...~Happy Reading~...
Brakkkk!
Suara gebrakan meja yang cukup keras, membuat beberapa orang yang berada di dalam ruangan itu sedikit terkejut.
Menatap takut pada sosok laki laki paruh baya yang tengah menatap tajam pada putri semata wayang nya.
Berbeda dengan beberapa pelayan juga keluarga nya, gadis itu justru malah terlihat begitu santai sambil mengutak atik kuku nya di sofa.
"Papa benar benar kecewa sama kamu!" ucap seorang laki laki paruh baya yang berdiri di depan gadis tersebut.
"Iya iya, Ele janji, ini yang terakhir," jawab gadis yang bernama Eleena Sora atau yang kerap di panggil Ele.
"Sebelum nya, kamu juga seperti ini!"
"Kali ini, Ele berjanji, tidak akan sampai tertangkap lagi!" imbuh gadis itu bersungguh sungguh.
"Tidak akan sampai tertangkap lagi?" beo sang ayah dengan ekspresi wajah melongo, "Itu berarti kamu masih mau balapan lagi?" imbuh nya semakin tak mengerti dengan sikap anak nya.
"Pa, balapan itu hobi Ele, gak mungkin Ele berhenti dadakan begitu," ucap gadis itu langsung menghela napas nya berat.
"Lagipula ya Pa, fans Ele itu udah banyak. Papa gak kasihan sama mereka, kalau tiba tiba Ele berhenti balapan?" imbuh nya dengan memasang wajah memelas kepada sang ayah.
"Tapi bukan balapan liar juga Ele!" geram sang ayah semakin tak bisa berkata kata saat menghadapi kelakuan putri tunggal nya.
Entah sudah ke berapa kalinya, Brata Sanjaya, harus mendapatkan laporan dari orang kepercayaan nya bahwa sang putri kembali di tahan oleh polisi lantaran tertangkap saat balapan liar.
Entah sudah ke berapa kalinya juga, Brata harus di buat pusing oleh tingkah anak nya yang satu itu. Karena selain sering mengikuti balapan liar, namun Eleena juga sering bolos kuliah.
Berulang kali, Brata mencoba menawarkan Eleena agar mengikuti balapan yang resmi, namun anak itu selalu menolak.
Karena bagi Eleena, balapan legal dan ilegal sangat berbeda jauh. Tentu saja, karena ketika ia mengikuti balapan ilegal atau liar, itu akan menambah adrenalin nya.
Brata kembali menarik nafas nya dengan cukup panjang, ia mendudukkan diri tepat di depan sang putri.
"Papa sudah putuskan untuk memasukkan kamu ke dalam pondok!" ucap Brata tiba tiba yang membuat Eleena seketika langsung membulatkan matanya dengan sempurna.
"Wait, P—pondok? Maksud Papa?" tanya Eleena yang sebenarnya ia sudah tahu apa maksud dari ayah nya.
Pondok, sudah pasti yang di maksud pak Brata adalah pondok pesantren. Karena memang sejak dulu, pak Brata sudah berencana untuk memasukkan dirinya ke sana.
'Mampuss, gue lupa!' umpat Eleena dalam hati, merutuki dirinya yang sudah melupakan perkataan sang Papa beberapa bulan yang lalu.
Dulu, Eleena pernah membuat kesepakatan dengan ayah nya, bahwa ia tidak akan nakal lagi. Eleena akan menjaga sikap, tepatnya ia akan lulus sekolah dengan baik.
Eleena menepati janjinya. Ia bisa lulus sekolah dengan lancar, namun saat masuk kuliah ternyata sikap nya kembali berulah.
Ia sering bolos, bahkan sering mengikuti balapan liar lagi tanpa sepengetahuan ayah nya. Padahal, biasanya ia selalu bisa kabur dari kejaran polisi, namun kali ini dirinya benar benar sial, karena harus tertangkap lagi dan mau tak mau ayah nya yang turun tangan lagi.
"Besok pagi—"
"Papaaaa, Ele gak mau!" rengek gadis itu langsung beranjak dari tempat duduk nya dan berlutut di depan sang ayah.
"Ele janji, kali ini Ele beneran akan menepati janji. Papa, plisss jangan buang Ele, jangan usir Ele dari sini. Ele anak Papa satu satu nya, Ele mohon Pa!" imbuh Eleena yang kembali membuat drama kepada sang ayah.
Brata sudah cukup hafal dengan drama yang di buat putrinya. Maka dari itu, ia memilih mengabaikan Eleena dan meninggalkan gadis itu begitu saja di ruang keluarga.
"Papaaa! Papa jangan begini, ini gak lucu! Papaa!"
Brata menutup telinga nya dan terus berjalan saat mendengar teriakan dan permohonan maaf dari putri nya.
Bukan jahat, namun Brata merasa bahwa ini adalah jalan terbaik untuk membuat putri nya bisa kembali menjadi gadis baik baik.
...~To be continue... ...
...🍁...
...🍁...
...🍁...
...🍁...
...🍁...
...Holaaa semuanya... Akhirnya kamar ini publish juga... Hayoo siapa yang sudah gak sabar untuk mengarungi perjalanan mas Yusuf dan calon nya 🤭 ...
...Jangan lupa like, komen dan subscribe / tap love, agar tidak ketinggalan saat ada notif dari mas Yusuf 🤭🥰...
...~Happy Reading~...
"Kenakan kerudung kamu, Ele!" tegur sang ayah saat hendak turun dari mobil.
Ya, setelah menempuh perjalanan yang lumayan panjang dan jauh, kini akhirnya mobil yang di tumpangi oleh pak Brata dan Eleena sudah tiba di sebuah tempat yang di janjikan pak Brata tempo hari.
"Pa, coba Papa pikirkan sekali lagi. Papa tega, ngebuang anak semata wayang Papa disini?" tanya Eleena masih berusaha menego dengan ayah nya.
"Papa tidak pernah membuang kamu. Justru, Papa ingin yang terbaik untuk kamu!" jawab pak Brata sambil menghela napas nya dengan cukup berat.
"Tapi Ele merasa di buang disini, Pa!" keluh Eleena dengan memasang wajah yang semelas mungkin.
"Kenakan kerudung kamu dengan benar, agar kita bisa segera masuk!" ucap pak Brata memilih untuk mengabaikan rengekan putri nya.
Mau tak mau, akhirnya Eleena kembali memasang kerudung nya dengan benar. Pakaian nya sudah rapi dengan gamis berwarna hijau army dan kerudung pasmina senada.
Seharusnya, gadis itu sudah terlihat cantik dan anggunly. Namun, di karenakan wajah nya yang sangat ketus dengan gaya berjalan nya Eleena yang sangat di luar nalar seorang wanita.
"Assalamu'alaikum, selamat datang pak Brata," sambut seorang laki laki berwajah tampan dan teduh yang sudah siap menunggu kedatangan pak Brata dan putri nya.
"Walaikumsalam, selamat sore Pak Mike. Maaf, jika saya mengabari secara mendadak, tapi saya benar benar sangat membutuhkan bantuan anda," ujar pak Brata kepada sahabat lama nya yang tak lain dan tak bukan adalah salah satu pendiri pondok pesantren yang kini ia kunjungi.
Mike Pranata, seorang pengusaha ternama di Jakarta yang memiliki beberapa perusahaan besar dan banyak cabang hampir di seluruh Indonesia.
Kini, laki laki itu di usia yang sudah mulai tua memilih untuk mengurus pondok pesantren yang ia buat beberapa tahun yang lalu untuk anak anak nya.
Ya, berawal dari anak pertama nya yang ingin belajar di pondok pesantren. Mike memilih mendirikan pondok tersebut agar putra nya merasa nyaman dan tentu saja aman.
Mike bekerja sama dengan seorang kiyai untuk mendirikan pondok tersebut. Hingga setelah sepuluh tahun lebih berjalan, kini pondok itu semakin ramai bahkan sudah cukup terkenal di kota tersebut.
"Tidak perlu sungkan pak Brata. Mari, silahkan masuk dulu." Ujar Mike mengajak tamu nya untuk masuk.
"Saya tunggu Papa disini saja," ucap Eleena dengan tiba tiba membuat langkah kaki pak Brata dan Mike terhenti.
Seketika itu juga, pak Brata langsung memutar badan dan menatap putri nya yang nampak malas untuk memasuki pondok tersebut.
"Ele!" tegur pak Brata sambil menatap tajam pada putri nya.
"Males Pa, lihatin tuh mata mereka pada lihatin Ele begitu. Papa gak takut apa, kalau nanti disini Ele di bully, terus Ele nangis dan bunuh diri. Papa gak takut, kalau—"
"Astaghfirullah, " pak Brata langsung memejamkan matanya sambil menarik napas nya panjang.
Ia benar benar tidak habis pikir, dengan jalan pikiran putri nya yang terlalu jauh berkelana bebas.
"Maaf Pak Mike, maafkan putri saya," imbuh pak Brata kini menatap Mike yang justru tersenyum melihat sikap Eleena.
"Tidak apa apa pak Brata. Saya maklum, " jawab Mike menganggukkan kepala nya, "Uma, tolong ajak Eleena masuk ya." imbuh Mike menatap pada seorang wanita cantik yang baru saja tiba.
"Assalamu'alaikum pak Brata," sapa wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Arshyla, istri dari seorang Mike Pranata.
"Walaikumsalam, bu Arsy," balas pak Brata sambil mengantupkan kedua tangan nya.
"Silahkan langsung masuk saja Pak, biar Eleena bersama saya," ujar Arsy tersenyum ramah.
Mike dan Pak Brata pun segera masuk ke dalam pondok. Sedangkan Arsy berusaha membujuk Eleena yang masih enggan untuk masuk.
"Dulu, kamu masih sangat kecil. Kenapa kamu begitu cepat tumbuh besar, Nak," ucap Arsy dengan suara yang begitu lembut hingga seketika membuat Eleena terdiam dan langsung menatap wajah teduh nan cantik itu.
"Uma."
...~To be continue......
...~Happy Reading~...
“U—Uma ... “
“Assalamualaikum Eleena,” sapa uma Chila tersenyum saat mendekati Eleena.
Eleena langsung terdiam, ia terus menatap lekat pada sosok wanita paruh baya yang ada di depan nya. Du belas tahun lalu, ia pernah bertemu dengan wanita itu, Uma Chila. Eleena pernah memanggil wanita itu dengan sebutan Uma.
Dulu, keluarga Brata dan Mike pernah bertetangga satu komplek. Keduanya dekat dan cukup akrab, bahkan Mike lah yang memberikan banyak pelajaran dalam hidup pak Brata kala itu.
Tepat saat ia bercerai dengan istrinya, pak Brata pindah ke rumah baru dengan Eleena. Saat itu, kehidupan pak Brata sangat hancur hingga membuatnya jarang memperdulikan keberadaan sang putri.
Itulah yang membuat Eleena menjadi dekat dengan keluarga Pranata. Namun, itupun tidak berlangsung lama, karena Mike memutuskan untuk pindah ke luar kota saat mendirikan pondok pesantren tersebut.
Sejak saat itu, hidup Eleena semakin kesepian, hingga membuat nya menjadi gadis bar bar dan urakan. Karena kurang nya kasih sayang dari kedua orang tuanya. Uma Chila yang sudah ia anggap sebagai sosok ibu nya, juga pergi meninggalkan nya.
Jangan tanyakan dimana keberadaan ibu kandung Eleena, karena wanita itu sudah benar benar menghilang entah kemana sejak saat umur Eleena masih enam tahun. Brata selalu sibuk dengan pekerjaan nya, dan ia hanya bisa memantau anak nya lewat orang orang kepercayaan nya.
Brata memang memberikan semua yang di butuhkan untuk Eleena. Semua kebutuhan materi tidak pernah tidak bisa di dapatkan oleh Eleena. Namun, Brata lupa jika putri nya juga membutuhkan kasih sayang nya.
“W—waalikumsalam, Umma,” jawab Eleena langsung menundukkan kepala nya.
“Kenapa Nak? Ayo masuk sama Umma,” ajak umma Chila, namun dengan cepat Eleena menggelengkan kepala nya. Ia benar benar masih malu dan takut untuk masuk ke dalam pondok.
“Mau ngobrol sama Umma? Di sana ada kolam ikan, di pinggir sawah. Umma yakin, kamu bisa merasa tenang di sana,” ucap umma Chila yang masih terus berusaha membujuk Eleena.
Dan benar saja, mendengar ajakan umma Chila kali ini, Eleena langsung mendongak dan menganggukkan kepala nya.
Sementara itu, di tempat yang berbeda. Tepatnya di kantor abi Mike, kini dua laki laki yang hampir seumuran itu tengah berbincang mengenai niat pak Brata yang ingin menitipkan sang putri di pondok tersebut.
“Apakah Pak Brata yakin, mau menitipkan Eleena disini?” tanya abi Mike sekali lagi.
“Insyaallah saya yakin, Pak Mike. Rasanya saya sudah cukup lelah menghadapi Ele setiap harinya.” Pak Brata langsung menyandarkan tubuh nya pada sandaran sofa sambil menarik nafas dalam.
Bayangan demi bayangan, bagaimana putri nya yang sering mengikuti balapan liar, baik motor maupun mobil, dan berakhir di kantor polisi. Membuat pak Brata semakin takut, jika nanti terjadi apa apa dengan putri nya.
Jika hanya masuk ke kantor polisi, pak Brata masih bisa menebus dan membebaskan putri nya dari sana. Namun, bagaimana jika Tuhan berkehendak dan putrinya mengalami kecelakaan karena hal itu?
Tentu saja, pak Brata merasa sangat takut, selain itu, semakin lama Eleena juga semakin dewasa. Tentu saja, pak Brata ingin putri nya bisa mendapatkan sosok suami yang baik.
Dan, Eleena tidak akan bisa mendapatkan sosok laki laki baik jika Eleena masih berada di dalam lingkaran balap liar bersama teman teman nya yang sebagian besar juga seorang pecandu.
...~To be continue......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!