NovelToon NovelToon

Menggenggam Rindu

01. Awal Mula

Seorang gadis berlari dengan terbirit - birit mencoba menyelamatkan diri dari kejaran sang gigolo yang hendak menjual dirinya pada seorang pengusaha kaya raya yang sudah tua.

Gadis itu tersandung lalu bangun lagi, tersandung lagi hingga akhinya ia menemukan tempat bersembunyi.

Tong sampah.

Jangan ditanya baunya seperti apa?

Tapi bukan itu yang gadis itu pikirkan saat ini. Yang ada dalam benaknya saat ini adalah selamat dari kejaran sang gigolo kejam itu.

Blus

Gadis itu menenggelamkan tubuhnya pada tong sampah berukuran besar.

Ia menutup hidungnya menggunakan kedua tangannya. Sambil didalam hatinya terus berdoa agar tidak sampai tertangkap oleh seseorang yang sejak tadi mengejarnya tanpa lelah.

"Sialan! kemana bocah itu pergi?"

"Tapi aku yakin bocah itu pasti masih ada disekitar sini. Mana mungkin tiba - tiba menghilang. Ya bocah itu pasti bersembunyi."

Gigolo itu terus menatap tong sampah berukuran besar yang tak jauh dari pandangan matanya.

"Heh bocah keluarlah! aku tahu kau ada didalam sana!"

Sang gigolo mendekati tong sampah tersebut lalu membukanya dengan begitu antusias.

Sementara didalam sana gadis itu menahan rasa ketakutannya.

Habislah aku!

Matilah aku!

Tuhan masih adakah kesempatan untukku menyebut namamu.

Gadis itu terus tenggelam dalam pikirannya yang telah melayang jauh ke segala kondisi dan situasi yang mencekam menurutnya.

Kyaaaaa...

Sang gigolo itu membuka penutup tong sampah berukuran besar.

Kosong.

"Brengsek! tidak ada disini!"

Bug

Sang gigolo itu menendang dengan kuat tong sampah yang kosong itu.

"Awh, sakit! Anjing kau ya. Tong sampah sialan berani sekali kau menipuku! dasar tong sampah tidak berguna. Sini hadapi aku kalo berani!"

Sang gigolo itu terus memaki benda mati yang bernama 'Tong Sampah'

Gadis itu hampir saja terkakak didalam persembunyiannya. Beruntung segera tersadar jika dirinya sedang dalam bahaya.

Terdengar sang gigolo itu menelpon kliennya.

Setelah panggilan telpon terputus, Toto meninggalkan tempat itu dengan rasa marah dan terus memaki dirinya sendiri.

Zahira menyembulkan kepalanya pelan. Menyapukan pandangannya ke setiap arah.

Aman

Zahira beranjak dari tong sampah lain yang berada tak jauh tong sampah yang telah dimaki habis - habisan oleh sang gigolo.

Zahira Khaira Najwa.

Seorang gadis yatim piatu yang hidup disebuah panti asuhan 'Pelita Kasih' namun ia terpaksa melarikan diri saat anak sang pemilik panti itu hendak melecehkannya. Beruntung ia berhasil kabur dari panti tersebut.

Parasnya yang ayu dan menawan membuat siapa saja yang melihatnya tentu akan terpikat.

Setelah berhasil kabur dari panti tempatnya tinggal, ia justru bertemu dengan Toto seorang gigolo yang sejatinya adalah pamannya sendiri.

Toto tidak menyangka jika keponakannya yang ia buang ke panti asuhan itu, sekarang telah tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu cantik.

Ia berpikir untuk menjadikan Zahira sebagai penghasil pundi - pundi rupiah dengan menjualnya kepada pengusaha kaya yang selalu mendambakan para wanita muda untuk jadi pemuas ranjangnya.

Kini Zahira merasa beruntung karna nasib baik masih menyertainya saat ini.

Ia selamat dari kejaran sang paman yang berniat menjual dirinya kepada seorang pengusaha tua yang selalu haus akan ****.

Zahira menghembuskan napas lega.

"Kemana aku harus pergi?"

Zahira merogoh kantong celananya. Membuka beberapa lembar uang pecahan lima ribuan yang hanya ada enam lembar saja. Ditatapnya uang yang tidak seberapa itu.

Kruuuukkkkkk

Bunyi cacing didalam perut sudah menuntut minta diisi.

Zahira berjalan menyusuri jalan yang entah akan sampai dititik mana ia harus berhenti.

Zahira mengembangkan senyum dibibirnya saat nampak sebuah warung dari jarak beberapa meter dari tempatnya berjalan.

Warung manisan

Zahira mendekati warung meraih beberapa bungkus roti dan air mineral dalam kemasan cangkir.

Duduk disebuah kursi kayu panjang didepan warung sambil menyantap roti lalu meneguk air mineral.

Tatapannya kosong dan menerawang jauh entah kemana. Membuat sang pemilik warung akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Kelihatannya neng bukan orang sini ya?" tanya sang pemilik warung.

"Ya bu, aku kebetulan lewat mampir untuk mengisi perutku."

"Emang eneng mau kemana?"

Zahira menggeleng Frustasi karena memang tidak punya tujuan.

"Bu, apa disekitar ini ada pabrik atau orang membutuhkan jasa pembantu rumah tangga misalnya?"

"Eneng ijazah terakhirnya apa?"

"SMA bu, tapi saya tidak membawanya."

"Kalo tidak membawa ijazah, paling paling jadi buruh lepas harian saja di pabrik tempat suami saya bekerja."

"Tidak masalah bu, aku bersedia," jawabnya dengan antusias.

"Kalau begitu kita tunggu saja. Biasanya suamiku pulang sekitar jam empat sore."

"Ya, bu. terima kasih sebelumnya."

"Sama - sama. Siapa namamu?"

"Zahira, bu."

"Baiklah, Zahira. berapa usiamu sekarang?"

"19 tahun bu."

"Masih muda."

"Ayo masuk!" ajak ibu pemilik warung.

"Sekali lagi terima kasih bu."

"Sama - sama Nak Zahira."

Obrolan panjang antara Zahira dan sang pemilik warung berlangsung hingga sore hari.

Setelah menjelang sore suami pemilik warung itu datang. Dan sang pemilik warung yang bernama Siti itupun mulai menceritakan gadis yang saat ini berada di dalam rumahnya itu

Lalu Bu Siti meminta suaminya itu untuk membantunya memasukan Zahira untuk bekerja ditempatnya bekerja.

Ditempat kerja.

Zahira mulai bekerja di hari pertamanya. Ia ditempatkan di bagian pengecekan barang yang hendak dikirim dengan upah kisaran seratus ribu perhari.  Ia akan menerima upah dalam satu minggu satu kali dihari sabtu nanti.

Zahira sangat bersyukur dan berusaha bekerja dengan begitu giat dan sebaik mungkin.

Ia sadar mencari pekerjaan itu tidaklah mudah. Contohnya saja disini, Zahira tidak akan bisa masuk jika tanpa orang dalam yang membawanya. Apalagi pekerja lepas seperti dirinya yang masuknya tanpa menggunakan lamaran dan data pribadi lainnya seperti KTP dan Ijazah.

Pimpinan pabrik tersebut memberikan tanggung jawab sepenuhnya tentang diri Zahira kepada Pak Karim, orang yang telah memasukannya bekerja di sana.

Zahira yang berpenampilan ayu itu menarik perhatian para karyawan lelaki yang bekerja di sana.

Terutama Dimas.

Dimas adalah salah satu staff pengawas  yang mengawasi para pekerja harian lepas.

Lelaki berparas tampan dan gagah itu adalah sosok lelaki yang selalu di idamkan - idamkan oleh para wanita.

Parasnya yang gagah dengan postur tubuhnya yang begitu atletis membuat para kaum hawa yang ada dalam pabrik tersebut berlomba - lomba demi mendapatkan perhatian dari seorang Dimas.

"Anak baru, siapa namamu?"  Dimas bertanya pada Zahira yang sedang menghitung barang - barang yang akan dikirimkan ke distributor.

"Aku Zahira kak," sahutnya dengan sopan.

"Zahira siapa yang mengajakmu kerja disini?"

"Pak Karim kak, kenapa?"

"Tidak apa, hanya tanya saja. Kamu saudaranya Pak Karim?"

Zahira hanya menganggukkan kepalanya.

Karna ia pun tak tahu  harus menjawab apa tentang pertanyaan itu.

Melihat gadis itu bekerja dengan begitu lincah membuat seorang Dimas menyimpulkan senyuman.

Cantik

Satu kata yang keluar dari mulut Dimas.

Sampai akhirnya jam makan siang telah tiba.

Waktunya para karyawan dan staff pabrik tersebut beristirahat dan makan siang.

Zahira memilih untuk menunaikan sholat Dzuhur terlebih dahulu.

Gadis itu berjalan menyusuri trotoar menuju masjid yang tak jauh dari pabrik tersebut.

Setibanya ia langsung menunaikan kewajibannya yaitu sholat lima waktu yang tak pernah ia lewatkan sekalipun kecuali saat sedang mendapat tamu bulanan.

Zahira merogoh saku roknya mengeluarkan  uang pecahan lima ribuan yang hanya beberapa lembar.

"Bu, beli nasi, makan sini aja ya bu," ucapnya pada sang pemilik warung nasi tersebut.

"Neng karyawan baru ya?" ibu itu bertanya sambil mengambilkan nasi putih pada piring kosong yang dipegangnya.

"Iya bu, baru hari ini masuk kerja."

"Ya neng. Ini lauknya pakai apa?"

"Apa aja bu, aku ada uang segini." Zahira menyodorkan tiga lembar uang pecahan lima ribuan kepada sang pemilik warung.

"Tidak usah diambil uangnya Bu Yen, masukan saja ke nota bulanan ku, biar aku yang membayarnya nanti."

Dimas tiba-tiba muncul dan mengagetkan Zahira.

"Kak Dimas, kenapa begitu?"

"Tidak apa Zahira, jika kamu merasa tidak enak.  Kamu menganggapnya sebagai hutang yang bisa kamu bayar saat gajian nanti."

Sejak tadi Dimas memperhatikan Zahira dari kejauhan.

Ia melihat Zahira yang sedang bingung dengan uang yang dimilikinya saat ini.

"Baiklah kalo begitu. Aku akan membayarnya setelah gajian nanti, terima kasih banyak - banyak Kak Dimas."

"Sama - sama Zahira. Makanlah, jam istirahat akan segera usai!"

Zahira memakan nasinya hingga bersih tak ada sedikitpun sisa di piringnya. Setelahnya ia meneguk air putih yang telah tersedia.

Zahira membersihkan sisa makanan pada giginya dengan cara berkumur dengan sisa air putih didalam gelasnya.

Tingkah Zahira tak luput dari pandangan seorang  Dimas.

"Udah bersih kok, ayo kembali ke pabrik!" celetuk Dimas.

Menyadari sedari tadi diperhatikan oleh Dimas membuat Zahira menjadi kikuk dan salah tingkah.

Jangan tanya bagaimana wajahnya yang sudah semerah tomat.

"Kak Dimas, aku jadi malu deh!"

Zahira menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya

Dimas hanya mengulum senyum.

"Ayok." ajaknya kemudian.

Dimas dan Zahira berjalan bersisian masuk kedalam pabrik.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sejak tadi  selalu memperhatikan interaksi keduanya.

Dian Sasmi. Usianya itu satu tahun lebih tua dari Zahira. Wanita ini di tugaskan sebagai pengecekan lebel halal pada kemasan makanan instan yang akan dikirimkan ke distributor. Baru setelahnya ia serahkan pada Zahira bagian pengecekan jumlah barang yang akan dikirim sesuai dengan permintaan order.

Dian adalah wanita yang sejak dulu menaruh hati pada Dimas. Namun Dimas tak pernah menanggapinya dengan serius.

Dimas selalu mengalihkan topik pembicaraannya ketika sudah mulai membahas masalah perasaan Dian terhadapnya.

Karna Dimas sama sekali tidak tertarik pada wanita yang bernama Dian Sasmi.

Baginya wanita itu terlalu berani dan kurang sopan dalam berpakaian. Sehingga membuat Dimas kadang merasa risih jika berada di dekatnya.

"Dian tolong ini semua dicek dengan benar ya jangan sampai ada yang terlewat!" Dimas memberi peringatan pada Dian yang sejak tadi terlihat tidak fokus karna matanya yang terus tertuju pada Zahira

"Ya, Kak Dimas."

Dimas berjalan mengawasi semua pekerja dengan tugasnya masing - masing.

"Heh, anak baru!" seru Dian tiba - tiba.

"Ya, mbak.".

"Jangan coba - coba merebut Dimas dariku ya!" ancamnya pada Zahira.

"Tenang saja mbak, aku cukup tahu diri kok," sahut Zahira dengan sopan.

Beberapa karyawan lain hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Dian yang sejak dulu tidak pernah berubah. Selalu menindas anak baru, jika menurutnya telah menjadi saingan baginya  untuk mendapatkan Dimas.

02.Kenzo Rahardian

Beberapa bulan kemudian

Gadis yatim piatu itu mulai pandai membenahi diri. Penampilannya yang semakin cantik membuat tubuh mungilnya terlihat lebih menarik.

"Ra, entar malam kamu datang kan di acara  ulang tahun perusahaan?" tanya Dimas.

"Insyaa Allah kak."

"Harus donk Ra, inikan acara perusahaan." paksa Dimas.

"Ya, aku usahain kak."

"Kamu masih tinggal di rumah Pak Karim?"

"Enggak, kak. Udah lama pindah, gak enak jadi gunjingan para tetangga. Dibilang aku gak tau malu numpang terus di rumah orang. Padahal Pak Karim dan istrinya sendiri tidak keberatan. Tapi, ya udahlah pilih aman aja. Kost sendiri."

"Ah, curang kamu Ra. Pindah kok  gak omong - omong. Aku kan pengin main ke kostan mu."

"Eh, mana bisa. Kost khusus putri, gak boleh ada pria yang datang."

"Ah, begitu ya."

"He'em."

Di ujung sana seorang wanita sedang menatap marah.

Wanita yang bernama Dian itu semakin benci saja terhadap seorang Zahira.

Tatapan matanya begitu penuh amarah.

Setelah menatap Zahira dengan penuh kebencian, wanita itu menyeringai bak iblis, dan terbersit sebuah rencana jahat di dalam otaknya.

Tangannya melakukan pekerjaan tapi matanya terus menatap tajam pada seorang Zahira.

Kebenciannya terhadap gadis yatim piatu itu telah mendarah daging dari hari pertama gadis itu mulai bekerja karna langsung mendapat perhatian dari Dimas, lelaki yang sangat ia dambakan itu.

*

*

*

Malam pun tiba.

Acara perayaan Ulang Tahun Perusahaan itu pun sedang berlangsung disebuah Hotel bintang lima.

Seorang gadis cantik sedang berjalan sendirian.

Zahira mengenakan sebuah dress sepanjang selutut berwarna hitam pekat dipadukan dengan high hell yang berwarna putih dan tas selempang yang juga berwana putih. Terlihat begitu cantik dan walau sederhana. Siapa pun yang melihat akan terkesima dengan tubuh ramping namun memiliki ukuran dada cukup besar.

Seorang pria muda berjalan dengan gaya angkuhnya. Satu tangannya berada dalam saku celananya. Pria tampan itu berjalan dengan begitu elegan.

Kenzo Rahardian yang merupakan anak dari dari pemilik perusahaan tersebut. Pria muda yang sangat tampan. Bentuk tubuhnya yang sixpack menambah ketampanannya itu semakin terlihat sempurna.

Pada malam hari ini seorang Kenzo Rahardian akan resmi menjadi Presdir di perusahaan tersebut.

Kenzo berjalan dengan terburu-buru karna kedatangannya itu sudah sangat terlambat.

Bug

Bahunya menabrak seorang gadis cantik berbalut dress berwarna hitam pekat.

"Jalan pakai mata!" makinya pada gadis yang di tabraknya itu.

"Dimana-mana jalan itu pakai kaki! udah salah marah pula!" Zahira tidak terima dimaki depan umum saat dirinya tidak bersalah.

Kenzo mendadak terdiam, baru kali ini  ada seorang gadis yang sama sekali tidak tertarik padanya. Jiwa Playboy-nya seketika meronta melihat seorang Zahira.

Kenzo yang memiliki ketampanan di atas rata-rata itu tidak pernah mendapat perlakuan buruk dari seorang wanita manapun. Tapi gadis didepannya bahkan tak meliriknya sedikitpun.

Gadis itu terlihat sangat acuh bahkan setelah melihat wajah tampan seorang Kenzo Rahardian.

Kenzo tidak terima ada wanita yang sama sekali tidak tertarik padanya.

Yang dia tahu selama ini makhluk yang berjenis kelamin wanita itu selalu tunduk dan mau melakukan apapun untuknya. Tapi wanita yang satu ini justru melawannya.

Bisik - bisik antar tamu undangan itu pun terdengar sangat jelas. Mereka membicarakan keberanian Zahira pada seorang Kenzo Rahardian yang selama ini terkenal dengan sikap kejamnya.

Siapapun yang berani melawan harus siap menerima hukumannya.

Akhirnya acara pun selesai, Kenzo dan sekretaris pribadinya telah berada di sebuah kamar hotel.

"Teo, apa kau sudah mendapatkan informasi tentang gadis itu?"

"Sudah Tuan, gadis itu hanya seorang buruh harian lepas di bagian pengiriman barang. Namanya Zahira  Khaira Najwa seorang gadis yatim piatu yang ditolong oleh keluarga Pak Karim yang bekerja sebagai supir antar jemput para  staff dan karyawan." Seorang sekretaris yang bernama Teo itu menjelaskan dengan rinci tentang identitas seorang Zahira.

"Jadi dia adalah seorang buruh harian.  Berani sekali dia melawanku. Sudah berapa lama dia bekerja?"

"Baru beberapa bulan saja Tuan."

"Malam ini juga bawa dia ke kamarku!" Kenzo kembali menegaskan.

"Siap Tuan."

Tak berselang lama.

"Tuan, ini gadis yang anda minta." Teo melepaskan tangan nya dari mulut Zahira.

"Boleh juga, tinggalkan kita!"

Teo mengangguk sopan dan segera meninggalkan kamar tersebut.

Zahira menatap jengah pada lelaki kini ada dihadapannya itu yang ternyata adalah orang yang telah memakinya di depan umum karna kesalahan lelaki itu sendiri.

"Mau apa kamu?" tanya Zahira ketus.

"Berani sekali kau melawanku!" Kenzo mencengkeram dagu gadis dihadapannya itu.

"Aku berani karna aku merasa benar. Tapi jika aku salah aku pasti akan mengakui salah! Harusnya kau meminta maaf karna kau yang menabrak-ku."

Tak ada lagi jawaban dari mulut Kenzo. Lelaki itu justru membuka pakaiannya lalu menarik pakaian gadis yang ada dihadapannya.

"Jangan coba-coba menyentuhku!" Zahira menepis kasar tangan kekar Kenzo.

"Aku akan membayarmu 20 kali lipat dari gaji harianmu selama sebulan, sekarang layani dan puaskan aku malam ini. Jika kamu tidak mau aku akan memaksa sampai kamu mau!" kata-kata Kenzo terdengar begitu menuntut.

"Jangan mimpi, aku tidak sudi melayani pria sepertimu, dasar arogan!" Zahira berbalik lalu berjalan ke arah pintu hendak keluar namun pintu terkunci rapat dan Zahira tidak tahu cara membukanya. "Sialan!" teriaknya kemudian.

"Kamu tidak akan bisa keluar dari sini sebelum melayani dan memuaskan ku malam ini Zahira khaira Najwa."

Zahira tercengang mendengar lelaki dihadapannya ini  menyebut namanya dengan begitu lengkap.

Dalam hatinya terus bertanya-tanya dari mana lelaki ini bisa tahu namanya bahkan sangat lengkap.

"Kenapa baby, kamu bingung kenapa aku tahu namamu bahkan nama lengkapmu. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Kenzo Rahardian. Termasuk mendapatkan pelayananmu malam ini sayangku."

Bulu kuduk Zahira merinding dan tubuhnya mulai gemetar.

Kenzo menarik paksa pakaian yang masih melekat pada tubuh langsing Zahira hingga terdengar bunyi robekan.

Sreeeettt

"Kamu mau apa? tolong jangan lakukan ini padaku!" dengan gemetar Zahira meminta belas kasih seorang Kenzo agar tidak melakukan hal terkutuk itu.

"Sudah ku bilang bukan? aku menginginkanmu malam ini baby." Kenzo mulai mengendus aroma tubuh gadis yang kini berada dalam kungkungannya.

"Tolong aku mohon jangan lakukan  apapun padaku!"

Tapi justru Kenzo kini ******* bibir gadis itu dengan rakusnya.

Zahira terus meronta memohon ampunan dari seorang Kenzo Rahardian tapi semuanya sia-sia karna Kenzo semakin buas mencumbunya. Kenzo menggigit kecil bibir bawah Zahira sehingga mulut gadis itupun terbuka dan Kenzo mulai menyusuri rongga mulut Zahira. Memainkan lidahnya dengan lihai didalam sana. Kenzo baru melepaskan tautan bibirnya saat napas Zahira mulai tersengal.

"Brengsek kamu!, kenapa kamu lakukan ini padaku? hiks hiks!" ucap gadis itu ditengah isak tangisnya.

Baru saja Zahira merasa sedikit lega Kenzo telah kembali menjelajah bagian tubuh Zahira yang lain.

Zahira terus meronta sekuat mungkin agar bisa terlepas dari kungkungan lelaki yang berada dihadapannya, namun tenaganya tak cukup kuat untuk sekedar menggeser tubuh kekar yang terus melanjutkan aksinya.

Dua bukit kembar itu digenggamnya dengan penuh hasrat. Hatinya menolak tapi tubuhnya merespon setiap sentuhan Lelaki itu. Ini pertama kalinya seseorang memegang bagian tubuh yang selama ini ia jaga untuk suaminya kelak.

Tapi seorang Kenzo kini telah menodainya.

Zahira merasakan gelayar aneh dalam tubuhnya.

"Bagaimana baby, apa kamu menyukainya?" tanya Kenzo yang mengerti akan respon dari tubuh wanita itu.

Belum sempat Zahira menjawab pertanyaannya Kenzo kembali mencumbu dan memainkan bagian bawah milik Zahira dengan begitu lembut.

Zahira kembali merasakan keanehan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Namun Zahira tersadar bahwa yang ia lakukan adalah salah.

"Jangan, aku mohon jangan lakukan itu!" Zahira memohon berusaha menjauh dan mencari-cari bajunya yang entah kemana Kenzo membuangnya.

"Ayolah Zahira jangan membuatku sakit kepala. Menurut lah maka aku akan melakukan dengan perlahan!" ucapnya seraya menarik kembali tubuh wanita itu.

Dan kini Kenzo membawa gadis itu ke atas kasur. Kenzo kembali menyentuh benda segitiga milik Zahira. Terus bermain main didalam sana.

"Aaaaah, lepaskan aku!" Zahira terus meronta tapi lagi ia merasakan hal aneh dari setiap sentuhan yang Kenzo berikan.

"Apa ini kenapa rasanya seperti ini?" Zahira kembali merasakan sensasi aneh dalam tubuhnya.

Kata-kata yang keluar dari mulut Zahira membuat Kenzo lebih bersemangat untuk terus melakukannya.

03. Hamil diluar nikah

Lelaki itu menatap Zahira, "Karna aku adalah orang pertama yang menyentuhmu maka aku janji akan bertanggung jawab setelah ini!" ucapnya dengan nada suara yang sudah mulai parau.

Rasa bahagia menyeruak dalam hati Kenzo baru kali ini ia mendapatkan seorang gadis yang masih tersegel.

Wanita yang berada dibawah kungkungan seorang Kenzo mulai melunak saat mendengar kata tanggung jawab yang keluar dari mulut Kenzo.

Kenzo kembali melanjutkan perjuangannya.  Kali ini ia akan membawa gadis itu benar-benar terbang melayang.

Kenzo mulai menerobos segel kepemilikan Zahira.

"Ah sakiiiiit!" teriakan Zahira bersamaan dengan  keberhasilan Kenzo membobol gawang gadis yang berada dibawah tubuh Kenzo.

"Aaaahhhh, ternyata begini rasanya gadis yang masih perawan."  Kenzo terus menggerakkan pinggulnya hingga terciptalah suara suara merdu antara kesakitan dan kenikmatan yang Zahira rasakan malam itu.

Zahira kembali merasakan sesuatu yang aneh saat Kenzo terus bermain main diarea pribadinya.

Hingga akhirnya kedua insan itu terus melakukannya berulang kali.

*

*

*

Pagi harinya Zahira membuka matanya. Matanya menatap sekelilingnya tapi kosong tak ada siapapun. Hanya beberapa paper bag di atas sofa yang berada di pojok ruangan kamar hotel tersebut.

Zahira berjalan perlahan karna bagian intimnya terasa sangat sakit.

Membuka salah satu paper bag yang ternyata berisi baju ganti untuknya.

di dalamnya juga terdapat beberapa gepok uang pecahan seratus ribuan yang jika dihitung jumlahnya mencapai sekitar dua ratus juta.

Zahira menatap nanar pada uang tersebut. Inikah harga keperawanan yang dimilikinya. Siapa sebenernya lelaki yang bersamanya semalam? Semua pertanyaan itu terus memenuhi hati dan pikiran seorang Zahira.

Dimana janji seorang Kenzo yang akan bertanggung jawab atas perbuatannya semalam? Kenapa pagi ini lelaki itu pergi.

"Ini salahku yang telah terbuai dengan permainannya. jadi jangan pernah menyalahkan siapapun. Harusnya aku bisa menahan diri dan menolaknya apapun kondisinya semalam tapi nyatanya aku pun sangat menikmatinya." Zahira bergumam dan terus menyalahkan dirinya sendiri.

Zahira berlalu ke kamar mandi, membersihkan dirinya lalu mengenakan salah satu pakaian  yang berada didalam paper bag tersebut. Tanpa disadari sesuatu terjatuh kebawah lantai.

Bagian intimnya sudah terasa lebih baik setelah ia berendam dalam air hangat didalam kamar mandi hotel yang menjadi saksi bisu percintaan satu malam dengan seorang Kenzo yang baru saja ia kenal malam itu.

Tanpa sarapan pagi, Zahira meninggalkan hotel tersebut. Ia akan pergi bekerja seperti biasanya.

Sesampainya ditempat kerja Zahira mencoba bersikap seperti biasanya seolah tidak pernah terjadi apa-apa pada dirinya. Menyapa semua orang dengan sopan seperti sebelumnya.

"Ra, kami terlihat beda pagi ini," ucap Dimas,

Dimas memutarkan tubuh Zahira yang kini mengenakan pakaian branded, yang jika ditafsir harganya bisa mencapai jutaan rupiah dalam satu setel pakaian yang Zahira kenakan saat ini.

"Darimana kau dapatkan semua ini Ra?" tanya Dimas penasaran.

"Aku...emmm aku.."

"Kamu menjual tubuhmu demi uang Ra?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Dimas sungguh membuat Zahira merasakan sakit hati yang tak bisa dilukiskan dengan kata.

Sungguh pertanyaan itu membuat Zahira teringat akan kesalahannya. Kesalahan karna ia sendiripun ikut terbuai dalam permainan seorang Kenzo.

Harusnya ia semalam berteriak, menolak dan mencari bantuan tapi nyatanya ia justru menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh lelaki yang sama sekali tidak ia kenal. Lelaki yang hanya ia tahu dengan nama Kenzo Rahardian. Selain itu tak sedikitpun ia tahu tentang siapa sebenarnya lelaki itu.

Dimas tersenyum mengejek mendapati Zahira yang hanya diam tanpa melakukan pembelaan sedikitpun atas tuduhannya yang berarti itu adalah benar menurutnya.

"Aku kecewa sama kamu Zahira," ucapnya kemudian lalu pergi meninggalkan Zahira dengan kesedihannya.

"Maafkan aku kak Dimas, aku sudah membuatmu kecewa. Tapi bukankah kita hanya teman gak ada yang mesti aku sesalkan. Semua yang sudah terjadi juga tidak akan bisa dikembalikan lagi."

Zahira kembali melakukan pekerjaannya.

Dan jangan lupakan seorang gadis yang sedang tersenyum puas karna akhirnya ia bisa membuat Dimas menjauhi Zahira yang selama ini ia anggap saingannya.

Karna saat semalam melihat Zahira memasuki kamar hotel bersama seorang lelaki yang hanya terlihat punggungnya saja.

Wanita yang bernama Dian itu langsung merekamnya dan tadi pagi ia mengirimkannya pada Dimas.

Sebab itulah Dimas tahu dengan apa yang telah dilakukan oleh Zahira.

"Jangan coba-coba melawan Dian Sasmi, jika aku tidak bisa mendapatkan Dimas maka, siapa pun tidak akan bisa mendapatkannya," gumamnya kemudian.

Sementara disebuah gedung perkantoran yang berada disebelah gedung produksi nampak seorang Kenzo Rahardian sedang tersenyum-senyum sendiri mengingat indah nya percintaan dengan seorang gadis yang baru pertama disentuh seorang lelaki membuatnya merasakan kenikmatan tersendiri.

"Apa Zahira masih bekerja seperti biasa, tanyanya pada Teo sang asisten.

"Ya, gadis itu masih masuk kerja seperti biasanya."

"Aku sangat bahagia karna aku adalah orang pertama yang menyentuhnya, dan kau ingat bukan tentang janjiku yang akan menikahi siapapun wanita yang telah memberikan kehormatannya padaku."

"Ya Tuan, saya ingat benar, apa tuan juga akan berhenti menggunakan jasa wanita malam dan bagaimana dengan Mona?"

"Tentu saja, aku tidak butuh lagi wanita manapun setelah aku mendapatkan kepuasan tersendiri dari gadis sederhana itu."

"Lalu bagaimana dengan penampilan dan cara  berpakaiannya Tuan? itu sangat jauh dari kriteria wanita yang selalu berjalan di samping anda."

"Aku tidak butuh semua itu, aku hanya butuh wanita yang benar benar bisa membuatku merasa nyaman. Dan gadis itu telah membuatku begitu nyaman saat bercinta, sikapnya yang polos sungguh membuatku merasa bahagia. Tapi kenapa dia tak menghubungi ku padahal aku meninggalkan kartu namaku di sana!"

Disaat yang bersamaan ponselnya berdering.

"Ya hallo pa!"

"Kenzo ini mama nak," ucapnya dari sebrang sana dengan suara isakan.

"Ada apa ma, kenapa mama menangis?"

"Ken, papa masuk rumah sakit kena serangan jantung dan sekarang masih koma."

"Bagaimana bisa ma?" tanyanya dengan cemas.

"Tidak tahu Ken, cepatlah datang ke rumah sakit."

"Ya ma, tunggulah aku akan segera ke sana."

"Teo wakili pertemuan siang ini! Aku harus ke rumah sakit, papaku dirawat karna serangan jantung."

Kenzo berlalu pergi meninggalkan  ruangannya dengan penuh kekhawatiran.

Ia mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh membelah kemacetan jalanan ibu kota pagi itu.

Tiga minggu sudah berlalu sejak kejadian Zahira dan Kenzo malam itu.

Zahira yang sedang mengecek barang yang hendak dikirim tiba-tiba merasakan pandangannya menjadi gelap dan tubuhnya terasa melayang dan akhirnya tidak sadarkan diri.

Dimas yang berada tak jauh darinya dengan sigap meraih tubuh ramping perempuan itu hingga jatuhnya tak mengenai lantai.

Semua orang seketika panik dengan peristiwa pagi itu.

Seorang manajer datang dan membawakan dokter untuk memeriksa kondisi Zahira yang tiba - tiba saja pingsan itu.

Didalam ruangan itu hanya ada dokter, Dimas dan seorang manager produksi.

"Bagaimana dokter? apa yang terjadi padanya?" tanya Dimas dengan penuh khawatir.

Meskipun ia kecewa pada Zahira, tapi baginya Zahira tetaplah temannya.

"Wanita ini sedang mengandung."

Sontak penuturan dokter tersebut membuat Dimas dan manager itu tercengang. Bagaimana bisa seorang yang belum menikah tapi hamil.

"Saya akan menuliskan resep obatnya dan juga vitamin khusus ibu hamil."

"Jadi dia hamil diluar nikah?" gumam seorang manager produksi tersebut.

Sementara Dimas hanya menatap penuh kekecewaan pada Zahira. yang masih terkulai lemah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!