucap Bimo sang ayah.

"Baiklah," sahut Naren langsung masuk ke dalam kamarnya dan segera membersihkan diri.

"Anak itu dari dulu gk pernah berubah ya pah, selalu saja dingin," kata Erlin.

"Dia itu seperti dirimu sebelum kau ku nikahi," sahut Bimo.

Erlin langsung memukul suaminya karena merasa kesal dengannya, "papa ini malah nyalahin mama," sambungnya dengan rasa kesal.

Mereka pun makan bersama, Naren yang terlihat sangat menikmati makanan itu, "bagai mana pekerjaan mu Ren?" tanya sang ayah membuat Naren menghentikan kunyahannya, "baik-baik saja pah, semuanya berjalan dengan lancar," ucap Naren.

"Papa dengar kau kesulitan mencari sekretaris pribadi?" tanya Bimo.

"Benar," sahut Naren.

"Apa mereka memiliki kriteria khusus, seperti harus dengan lulusan terbaik, atau keunggulan lainnya?" tanya Bimo.

"Aku membuka lowongan untuk semua wanita single, minimal pendidikan SMA pah, karena jika kinerjanya bagus akan ada jenjang karir untuknya," jelas Naren.

"Kalo itu papa setuju Ren, kau memang bijaksana sekali, lanjutkan," ucap Bimo.

Makan malam pun terasa hikmat saat suasa mulai hening, hanya terdengar suara sendok yang terus bersentuhan dengan piring.

Berbeda dengan Inka Pioni yang setiap malam harus membantu ke dua orang tuanya menjual makanan dan minuman seperti keday.

Inka terlihat sangat bersemangat memasak ayam goreng yang menjadi favorit kedaynya dan menjadi menu andalan saat malam hari di temani minuman soda sangatlah nikmat.

Jika Inka yang menjaga keday itu, keday itu terlihat sangat ramai pengunjung karena Inka terkenal dengan kecantikannya yang di atas rata-rata wanita pada umumnya.

"Tante apakah itu anak mu? Dia sangat cantik," tanya pengunjung.

"Aku dengar namanya Inka, dia memang sangat cantik. Aku yang perempuan pun iri dengannya," suara penjunjung itu terdengar menggema di telinga sang ibunda.

"Inka! Cepat lah mengoreong ayam nya, nnti pelanggan kita akan pergi," kata Rosida.

"Sabar lah, sebentar lagi matan!" seru Inka dengan penuh semangat.

Terlalu rampai pengunjung karena ingin melihat kecantikan Inka, akhirnya Rosida memiliki ide untuk membeli ayamnya jika ingin melihat putrinya yang sangat cantik itu. Dalam waktu cepat ayam itu pun ludes terjual, membuat mereka semua yang berjualan kualahan.

"Haduh, punggung ku terasa mau patah," kata Solihin.

"Sama yah, tangan ku terasa akan patah," sahut Inka.

"Hari ini memang luar biasa, semua makanan kita ludes terjual. Tidak tersisa satu pun," kata Rosida.

"Permisi, apa ayamnya masih?" tanya salah satu pengunjung.

Melihat ada yang datang mereka langsung berdiri, "maafkan kami tuan, semua ayam kita sudah habis. Maafkan kami, besok kami akan menyediakan lebih banyak lagi," kata Rosida membungkukan tubuhnya.

"Jangan mengatak itu, jika kita menambah pesediaan akan lebih melelahkan," celetuk Inka.

Tiba-tiba Rosida memukul kepala Inka, "hei ... kau ini bicara apa, semakin kita menyediakan persediaan yang banyak semakin banyak penghasilan kita, benar gak sayang?" Rosida menepuk punggung suaminya, "kau benar, dan memang benar, selalu benar," sahut Solihin.

"Kalian sama saja, sudah lah aku lelah. Aku ingin segera beristirahat, besok aku akan interview," ucap Inka.

"Apa kua di pecat lagi?" tanya Solihin.

Dengan berat hati Inka menatap sedih sang ayah dan menganggukan kepalanya, membuatnya langsung terkapar lemas.

"Apa ini kutukan, tetap semangat nak! Jangan menyerah, semanga!" teriak Solihin menganggkat kedua tangannya.

Inka yang melihat ayahnya yang begitu semangat, "semangat ayah, semangat ayah, semangat," suara itu terdengar sangat terpakasa.

Inka langsung pergi meninggalkan kedua orang tuanya, berjalan ke kamar mandi membersihakan butuhnya dari percikan minyak goreng yang membuat tubuhnya terasa lengket.

"Aku rasa kecantikannya tidak membawa keberuntungan untuk pekerjaanya," celetuk Rosida.

"Kau ini bicara apa? Dia anak kita yang sangat cantik, percayalah dia akan mendapat pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya," ucap Solihin.

"Aku harap begitu," sahut Rosida.

Selesai membereskan semua dagangan yang masih berantakan, Rosida langsung kembali ke kamarnya untuk beristirahat di ikuti dengan Solihin.

Malam itu terasa sangat pendek, Inka yang merasa baru memejamkan matanya semenit tetiba alarm pun berbunyi membuatnya harus bangun meskipun matanya sulit untuk terbuka.

Tangannya berusaha meraih jam beker yang terus berbunyi membuat gendang telinganya akan meledak saat itu juga. Dengan rasa malasnya, Inka menatap jam itu dengan samar-samar, terlihat jarum jam menunjukan pukul 07:00. Membuatnya langsung menatap tajam jam itu.

"Astaga aku bisa telat, bagai mana ini. Apa dulu yang harus aku lakukan," ucap Inka merasa kebingungan.

Dirinya terlihat sangat panik, sampai lupa jika harus mandi, mondar-mandi seperti orang yang tidak mempunyai tujuan. Inka memutuskam untuk duduk dan menenangkan dirinya.

Ketika ingat, Ia pun langsung mandi dan membersihkan tubunya, dengan pakaian yang sangat rapih Inka tersenyum melihat penampilannya di depan cermin. Saat dirinya keluar, Ia melihat Rosida sudah sibuk menyiapkam sarapan untuk anak-anaknya.

"Wah kakak sangat cantik, mau kemana?" tanya Ronal sang adik.

"Kau ini memang anak nakal, semalam kau kemana tidak membantu kami," sahut Inka membuku Ronal.

"Kenapa kakak sewot, aku pergi mengerjakan tugas sekolah. Benar kan bu," kata Ronal.

"Sudah jangan bertengkar, nanti kalian terlambat! Cepat makan sarapan nya!" teriak Rosida dari arah dapur.

"Dasar bocah tengil, awas kau ya," acan inka kepada Ronal.

Membuka pintu rumah, di sambut mentari pagi, Inka berjalan menuju halte untuk pergi ketempat kerja yang baru, hari ini Ia akan di interview oleh salah satu pemilik toko busana yang cukup terkenal di kota.

BERSAMBUNG.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!