NovelToon NovelToon

DERITA CINTA AMORA

KEHILANGAN KESUCIAN

"Lepaskan aku!" Amora berteriak ketakutan saat seorang pria dengan brutal mencium dan menyentuh seluruh bagian tubuhnya.

Amora yang terperangkap dalam kungkungan pria itu terus memberontak sambil berteriak. Air matanya mengalir menahan rasa sakit pada bagian intimnya yang terus didesak secara paksa.

Amora menjerit saat rasa sakit yang teramat sangat terasa pada bagian tubuh bawahnya. Air matanya semakin mengalir saat menyadari kalau saat itu dirinya sudah kehilangan mahkotanya.

"Bajingan! Lepaskan aku Breng–" Suara teriakan Amora tertelan di tenggorokan saat bibir pria itu langsung membungkam mulutnya.

Kedua tangan pria itu tidak tinggal diam. Jari panjangnya membelai kulit tubuh Amora yang terbuka. Sementara itu, indera perasanya menari pada setiap jengkal tubuh Amora yang terus menggeliat dan memberontak secara bersamaan.

Tubuh pria itu kemudian bergerak dengan cepat di atas tubuh Amora yang terus menjerit kesakitan. Namun, lagi-lagi pria itu membungkam mulut Amora dengan ciumannya.

Amora menatap pria yang sedang menikmati tubuhnya itu dengan air mata yang terus mengalir pada pipinya. Ia sungguh tidak menyangka jika lelaki yang menjadi pusat dunianya secara diam-diam itu ternyata adalah seorang bajingan yang merenggut kesuciannya.

Amora menangis tersedu. Sementara itu, lelaki yang baru saja ambruk di atas tubuhnya itu mendekap erat tubuhnya, merasakan nikmat luar biasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Sagara menatap wanita cantik yang kini terlihat sangat menyedihkan, tetapi, tetap tidak sedikitpun mengurangi kecantikannya.

Wanita yang masih berada di bawahnya itu terlihat begitu seksi dengan bulir keringat yang membasahi tubuhnya. Keringat yang mengalir pada keningnya bercampur dengan air mata yang terus mengalir pada pipinya.

Kenapa dia baru sadar kalau perempuan yang baru saja ia renggut kegadisannya itu begitu cantik dan juga seksi?

Sagara berdecih saat menyadari apa yang sedang dipikirkannya. Seketika, kalimat pujian yang baru saja ia lontarkan dalam hati kembali ia tarik saat menyadari kalau perempuan yang masih menangis di bawah tubuhnya itu adalah wanita yang baru saja ia beli.

Amora, Sagara sungguh tidak menyangka perempuan polos itu ternyata adalah perempuan yang bisa dibeli. Memang benar, dia masih perawan. Tetapi, apa bedanya Amora dengan wanita murahan yang rela menjual keperawanan?

Seandainya Sagara tidak terdesak, ia juga tidak akan mungkin nekad membeli perempuan dengan harga mahal hanya untuk memuaskan hasratnya. Gara-gara obat sialan yang tidak sengaja ia minum membuat Sagara terpaksa melepaskan segel perjakanya pada wanita bayaran. Apalagi, wanita itu adalah wanita yang kabarnya diam-diam menyukainya.

Sagara baru saja ingin bangkit dari atas tubuh Amora. Namun, pergerakan dari wanita itu justru kembali membangkitkan gairahnya.

Sagara mengumpat dalam hati. Akan tetapi, tubuhnya tidak kuasa menahan hasrat yang kembali meninggi.

Amora kembali menjerit. Rasa sakit kembali menjalar pada bagian tubuh intinya. Perempuan itu kini hanya bisa menangis sambil menatap wajah tampan Sagara yang menatapnya penuh gairah.

"Sagara, benarkah ini kamu? Kenapa aku harus jatuh cinta pada lelaki brengsek seperti kamu?" batin Amora sambil terus menangis. Melawan pun tiada guna. Gadis yang baru saja kehilangan keperawanan itu hanya bisa pasrah menerima nasibnya.

Miris memang. Hidup Amora hancur di tangan lelaki yang dicintainya secara diam-diam.

***

Amora berjalan dengan tertatih meninggalkan apartemen Sagara. Setelah puas menikmati tubuhnya, lelaki itu tertidur pulas karena kelelahan.

Sebelum pergi, Amora dengan tergesa menyempatkan diri membersihkan tubuhnya di kamar mandi kemudian mengambil pakaian milik Sagara karena baju yang dipakainya semalam sudah tidak berbentuk lagi.

Amora menatap lelaki yang tertidur pulas itu dengan rasa sakit di hatinya. Namun, dengan bodohnya perasaan cintanya tetap muncul. Sekejam itu perlakuan Sagara padanya, kenapa dirinya tidak bisa membenci pria itu?

Amora sampai di depan apartemen Gerald, tunangannya. Wanita itu masuk setelah memencet sandi apartemen kekasihnya yang sudah ia hapal di luar kepala.

Amora memang sering datang ke apartemen Gerald. Terkadang tiga hari sekali atau seminggu sekali. Tergantung Gerald. Jika lelaki itu menginginkannya datang, maka Amora akan datang dengan senang hati.

Amora memang tidak mencintai Gerald. Namun, kebaikan Gerald dan kedua orang tuanya membuat dirinya tidak kuasa menolak saat dirinya dijodohkan dengan Gerald. Bagi Amora, kedua orang tua Gerald adalah penyelamat hidupnya. Amora rela menikah dengan Gerald sebagai bentuk balas budi pada kedua orang tuanya Gerald.

Begitupun dengan ibu panti yang telah mengurus Amora dari semenjak bayi. Amora tidak mau mengecewakan ibu panti yang sudah berjasa padanya dengan menolak perjodohan itu.

Langkah Amora terhenti saat ia mendengar sesuatu dari kamar Gerald. Kamar itu tidak tertutup sempurna hingga membuat Amora mendengar dan melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalamnya.

Di sana, ia melihat tubuh sang kekasih sedang bergerak liar di atas tubuh seorang wanita yang sangat dikenalnya. Mereka berdua sedang bercumbu, saling berlomba mengejar kenikmatan surga dunia.

BERSAMBUNG ....

Author ada novel baru lagi nih! Kali ini, Author gandeng Author R. angela buat kolaborasi.

Mau tahu keseruannya? Yuk, ikuti kisah perjalanan Amora.

Jangan lupa siapkan tisu karena novel ini akan banyak mengandung bawang.

Lope-lope buat kalian ❤️❤️❤️

KALIAN MENJIJIKKAN!

"Apa kau menyukainya, Ger?" tanya Helga yang sudah mengambil alih posisi. Kini gadis binal itu sudah mengambil kendali, bergerak liar di atas tubuh Gerald yang terlihat sangat bergairah.

"Kau luar biasa, Hel. Aku sangat menyukaimu, terlebih goyanganmu yang aduhai. Aku bisa gila, kalau sampai berhenti mencicipimu," jawab Gerald dengan napas memburu.

Dia akui, Helga sangat hebat, wanita itu tahu bagaimana memanjakan miliknya hingga puas. Wajah yang cantik dan body yang aduhai adalah paket lengkap gadis itu.

Kalau mau jujur, soal wajah, Amora lebih cantik. Kecantikan gadis itu sangat alami, itulah sebabnya dia pada akhirnya menyetujui perjodohan itu. Akan tetapi, sayangnya Amora tidak tersentuh. Dia begitu kaku dan kuno. Setiap mengajaknya bercinta, Amora selalu menolak dan beralasan akan memberikan keperawanannya saat sudah menikah nanti.

"Bagaimana kalau sampai tunanganmu tahu, kalau saat ini kau sedang bercumbu dengan ku?" ucap Helga, menundukkan tubuhnya hingga bibirnya bisa mencium sekilas bibir Gerald.

"Dia tidak akan tahu, karena saat ini gadis itu pasti sedang merintih kesakitan di bawah Kungkungan Sagara," jawabnya tersenyum, sedikit kesusahan karena bagian inti tubuhnya terus diurus oleh Helga dengan menggunakan bagian tubuhnya juga.

"Kau benar-benar licik! Jangan lupa, kau harus memberikan bagianku. Sagara membayarmu dengan mahal bukan?" tanya Helga. Wanita itu mengerang merasakan nikmat saat Gerald mempercepat gerakan tubuhnya.

Sementara itu, tanpa mereka sadari, orang yang mereka bicarakan sedang berdiri terpaku di balik pintu. Amora melihat dengan jelas perbuatan bejad mereka lewat celah pintu yang tidak tertutup rapat.

Perempuan itu meremas baju di dada. Sakit, perih dan sangat kecewa mendapati kenyataan bahwa tunangannya selingkuh dengan wanita lain, dan yang terburuk dari semua kenyataan yang dia dapatkan saat itu, Amora baru tahu kalau kejadian yang menimpanya beberapa saat yang lalu bukanlah suatu kebetulan.

Gerald memang sudah merencanakan semuanya. Lelaki berstatus tunangannya itu telah menjual dirinya pada Sagara. Kenapa Gerald yang terlihat begitu baik itu ternyata adalah orang yang begitu kejam?

"Aku pikir, kamu adalah laki-laki baik, Gerald. Ternyata selama ini aku salah sangka," batin Amora.

Amora memang tidak mencintai Gerald. Tetapi, dirinya tetap akan menikah dengan pria itu. Kebaikan keluarga Gerald dan sikap Gerald padanya membuatnya tidak bisa menolak perjodohan itu.

Apalagi, saat ini Amora tinggal di ibukota karena bantuan dari keluarga Gerald. Kedua orang tuanya Gerald memberinya beasiswa dan menyuruh Gerald untuk melindunginya selama Amora berada di kota.

Mereka bahkan sudah merencanakan pernikahan Gerald dan Amora setelah gadis itu menyelesaikan pendidikannya. Kedua orang tua Gerald sangat menyayangi Amora karena itu, mereka menyuruh Gerald untuk menjaga dan mengawasi gadis itu.

"Seandainya kamu memang tidak menyukaiku, kenapa kamu menerima perjodohan ini?"

"Lalu, kenapa harus Helga? Kenapa harus dia yang kamu pilih untuk mengkhianati aku?" Amora menangis tanpa suara saat rasa sakit menghujam jantungnya. Ia sungguh tidak pernah menyangka kalau kekasih dan sahabatnya ternyata begitu tega mengkhianatinya.

Suara erangan dan ******* semakin terdengar memekakkan telinga, seiring dengan napas memburu kedua anak Adam dan hawa yang tengah berbuat maksiat.

Gerald kini membalikan kembali posisi, dia sudah tidak tahan kalau harus menunggu lama, dia akan meledak.

"Sayang, aku mau keluar," ucap Gerald dengan suara terengah-engah.

"Iya, Beb, keluarin di dalam aja," jawab Helga dengan bangga, berharap dia hamil hingga bisa jadi istri Gerald, pewaris Hutama Corp, perusahaan besar di kota ini.

Namun, keinginan keduanya harus segera berakhir, karena rasa amarah yang sudah menjalar di hati Amora, memberinya kekuatan untuk melabrak kedua manusia itu.

"Dasar biadab kalian! Terkutuk! Apa yang kalian lakukan ini sangat menjijikkan!" makinya mendobrak daun pintu hingga semakin terbuka.

Gerald dan Helga begitu terkejut mendengar teriakan Amora.

Gerald menghempaskan tubuh Helga hingga hampir jatuh ke lantai. Mati dia sekarang! Bagaimana kalau Amora sampai mengadu pada ayah dan ibunya?

Lagipula, kenapa Amora tiba-tiba datang? Bukankah seharusnya gadis itu saat ini masih bersama dengan Sagara?

Gerald merasa panik. Lelaki itu benar-benar takut kalau Amora akan melaporkan perbuatannya pada kedua orang tuanya. Gerald dengan cepat memakai pakaiannya yang berserak di lantai.

Ayah Gerald adalah seorang pria baik, berhati mulia, dan sangat memiliki integritas. Dia tidak akan senang kalau mengetahui kelakuan Gerald. Begitupun dengan ibunya Gerald.

Gerald mendekati Amora sambil memasang kancing bajunya yang belum terpasang dengan sempurna.

"Mora, Sayang, kamu sudah pulang?"

BERSAMBUNG ....

LEPASKAN GADIS ITU!

"Mora, Sayang, kamu sudah pulang?" tanya Gerald gagap. Dia pikir Sagara akan menahan gadis itu hingga pagi, makanya dia berani membawa Helga ke apartemennya saat ini.

Amora memang tidak datang ke apartemennya setiap hari. Namun, karena hari ini Gerald membawanya ke pesta, Amora berencana menginap di apartemen Gerald. Akan tetapi, sebelum pesta selesai, sahabat Sagara tiba-tiba meminta bantuannya untuk mencarikan seorang gadis.

Arlan mengatakan pada Gerald kalau Sagara akan membayar mahal asalkan gadis itu masih perawan. Gerald yang saat itu datang bersama dengan Amora langsung tersenyum saat sebuah ide terlintas di kepalanya.

Gerald langsung meninggalkan pesta dan membawa Amora ke apartemen Sagara. Lelaki itu kemudian pergi meninggalkan Amora di depan pintu apartemen dengan alasan akan mengambil sesuatu yang ketinggalan di mobil.

Setelah kepergian Gerald, Arlan yang berada di apartemen Sagara membawa Amora masuk dan menguncinya di dalam apartemen bersama dengan Sagara yang saat itu dalam pengaruh obat perangsang.

Gerald kesusahan menelan ludah saat mengingat apa yang sudah ia lakukan pada Amora beberapa saat lalu. Seandainya kedua orang tuanya tahu tentang perbuatannya pada Amora, habislah riwayatnya.

Gerald melirik Helga yang sedang sibuk memakai pakaiannya. Biasanya, demi keamanan dirinya dan Helga, mereka akan bertemu di hotel saat mereka ingin melepas rindu.

Namun, karena Gerald pikir Sagara tidak akan melepaskan Amora, dia akhirnya berani membawa Helga ke apartemennya. Helga, perempuan cantik yang merupakan sahabat baik Amora.

Kejam?

Ya! Gerald memang sekejam itu. Lelaki itu bermain di belakang Amora semenjak Amora mengenalkannya pada Helga. Sosok cantik yang selalu bisa memuaskannya di atas ranjang.

"Sayang–"

"Jangan sentuh aku!" hardik Amora kala tangan Gerald ingin menyentuh lengannya. "Kau pria brengsek, menjijikkan!" umpat Amora. Amora berteriak marah pada laki-laki yang sudah menjadi tunangannya setahun terakhir ini.

Rasanya, semua beban dan juga kesialannya hari ini menjadi satu, dan dia harus menghadapinya. Kalau saja dia tidak mau ikut dengan Gerald, ke acara terkutuk yang diadakan Sagara, dia pasti tidak akan mengalami hal ini.

Sekuat tenaga Amora menahan agar tidak menangis di hadapan pria itu. Sudah cukup Amora menangisi nasibnya beberapa saat lalu. Lagi pula, dia juga tidak tahu harus menangisi kesialannya yang mana dulu.

Kehilangan keperawanan karena dijual oleh tunangannya sendiri, ataukah mendapati tunangannya itu berselingkuh dengan sahabat baiknya.

Keduanya sangat memuakkan bagi Amora, hingga dia memutuskan untuk menahan air matanya.

Helga sudah berhasil memakai pakaiannya, dan tanpa beban, keluar dari ruangan itu. Bahkan saking tidak tahu malunya, kala melewati Amora, dia tersenyum sinis, lalu meludah ke lantai.

Benar-benar sahabat tidak tahu diri! Sudah merebut pacar sahabatnya, kemudian dengan tidak tahu malu menghina Amora.

"Mora, aku mohon, maafkan aku. Aku khilaf," ucap Gerald setelah kepergian Helga.

Lelaki itu menyatukan kedua telapak tangannya di dada, memohon ampun pada Amora. Bukan karena merasa bersalah di dalam hati, Gerald tidak mungkin semenyesal itu! Dia melakukannya agar Amora menutup mulut atas kasus ini dari kedua orang tuanya.

"Khilaf katamu? Bagian mana kau yang khilaf? Menjualku pada Sagara, atau tidur dengan sahabatku?" salak Amora dengan hentakan tangan mendorong Gerald untuk menjauh darinya.

Amora menangis. Usahanya untuk tidak menangis di depan pria itu sia-sia. Semakin ditahan, kini justru semakin berderai. Hidupnya sudah hancur di tangan lelaki seperti Gerald yang selama ini ternyata berpura-pura baik di hadapannya.

Amora menyatukan lututnya di atas lantai, dan melepas tangisan yang sejak tadi ditahannya. Terasa begitu sesak di dada, hingga udara tidak dapat lagi dia rasakan di dadanya.

Gerald ikut jongkok, menghapus air mata Amora walau gadis itu menepis tangannya berkali-kali. Akan tetapi, Gerald terus melakukannya.

"Aku minta maaf untuk semuanya, Mor, tapi aku mohon, jangan kasih tau ayah dan ibuku," kembali Gerald memohon.

Kalau sampai orang tuanya tahu dia sudah menyakiti Amora se-******* ini, maka semua fasilitas akan dicabut oleh ayahnya. Tidak sampai disitu, angan-angan untuk membeli mobil sport terbaru tidak akan terealisasi.

"Jadi, kau takut aku melaporkanmu pada kedua orang tuamu? Kau bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun padaku karena telah menjualku pada Sagara? Kau benar-benar brengsek, Gerald!" Amora menatap pria di hadapannya dengan marah.

Bagaimana ada lelaki yang tidak merasa bersalah sama sekali setelah melakukan kesalahan yang fatal? Apa dia tidak tahu jika apa yang dilakukannya itu telah menghancurkan hidupnya?

"Maafkan aku, Amora. Aku tidak bermaksud–" Gerald menghentikan ucapannya saat mendengar suara tangisan Amora yang terasa begitu menyayat hati.

Lelaki itu tetap di posisi semula. Gerald mengulurkan tangan untuk memeluk gadis itu, tetapi Amora menepisnya.

Amora terus menangis hampir satu jam lamanya. Tubuhnya lunglai, setiap jengkal terasa sakit, terlebih bagian inti tubuhnya.

Gerald bangkit di menit ke lima belas, karena merasa lelah untuk memohon dan tidak dijawab oleh Amora. Pria itu memutuskan untuk mandi, dan bermaksud memesan makanan untuk Amora. Pria itu benar-benar tidak memikirkan bagaimana hancurnya Amora setelah semua yang terjadi padanya. Gerald bahkan begitu percaya diri jika Amora saat ini hanya sedang merasa kesal karena mendapati dirinya bercinta dengan sahabatnya.

Gerald sangat yakin, saat ini Amora hanya marah. Mana mungkin dia mau kehilangan dirinya. Amora yang miskin sudah sangat beruntung memiliki calon suami yang sempurna seperti dirinya. Tidak mungkin wanita itu berani pergi dan mengatakan semuanya pada kedua orang tuanya. Bukankah hidup Amora di sini juga karena bantuannya dan kedua orang tuanya?

Namun, saat keluar dari kamar mandi, pria itu tidak mendapati Amora di sana lagi. Gerald panik, mencari ke setiap sudut ruangan, tetapi dia tidak menemukan Amora. Saat itu 'lah, Gerald sadar kalau Amora sudah pulang.

"Jika dia berani mengadu pada papa dan mama, habislah aku!"

***

Amora berjalan menyusuri malam, tidak tahu kemana dia akan pergi. Sudah pukul 11 malam, tetapi, taksi online yang dipesannya sedari tadi belum juga datang.

Amora memutuskan untuk berjalan. Pikirannya kalut. Wanita itu meringis pelan saat merasakan denyut di bagian pangkal pahanya terus menyentak, sakit dan perih, tetapi, dia tetap berjalan.

"Mau kemana gadis manis?" Dua orang preman tiba-tiba datang menghampiri Amora dan mencoba mengganggu. Amora yang tidak sadar sudah berjalan terlalu jauh ke tempat yang lebih sepi, merasa ketakutan.

Apakah kesialan akan dia dapatkan lagi hari ini? Tidak 'kah cukup baginya semua penderitaan yang dia dapatkan malam ini?

"Lepaskan!" pekik Amora menarik tangannya, saat dua orang itu tiba-tiba memegang kedua tangannya. Namun, usahanya sia-sia. Tenaga kedua orang yang tubuhnya berbau alkohol itu jauh lebih kuat darinya.

"Diam saja cantik, nanti kau pasti suka," ucap salah satu preman yang punya banyak tato di tubuhnya.

"Tolong! Tolong!" teriak Amora sekuat yang dia bisa. Ia berharap semoga ada orang yang lewat, sebelum kedua pria itu berhasil menyeret nya ke belakang ruko kosong itu.

Amora terus berteriak meminta tolong, tetapi, kedua orang itu terus menariknya dengan paksa. Air mata Amora sudah turun membasahi pipinya.

Gadis itu terus meronta dan berteriak.

Sepertinya, kali ini semesta berpihak padanya. Sebuah mobil melintas, dan melihat Amora yang berteriak meminta tolong sebelum kedua preman itu membekap mulutnya.

"Lepaskan gadis itu!"

BERSAMBUNG ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!