“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Raga Argantara bin Anton Wijaya dengan anak saya yang bernama Aliza Khumaira dengan mas kawinnya berupa Seperangkat alat sholat, tunai.”
"Saya terima nikah dan kawinnya Aliza Khumaira binti Sadewa Kusuma dengan mas kawinnya tersebut, tunai.”
menetes sudah air mata di pipi wanita yang sekarang telah sah menjadi istri dari pengusaha muda kaya raya, tatapannya kosong, tidak ada sedikitpun raut kebahagiaan yang nampak di wajahnya, sedangkan pria yang sekarang berstatus suaminya pun sama, tidak ada senyum bahagia di wajahnya, hanya ada tatapan dingin yang selalu ia tunjukan di sana.
Pernikahan yang Hanya di lakukan di KUA saja, tanpa ada pesta pernikahan, tanpa baju pengantin, apalagi tamu undangan, hanya di saksikan orang tua dari ke-dua belah pihak.
selesai akad nikah di langsungkan, Aliza berlari mengejar Sadewa, pria berumur 40 tahun ke atas itu langsung pergi setelah menjadi wali untuk putri semata wayangnya.
"Ayah" panggil Aliza tidak menghentikan langkah Sadewa.
"Ayah, tunggu" Aliza sampai tersentak karena Sadewa tiba-tiba berbalik, dan mencengkram pergelangan tangannya.
"Kenapa kamu masih ngikutin saya!" bentak Sadewa geram.
"A-ayah, Liza cuman..." dengan teganya Sadewa mendorong putrinya hingga terhuyung kebelakang, tapi untung nya Raga menahan tubuh kecil itu.
takut-takut Aliza mendongak, raga tidak sama sekali menatapnya, tidak juga melepaskan pegangannya, melihat hal itu Sadewa semakin muak, ia pergi Tanpa mempedulikan tangisan putrinya.
melihat tidak ada lagi Sadewa di depan mata, Raga tanpa belas kasihan sedikit pun, mendorong tubuh Aliza Hingga tubuh kecil itu tersungkur ke depan.
"Astaghfirullah" pekik Aliza saat tangannya sudah bertumpu sebagai penahan agar tubuhnya tidak sepenuhnya membentur lantai. Aliza bisa melihat dari bawah kaki raga dan ke-dua Orang tuanya yang berjalan dengan angkuh melewatinya begitu saja.
Aliza menutup mata menahan sesak, ia bangun dari posisinya, mengejar suami dan mertuanya.
Aliza kebingungan, apa yang harus ia lakukan, Raga sama sekali tidak mengajaknya masuk ke dalam mobil, sedangkan mobil mertuanya sudah lebih dulu melaju pulang
"MASUK, APA lO BODOH, APA GUE HARUS MENYERET LO MASUK JUGA!" bentakan raga membuat Aliza terperanjat kaget.
dengan tangan gemetar Aliza membuka pintu mobil yang sudah ada Raga di dalamnya, di kursi penumpang, selama perjalanan pulang, Aliza terus menahan takut, di hari pertama pernikahan mereka, Raga sudah berlaku kasar padanya, bagaimana dengan hari-harinya ke depan. Aliza sesekali mencuri pandang, pria di sebelahnya duduk dengan menutup mata, Aliza bisa rasakan kebencian pria itu untuknya.
Aliza menyeka air matanya, mereka telah sampai di rumah mewah berlantai dua milik Raga, pria itu turun lebih dulu, melangkah masuk ke dalam rumah, Aliza mengikuti di belakang, ia kesulitan membawa tas besar berisi baju dan satu tas berukuran sedang berisi perlengkapan lainnnya.
Raga kini sudah masuk ke dalam kamar, Aliza yang tidak tau harus apa hanya bisa mengikuti pria itu.
perlahan Aliza membuka pintu kamar yang tadi di masuki sang suami, di dalam sana Raga sudah bertelanjang dada, menampakkan otot-otot perutnya, sama dengan Aliza, Raga pun terkejut melihat wanita itu di depan kamarnya, dengan langkah besar, sorot Matanya menajam, Raga menarik pergelangan tangan Aliza menjauh dari kamarnya, Aliza tergopoh-gopoh mengikuti langkah besar Raga, belum lagi tas di tangannya.
"TEMPAT LO DI BAWAH! BABU, JANGAN PERNAH SEKALIPUN LO MENGINJAKKAN KAKI DI KAMAR GUE, WANITA MURAHAN" Raga merampas tas dari tangan Aliza, tas itu ia lempar langsung dari atas ke lantai Dasar, Aliza hanya bisa menganga melihatnya.
"Ibuuu" teriak Aliza saat ke-dua tasnya sudah menyentuh lantai, ia berlari menuju lantai dasar, Aliza membongkar isi tas kecilnya, ia raih bingkai foto usang dari mendiang ibu tercinta, Aliza peluk dengan cinta.
dari atas Raga menyaksikan semuanya, urat-urat tangan raga nampak jelas, Matanya merah menahan marah, Aliza mendongak, dengan mata yang sudah basah, Raga yang di atas menjauh dari tempatnya.
"Ibuuu, Liza takut Bu, Tolong Liza, Liza mau ikut ibu, ayah jahat Bu, ayah nggak sayang Liza lagi, sekarang Liza harus tinggal satu rumah dengan Raga, Raga benci Liza, Raga nikahin Liza cuman buat balas dendam Bu, tolong Liza Bu, liza takut" Aliza berucap lirih tersedu-sedu.
....
di lantai bawah ada dua ruangan, tapi ke-dua ruangan itu terkunci, Aliza tidak bisa memasukinya, ia juga sudah mencari kunci kamar itu, tapi nihil, Aliza tidak berani bertanya pada raga, ia takut kena amukan pria itu lagi, sebentar lagi adzan Dzuhur berkumandang, Aliza bahkan belum bisa menemukan kamar tidurnya.
"Apa di sana?" Aliza bergumam sendiri, ia dekati tangga, di bagian bawah tangga di buat ruangan oleh pemiliknya, entah apa tujuannya, tapi ruangan satu itu tidak terkunci, Aliza masuk ke dalamnya, ruangan kosong tanpa ada apapun di dalamnya, hanya ada lampu yang bergantung di tengah-tengah.
Baiklah, Aliza sekarang telah menemukan kamarnya, ia yakin Raga sengaja membuat ruangan di bawah tangga untuknya, sedangkan ruangan lain di lantai bawah di kunci olehnya.
...
Selesai menunaikan sholat Dzuhur, Aliza tertidur sebentar, di lantai tanpa alas, untungnya dari rumah Aliza membawa satu sarung kesayangan mendiang sang ibu, sarung itu ia gunakan sebagai alas tidur, sedang bantalnya, Aliza menggunakan baju yang di tumpuk agak tinggi.
brak!!
pintu kamar Aliza di buka dengan kasar, Aliza yang masih mengenakan mukena tersentak.
Raga menarik tangan Aliza dengan kasar, ia seret wanita itu keluar dari kamar.
"gue bawa lo ke sini bukan untuk tidur, gue bawa lo ke sini untuk menjadi pembantu di rumah gue, MENGERTI" Aliza mengangguk takut, tangannya ia usap karna perih.
"Gue mau makan, masak sesuatu untuk di makan" ucap raga dan melangkah pergi
"iya ga" mendengar ucapan Aliza, Raga kembali memutar arah, ia datangi lagi Aliza yang sudah ingin melangkah masuk ke dalam kamarnya, kali ini bukan tangan yang di tarik Raga, tapi rambut yang masih tertutup atasan mukena. Aliza menengadah karena ulah Raga, ia genggam tangan kanan Raga yang menarik rambutnya
"Ra--raga sakit, lepas Raga" mohon aliza tapi tidak di hiraukan, Raga terus menarik Aliza menuju dapur, wanita itu meringis menahan sakit, ia juga terus memohon untuk dilepaskan, urat- urat rambutnya seperti ingin terlepas semua, sakit sekali rasanya, Dengan kasarnya Raga menghempas tubuh Aliza hingga terbentur meja makan di depannya, kepala wanita itu masih berada di atas meja, Karena Raga masih menahan kepalanya, Aliza hanya bisa menangis mendapatkan perlakuan kejam dari suaminya
"ingat ya wanita kampung, tempat lo di dapur, lo pembantu di rumah gue, pembantu di rumah Raga Argantara, jadi jaga sedikit sopan santun lo, panggil gue tuan, tuan Raga Argantara, MENGERTI!"
karena tidak mendapat jawaban apapun, Raga semakin kesal, ia angkat kepala Aliza dan kembali ia benturkan ke atas meja " MENGERTI"
"ii--iya tuan" Raga tersenyum kejam, ia lepaskan cengkeramannya, dan kembali naik ke lantai dua, Aliza bersimpuh di lantai setelah kepergian pria itu, isakan tangis nya terdengar amat pilu.
note
Hay ketemu lagi sama aku, Daisha gw... ini adalah tulisan yang ke sekian, semoga tulisan ini bisa selesai selama bulan ramadhan, dan ya, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan love sekebon.
Saya sangat amat berterima kasih untuk dukungan yang kalian berikan, vote, like, komen, dll, saya sangat mengharapkan dukungan Anda.
Aliza baru saja Selasa menata semua masakannya di atas meja, Aliza juga sudah menyiapkan piring untuk Raga, mendadak tubuhnya ketakutan karena sekarang Raga sudah ada di depannya, Raga menarik satu kursi untuk ia duduki, Raga menyendok nasi dan lauk, Aliza juga menuangkan air untuk Raga.
Pria itu terlihat begitu menikmati masakan Aliza, Aliza hanya bisa menelan air liurnya melihat Raga makan dengan lahap, ia juga lapar, belum ada makan apapun dari tadi.
"mau kemana lo" ucap Raga karena melihat Aliza yang melangkah pergi.
"saya mau ke kamar tuan"
"siapa yang ngasih izin Lo pergi?" Raga tidak menatap lawan bicaranya, ia masih asik menikmati makanannya
"Ingat ini, mulai dari sekarang, selagi gue makan, lo tunggu sampai gue selesai menghabiskan makanan gue, layani semua kebutuhan gue, mengerti " Aliza mengangguk.
"MENGERTI TIDAK " bentak Raga karena merasa Aliza mengabaikan nya
"i--iya tuan, saya mengerti "
"Bagus"
"Satu lagi, jangan pernah Lo berani menyentuh sedikitpun makanan yang ada di rumah gue, Lo boleh makan setelah gue selesai, Lo habiskan sisa makanan yang ada di piring bekas gue, sampai Lo ketahuan mencuri makanan di rumah gue, Lo tau sendiri apa akibatnya"
"Ii--iya tuan" Aliza mengangguk samar.
....
Aliza memilih-milih sedikit lauk yang tersisa di atas piring kotor, hanya tersisa satu potong ayam, itu pun bekas gigitan Raga, oseng tempe juga sudah habis, tidak papa, yang penting ia masih bisa makan, Aliza menyendok sedikit nasi ke piring nya, ia makan dengan porsi yang kecil, pantas saja badannya begitu mungil, tinggi Aliza hanya 155, sedangkan berat badannya 40kg, kecil sekali untuk usianya yang sudah masuk 23 tahun.
"Alhamdulillah" tidak lupa Aliza bersyukur atas nikmat makan yang masih bisa ia rasakan, mungkin diluar sana masih ada yang kurang beruntung darinya.
Selesai makan, Aliza lanjutkan membersihkan rumah, di mulai dari lantai satu, dan kemudian ke lantai dua, Aliza mengusap peluh yang bercucuran dengan lengan, Wanita itu sedang mengepel lantai.
Aliza sedikit mendongak karena mendengar suara dari pintu kamar Raga yang dibuka, Raga sudah rapi dengan pakaiannya, Aliza kembali menunduk saat Raga melihatnya
"Bersihkan dengan benar, jangan ada sedikitpun debu yang menempel, dan jangan harap bisa kabur"
"Ba--Baik tuan" jawab Aliza dengan kepala masih menunduk. Raga melewatinya begitu saja, bahkan Raga menginjak kembali lantai yang masih basah.
Aliza dari atas melihat punggung Raga yang mulai menghilang di balik pintu, cairan bening kembali turun di pipi tirusnya.
Raga ternyata kembali ke kantor untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, pria berusia 25 tahun itu sudah di sibukkan dengan berkas yang sudah menumpuk, Raga mengecek laporan bulanan perusahaannya, perusahaan yang di pimpin Raga sukses dengan produk kecantikannya.
"Raga" suara panggilan dari wanita berpakaian seksi terdengar mendayu-dayu di pendengaran. Raga sesaat mengangkat wajah, tapi ia kembali fokus dengan berkasnya, merasa di abaikan, wanita bernama Clara itu tidak gentar sedikitpun, ia mengayunkan langkah dan berdiri di belakang Raga, Clara melingkarkan tangannya di leher Raga, Clara juga meletakan kepalanya di pundak Raga, tidak ada penolakan atau respon apapun dari Raga.
"sibuk banget ya, ga?"
"kalo kamu nggak ada kepentingan, mending keluar deh Ra, aku sibuk " jawab Raga, tangannya masih sibuk membolak-balik berkas di depannya.
"Iss, kamu ko gitu sih, ga. aku kan kesini mau ngajakin kamu makan siang bareng" ucap Clara dengan bibir di majukan, Clara juga tidak ragu berpindah dari memeluk leher Raga dan sekarang duduk di pangkuan pria itu, Raga berdecak kesal, sungguh tingkah Clara menghambat pekerjaannya.
"Ra, bisa turun nggak sih, kamu nggak liat aku lagi kerja" kesal Raga, tapi tidak diiyakan oleh Clara, clara semakin berulah, ia memainkan dasi Raga, dengan wajah di buat Manja.
"Aku suka duduk di sini, ga" Clara mengusap wajah Raga.
terdengar helaan nafas berat dari Raga, ia perbaiki lagi dasi yang sedikit miring karena ulah Clara.
"Aku selesaikan dulu pekerjaan ku, baru kita makan malam bersama"
"janji?"
"em"
"makasih" Clara mencium pipi kiri Raga dan turun dari pangkuan Raga.
"jemput aku di kantor, sampai jumpa lagi, sayang"
di rumah, Aliza baru saja menyelesaikan bacaan Qur'an Nya, di ruangan yang hanya berukuran 2 kali 4 meter itu.
Aliza juga sudah membuat makan malam untuk suaminya, suami yang hanya menganggapnya pembantu saja. Di atas meja semua masakan itu sudah tertata rapi, tapi sampai pukul 10 malam, Raga juga belum menunjukkan batang hidungnya, Aliza menyerah menunggu Raga, ia tidak terbiasa Tidur selarut ini, Aliza masukan kembali semua makanan di atas meja ke lemari penyimpanan, Aliza ingin segera tidur.
Aliza terhenti di depan pintu kamarnya, ia memutar tubuh dan Raga baru saja masuk dengan menggendong wanita seksi di tangannya. wanita itu Clara, ia tidak pingsan, hanya mabuk saja, entah berapa botol yang ia habiskan saat makan malam bersama Raga di restoran ternama.
Raga gendong wanita itu menuju lantai dua, Aliza menutup mata, menahan air mata yang kembali ingin turun, sakit Sekali rasanya melihat suaminya sendiri pulang larut malam dengan menggendong wanita seksi bersamanya, belum lagi Raga memasukan Clara ke dalam kamar dan menutup pintu, Aliza bisa melihat semuanya dari bawah.
rasanya Aliza ingin melayangkan pertanyaan pada Raga, kenapa suaminya itu begitu tega Padanya, tapi ia kembali di sadarkan dengan statusnya di hidup Raga, ia hanya pembantu, tidak lebih.
Apa yang di lakukan Raga di dalam kamar berdua dengan Clara sudah cukup sebagai penutup pedih di hari ini, besok mungkin ada banyak lagi rasa sakit juga air mata yang akan keluar, malam ini biarkan Aliza beristirahat sebentar, mengisi tenaga untuk esok hari.
....
Seperti biasa Aliza sudah bangun di jam 3 subuh, Wanita itu biasa melakukan ibadah malam, Aliza tidak Tidur lagi, ia lebih memilih melanjutkan bacaan Alquran nya, sambil menunggu adzan subuh berkumandang.
Selesai sholat subuh, Aliza bergegas memulai hari dengan memasak sarapan untuk Raga, juga perempuan yang Aliza yakini pacar suaminya.
semua Aliza kerjakan sendiri, dari memasak, membersihkan rumah, membersihkan halaman, semuanya, tidak ada pembantu rumah tangga di rumah itu, sebenarnya ada, tapi semuanya sudah Raga pecat, karena ia ingin hanya Aliza lah yang menjadi pembantu di rumahnya.
"Allahuakbar" Aliza mengelus dada, ia kaget saat hendak menata piring ke atas meja, justru melihat Clara yang berdiri tidak jauh darinya, Clara sudah sejak tadi ada di sana, tapi Aliza tidak menyadari hal itu, ia terlalu fokus dengan masakannya. Clara melipat tangan di depan dada, ia pandangi wajah teduh Aliza dengan tatapan mengintimidasi.
"siapa lo?"
"sa--saya--"
"pembantu baru di rumah ku" raga memotong ucapan Aliza, ia duduk di kursi makan.
"pembantu? kenapa harus semuda ini, pecat aja, nanti aku Carikan pembantu yang lebih berpengalaman darinya" ucap Clara, sungguh ia tidak suka ada pembantu muda di rumah Raga.
"kamu mikirin apa Ra, jangan berpikir aneh-aneh, seleraku bukan Wanita kampung ini, aku nggak akan pernah tertarik dengan wanita seperti ini" Raga menatap remeh Aliza dari ujung kepala hingga ujung kaki, tapi Clara tidak puas mendengar ucapan Raga, ia tetap tidak suka kehadiran Aliza di rumah Raga
"tapi, ga..."
"sudah, ayo makan" raga menuntun tangan Clara untuk duduk di sampingnya, interaksi intens keduanya terus di perhatikan Aliza, wanita Malang itu hanya bisa mengulum bibirnya, ia harus terus berada di sana sampai Raga menyelesaikan sarapannya, sampai itu juga lah ia harus menahan sesak di dada.
Aliza tidak bisa melakukan apapun selain menyelesaikan pekerjaan rumah, Raga mengurungnya seperti tawanan, ia tidak diijinkan keluar dari sana, Aliza Juga tidak di ijinkan menghidupkan tv selama di rumah, ponsel pun sebenarnya Raga tidak mengijinkan Aliza bawa, tapi Aliza berhasil membawa benda pipih itu masuk bersamanya ke rumah Raga, Aliza berulang kali memohon pada Sadewa untuk menjemputnya, tapi tidak sekalipun Sadewa menghiraukan panggilan nya, hanya Sadewa lah satu-satunya yang ia miliki sekarang, tapi pria itu benar-benar telah membuangnya
"ayah, Aliza mau pulang, yah, jemput Aliza" gumam Aliza, dan ia tulis untuk di kirimkan pada Sadewa, tapi semuanya sia-sia, Sadewa hanya membaca pesannya saja.
"ibu, jemput Liza, Liza nggak punya siap-siap lagi sekarang, Liza harus apa Bu, Liza harus apa"
"Heh, cewe kampung buka pintunya" Aliza terlonjak kaget, buru-buru ia simpan ponsel itu di bawah tumpukan baju, Aliza pasang hijab berukuran besar di tubuhnya.
"ii--iya tuan, kena---" belum selesai ucapannya, raga lebih dulu menarik kasar pergelangan tangannya
"tuan lepas, sakit tuan"mohon Aliza
"BERAPA KALI GUE KATAKAN, JANGAN ISTIRAHAT DI JAM SEPERTI INI"
"tapi tuan, semua pekerjaan saya sudahi selesai, saya bingung harus mengerjakan apa lagi"
"selesai Lo bilang, sini"
"aww, Tuan! sakit" Raga hempas tubuh kecil itu di halaman rumah
"LO LIHAT, LIHAT ALIZA, TAMAN RUMAH GUE BERANTAKAN, DAN INI LO BILANG SUDAH MENGERJAKAN SEMUANYA?" raga memutar keran air dan mengarahkan selang air ke arah Aliza berdiri, Aliza sampai kesulitan bernapas karena Raga terus menyemprotnya
"Dasar tidak berguna " selang itu raga lempar, dan mengenai tepat di wajah Aliza. Wajahnya perih, Aliza hanya menunduk dengan tangan terpaut, Raga pergi meninggalkan wanita Malang itu.
"bereskan semuanya, jangan masuk sebelum taman rumah gue rapi, MENGERTI "
"mengerti tuan"
Aliza usap air di wajahnya, ia kerjakan lagi apa yang Raga perintahkan, cukup luas taman rumah Raga, banyak bunga yang tersusun rapi di sana. baju basah yang Aliza kenakan sampai kering di tubuhnya.
"Alhamdulillah " syukur Aliza setelah pekerjaannya selesai, terik matahari menyilaukan mata.
Aliza masuk kembali ke dalam rumah untuk membersihkan diri.
....
Tidak terasa hari berat kembali dapat Aliza lewati seorang diri, malam tiba saatnya Aliza mengadukan semuanya pada tuhan, tidak ada tempatnya lagi mengaduk selain yang maha kuasa, tangisnya selalu saja pecah di tengah malam kala beberapa orang lebih memilih terlelap.
"Ya Allah, tambahkan lah hati hamba menerima semua takdir ini, lapangkan lah hati hamba, perluas lagi sabar hamba ya Allah, sesungguhnya engkau tidak akan membebani hamba mu melebihi kemampuannya, dan Hamba percaya itu, Amin ya Allah"
....
Aliza tidak bisa tidur nyenyak, ia terus gelisah, Aliza merindukan Sadewa, sudah satu Minggu Aliza menikah dan meninggalkan Sadewa sendiri di rumah, Aliza khawatir sakit ayahnya kambuh lagi, Sadewa pengidap penyakit asma.
"Dingin banget ya Allah" Aliza meringkuk kedinginan, hujan turun dengan deras, sarung batik milik mendiang sang ibu tidak bisa mengurangi rasa dinginnya lantai.
Aliza benar-benar sudah mengantuk, tapi ia kesulitan terlelap karena rasa dingin yang menusuk tulang.
tidak ada pilihan lain, Aliza beranikan diri naik ke lantai dua, ia ingin meminta satu saja selimut untuk mengurangi sedikit rasa dinginnya
"tangannya mengambang di depan pintu kamar Raga, sedikit keberanian Aliza ketuk pintu kamar tersebut.
satu dua tiga, belum ada jawaban, dan yang keempat pintu kamar Raga terbuka.
"MAU APA LO, NGGAK LIAT GUE TIDUR" Raga yang kesal mendorong bahu Aliza.
"Tu--tuan, saya boleh pinjam selimut, satu saja"
"Lo kedinginan ?" tanya Raga, dan Aliza mengangguk
"i--iya tuan"
"masuk" Aliza masih mencerna ucapan Raga , apa ia tidak salah dengar, Raga memintanya masuk ke dalam kamar
"LO TULI, GUE BILANG MASUK" sekali tarik Aliza sudah berpindah ke dalam kamar Raga, pria itu menutup pintu kamar cukup keras, ia dorong tanpa perasaan tubuh kecil Aliza hingga terbentur pintu menuju balkon, Raga membuka pintu balkon dan mengeluarkan Aliza.
"Tidur Lo di sana, ini hukuman buat orang yang sudah berani mengganggu tidur Gue" Aliza memukul mukul pintu berbahan kaca, ia sama sekali tidak menyangka Raga sebegitu teganya, gorden Raga tutup, Aliza hanya bisa kembali menangis di luar sana, Aliza duduk meringkuk di ujung balkon, hujan deras mengguyur tubuhnya, Aliza menggigil kedinginan, niatnya meminta selimut justru berakhir basah kuyup.
malam semakin larut, hujan deras mulai mereda, tersisa rintiknya saja, bibir wanita itu mulai membiru kedinginan, tubuhnya ia peluk erat, angin yang menerpa membuat nya semakin kedinginan.
Pintu balkon terbuka, di depan sana ada Raga yang berdiri dengan tangan terlipat di depan dada,
"keluar dari kamar gue" titah Raga
Aliza kesulitan berdiri, bahkan iya tergelincir karena lantai yang licin, melihat Aliza yang kesulitan berdiri, Raga mengambil tindakan dengan menyeret wanita Malang itu keluar dari kamarnya.
Brakk!!
pintu kamar Raga kembali tertutup, posisi Aliza masih tengkurap di lantai, lengan, pergelangan tangan juga ke-dua lututnya sakit, sakit Sekali karena Raga menyeretnya dengan posisi tengkurap.
"ibuu" lirih Aliza pilu.
....
karena tadi malam Aliza kehujanan, jadilah pagi ini ia kesulitan bangun, Wanita itu demam, kepalanya sakit sekali, wanita itu menggigil kedinginan, Aliza masih meringkuk di dalam kamarnya.
"Woy cewe kampung, Lo nggak masak, Gue mau berangkat kerja" tidak ada sahutan dari dalam, Raga membuka pintu Aliza secara brutal
brakk!!
emosi pria itu kembali memuncak saat melihat Aliza masih tidur, gelas berisi air di samping Aliza ia tumpahkan di depan wajah pucat wanita itu.
Aliza Sontak kaget dan langsung duduk melihat Raga yang berdiri di depannya dengan wajah merah padam
"Tu--tuan"
Raga berjongkok di depan Aliza, jari telunjuknya mendorong-dorong kecil bahu wanita itu
"Lo itu pembantu di rumah gue, Lo itu tinggal di sini untuk melayani kebutuhan gue, BUKANNYA MOLOR KAYA GINI" Raga mendorong tubuh kecil Aliza, kepalanya yang sejak tadi malam berdenyut nyeri, semakin terasa sakit karena terbentur akibat dorongan Raga.
"Gue tunggu setengah jam, sarapan sudah tersaji di atas meja" raga meninggalkan Aliza yang masih terbaring tak berdaya di kamarnya.
sejak memasak tadi, matanya sudah berkunang-kunang, berkali-kali Aliza menumpukan tangan ke meja kompor untuk memfokuskan lagi pandangnya.
Cairan kental merah kini Aliza rasakan mulai mengalir keluar dari rongga hidungnya, suhu tubuh yang meningkat membuatnya mimisan.
semua Juga sudah selesai, Aliza berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan hidungnya, takutnya Raga melihat dan merasa jijik
Aliza menatap dirinya di depan cermin, wajahnya pucat Pasih, semakin hari aliza rasa wajah nya semakin tirus, entah berapa sekarang berat badannya, selama berada di rumah raga, aliza terus saja memakan sisa makanan Raga, tak jarang ia bahkan tidak makan sedikit pun karena tidak ada yang tersisa di piring Raga, Aliza tidak di ijinkan menyentuh makanan sebelum raga menyelesaikan makannya.
"Alizaaa"
"Alizaaa" cepat-cepat Aliza bersihkan wajah nya.
"i--iya tuan, sebentar"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!