Setiap orang ingin merasakan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian dalam kehidupan rumah tangganya. Itulah sebabnya banyak orang yang menikah karena cinta. Namun, ternyata ada pula pernikahan karena cinta nyatanya tidak baik-baik saja setelah menikah.
Dan itu di alami oleh wanita muda berusia 25 tahun. Kyara Maharani, itulah namanya. Wanita yang harus menelan pil pahit kenyataan ketika kehidupan rumah tangganya tidaklah seindah yang ia bayangkan. Berharap setelah menikah karena cinta membawanya bahagia, tetapi ternyata malah membuatnya tertekan penuh air mata.
Suami yang ia cinta kini seringkali memperlakukan dirinya kasar, sering main judi, sering main sabung ayam, dan juga pengangguran. Perubahan itu berawal dari suaminya yang di pecat karena adanya pengurangan karyawan.
Langkah lesu seorang pria berambut gondrong di ikat rapi dengan baju terlihat berantakan, dan tas di jinjing melangkah masuk ke dalam rumah.
Kyara yang sedang membersihkan lantai menggunakan sapu pun terkejut melihat suaminya kembali pulang. Kyara melirik jam yang ada di dinding, pukul 08 : 30 WIB.
"Loh, Bang, ini baru saja jam setengah sembilan. Kenapa sudah pulang saja? Biasanya pulangnya nanti jam empat atau jam lima sore." Kyara menyenderkan sapu ke dinding dan mengikuti langkah suaminya. Ia hendak menyodorkan tangan untuk mencium tangan suaminya, tetapi tidak di gubris oleh suami. Hal itu membuat Kyara heran, karena tidak biasanya sang suami menolak uluran tangan dia.
Pria itu menghempaskan tubuhnya secara kasar keatas kursi. Punggungnya ia sandarkan ke kursi dengan kepala menengadah ke atas dalam keadaan mata terpejam.
Melihat suaminya yang kelelahan, Kyara berinisiatif mengambil segelas air minum beserta cemilannya, kue rengginang sisa selamatan tetangga sebelah kemarin sore.
"Bang, di minum dulu teh hangatnya. Siapa tahu setelah minum Abang jadi lebih enakan lagi," ujar Kyara sambil menyimpan nampan yang ia bawa ke atas meja. Lalu Kyara duduk di samping suaminya.
"Abang tidak selera minum, Kya."
Kyara diam memperhatikan suaminya yang masih dalam posisi awal.
"Abang di pecat gara-gara ada pengurangan karyawan. Sekarang Abang pengangguran, Kyara. Abang tidak memiliki pekerjaan lagi." Barulah pria itu membuka mata dan menoleh menatap Kyara.
Kyara sebenarnya cukup terkejut atas kabar barusan. Namun, ia tidak ingin membuat suaminya semakin sedih dengan keterkejutan yang ia lihatkan.
"Bang, mau Abang bekerja ataupun tidak, aku akan tetap berada di sisi Abang. Soal pekerjaan, mungkin itu bukan rezeki Abang lagi. Abang 'kan bisa berhenti dulu, istirahat dulu di rumah. Mungkin ini cara Tuhan untuk memberikan Abang istirahat dari pekerjaan yang selalu membuat Abang lelah." Dengan bijaknya dan dengan suara yang lembut, Kyara mencoba menenangkan suaminya agar doa tidak sedih. Namun, reaksi yang di tunjukkan begitu berbeda.
"Ini semua gara-gara kamu, Kyara. Seandainya kamu tidak meminta Abang buat menawarkan dagangan soto kamu, Abang tidak akan mungkin di pecat!"
Kyara mengerutkan keningnya, ia merasa heran dan bingung kenapa barang jualannya di bawa-bawa? Iya, jika Kyara meminta suaminya untuk mengajak para rekan kerja mampir ke tempat dia jualan soto. Tapi, untuk masalah pemecatan yang dilakukan perusahaan tidaklah ada sangkut pautnya dengan barang jualan dia. Aneh bukan?
"Bang, apa hubungannya soto sama Abang yang kena pecat? Setahuku itu alasan yang tidak masuk akal, Bang." Kyara memandang lekat bola mata suaminya. Dia merasa heran karena suaminya menyalahkan dirinya. Padahal. Kyara tidak pernah tahu kejadian seperti apa yang terjadi di tempat kerja sampai membuat suaminya di keluarkan secara tiba-tiba.
"Ya, karena kamu meminta Abang untuk mengajak rekan-rekan mampir ke kedai soto milik kamu, Abang kena pecat tanpa pesangon." Tetapi, raut wajah suaminya Kyara terlihat tegang saat istrinya menatap lekat mata sang suami.
"Sudahlah, Abang capek, mau istirahat. Jangan ganggu Abang!" sambungnya lagi sambil beranjak berdiri lalu pergi ke arah kamar.
Kyara menatap heran atas sikap suaminya saat ini. "Bang Beni kenapa? Tidak biasanya dia menyalahkan ku atas apa yang terjadi padanya. Ini aneh sekali."
Meski merasa heran, Kyara tidak mau berpikiran macam-macam. Ia kembali melanjutkan kegiatannya mempersiapkan barang jualan yang akan ia jual hari ini.
Kedai soto Kyara, itulah nama yang tertulis di spanduk persegi panjang yang ada di sebrang jalan. Tempatnya saling berhadapan dengan rumah yang saat ini di tinggali, dan juga terlihat ramai karena memang berada di pinggir jalan.
*****
Hari demi hari telah terlewati, bulan pun sudah berganti, dan dua bulan telah berlalu dari hari pemecatan yang dialami Beni.
Beni yang tak kunjung mendapatkan pekerjaan selalu saja marah-marah melampiaskan kekesalannya kepada Kyara. Seperti hari ini, dia membentak istrinya hanya karena kopi yang ia minum terasa manis sekali.
Bruuffftttt ....
"Apa-apaan ini! Kopinya manis sekali. Lu tidak becus buat kopi buat Abang? Lu sudah lama mengetahui apa yang gue suka tapi kenapa lu sampai membuat kopi saja kemanisan, Kyara?" sentak Beni menyemburkan kopi yang ia minum. Lalu, ia menyimpan kasar cangkirnya ke atas meja. Untungnya gelas plastik, kalau kaca, sudah pasti pecah.
Kyara memejamkan mata saking terkejutnya mendapatkan lagi sentakan dari suami yang ia cinta. Perkataannya pun berubah menjadi lu, gue. Bukan lagi aku dan kamu. Semua perubahan ini pun membuat Kyara keheranan dengan sejuta pertanyaan. Kenapa bisa suaminya berubah secepat ini dalam kurun waktu dua bulan?
"Masa sih, Bang? Aku menuangkan gulanya sesuai selera Abang, kok."
"Kau itu bodoh, tidak becus jadi bini!" sentaknya lagi menunjuk wajah Kyara dengan tatapan kesal.
Kyara mendongak menatap sedih mata suaminya. "Kenapa Abang berubah? Apa salah aku sampai aku yang sekarang selalu salah di mata Abang?" tanya Kyara karena tidak sanggup lagi untuk menanyakan hal ini. Perlakuan Beni memang misterius, perubahan yang cepat, dan juga begitu tidak masuk akal.
"Berubah apa? Jadi super hiro? Masih saja lu tanya kenapa gue berubah? Seharusnya lu sadar, gara-gara lu gue di pecat. Itu kerjaan yang gue inginkan, menjadi manager keuangan di salah satu pabrik sepatu terbesar di kota kita. Tapi semua hancur hanya karena gue menawarkan barang dagangan lu pembawa sial itu!" sentak Beni lalu, pria itu melengos pergi.
"Itu bukan alasan yang logis, Bang! Aku yakin bukan ini alasannya," sahut Kyara memekik berharap mendapatkan sebuah jawaban pasti atas perubahan sikap suaminya yang aneh ini.
"Terserah lu, dah. Gue tidak suka di tanya-tanya. Lu jadi bini bawel amat." Namun, Beni yang hendak keluar rumah kembali masuk lagi. Dia mendekati Kyara.
"Minta duit buat jajan gue!" ujarnya sambil menengadahkan telapak tangan di hadapan Kyara.
Lagi-lagi suaminya selalu meminta uang, "untuk apa? Tadi pagi Abang sudah minta dan sekarang minta lagi."
"Halah, jangan banyak omong lu, buruan bagi duit!"
"Tapi, Bang ..."
Karena kesal Kyara tidak memberikannya, ia menggeledah paksa saku baju yang Kyara kenakan.
"Bang! Jangan!"
"Diam lu! Ini apa, hah?" sentaknya menunjukkan uang lima puluh ribu yang berhasil di temukan. "Segini saja pelitnya minta ampun, bini ngeselin lu."
Kedai Soto
Semakin siang, kedai milik Kyara semakin ramai di kunjungi para pembeli. Soto buatan Kyara sudah tidak di ragukan lagi, dari rasa dan penyajiannya sangatlah enak dan rapi. Banyak orang yang menyukai soto buatan Kyara.
Seperti yang terjadi hari ini, Kyara sampai kewalahan melayani pembeli. Untungnya ada anak tetangga sekitar 16 tahun mau membantunya. Tapi bukan berarti Kyara hanya menggunakan jasanya saja, tapi Kyara juga memberikan upah untuk gadis manis itu.
"Maya, tolong berikan ini ke Bu Yuyun dan Bu Rumi, ya." Pinta Kyara kepada Maya. Dia menyerahkan nampan berisi dua mangkuk berisi soto.
"Iya, Teh." Balas Maya sambil mengambil makanan nampannya kemudian memberikannya ke meja yang ada di depan.
"Eh kalian tahu tidak, aku tadi melihat suaminya Kyara jalan sama perempuan. Wanitanya cantik sekali dan juga sangat sexy."
"Ah, masa sih jeng Emi? Mungkin salah lihat kali. Mana mungkin suaminya Kyara selingkuh."
"Saya beneran, Bu. Mereka begitu mesra saat menaiki motornya. Si wanita memeluk erat suaminya Kyara dan mereka terlihat bahagia sekali. Aku malah kasihan kepada Kyara, cantik, baik, dan istri Sholehah malah di khianati*."
Pembicaraan dua wanita yang ada di pojok terdengar oleh telinga Kyara. Kupingnya terasa panas saat mereka menyebut suaminya. Rasa penasaran pun hinggap di hatinya dan ia mendekati meja itu.
"Permisi Bu, maaf mau tanya. Apa benar tadi ibu melihat suami saya jalan dengan wanita lain?" tanya Kyara begitu ramah dan langsung kepada intinya saja.
Kedua ibu-ibu itu saling lirik dan mereka menjadi tidak enak hati kepada Kyara. Seakan mengerti, Kyara kembali berkata.
"Tidak apa-apa, ibu bilang saja apa yang ibu lihat. Aku tidak akan marah kok, hanya saja rasa penasaran ku begitu besar." Kyara masih setia berdiri di sana dan ingin mendengarkan.
"Begini, tadi saya sedang belanja ke supermarket. Kebetulan dijalan tidak sengaja melihat Beni berboncengan dengan seorang wanita. Saya kira itu kamu, eh pas kelihatan dekat ternyata bukan kamu. Wanitanya tinggi, putih, rambutnya sebahu, terus pakaian cukup rapi seperti pekerja pabrik.
"Perempuan? Pekerja pabrik? Apa ibu yakin itu suami saya?" kata Kyara.
"Yakin, itu memang suami kamu."
Kyara diam memikirkan perkataan tetangganya. Dia merasa tidak percaya, tapi juga bingung atas kesaksian tetangganya. "Apa benar kalau bang Beni selingkuh dari ku? Tapi tidak mungkin terjadi. Bang Beni bilang tidak mungkin suka sama cewek lain selain aku."
"Makasih ya Bu atas informasi. Silahkan makan!" Lalu, Kyara kembali bekerja. Ia tidak mempercayainya, tapi ia penasaran juga atas kabar yang barusan ia dengar.
"Hei tetangga, beli soto dong." Ujar salah satu pria tetangga rumah Kyara.
"Berapa bungkus?" kata Kyara dingin.
"Hmmm satu bungkus sajalah, gue kan seorang diri." Pria itu berdiri menunggu Kyara membuatkan pesanannya.
"Ok," balasnya sambil membungkus soto. Lalu, Kyara memberikannya.
"Ini," ucap Kyara lagi setelah selesai membungkusnya. Pria itu juga memberikannya.
"Thanks, ya sayang." Dan pergi dari sana setelah mengerlingkan matanya.
"Dasar Playboy e'dan." Kyara mencebik tidak suka pada pria yang sering kali menggodanya.
Tiba-tiba motor Beni berhenti di depan warung soto. Beni memarkirnya dan ia membawa ayam jago merah seraya melangkah mendekati Kyara.
"Kya, gue minta duit dong," ujar Beni menghampiri Kyara sambil mengulurkan tangannya ke hadapan Kyara.
"Uang lagi? Untuk apa, Bang? Tadi pagi Abang udah minta, abang ambil seratus ribu. Siang tadi Abang minta lagi dan aku kasih juga, sekarang site minta lagi? Untuk apa? Itu lagi, ngapain bawa ayam segala?" Kyara tidak habis pikir pada suaminya yang setiap hari selalu meminta uang dan pastinya sehari tiga kali minta, seperti hendak minum obat saja.
"Jangan banyak tanya deh, Kya. Buruan minta uang! Gue itu laki lu, jadi lu harus nurut sama gue! Bagi duitnya!"
"Untuk apa dulu, Bang?"
"Kyara!" sentak Beni marah karena istrinya banyak tanya. "Lu jadi bini bawel banget deh, gue minta duit bukan minta ceramah." Saking kesalnya, Beni menggeledah laci meja tempat penyimpanan uang.
"Bang jangan diambil! Itu yang buat belanja besok." Kyara mencegah suaminya.
"Gue tidak peduli!" Tenaga Beni begitu besar sehingga tidak bisa Kyara hentikan. Beni juga mendorong tubuh Kyara setelah mendapatkan uang sebesar empat ratus ribu.
Beni tersenyum sambil mencium uangnya. "Gue pinjem dulu, kalau gue menang gue ganti uangnya!" Beni menepuk-tepuk pundak Kyara dan pergi lagi.
"Bang," lirih Kyara mencium bau parfum wanita dari tubuh suaminya.
*****
"Ini uangnya, gue taruhan dua ratus ribu dan gue yakin ayam gue bakalan menang." Veni memberikan uang ke panitia pelaksana sabung ayam.
"Ok, kita lihat ayam lo jago atau tidak."
"Pastinya jago lah. Si jago gitu loh."
Dan giliran ayam milik Beni bertarung.
Mereka semua bersorak menyemangati jagoannya masing-masing.
"Ayo go, semangat!" pekik Beni mendukung penuh ayam kesayangannya. Namun, setelah beberapa lama bertarung, ayam Beni malah kalah. "Sialan, ayam gue malah kalah."
"Apa gue bilang, ayam gue gak ada tandingannya," ucap rekan Beni girang seraya mengambil ayam kesayangannya.
"Ck, suatu hari nanti gue pasti ngalahin ayam lo."
*****
"Gara-gara kalah gue harus kehilangan uang empat ratus ribu. Lo sih, go. Jadi ayam gak guna banget." Beni menyalahkan ayamnya dan menyentil jawer ayam.
"Hai," sapa seseorang.
Beni melihat ke depan. "Lisa, kau di sini?"
"Iya dong, kan aku mau ketemu kamu. Kita jalan yuk?" ajak Lisa tersenyum seraya merangkul lengan Beni.
"Tapi ayamnya gimana?"
"Kamu titipin dulu sama mereka." Lisa mengambil ayamnya dan Lisa menitipkan dulu ayam itu ke temannya Beni. Lalu Lisa kembali lagi
"Nah, bereskan? Ayo."
"Ok. Kita jalan."
*****
Kyara sudah menutup kedainya. Dia membereskan semuanya seorang diri, dan Kyara berencana untuk belanja ke tempat langganannya. Kyara mengeluarkan motor matic nya dan segera berangkat.
Sampai ia mau pulang lagi setelah berbelanja hingga petang. Sepanjang jalan Kyara fokus pada jalan hingga pandangannya tertuju pada sosok pria yang ia kenal. "Loh, itu kan bang Beni. Dengan siapa dia?"
Beni tidak melihat Kyara dikarenakan tengah bercanda dengan Lisa. Kyara penasaran, dia pun mengikutinya kemana Beni pergi.
Namun, hal yang membuat Kyara bingung ialah, Beni dan wanita itu beranjak ke tempat hiburan malam.
"Mereka mau kemana?" gumam Kyara sudah merasakan sesak di dada melihat kemesraan suaminya dengan wanita lain. Karena rasa penasaran yang tinggi, Kyara terus mengikutinya sampai mereka tiba di suatu tempat hiburan.
Lisa dan Beni masuk kedalam saling bergandengan mesra.
Deg.
"Diskotikkk!" gumam Kyara terkejut seraya memarkirkan motornya ingin tahu apa yang akan terjadi.
Kyara segera masuk dan ia mencari sosok suaminya. Alangkah kagetnya melihat sang suami tengah menari bersama dan berpangut mesra dibawah gemerlap lampu kerlap-kerlip remang-remang.
"Bang Beni!"
Menurut lagu, cinta satu malam terasa indahnya, cinta satu malam membuat ku melayang. Dan hal itu memang benar adanya.
Semua berawal dari gairah cinta satu malam. Malam dimana Bastian bermain dengan seorang wanita yang ia temui tanpa sengaja di club saat sama-sama mabuk.
******
Pada malam itu, malam dimana Bastian kalah bermain truth or dare bersama teman-teman seperjuangannya, Jayden, Bobby, dan Jono Dia yang kalah dimintai memilih antara tantangan atau kebenaran. Dan Bastian memilih tantangan.
Botol minuman bekas beberapa kali di putar oleh Jayden, "Ok, sekarang kita lihat siapa yang akan kena."
Tangan Jayden memutarnya sampai botol tersebut berputar dan berhenti tepat menunjuk Bastian.
"Nah, kau yang lebih dulu kena, Bastian." Jayden tertawa riang di karenakan dia sudah memiliki banyak pertanyaan untuk pria berwajah bule itu.
"Apa lo ketawa? Pertanyaan nya jangan aneh-aneh, deh." Bastian mendelik sebal melihat tawa Jayden yang seakan mengejeknya.
"Terserah gue lah, ini mulut gue yang wajib tertawa ataupun sedih. Hak gue gitu loh," balas Jayden dan Bastian mencebik kesal.
"Ok, siapa yang akan bertanya pada Bastian?" tanya Bobby melirik silih berganti pada Jayden dan Jono.
"Tentu pastinya gue lah," jawab Jayden sudah siap dengan pertanyaan yang mungkin akan membuat Bastian tercengang. Pria Sunda india itu tersenyum usil menaik nurunkan alisnya.
"Issh ... geli kali aku ini lihat alis kau, ikan cu*pang," ujar Bastian bergidik kesal sekaligus geli melihat cara Jayden memandangi nya terlihat genit.
"Kalian ini berantem mulu tapi kalian yang paling kompak. Buruan mau tanya apa, onta?" sahut Jono sedikit kesal sebab Jayden lama dalam mengeluarkan pertanyaan.
"Tahu tempe nih, lama banget macam emak-emak ngantri sembako dari pemerintah," timpal Bobby menyahuti perkataan Jono yang juga sama-sama menunggu.
"Ish ... sabar napa, gue lagi cari pertanyaan yang bagus banget buat si onta ini." Jayden membenarkan duduknya, ia yang tadinya menekuk lengan di atas meja menjadi tegak sambil memutar-putar botol.
"Truth or dare?" tanya Jayden.
"Dare," jawab Bastian yakin.
"Wih, tantangan nih." Kayaknya Bastian hak mau jujur tuh," kata Jono.
"Tapi tantangan lebih mengasyikkan lah," balas Bobby.
Bastian menunggu pertanyaan sohibnya, dia mengambil minuman lalu meneguknya secara perlahan.
"Ekhem ... ekhem. Bastian Emanuel, gue mau bertanya, kapan terakhir kalinya kau menyandang status bujang?"
Ukhuk ... ukhuk ... ukhuk ....
Pria bernama Bastian itu sampai tersedak minuman mendengar pertanyaan Jayden.
"Pertanyaan macam apa itu? Jelas pastilah gue masih bujang. Tidak kayak lo yang suka gonta ganti cewek, dasar cu*pang," jawab Bastian berkata jujur.
"Ck, gue gak yakin kalau lo masih bujang. Tampang bule lo itu cuman pemikat cewek doang agar mereka mau tidur sama lo," kata Bobby dan diangguki oleh Jayden serta Jono.
"Sialan lo, hei, gue meskipun bandel tukang mabuk, playboy, tidak pernah sekalipun main cewek di atas ranjang. Gue masih perjaka Ting Ting."
"Gak percaya, gue kasih tantangan, lo cari cewek di sekitar sini dan ajak dia tidur untuk membuktikan kebenaran jika lo masih bujang." Jayden memberikan ide gila yang membuat Bastian tercengang tak percaya.
"Wah, si ikan cu*pang keterlaluan. Masa lo nyuruh gue nidurin salah satu cewek. Gue gak maulah." Bastian menolak tegas usul sahabat laknatnya itu. Dia mana mungkin meniduri sembarang wanita di saat dirinya tidak mau begitu saja melakukannya tanpa adanya ikatan pernikahan.
"Berarti lo memang sudah tidak bujang lagi," balas Bobby mengompori.
"Kalian dengar, sekalipun gue tidak melakukannya seperti yang bilang, gue tetap masih bujang. Pantang bagi gue meniduri wanita sebelum menikah. Iya, gue memang bandel sering mabuk, sering nongkrong di club, sering gonta-ganti pacar, tapi bukan berarti gue ini penjahat ke la min. Gue menjaga hal itu."
"Wih, Bastian bersabda. Tapi gue salut akan prinsip yang di pegang Bastian. Nakal boleh tapi jangan keterlaluan. Emang Jayden yang suka celup sana celup sini macam teh SCTV saja," sahut Jono mengagumi prinsip Bastian yang menurutnya jarang di miliki pria jaman akhir zaman sekarang. Dia juga menyindir Jayden sang casanova.
"Ngapa jadi gue? 'Kan yang di bahas itu si Bastian Emanuel, bukan gue. Apa lagi itu SCTV, apaan? Gue bukan stasiun televisi."
"Kan lo emang tukang celup celup, ikan cu*pang. Satu untuk semua, ya itu SCTV."
"Ayolah bro, mumpung masih hidup jadi gue manfaatkan hidup gue buat bersenang-senang. Lagian gue mainnya cuman making out, tidak making love," balas Jayden merasa tidak salah dengan permainannya yang sering making out.
"Tapi tetap saja yang kau lakukan itu di luar batas manusia," sahut Bobby membuat Jayden tersenyum cengengesan.
"Sudahlah, sekarang kau mau melakukan apa Bastian? Truth or dare?"
"Tantangan saja lah," balas Bastian.
"Baiklah, kalau gitu kau habiskan semua gelas minuman yang aada di hadapan Lo," ujar Jayden menuangkan minuman ke dalam tiga gelas.
"Ok, siapa takut." Dan Bastian menerima tantangan itu. Lalu dia minum sampai habis. Dan mereka kembali main lagi seperti awal.
"Woy, gue mau ke toilet dulu." Bastian kebelet ingin buang air kecil, dan dia sudah berdiri dalam keadaan sempoyongan as lalu pergi dari kumpulan kawan-kawannya.
"Jangan lupa balik lagi ke sini!" pekik Jayden.
"Ok," balas Bastian.
*****
Sehabis buang air kecil dan mencuci wajahnya, Bastian ingin kembali bergabung. Tapi, langkahnya terhenti ketika melihat seorang wanita di ganggu beberapa pria. Terlihat wanita itu menepis tangan nakal dari pria yang hendak menyentuhnya.
"Lepaskan saya! Saya tidak mau ikut kalian," ucap wanita itu terlihat sempoyongan.
"Ayolah cantik, saya akan mengantar mu pulang. Ikut kita saja ya," pria yang juga tengah mabuk itu mencoba memeluk wanita itu.
"Saya tidak mau brengsek!" pekiknya mendorong tubuh pria yang hendak berbuat hal tak senonoh.
"Kau itu kasar sekali, tapi kita suka. Ayo ikut!" pria itu tak pantang menyerah. Dia kembali menarik tangan wanitanya dan menyeret paksa gadis itu.
"Aku tidak mau. Lepaskan saya!" dia memberontak tidak ingin ikut.
"Lepaskan dia!" ujar Bastian sudah ada di dekat mereka. Pria itu menolah dan terbelalak kaget.
"Bastian!" lalu melepaskan cekalan tangannya, "Ka-kau di sini?"
"Mau kau bawa kemana wanita itu?"
"Anu, saya ..."
"Pergi atau senjata mu kena tendang lagi?" Bastian memicingkan mata tetapi terlihat tajam.
"Ok, ok, saya akan pergi." Dan pria itu pergi dari sana.
"Kau tampan sekali. Terima kasih sudah mau menolongku," ucap wanita itu berjalan sempoyongan memegangi kepalanya yang terasa pusing. Bahkan tubuhnya ambruk.
Untung Bastian segera menangkapnya jadi gadis itu tidak jatuh ke lantai. Wanita itu mendongak memicingkan mata.
"Bang Beni ...."
Khwek ... khwek ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!