"Oh jadi ini kelakuan kamu di belakang aku selama ini," ucap seorang wanita mendatangi sepasang sejoli yang tengah bermesraan di sebuah cafe.
"Vera!" kaget laki laki yang tengah duduk bersama wanitanya.
"Kenapa? Kaget? Seharusnya aku tidak percaya dengan omongan manis mu itu, dasar laki laki bajig*n," maki wanita itu yang bernama Vera.
"Baguslah kalau kamu sudah tahu jadi aku tidak perlu lagi capek capek sembunyi dari kamu, kenalin ini yura kekasih baru aku," balas laki laki itu yang malah memperkenalkan wanitanya.
"Jadi beneran selama ini kamu selingkuh dari aku?"
"Kalau iya emang kenapa, lagian salah kamu sendiri aku ajak check in kok gak mau, jadi jangan salahkan aku kalau aku selingkuh," balas lelaki itu.
"Oh gitu, jadi kamu selingkuhin aku gara gara aku gak mau kamu ajak check in, baguslah kalau gitu gak nyesel aku kehilangan kamu," balas Vera.
"Mulai detik ini aku minta putus sama kamu,"
"Dan untuk mbaknya, sebaiknya mbaknya hati hati sama dia, aku bilangin sama mbaknya ya kalau Bayu ini adalah laki laki bajng*n yang pernah aku temui dalam hidup aku," tambah Vera kepada selingkuhan pacarnya, ehh bukan lebih tepatnya sekarang sudah menjadi mantan.
"Oke kita putus," balas Bayu.
"Jangan dengarkan dia sayang, aku itu cinta mati banget sama kamu, jadi mana mungkin aku selingkuhin kamu," lanjut Bayu merangkul pundak kekasihnya agar tidak percaya dengan apa yang Vera katakan.
"Cih, asal mbaknya tahu ya, kalimat seperti tadi itu sudah hampir setiap hari saya dengar, jadi lebih baik mbaknya hati hati mulai dari sekarang." Vera menatap bayu dengan tatapan merendahkan.
"Enggak sayang, dia itu bohong. Kamu tahu sendirikan kalau selama ini aku suka sama dia itu cuma buat manfaatin uang dia aja, jadi kamu jangan percaya dengan ucapan dia," balas Bayu berusaha mengelak.
"Apa! Jadi selama ini aku cuma kamu jadikan ATM berjalan kamu aja, pantesan selama ini kamu gak ada keluarin uang sepeser pun," kaget Vera.
Ternyata selain selingkuh Bayu juga hanya menjadikan dia ATM berjalannya saja.
"Kalau iya emang kenapa, seharusnya kamu sadar diri dong, body kerempeng kayak triplek mau aku cintai, kalau bukan karena uang mana mungkin aku mau sama kamu," balas Bayu menghina Vera.
"Dasar laki laki bajing*n, mokondo,"
Byur.
"Vera...." teriak Bayu marah karena Vera menyiram tubuhnya dengan jus strawberry yang ada diatas mejanya.
"Rasakan itu," balas Vera dan segera pergi dari sana.
"AAGRR...." teriak Bayu marah karena tubuhnya sudah basah dengan air jus strawberry.
"Sudah ayo kita pulang, gak mungkin kita jalan dengan penampilan kamu yang seperti ini," ajak kekasih baru Bayu.
Bayu pun menurut, dia juga sudah sangat malu berada di sana karena banyak pengunjung cafe yang memperhatikan mereka tadi.
...**...
Veranika Alamanda, wanita karir cantik yang berprofesi sebagai sekertaris di perusahaan kedua orang tuanya.
Vera adalah anak yang sangat mandiri, di umurnya yang ke 23 tahun dia sudah mempunyai rumah mewah sendiri.
Vera mulai bekerja di perusahaan kedua orang tuanya sejak dia lulus SMA, dulu juga sebelum menjadi sekertaris Vera dalam karyawan biasa di perusahaan kedua orang tuanya yang nantinya juga akan menjadi miliknya sendiri.
Bukan kemauan kedua orang tuanya, tapi itu adalah kemauan Vera sendiri karena dia ingin berkarir sesuai dengan prestasi nya bukan dengan bantuan kedua orang tuanya.
Bahkan satu perusahaan pun tidak ada yang tahu kalau Vera adalah pewaris tunggal perusahaan itu.
Hidup Vera memang sangat sempurna karena dia hidup dengan di kelilingi orang orang yang baik dan penuh dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Bukan hanya dari segi kasih sayang, harta pun Vera tidak pernah kekurangan karena kedua orang tua Vera akan memberikan apapun permintaan Vera.
Hidup Vera memang sangat sempurna, tapi tidak dengan dunia percintaannya. Bukan hanya sekali Vera di selingkuhi oleh mantan pacarnya, tapi sudah berulang kali tapi Vera tetap memaafkan laki laki yang bernama Bayu itu karena dia sudah terjebak dengan rayuan maut Bayu.
"Hiks hiks hiks, kenapa Bayu tega sama aku hiks hiks," tangis Vera.
Saat ini Vera tengah berada di taman kota, tadi memang dia tidak menangis saat melabrak Bayu, tapi setelah pergi dari sana Vera langsung menumpahkan air matanya.
Vera memilih berhenti di taman untuk menenangkan pikirannya akibat di selingkuhi oleh Bayu, Vera tidak mungkin pulang ke rumah dalam keadaan kacau seperti itu, karena nanti yang ada kedua orang tua Vera akan mencari Bayu dan memberikan hukuman atas apa yang telah Bayu perbuat kepada anak mereka.
"Dasar Bayu jahat, Bayu bajing*n, Bayu mokondo, hiks hiks hiks." Vera memaki Bayu sambil menangis.
Saking parahnya Vera menangis sampai sampai ada ingus yang keluar dari hidung Vera dan Vera tidak menyadari itu.
Hingga tiba tiba ada seseorang yang datang dan memberikan tisu untuk Vera,
"Cantik cantik kok nangis, nih tisu buat hapus ingusmu," ucap seseorang menyodorkan tisu kepada Vera.
Mendengar itu bukannya langsung mengambil tisu dari tangan orang itu, tapi Vera malah mengambil handphone dan langsung menghidupkan kamera.
"Astaga ini jorok banget," seketika tangis Vera terhenti saat melihat ada ingus yang keluar dari hidungnya, mana ingusnya warna ijo lagi.
"Mana mana tisunya, terimakasih ya...."
"Ehh," Vera kaget karena setelah dia mengambil tisu itu dan mendongakkan kepalanya ternyata orang yang memberinya tisu itu adalah seorang badut.
"Cepat hapus ingus kamu, itu hampir sampai di mulut kamu lho," ucap badut itu sehingga membuat Vera langsung menghapus ingusnya.
"Nah kalau gitu kan cantik," puji badut itu setelah Vera menghapus ingusnya.
"Hehehe terimakasih ya buat tisunya," balas Vera setengah malu karena sudah kepergok orang lain di saat dia mengeluarkan ingus.
"Iya sama sama, lain kali jangan menangis lagi nanti keluar ingusnya, dan kalau keluar ingusnya cantik kamu bakal ilang," balas badut itu.
Vera tersenyum mendengar itu, dia malah jadi teringat dengan Bayu, mana pernah Bayu memuji dirinya cantik, ya walaupun dia memang cantik sih tapi Bayu tidak pernah memuji Vera.
"Ya sudah aku pergi dulu ya, jangan menangis lagi," pamit badut itu dan tanpa menunggu balasan dari Vera badut itu langsung pergi dari hadapan Vera.
"Pasti di balik kostum badut itu ada seseorang yang sangat tulus," gumam Vera menatap badut itu yang sudah berjalan menjauh darinya.
Vera terus memperhatikan pergerakan badut itu, dia bisa melihat bagiamana badut itu menghibur anak anak kecil yang ada di taman sampai sampai membuat anak anak kecil itu tertawa.
"Dia memang orang yang baik," gumam Vera sambil tersenyum menatap badut itu.
...***...
"Assalamualaikum papi mami," ucap salam Vera saat baru memasuki rumahnya.
"Waalaikum salam anak cantik papi, kok baru pulang dari mana aja hmm?" balas papi Vera yang bernama Vero.
"Ada deh, namanya juga anak muda pasti ya jalan jalan dong Pi," balas Vera dan langsung menyalami papinya.
"Oh iya Pi, mami kemana kok gak ada?" lanjut Vera bertanya keberadaan maminya karena dia tidak melihat maminya ada di sana.
"Mami kamu lagi ada di dapur buat minum untuk papi," jawab papi Vero.
"Ooh gitu, ya udah Vera ke kamar dulu ya pi mau mandi,"
"Iya sana mandi cepat, keburu sore nanti," balas papi Vero.
Vera pun langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri, mungkin nanti Vera akan berendam dengan air hangat sebentar untuk menyegarkan pikirannya.
...**...
Sementara itu, di sebuah kontrakan kecil terlihat seorang pemuda tengah menghitung uang receh hasil kerja dia satu hari ini.
"Sembilan puluh sembilan ribu, seratus ribu, Alhamdulillah penghasilan hari ini lebih banyak dari yang kemarin, semoga dengan ini nanti aku bisa membuka usaha kecil kecilan agar aku tidak mengamen di taman lagi," ucap syukur pemuda itu karena mendapatkan hasil yang banyak dari pada kemarin.
Dia adalah Roman Abramovich, pemuda yang kesehariannya bekerja sebagai badut di taman kota.
Sebenarnya Roman itu lulusan sarjana, tapi karena sulitnya mencari pekerjaan jadi Roman memutuskan untuk ngamen dengan menjadi badut di taman kota, dan nanti penghasilannya akan dia tabung untuk dia membuka usahanya sendiri.
Jika kalian bertanya kemana kedua orang tua Roman, maka Roman akan menjawab Ronan juga tidak tahu.
Sedari kecil dia hidup di panti asuhan dan saat lulus SMA barulah Roman keluar dari panti dan memutuskan untuk hidup seorang diri.
Pemilik panti hanya bilang kalau mereka menemukan Roman di depan panti dengan keadaan terbungkus kardus dan ada secarik kertas yang bertuliskan nama Roman yang sekarang ini.
Roman Abramovich, dari namanya saja sudah sekeren itu, tapi entah di mana kedua orang tua Roman kenapa tidak mencari Roman sampai Roman sudah dewasa seperti ini.
Sebaiknya aku harus segera mandi dan langsung sholat, ini sudah hampir jam lima sore nanti keburu waktu ashar habis," monolog Roman dan langsung beranjak membawa uang hasil dia mengamen hari ini untuk dia simpan di dalam lemari plastik miliknya.
...**...
"Kira kira siapa ya yang ada di dalam kostum badut itu, apakah dia orang tua atau dia masih anak muda, tapi dari cara dia bicara sepertinya dia anak muda deh," gumam Vera yang tengah kepikiran dengan seseorang yang ada di balik kostum badut di taman tadi.
Setelah kejadian di taman kota tadi, Vera bukannya kepikiran dengan Bayu yang selingkuh darinya, tapi Vera malah memikirkan badut taman tadi yang menurut Vera adalah orang yang baik dan tulus.
"Pokoknya besok aku harus menyempatkan waktu buat datang ke taman itu lagi, ayo yakin pasti badut itu besok akan ada di sana," putus Vera.
Setelah memutuskan itu Vera pun langsung mengubah posisi tidurannya agar lebih nyaman dan segera tidur karena besok dia harus bekerja.
Di saat Vera yang tengah sibuk memikirkan badut taman, maka lain halnya dengan Roman yang masih berjalan di trotoar di malam hari.
"Kenapa warung pada tutup sih, gak tahu apa kalau aku sedang kelaparan, mana mie instan di dapur lagi abis," gerutu Roman karena tidak menemukan ada warung makan yang buka.
"Padahal ini masih jam sembilan malam lho, tapi kenapa warung warung dah pada tutup, mana yang buka tinggal cafe cafe elit aja lagi, mana tega aku membelanjakan uang hasil kerja keras ku ke sana, lebih baik aku tabung lah," lanjutnya sambil menatap keadaan sekitar yang hanya ada cafe-cafe yang masih buka, sedangkan warung makan di pinggir jalan sudah pada tutup.
Tadi sehabis sholat isya' Roman langsung ketiduran dan bangun bangun di saat perutnya sudah keroncongan.
Entah kebetulan atau apa, mie instan yang biasanya selalu tersedia di dapur kosan itu ternyata habis, alhasil Roman memutuskan untuk mencari makan di luar sekaligus jalan jalan.
Bukannya menemukan warung makan pinggir jalan, yang ada Roman malah menemukan cafe cafe besar yang masih buka.
"Apes banget sih, mana minimarket juga jauh banget lagi dari sini," gerutu Roman karena ingin membeli mie instan lagi juga posisi minimarket nya juga jauh.
"Tolong tolong...."
Di saat Roman tengah kesal karena belum mendapatkan makanan, tiba tiba dia mendengar suara seseorang meminta tolong.
"Kenapa orang itu, wah seperti itu jambret." Roman pun langsung berlari menghampiri seorang ibu ibu sosialita yang ingin di jambret di jalanan yang agak gelap.
"Woy lepasin ibu itu," teriak Roman kepada dua jambret yang ingin mengambil tas serta mobil ibu itu.
"Wah ada pahlawan kesiangan di sini," ucap salah satu dari kedua jambret itu.
"Ini sudah malam bos bukan siang," sahut temannya yang satu lagi.
"Oh iya, berarti pahlawan kemalaman ya?" balas orang yang bicara kepada Roman tadi yang sepertinya itu adalah bos dalam jambret itu.
"Ehh tapi kok agak aneh ya bos kedengarannya," balas temannya.
"Aah, kenapa jadi ngomongin malam siang sih," balas bos jambret saat menyadari ketololan anak buahnya.
"Kyak...."
Bug bug bug.
Roman yang tak ingin membuang waktu pun memanfaatkan situasi yang ada, dia langsung memberikan pukulan serta bogeman kepada kedua jambret itu.
Dan adu jotos pun terjadi, Roman yang memang dulunya waktu sekolah SMA mengikuti ekskul karate pun dengan mudah mengalahkan kedua jambret itu hingga kedua jambret itu lari kebirit birit menaiki motor mereka.
"Ibu gak papa kan?" tanya Roman kepada ibu ibu yang sudah dia tolong tadi.
"Terimakasih ya nak kamu sudah menolong saya, saya tidak tahu kalau tidak ada kamu tadi pasti semua harta saya akan di ambil oleh mereka berdua," balas ibu itu mengucapkan terimakasih kepada Roman.
"Lain kali kalau malam malam seperti ini ibu jangan keluar sendiri, agak rawan soalnya jaman sekarang," balas Roman memberikan pesan agar ibu itu tidak keluar sendirian lagi, apalagi ini dalam keadaan malam hari.
"Iya nak, saya tadi habis pulang arisan dan kebetulan pulangnya kemalaman, trus saya juga gak tahu kalau ternyata ada yang mengikuti saya dari tadi," balas ibu itu.
Kruyuk kruyuk.
Suara cacing cacing yang ada di perut Roman berbunyi, Roman merasa sangat malu karena sudah ketahuan oleh ibu itu kalau dia sedang kelaparan.
"Kamu belum makan ya, kebetulan kalau begitu ayo saya traktir kamu makan sebagai tanda terimakasih saya karena kamu sudah menolong saya," ajak ibu itu.
"Gak usah bu, saya ikhlas kok menolong ibu," tolak Roman tidak enak.
"Udah ayo kita makan di sana, kebetulan saya juga belum makan," ajak ibu itu memaksa Roman.
Akhirnya Roman pun mengalah, toh dia juga sudah kelaparan, mungkin ini memang rezeki yang Allah berikan kepadanya di saat dia kelaparan seperti ini.
Sebelum masuk ke dalam cafe, ibu itu terlebih dahulu memakirkan mobilnya di tempat parkir dan setelah itu dia mengajak Roman untuk masuk ke dalam cafe.
...***...
"Oh iya kita belum kenalan, nama kamu siapa kalau nama saya Nina," tanya orang yang Roman tolong tadi, dia mengajak Roman berkenalan.
"Ah iya nama aku Roman Bu," balas Roman.
"Roman, seperti nama... ah mana mungkin, nama Roman bukan hanya satu di dunia ini," batin Nina.
"Bu," pangil Roman karena Nina malah melamun.
"Ah iya maaf tadi saya hanya kepikiran sesuatu saja,"
"Oh iya jangan panggil saya ibu, pangil Tante saja biar enak di dengar," lanjut Nina.
"Ah iya Tante Nina," balas Roman agak kaku.
"Kamu masih kuliah atau kerja?" tanya Nina.
"Alhamdulillah saya sudah bekerja Tan," jawab Roman.
"Oh ya, kerja di mana?" balas Tante Nina bertanya.
"Di taman," jawab Roman jujur.
"Hah, di taman? Kerja sebagai apa di taman?" tanya Tante Nina yang sangat penasaran dengan kehidupan Roman.
"Sebagai badut,"
"Hah badut, kamu gak becanda kan?" tak percaya Tante Nina.
"Iya saya bekerja sebagai badut taman menghibur anak anak kecil," jelas Roman dengan jujur.
"Kamu tampan loh, kenapa gak cari pekerjaan yang lain aja?"
"Cari kerja sekarang susah Tan, dulu aku sudah mencari pekerjaan kesana kesini tapi belum dapat juga, alhasil karena aku butuh makan dan minum ya memilih menjadi badut taman aja yang penting halal," balas Roman.
"Emang kedua orang tua kamu bekerja sebagai apa?" tanya Tante Nina lagi.
Tante Nina merasa kasian dengan Roman, apalagi saat Roman bilang kalau dia butuh makan dan minum pasti hidup dia sangatlah susah, batin Tante Nina.
"Enggak tahu, sedari kecil aku hidup di panti dan setelah dewasa ini aku memutuskan untuk hidup sendiri karena gak enak terus terusan merepotkan orang orang di panti," jawab Roman.
"Di panti," batin Tante Nina lagi.
"Emm... bagaimana kalau kamu ikut kerja saya saja, kamu nanti bisa menjadi sopir keluarga saya," tawar Tante Nina.
"Emm... maaf Bu, aku gak enak, aku juga sudah nyaman kok dengan menjadi badut," tolak Roman dengan halus.
Roman tidak enak karena pasti Tante Nina menawarkan pekerjaan kepadanya karena kasian dengan dirinya.
"Nanti kamu kerjanya gak setiap hari kok, palingan pagi sama sore aja untuk mengantar jemput anak saya sekolah," balas Tante Nina yang terkesan memaksa ingin Roman bekerja dengan dirinya.
"Apakah Tante yakin sama aku, aku takut nanti mengecewakan Tante," balas Roman.
"Takut kecewa kenapa sih, orang kamu juga tadi sangat jago ilmu bela diri kok, jadi saya yakin kalau kamu pasti bisa menjaga anak saya nanti,"
"Baiklah kalau Tante bilang seperti itu, tapi aku kapan mulai bekerjanya Tan?" tanya Roman yang akhirnya menerima tawaran Tante Nina.
"Nah gitu dong, kamu bisa mulai bekerja besok, tapi untuk besok saya minta kamu bekerja satu hari full ya, untuk masa masa pengenalan kamu, tapi untuk hari selanjutnya kamu sudah bisa sambil menjadi badut kok," jelas Tante Nina.
"Baik Tan aku mau," balas Roman.
"Ya sudah, ini kartu alamat saya besok pagi kamu langsung datang saja ke rumah saya."Tante Nina memberikan kartu namanya kepada Roman.
"Iya Tan besok pagi saya akan datang ke rumah Tante," balas Roman dan menyimpan kartu nama itu.
Tak lama setelah itu makanan yang mereka pesan pun datang, mereka berdua pun makan dengan roman yang sangat lahap memakan makanannya karena memang dia jug sudah sangat kelaparan, selain itu juga dia tidak pernah makan makanan enak seperti ini.
Tante Nina yang memperhatikan itupun hanya tersenyum saja, dia memaklumi hal itu.
...**...
Malam pun berganti pagi, Vera dengan semangat menyambut hari ini karena dia ingin segera cepat cepat menemui badut taman yang menarik perhatiannya sedari kemaren.
"Selamat pagi mami papi," ucap Vera kepada kedua orang tuanya yang sudah berada di meja makan.
"Selamat pagi juga sayang, ayo sini cepat makan, biar nanti kamu gak kejebak macet," balas mami Vera yang bernama Ratih.
"Iya mi," balas Vera.
"Pi nanti waktu jam makan siang Vera izin telat ya kembalinya, soalnya Vera ada urusan di luar sebentar," ucap Vera meminta izin kepada papi Vero.
"Kamu ini kebiasaan deh, itu juga perusahaan punya kamu jadi kamu gak perlu repot-repot minta izin segala sama papi," balas papi Vero.
"Iih tapi kan Vera di kantor hanya sebagai sekertaris pi bukan pemilik perusahaan, lagian juga orang orang kantor tidak tahu kalau Vera anak papi," balas Vera.
"Ya itu salah kamu sendiri, lagian kenapa sih kamu gak mau orang orang kantor tahu kalau kamu itu anak papi?" heran papi Vero dengan kelakuan anaknya.
"Kan Vera udah bilang sama papi kalau Vera mau naik jabatan dengan prestasi Vera sendiri bukan karena Vera pemilik perusahaan, lagian Vera juga ingin belajar dari nol," balas Vera.
"Iya dah terserah anak papi aja, tapi nanti kalau kamu mau papi publish kamu bilang sama papi ya,"
"Siap papi sayang," balas Vera sambil tangannya hormat kepada papi Vero.
"Udah udah kalian ini bukannya cepat makan malah ngobrol di sini, ayo cepat makan nanti keburu kesiangan jalannya macet," tegur mami Ratih membuat kedua orang yang tadi mengobrol itu seketika diam dan menjalankan perintah nyonya besar.
...**...
Sementara itu, di tempat Roman dia sudah berada di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi di hadapannya.
Dengan memakai kaos polos putih di lapisi kemeja kotak kotak serta memakai celana jens hitam dan tak lupa Roman juga memakai sepatu warna putih membuat ketampanan Roman terlihat berkali kali lipat lebih tampan, bahkan mungkin orang orang yang melihat Roman tidak akan menyangka kalau Roman itu adalah badut taman kota.
Roman segera memencet bel yang ada di sana dan salah seorang satpam yang berjaga langsung menghampiri Roman.
"Ada yang bisa saya bantu mas?" tanya satpam itu kepada Roman.
"Apa benar ibu rumah Tante Nina Alexandra?" tanya Roman kepada satpam itu.
"Iya benar, ada perlu apa ya?" tanya satpam itu lagi.
"Perkenalkan saya Roman, kemaren malam saya di suruh Tante Nina datang ke alamat ini," sambil menunjukkan kartu nama yang Tante Nina berikan kepadanya kemaren.
"Mari silahkan masuk, ayo ikuti saya masuk," suruh satpam itu agar Roman mengikuti dirinya setelah dia membukakan pintu gerbang untuk Roman masuk.
Roman pun segera masuk dan mengikuti langkah kaki satpam itu, Roman terkagum kagum melihat bangunan megah yang ada di hadapannya, bisa dia tebak sekaya apa pemilik rumah ini.
"Pantesan kemarin mobil Tante Nina bagus, rumahnya aja segede gedung," batin Roman.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!