NovelToon NovelToon

Uncle, I LOVE YOU!

PROLOG

Pesta kelulusan digelar di sebuah ballroom besar sebuah hotel. Alpenze High School tahun ini mendapatkan predikat sekolah terbaik untuk kesekian kalinya. Alpenze School masih berada dalam satu yayasan dengan Williams School. Alpenze didirikan oleh Alexa bersama dengan Dad Azka.

Nathan dan Nala dikenal sebagai si kembar jenius yang tampan dan cantik. Para siswa dan siswi yang bersekolah di sana sungguh mendapatkan pemandangan menarik setiap hari.

Nathan dan Nala datang menghadiri acara kelulusan tersebut ditemani oleh bodyguard mereka masing masing. Nathan ditemani oleh Ten sebagai bodyguard pribadinya, sementara Nala ditemani oleh One.

Nathan akan melanjutkan kuliah ke Oxford University yang ada di Kota Oxford, Inggris. Sementara Nala akan melanjutkan kuliah ke Harvard yang berada di Kota Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.

"Nala!" sapa seorang gadis berambut panjang bernama Edelweiss.

"Elis, kamu sudah datang?" Nala menyambut genggaman tangan sahabat dekatnya itu.

"Tentu saja! Aku tak akan melewatkan pesta kelulusan kita ini. Aku akan sangat merindukanmu jika kita berpisah nanti," ucap Edelweiss yang akan melanjutkan kuliahnya di Toronto, Kanada.

"Sekarang zaman sudah canggih. Kita bisa melakukan video call jika saling rindu. Bahkan aku akan mengunjungimu jika rinduku ini tak tertahankan," ungkap Nala yang membuat Edelweiss tertawa. Ya, hanya dengan Nala saja Edelweiss bisa tertawa lepas.

Nathan menatap keduanya sambil menautkan kedua alisnya. Ia menggelengkan kepalanya saat melihat mereka selalu tak tahu tempat jika bercanda.

"Aku masuk duluan," ucap Nathan.

"Kita masuk juga, El. Aku tak sabar merayakan kelulusan kita ini," ujar Nala yang langsung melingkarkan tangannya di lengan Edelweiss.

"Kamu sudah menyatakan perasaanmu?" bisik Edelweiss di telinga Nala setelah sebelumnya ia melirik ke arah One, bodyguard pribadi sahabatnya itu.

"Aku bingung, El. Ia selalu datar dan tak pernah memperlihatkan sikap yang membuatku bisa menebak bagaimana perasaannya," bisik Nala sendu.

"Kalau begitu, sebaiknya kita nikmati acara kelulusan kita saja. Kita bebaskan pikiran dan hati kita malam ini okay?!" ucap Edelweiss.

"Ayo!" Dengan semangat Nala dan Edelweiss memasuki ruangan besar yang telah dihias dengan beberapa atribut sekolah mereka.

Para siswa kelas akhir sudah datang dan mulai memenuhi ballroom. Mereka berteriak ketika acara dibuka dengan penampilan grup band terkenal di sana. Mereka menari sambil ikut bernyanyi, begitu pula dengan Nala dan Edelweiss.

"la, aku duduk dulu ya. Kakiku sakit," ucap Edelweiss sambil memijat betisnya.

"Ishhh kamu ini, seharusnya sejak seminggu yang lalu kamu berolah raga untuk memperkuat betismu itu, jadi kita bisa berjingkrak sampai acara selesai," ucap Nala.

"Apa kamu mau minum, la?" tanya Edelweiss.

"Tidak, nanti saja," Edelweiss pun meninggalkan Nala yang masih menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, mengikuti irama lagu yang dinyanyikan oleh grup band terkenal itu, sementara Edelweiss mencari tempat duduk.

*****

"Kamu yakin, Mar?" tanya Devian.

"Tentu saja! Aku sangat yakin! Aku akan menyatakan perasaanku malam ini pada Nala," ucap Mario percaya diri.

"Kalau Nala menolakmu?"

"Ia tak akan menolakku, Dev. Apa kamu tidak lihat bagaimana Nala selalu menerima bunga mawar pemberianku?" ucap Mario.

Nala menerimanya hanya karena tak ingin kamu sakit hati, Mar. Kurasa sebaiknya kamu berpikir ulang untuk menyatakan perasaanmu. Aku tak mau kamu sakit hati karena aku yakin Nala tak menyukaimu. - batin Devian.

"Sebaiknya kamu pikirkan lagi, Mar," ujar Devian mengingatkan lagi.

"Sebenarnya apa maumu, Dev? Jangan katakan kalau kamu juga menyukainya?!" ucap Mario ketus.

Devian memejamkan matanya dan menghela nafasnya pelan. Ia memang menyukai Nala juga, tapi ia tak akan merusak persahabatan mereka hanya karena cinta.

Sepertinya saat ini Mario begitu keukeuh dengan apa yang diyakininya. Apapun yang dikatakan oleh Devian, pasti akan salah.

Acara kelulusan berjalan dengan lancar, pesta di dalam ruangan kini akan berpindah menjadi pesta di tepi kolam renang. Sebuah taman telah dihias dengan begitu indahnya, membuat semarak untuk para calon mahasiswa dan mahasiswi lulusan Alpenze School itu.

"Kita ke sana, El," ajak Nala yang menggandeng tangan sahabatnya itu. Bagi Nala, hanya Edelweiss yang begitu tulus menjadi sahabatnya.

"Kamu mau makan lagi?" tanya Edelweiss yang sedari tadi hanya berkeliling menemani Nala untuk mencicipi semua makanan yang tersedia di sana.

Senyum Nala mengembang dengan deretan gigi putihnya terlihat dengan jelas, "sedikit lagi, aku masih lapar."

Tiba tiba terdengar suara ketukan mikrofon hingga membuat yang hadir di sana menoleh ke arah panggung. Tampak Mario dengan setelan jas nya sudah berdiri tegap dan gagah.

Para gadis gadis langsung berseru karena memang Mario adalah salah satu pria tertampan di sekolah mereka. Melihat Mario berdiri di atas panggung, membuat para gadis mulai mengambil tempat tepat di dekat panggung.

"Selamat malam semua!" sapa Mario.

"Malam!!" teriak para gadis bersamaan.

"Malam ini, aku Mario Leonard, mengucapkan selamat untuk kalian semua. Saat ini, aku berdiri di atas panggung ini, ingin menyampaikan sesuatu."

Senyum Mario terukir di wajahnya, membuat para gadis kembali berteriak. Sementara itu Devian hanya bisa diam di tepi panggung. Ia ingin sekali lagi mengingatkan Mario bahwa apa yang ia lakukan akan sia sia.

"Ayo semua maju! Sepertinya Mario ingin mengumumkan sesuatu yang penting. Kita di sini sungguh penasaran loh!" teriak MC yang kembali membuat riuh suasana acara kelulusan.

"Ten, kita pulang saja. Aku malas di sini," ujar Nathan.

"Baik, Tuan," ujar Ten yang memang selalu berada tak jauh dari Nathan. Sementara One mengambil jarak aman karena Nala tak suka jika ia terlalu terkekang.

Nathan berjalan ke arah Nala yang sedang bersama Edelweiss.

"Na, aku pulang dulu," ucap Nathan.

"Kamu tak sampai selesai?" tanya Nala. Meskipun Nathan sangat datar dan dingin, tapi ia sangat perhatian pada Nala.

"Aku malas. Lebih baik aku beristirahat di rumah saja," ucap Nathan pada Nala. Kemudian ia melihat ke arah Edelweiss, "Aku titip Nala."

Edelweiss pun menganggukkan kepalanya. Jujur ia merasa jantungnya berdetak cepat jika berhadapan dengan Nathan. Saudara kembar sahabatnya itu seakan membuat orang orang di sekitarnya merasa takut dan gugup.

Nathan akhirnya pergi dari acara pesta kelulusan itu bersama dengan Ten. Ia tak terlalu menyukai keramaian. Ia datang ke sana hanya karena ada beberapa penghargaan yang harus ia terima di acara tersebut dan itu sudah selesai.

"Nala Athena Thomas, aku menyukaimu. Mau kah kamu menjadi kekasihku?"

🧡 🧡 🧡

RUMAH SAKIT

"Nala Athena Thomas, mau kah kamu menjadi kekasihku?" Mario memegang sebuket bunga di tangan kanan dan mikrofon di sebelah kiri. Ia turun dari panggung dan berjalan ke arah Nala.

"Mario menyatakan cintanya padamu," bisik Edelweiss.

"Aku tahu! Pria itu pasti sudah salah paham dengan semua sikapku belakangan ini. Inilah mengapa aku tak suka bersikap baik pada mereka," bisik Nala pada Edelweiss.

"Lalu sekarang bagaimana?"

"Ya tentu saja akan aku tolak. Aku tak akan mungkin menerima pria yang tak ku sukai, apalagi Uncle One ada di sini. Aku tak mau ia melihatku bersama dengan pria lain selain dirinya," ujar Nala.

Mario melangkahkan kakinya dengan sebuket bunga mawar di tangannya. Senyum yang mengembang di wajahnya, membuat ketampanannya naik seratus persen.

Ia berlutut dengan menekuk sebelah kaki di hadapan Nala, "Nala, aku Mario Leonard, sangat menyukaimu. Jadilah kekasihku."

Mario memberikan buket bunga mawar itu pada Nala. Ia sangat percaya diri bahwa Nala akan menerimanya karena selama ini Nala tak pernah menolak bunga yang ia berikan.

Nala menatap ke arah Mario kemudian menghela nafasnya pelan, "Hai Mario Leonard, aku Nala Athena Thomas, menolaknya dengan hormat. Maaf karena aku tak bisa menerimamu menjadi kekasihku. Aku masih ingin belajar."

Meskipun Nala menolak Mario, tapi ia tak ingin terlalu menyakiti hati pria itu. Kalau ia mau, ia bisa langsung mengatakan pada Mario bahwa ia sudah memiliki seseorang di dalam hatinya, seseorang yang sangat ia sukai, bahkan sejak ia kecil.

"Na?"

Nala sedikit berlutut mensejajarkan dirinya dengan Mario, "Maaf jika sikapku selama ini membuatmu salah paham. Aku juga menyukaimu, tapi sebagai teman."

Mario menghela nafas sedikit kasar. Jujur ia tak terima dengan penolakan Nala. Bahkan ia ditolak di hadapan seluruh siswa kelas akhir, di momen kelulusan mereka. Momen di mana seharusnya ia berbahagia, tapi ia justru merasa sangat malu dengan penolakan Nala.

Sakit hati, itu lah yang dirasakan oleh Mario saat ini. Tak ingin menoleh lagi ke arah mana pun, Mario langsung pergi meninggalkan tempat itu. Devian yang adalah sahabat Mario langsung mengikuti langkah pria itu.

"Aku akan menenangkannya," ucap Devian pada Nala.

"Thank you, Dev. Tell him again that I'm very sorry," ucap Nala.

"Okay," Devian pun langsung pergi meninggalkan acara.

MC yang melihat suasana yang mulai tak kondusif, kembali mengambil alih. Ia mulai melancarkan kembali acara yang sudah disusun sebelumnya.

Edelweiss mengajak Nala untuk duduk di tempat lain. Ia tahu Nala pasti tak enak hati karena telah menolak Mario, tapi bukankah cinta tak bisa dipaksakan.

"Kamu tunggu di sini ya, aku akan mengambilkan makanan dan minuman untukmu," ucap Edelweiss.

"Yang banyak ya, El," ujar Nala yang justru membuat Edelweiss pura pura berdecak kesal. Hal itu malah membuat Nala tertawa.

Saat Edelweiss pergi, beberapa orang gadis mendekati Nala. Mereka adalah genk F4 yang beranggotakan empat orang gadis, yakni Nicole, Fanta, Starla, dan Amadea.

Nala menghela nafas sedikit kesal dengan kedatangan genk F4 tersebut. Tujuan mereka tak lain pasti hanya membuat Nala kesal.

"Apa mau kalian sekarang?" tanya Nala.

"Kamu itu tak tahu diri ya! Sudah bagus Mario mau menyatakan cintanya di depan umum, masih saja kamu menolaknya," ujar Nicole.

"Apa urusannya denganmu? Kalau kamu suka dengannya, kejar saja dia!" ucap Nala.

"Dasar sok cantik!" ucap Fanta.

"Sok cantik? Aku memang cantik, manis, baik, cerdas! Oleh karena itu juga Mario menyukaiku, bukan begitu?!" balas Nala yang tak akan membiarkan genk F4 itu merasa menang.

Nicole mengepalkan sebelah tangannya. Ia yang sejak awal memang tak suka dengan keberadaan Nala, apalagi karena ia merasa kecantikannya tersaingi dengan kecantikan serta kecerdasan Nala, langsung memberi arahan pada Fanta, Starla, serta Amadea.

"Tapi, Nic," Starla merasa ragu melakukannya. Meskipun ia tergabung dalam genk F4, tapi kadang ia tak sejalan dengan ide serta pemikiran Nicole.

"Tak ada tapi tapi! Kerjakan seperti yang tadi sudah kukatakan! Atau kamu sudah siap jika aku menghancurkan perusahaan orang tuamu?" ancam Nicole pada Starla.

Fanta dan Amadea menganggukkan kepalanya dan telah bersiap. Nicole tersenyum sinis, karena sebentar lagi ia akan mempermalukan Nala.

Dengan kode lirikan mata, Fanta serta Amadea langsung menarik kedua tangan Nala dengan cepat. Nala yang merasa kaget tiba tiba menjadi sedikit kaku dan susah bergerak.

Byurrrr

Fanta dan Amadea menarik Nala, kemudian mendorong Nala ke arah kolam renang. Sontak hal itu mengundang perhatian beberapa orang, termasuk Edelweiss yang kembali ke meja di mana tadi ia meninggalkan Nala, sambil membawa makanan dan minuman.

Mata Edelweiss membulat saat melihat genk F4 berada di sana dan Nala sudah tersebur ke kolam renang.

"Nala!" teriak Edelweiss.

Teriakan Edelweiss langsung membuat One yang sedang menerima telepon dari Zero pun tersadar. Ia mematikan sambungan ponsel tersebut dan berlari ke arah asal suara.

"Nala!" teriak One.

Tanpa banyak bicara lagi, One langsung membuka sepatunya dan menceburkan dirinya ke dalam kolam. Dengan cepat One mendapatkan Nala dan memeluknya, kemudian membawanya naik ke atas.

"Nala!" Edelweiss setengah berlutut saat melihat one sudah berhasil menaikkan Nala ke atas, ke pinggiran kolam.

"Hubungi ambulance," pinta One pada Edelweiss. Edelweiss langsung meraih ponsel di dalam tas nya, sementara One memeriksa keadaan Nala.

"Sialannn!!" umpat One saat ia tak merasakan detak jantung dan nafas Nala. Ia mulai melakukan CPR untuk pertolongan pertama. Beberapa kali One menekan bagian dadda Nala, kemudian tanpa ragu One langsung memberikan nafas buatan.

One melakukan itu beberapa kali, hingga akhirnya Nala terbatuk dan mengelurkan air dari mulutnya. One sedikit bernafas lega, kemudian langsung menggendong Nala untuk membawanya ke arah brankar ambulans yang baru tiba di sana.

Edelweiss melihat ke arah genk F4 yang tertawa di sudut kolam renang, terutama Nicole dan Fanta. Edelweiss mengikuti langkah One, kemudian dengan mobilnya ia ikut pergi ke rumah sakit.

*****

Sesampainya di rumah sakit, One langsung membiarkan para petugas kesehatan itu melakukan tugasnya. Ia langsung menghubungi Ten dan memberitahukan hal ini pada Nathan.

Nathan selalu berpesan padanya, apapun yang terjadi pada Nala, harus menghubungi dirinya terlebih dahulu. Jangan sampai kedua orang tuanya tahu, karena sejujurnya Michael dan Alexa sangat mengkhawatirkan Nala akibat trauma yang pernah ia alami.

"Tuan, bagaimana keadaan Nala?" tanya Edelweiss yang baru sampai di rumah sakit.

"Saat ini Nala sedang ditangani. Apa kamu melihat semua kejadiannya?" tanya One.

Edelweiss menggelengkan kepalanya, "Aku sedang mengambil makanan saat itu, tapi aku melihat genk F4 berada di pinggir kolam saat kejadian itu."

Tak lama, Nathan datang ke rumah sakit bersama Ten. Tatapan Nathan terasa sangat menusuk melihat ke arah Edelweiss. Ia seakan menyalahkan Edelweiss atas apa yang terjadi pada Nala.

🧡 🧡 🧡

BAGAIMANA RASANYA DICIUM?

Nathan baru saja selesai membersihkan diri. Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya menatap langit langit kamar tidurnya, menerawang tanpa suara.

Ia menghela nafasnya pelan kemudian meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Ia membukanya dan melihat sesuatu yang nampak di layar ponselnya, sampai akhirnya muncul nama Ten di sana, asisten pribadinya yang secara khusus disiapkan oleh Mom Alexa.

"Ada apa, Uncle?" tak biasanya Ten mengusik dirinya saat ia sudah berada di rumah, apalagi malam sudah larut.

"Nala masuk rumah sakit," ucap Ten.

"Siapkan mobil, kita ke sana. Jangan sampai Dad dan Mom tahu hal ini," perintah Nathan. Dad Michael dan Mom Alexa sedang mengunjungi Grandpa Azka dan Grandma Mia, bersama dengan Nicholas. Nathan dan Nala akan menyusul mereka beberapa hari lagi.

Nathan yang awalnya ingin beristirahat pun kembali ke area wardrobe dan mengganti piyamanya. Ia segera keluar dan menemui Ten yang tinggal di paviliun belakang bersama dengan keluarganya.

Ten melajukan mobilnya dengan cepat. Untung saja suasana jalan sudah sepi karena memang hari sudah sedikit larut. Mereka pun akhirnya sampai di rumah sakit.

Nathan langsung menuju ke bagian gawat darurat. Di sana ia melihat One dan juga Edelweiss. Matanya menatap tajam ke arah sahabat adiknya itu.

Bukankah aku sudah menitipkan Nala padanya. Seharusnya ia bisa memperhatikan Nala, meskipun sedikit. Tak dapat dipercaya! - batin Nathan.

"Saat ini sedang ditangani oleh dokter. Nala tercebur ke dalam kolam renang," jelas One.

Nathan rasanya semakin marah, apalagi mendengar bahwa Nala mengalami musibah di mana itu adalah trauma nya. Air, ya ... Sejak kejadian ia hampir ditenggelamkan oleh pengasuhnya di dalam bathtub, Nala memang sangat menghindari hal hal yang berhubungan dengan air, kecuali minum dan mandi.

"Selidiki semuanya!" perintah Nathan. Ia yakin tak mungkin Nala menceburkan dirinya sendiri. Pasti ada sesuatu yang terjadi di sana setelah ia pergi.

One langsung pergi dari sana sementara Ten tetap menemani Nathan. Mata Nathan kembali mengarah pada Edelweiss.

"Pulanglah! Tak ada gunanya juga kamu berada di sini," ucap Nathan.

"T-tapi ..."

Nathan tak mengindahkan Edelweiss lagi. Ia menjauh dari sahabat adiknya itu dan duduk di salah satu sofa di sana. Ten pun langsung mendekati Edelweiss.

"Sebaiknya Nona pulang saja," ucap Ten.

"Tuan, bisa kah nanti mengabariku kalau Nala sudah sadar? Aku sungguh mengkhawatirkannya," ucap Edelweiss. Ia mengambil secarik kertas dari dalam tas nya dan menuliskan nomor ponselnya di sana, lalu memberikannya pada Ten.

"Baiklah."

"Terima kasih," Edelweiss pun pamit pada Ten dan melihat sekilas pada Nathan yang duduk diam menatap bagian gawat darurat.

Segera lah sadar, Na. Aku ingin bertemu denganmu sebelum kita berpisah. - batin Edelweiss.

*****

Keesokan paginya, Nala terbangun. Bayangan saat dirinya diselimuti oleh air kembali masuk dalam ingatannya. Ia juga bisa mendengar suara Edelweiss yang berteriak memanggil namanya.

"Na," Nala merasakan tangannya hangat karena genggaman seseorang.

"Nat," ucap Nala saat membuka matanya dan melihat dengan jelas bahwa Nathan lah yang ada di sampingnya.

Nathan langsung menekan tombol untuk memanggil dokter dan perawat. Mereka pun langsung datang untuk memeriksa keadaan Nala.

"Keadaannya sudah tidak apa apa," ucap sang dokter.

"Baiklah, terima kasih," ucap Nathan.

"Apa aku sudah boleh pulang?" tanya Nala yang memang tidak suka berada di rumah sakit.

"Sebaiknya Nona beristirahat lagi semalam di sini, setelah itu baru pulang," ucap sang dokter, kemudian keluar dari ruangan.

"Nat, aku mau pulang," ujar Nala. Nathan memang selalu melindungi Nala dan memperhatikan saudara kembarnya itu, meskipun sikapnya datar dan dingin.

"Baiklah, aku akan bicara dengan dokter."

"Terima kasih," ucap Nala dengan tersenyum.

*****

"Uncle sudah menemukan penyebabnya?" tanya Nathan pada One.

One menganggukkan kepalanya, "Semalam seorang pria bernama Mario menyatakan perasaannya pada Nala."

Mario? - batin Nathan.

"Nala menolaknya, lalu pria itu pergi meninggalkan lokasi acara. Nona Edelweiss menemani Nala ke sebuah meja, kemudian meninggalkan Nala untuk mengambil makanan. Saat itu lah datang empat orang gadis dan mulai berbicara dengan Nala."

Pasti Nicole dan teman temannya. - batin Nathan lagi.

"Dua orang gadis menarik Nala dan langsung mendorongnya ke arah kolam renang, lalu mereka meninggalkannya."

"Siapa?"

"Nona Fanta dan Nona Amadea," jawab One.

"Hanya mereka berdua?" tanya Nathan.

"Ya. Nona Nicole hanya melihat dan Nona Starla berdiri agak jauh," jelas One lagi.

"Buat perusahaan keluarga mereka sedikit goyang. Jika mereka macam macam lagi, hancurkan saja," perintah Nathan.

"Baik," One pun langsung pergi dari sana dan melaksanakan tugasnya.

Nathan kembali ke dalam ruang rawat Nala dan melihat saudara kembarnya itu sedang menatap sarapan pagi yang ada di hadapannya.

"Apa tidak ada makanan lain?" tanya Nala yang tak suka makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Sepertinya ia harus berbicara dengan Dad Michael agar mempekerjakan seorang koki handal di rumah sakit agar rumah sakit mereka bisa semakin ramai.

"Kalau kamu tidak mau makanan seperti itu, jangan masuk rumah sakit. Kamu seharusnya menjaga dirimu baik baik," ujar Nathan.

"Ishhh, aku kan kaget saat mereka tiba tiba menarikku. Mereka curang! Bisanya main keroyokan," gerutu Nala. Tapi di dalam hati ia bergidik ngeri jika kembali memikirkan bagaimana semalam ia harus tercebur ke dalam kolam yang dingin itu.

Tokk ... Tokk ... Tokk ...

Pintu ruang rawat Nala terbuka dan menampakkan sosok Edelweiss di depan pintu. Mata Nala langsung bersinar dan bibirnya melengkung membentuk senyuman.

"El, kamu datang!" ucap Nala senang.

Edelweiss masuk ke dalam ruangan sambil membawa sebuah tas yang Nala yakini isi di dalam nya adalah tempat makan.

"Apa yang kamu bawa?" tanya Nala antusias.

Edelweiss melangkah mendekati Nala dan meletakkan kotak makan itu di depan Nala. Nala yang tidak naffsu saat melihat makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit, kini menelan salivanya saat melihat apa yang dibawakan oleh Edelweiss.

"Aku keluar dulu," ucap Nathan. Fokus Edelweiss sedari tadi adalah Nala, hingga ia baru tersadar bahwa Nathan masih berada di sana. Ia langsung menundukkan kepalanya. Ia masih merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada Nala, karena meninggalkan sahabatnya itu sendirian.

"Makanlah," ucap Edelweiss setelah Nathan sudah benar benar keluar dari ruang rawat. Nala pun tak sungkan sungkan karena ia memang merasa sangat lapar.

Setelah Nala menghabiskan makanannya, Edelweiss membasuh tempat makan itu di wastafel, kemudian membungkusnya lagi dengan tas makan yang tadi dibawanya.

"Maafkan aku karena meninggalkanmu sendiri semalam, Na," ucap Edelweiss.

"Aku tidak apa apa, El. Tenanglah. Aku yakin Nathan akan menyelesaikan semuanya," ujar Nala yang sangat tahu bagaimana sifat Nathan. Ia yakin Nathan akan membuat perhitungan dengan para anggota F4 yang telah mengganggunya.

"Hmm ... Lalu, bagaimana rasanya dicium oleh Uncle One?" tanya Edelweiss.

"Dicium?!"

🧡 🧡 🧡

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!