Prangg
Benda yang berada di tangannya jatuh seketika saat merasakan jantungnya berdetak sangat hebat. Mira mencoba untuk mengatur pernapasannya dan berpikir jernih. Ia tak tahu apa yang sebenarnya membuatnya seperti ini. Hal itu sangat diluar dugaannya.
"Apa yang telah terjadi kepada ku? Kenapa tiba-tiba dada ku sangat terasa sesak? Apakah ada sesuatu?" gumam Mira tidak jelas.
Ia memegang perutnya yang buncit dan tengah mengandung anak pertamanya bersama suaminya. Tapi Mira sungguh tak menyangka jika ada kejadian seperti ini dan bahkan jantungnya tak seperti biasanya.
"Apakah ada hal yang buruk?" gumamnya lagi dan tiba-tiba langsung teringat dengan suaminya yang belum pulang hingga larut malam.
Mira pun berusaha untuk mencari nomor telepon suaminya dan mencoba menghubungi beberapa kali pria itu. Akan tetapi hasilnya nihil Adam sama sekali tak mengangkat teleponnya.
"Apa yang terjadi dengan mu? Oh Tuhan," ucap Mira tiba-tiba dan ia hendak terjatuh tapi untungnya ada sisi meja yang menyelamatkan dirinya. Ia pun berpegangan pada sisi meja tersebut dan berusaha untuk tetap kuat agar bisa mengetahui masalah yang sebenernya.
Mira dengan langkah panik menuju ke kamarnya mencari barang-barangnya dan lalu kemudian hendak pergi mencaritahu apa yang sebenernya terjadi. Mira tak tahu akan menghubungi siapa jika di dalam masa sulit seperti ini.
Tiba-tiba ia kepikiran untuk menelpon sahabatnya Andini. Akan tetapi sama seperti suaminya tidak ada jawaban dari wanita itu sedikitpun. Perasaan Mira sudah tidak nyaman. Bayang-bayang buruk telah berkelebat dalam benaknya. Apa yang sebenernya terjadi? Apakah ada sesuatu yang sangat membahayakan?
Mira pun memutuskan untuk keluar dan mencari taksi. Ia berencana ingin ke kantor suaminya dan mencari tahu di mana sekarang suaminya.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya taksi yang ia pesan telah datang. Mira dengan cepat meminta agar supir taksi tersebut membawanya ke kantor suaminya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Ibu sangat panik? Apakah Ibu membutuhkan bantuan saya?"
Mira menatap ke arah supir itu seraya meneguk ludahnya. Ia juga harus pandai menahan rasa takutnya.
"Aku khawatir dengan suami ku. Tiba-tiba saja perasaan ku tidak enak. Kau bisa membantuku dengan melakukan kendaraan ini."
"Baik."
Ia pun menancap gas dan Mira sendiri tak menyangka jika akan secepat ini hingga tubuhnya tak berdaya dan terasa pusing. Akan tetapi ia berusaha untuk menahan kesadarannya dan tidak pingsan di waktu yang sangat tidak tepat.
"Nona apa yang terjadi denganmu? Apakah kau merasa mual? Saya rasa lebih baik menurunkan kecepatan kendaraan daripada membahayakan kesehatan nona."
Daripada terjadi hal yang lebih buruk lagi dan berdampak pada kandungannya lebih baik Mira menuruti saja apa yang dikatakan oleh sopir tersebut.
"Terserah asalkan saya bisa sampai dengan selamat dan mengetahui keberadaan suami saya."
Tak terasa akhirnya ia pun sampai di depan gedung tempat suaminya bekerja. Kebetulan sekali suaminya adalah salah satu manajer di perusahaan tersebut, namun beberapa bulan lagi perusahaan tersebut akan resmi menjadi milik suaminya. Karena suaminya memang telah membeli saham namun syarat terakhir belum dipenuhinya maka dari itu perpindahan saham belum ditandatangani.
Mira pun dengan cepat berlari ke arah gedung itu. Ia lupa untuk memperhatikan anaknya yang masih berada di dalam kandungannya. Ketika tersadar dengan apa yang telah Ia perbuat Mira pun berusaha untuk berjalan lebih pelan lagi dan menjaga kandungannya.
"Maafkan Mama karena telah terlalu ceroboh, kau pasti akan baik-baik saja Nak. Ayahmu juga pasti akan baik-baik saja."
Namun belum sempat ia pergi ke ruangan suaminya, tiba-tiba Mira mendapatkan telepon dari orang yang tak dikenal. Mira pun penasaran namun ia tetap menggeser layar hijau dan mendekatkan ponsel tersebut ke telinganya.
"Halo?" tanya Mira dengan perasaan was-was sembari menunggu suara orang di seberang sana.
Tiba-tiba, kalimat yang dilontarkan oleh penelpon itu sangat mengejutkan Mira.
"Apakah Anda kerabat dari Pak Adam? Bapak Adam telah mengalami kecelakaan bersama dengan istrinya?"
"Hah?" Waktu seakan berhenti di detik itu juga. Mira benar-benar bingung dengan apa yang dikatakan oleh penelpon tersebut. Bagaimana mungkin ia kecelakaan? Jelas-jelas dirinya masih berada di sini dan mengangkat telepon dari wanita itu.
"Maaf sepertinya kau salah orang. Bapak Adam tidak mungkin kecelakaan, dan kau mengatakan jika istrinya juga kecelakaan sementara aku adalah istrinya."
Menelpon di sebelah sana seakan terkejut mendengar pernyataan dari Mira. Namun ia tidak ingin ikut campur lebih dalam lagi.
"Ini dari rumah sakit Harapan Bangsa jika anda tidak percaya Anda bisa datang ke sini untuk memastikan apakah Bapak Adam adalah suami Anda."
Julia pun langsung mematikan ponsel tersebut dan pergi ke rumah sakit yang disebutkan oleh penelpon tadi. Jantungnya berdetak sangat kencang dan berharap jika itu bukan suaminya. Mungkin itu adalah orang lain yang kecelakaan bersama istrinya.
________
Mira memasuki rumah sakit tersebut. Namun tidaknya sangat keruh untuk melihat apa yang saat ini tengah ditatapnya. Benar orang itu adalah suaminya dan yang kecelakaan bersama Adam adalah sahabatnya Andini.
"Mungkin suster salah sangka, dia adalah sahabat saya Andini bukan suami Bapak Adam."
"Maaf Ibu, tapi kami menemukan Bapak Adam dan ibu Andini pada saat kecelakaan dalam keadaan tidak berbusana. Bisa dikatakan Bapak Adam dan ibu Andini melanggar peraturan lalu lintas."
Seketika itu juga jantung Mira hendak copot. Awalnya wanita itu tidak percaya namun melihat segala bukti yang sangat nyata di depan matanya ia tak bisa lagi mengeluh apapun dan semua itu nyata suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Rasa benci itu muncul seketika di hari Mira. Ia mengepalkan tangannya bisa-bisanya sahabat dan juga suaminya menghianati kepercayaannya. Mungkin sekarang ia masih berada di samping mereka berdua untuk membalas semua kebaikan yang pernah mereka berikan dulu. Tapi ia akan memutuskan pergi dari hidup suaminya tersebut daripada hatinya sangat terpukul lebih dalam lagi.
Mira menarik nafas panjang dan menangis di lorong rumah sakit sendirian. Ia tak tahu akan melakukan apalagi karena semuanya tampak bohong dan ia dikhianati oleh orang terdekatnya sendiri. Tidak ada yang peduli dengannya dan tidak pula mereka mau peduli dengan orang sepertinya ini. Mira merasa berada di paling ujung tanduk.
"Kau benar-benar bejat. Aku membenci mu, dan aku juga berterima kasih atas kebaikan yang telah kau perbuat kepadaku. Demi kebahagiaan kalian lebih baik aku pergi dari hidup kalian sambil membawa anak ini. Aku akan membesarkannya sendiri daripada aku membesarkan penuh dengan keluarga lengkap akan tetapi ia tak pernah mendapatkan kasih sayang yang seharusnya didapatkannya. Aku tidak ingin anak kita menjadi anak yang broken home.
________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
Mira baru saja mengingat masa lalunya. Ya sudah 5 tahun lamanya ia meninggalkan Adam dan juga Andini dan pergi ke desa untuk memulai lembaran baru bersama anaknya. Anaknya adalah seorang laki-laki yang sangat baik kepadanya dan juga memiliki kecerdasan yang tidak kalah dengan ayahnya. Mira mengakui jika anaknya tersebut memang mirip dengan ayahnya. Tidak salah lagi bahwa Narendra memanglah anak Adam.
Mira menatap ke arah Narendra yang saat ini tengah tertidur di atas ranjang setelah mengerjakan tugas yang sangat banyak. Ia sendiri mendengar keluhan anaknya itu yang tidak sanggup untuk bersekolah lagi. Padahal bagi Mira itu bukanlah apa-apa. Ia tahu anaknya sebenarnya sanggup mengerjakan semua itu. Tapi memang dibalik kepintaran Narendra tercipta rasa malas yang diturunkan olehnya. Mira sendiri memiliki sifatnya itu dan merutuki kenapa bisa sifat semacam itu harus diturunkan kepada anaknya.
Mira menarik nafas panjang dan lalu kemudian mendekati tubuh sang anak. Ia mengusap kepala Narendra dengan penuh kasih sayang. Tak disangka 5 tahun sudah berlalu dan Narendra telah sebesar ini. Bagaimana kabar pria itu? Setelah ditinggalkan olehnya apakah ia akan berubah? Atau dia telah memiliki kehidupan yang baru yang mana tidak ada Mira di dalamnya. Membayangkannya saja sungguh sangat sakit, apalagi jika itu terjadi di depan matanya.
"Andini, kenapa kau bisa mentega menghianati kepercayaanku selama ini. Apa kurangnya aku?" gumam Mira yang masih memikirkan masa lalu.
Memang masa lalu telah berlalu namun kenangannya tidak dapat untuk dilalui. Semua kembali lagi teringat di benaknya rasa sakit itu juga masih sama.
Mira memandang ke arah wajah anaknya dan lalu meletakkan tangan lembutnya ke pipi laki-laki tersebut. Kemudian Ia pun mengusap wajah Narendra dengan lembut. Sejujurnya jauh di dalam hatinya ia sangat membenci wajah ini. Kenapa anaknya bisa memiliki wajah seperti pria yang tak pernah diinginkan olehnya apalagi melihatnya terus-terusan.
"Kaulah yang membuat aku tak bisa melupakannya. Tapi karenamu jugalah aku bisa melewati hari-hariku lebih percaya diri dan bahagia. Kau adalah segalanya."
Mira mendekatkan bibirnya ke kening sang anak dan lalu mengecupnya cukup lama. Pergerakan yang dilakukan Mira disadari oleh Narendra hingga membuat anak itu terbangun.
Narendra mengucap matanya dan lalu mengerjakannya beberapa kali kemudian memandang sang ibu dengan tatapan bingung.
"Mama, apa yang sebenernya terjadi? Kenapa air matamu jatuh?" Mira terkejut dan langsung menghapus air matanya. Perempuan itu sendiri juga tak menyangka jika air matanya akan terjatuh dan diketahui oleh anaknya.
"Tidak apa-apa sayang. Kau tenang saja," ucap Mira yang berusaha untuk membuat anaknya tertidur kembali.
"Mama jika terjadi sesuatu kepadamu maka ceritakanlah. Aku juga anakmu dan aku harus mengetahui masalahmu."
Mira tersenyum bangga kepada anak laki-laki itu. Dia memang sangat perhatian dan sikapnya itu mengingatkannya kepada suaminya. Ia berharap jika Narendra tidak memiliki sifat bejat ayahnya.
"Narendra, aku baik-baik saja. Kau cepatlah tidur. Besok kau akan masuk TK, kan? Kau tidak boleh tidur terlambat, Apalagi besok ada pelajaran penting. Kau tidak ingin terlambat dari yang lain, kan?"
Narendra benar-benar berada di ambang yang sangat membingungkan. Apa yang dikatakan oleh ibunya itu ada benarnya. Ia tak ingin ketinggalan. Dan besok dirinya harus bersekolah.
"Baik Mama."
_________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
Mira mengantarkan anaknya pergi ke TK yang berada di ujung jalan besar. Semua orang menyapa dirinya, dan tak jarang pula ada sekelompok bapak-bapak yang menggodanya. Mira sangat muak dengan apa yang dilakukan oleh para pria itu.
Namun wanita itu berusaha sabar ia dengan apa yang telah terjadi kepadanya. Ini adalah desa orang lain dan ia harus menghormati orang di desa itu jika tidak ingin mendapatkan masalah kepada dirinya. Kira hanya menyapa mereka dengan senyum manisnya dan lalu kemudian berjalan seolah-olah tidak terjadi apapun.
"Mama, itu teman-temanku. Aku pergi bersama mereka saja. Kamu pulanglah Mama," Cinta anaknya yang tidak tega melihat ibunya yang harus bolak-balik mengantarkannya pergi ke sekolah.
Mira mengartikan kepalanya dan lalu kemudian menyerahkan beberapa lembar uang jajan kepada anaknya. Iya melihat senyum tulus dari sang anak membuatnya merasa sangat bahagia.
"Berhati-hatilah di sekolah. Jangan banyak membuat masalah. Aku tidak ingin mendengar kau lagi-lagi berkelahi dengan teman-temanmu. Pergilah," ujarnya dan lalu kemudian Narendra pergi menghampiri teman-temannya yang sudah menunggunya.
Senyum di wajah Mira tak pernah luntur melihat anaknya yang begitu antusias. Memang sang anak sangat hobi bermain apalagi bersama dengan teman-temannya. Anak laki-laki itu juga banyak disukai oleh orang-orang karena sifatnya yang baik dan juga lembut serta memiliki wajah yang tampan seperti ayahnya.
Mira kembali untuk pulang ke rumah dan membeli beberapa sayur terlebih dahulu di tukang sayur. Namun lagi-lagi di tengah jalan ia bertemu dengan beberapa sekelompok laki-laki yang menatap dirinya dengan pandangan tidak menyenangkan. Kebetulan sekali Mira adalah satu-satunya orang di desa ini yang memiliki kecantikan yang sangat luar biasa dan tubuh mulus, putih, yang jarang dimiliki oleh orang desa.
Mira berusaha untuk bersikap biasa saja walaupun jantungnya tak berhenti untuk berdetak.
"Tuhan tolong aku."
Mira berjalan menunduk dan mengabaikan teriakan mereka. Mira benar-benar merasa dilecehkan dan pemuda di desa rata-rata memang seperti itu. Bukan hanya dirinya akan tetapi masih banyak lagi wanita di desa yang mengalami hal yang sama dengannya.
"Mbak Mira."
Mira menatap ke arah orang yang telah memanggil namanya tadi. Ia adalah ibu Sumiati yang paling dekat dengan Mira di kampung ini.
"Iya Mbak, mau pergi beli sayur juga ya?"
"Iya Mira. Bapak di rumah dan anak-anak katanya mau makan sayur. Terpaksa saya masak sayur hari ini."
Mira tertawa karena setahunnya Ibu Sumiati tidak terlalu menyukai sayur-sayuran.
"Ya mau bagaimana lagi Mbak, ini juga kan kemauan mereka. Kita mah ngalah aja."
"Nah betul itu Mira. Oh iya Mira kamu tidak mengantar anakmu ke TK?"
Mira tersenyum dan lalu kemudian menatap ke arah tukang sayur yang hendak melewati mereka.
"Katanya si Narendra mau pergi sekolah sendiri aja sama teman-temannya. Kalau dianya bisa bergaul dan juga cocok sama teman-temannya yang nggak apa-apa. Aku sih lebih senang ya Mbak, karena aku merasakan aku bisa mandiri sendiri. Semoga ajalah dia bisa memahami situasi."
"Narendra sepertinya memang anak yang pintar Mbak."
"Aamiin."
Lalu kemudian mereka menghampiri tukang sayur dan memilih beberapa sayuran untuk dimasak siang ini.
_______
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!