"Aduh...duh...duh...baru hari pertama bekerja aku sudah hampir terlambat!!!!" aku memakan sarapanku sambil berdiri.
"Ibu bisulan ya...kok sarapan sambil berdiri?? celetuk anak bungsuku yang baru duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar.
"Oh iya perkenalkan...namaku Shanum Susena!! agak unik ya namaku!!"
Putriku yang pertama duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar bernama Chika Susanti sedang anak bungsuku yang tadi menegurku dengan kritis adalah Chiro Susanta.
Aku hanya tinggal bertiga dengan anak-anakku semenjak suamiku memutuskan untuk menjadi TKI ke Malaysia.
Ibuku sendiri tinggal tak jauh dari tempat kediamanku. Walaupun rumah yang kami tempati hanya rumah berdinding kayu, tapi rumah ini adalah pemberian dari ibuku saat aku dan bang Rahman menikah dulu.
"Bu, cepet lho sudah mau jam setengah tujuh...nanti ibu telat, ini kan hari pertama ibu bekerja??" kata Chika putri sulungku.
"Ya sudah, Chika...Chiro...ibu pergi duluan ya, kalau kalian berangkat nanti tolong titip kunci pada nenek ya!!" pesanku pada kedua anakku.
Setelah memberi pesan dan wejangan seperlunya pada kedua buah hatiku, aku mengendarai sepeda motor bututku menuju sebuah rumah sakit tempat aku baru saja diterima bekerja.
Aku memang sangat membutuhkan pekerjaan, bang Rahman mengirimkan uang tiga atau empat bulan sekali dengan alasan dia harus mengumpulkan uang dahulu setelah terkumpul cukup banyak baru dia kirimkan untuk kami.
Dua hari lalu Bandiah temanku yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah rumah sakit swasta mencari seorang karyawan lagi sebagai pengganti karyawan yang resign karena menikah.
Mungkin memang rejekiku aku langsung diterima bekerja di situ.
"Bruakkkk....!!"
"Aduh...maaf mas...saya ngga sengaja sebab saya lagi buru-buru!!" wajahku pias saat motorku menabrak motor orang yang berada di depanku saat mau masuk melewati pintu parkiran.
"Wah mba...kira-kira dong...baru juga kemarin motor saya keluar dari dealer sudah ditabrak aja!!"
"Saya tunggu di parkiran mba, kita lihat seberapa parahnya bekas benturan tadi!!" katanya lalu melaju memarkirkan motor gedenya.
"Aduh...gimana ini!! semoga aku tidak terlambat dan semoga motor gede ni orang ngga lecet!!" aku komat kamit berdoa memohon pada yang Kuasa.
"Apa sih bro...dari tadi perasaan sensitif terus bawaannya, kenapa sih??" tanya teman di sampingnya.
Sebelum menjawab, dia membuka helm dan kaca mata hitamnya.
Aku melongo melihat wajah itu. hanya decakan kagum tapi di dalam hati saja.
"Ini cowok artis dari mana sih?? tapi apa memang orang kota itu ganteng semua beda sama orang kampung kayak aku!!" aku bermonolog sendiri dalam hati.
CTEK...
Dia mencetekan ibu jarinya tepat di depan mataku membuatku kaget.
"Malah bengong lagi ngeliati gue!!" sinisnya padaku.
"Kamu kenapa sih, Lang?? ngga dapat jatah dari bini loe semalam ya makanya kamu uring-uringan terus??" tanya sahabatnya.
"Kamu di sini Shanum?? dari tadi ditungguin juga!!" tiba-tiba Bandiah datang dari arah belakang mengagetkan sekaligus mengingatkan Shanum.
"Maaf mas Elang, mas Indra...teman saya ini masih baru, ini hari pertama dia masuk kerja, saya antar dia dulu ya!!" kata Bandiah lalu menarik tanganku.
"Eh tunggu!!" kata cowok jutek yang bernama Elang itu.
"Main kabur aja tuh perempuan!!" katanya geram.
"Sudahlah, kalaupun ada lecet kan masih jadi tanggungan dealer juga untuk membuatnya mulus kembali!!" sahut Indra langsung menarik tangan Elang.
"Aduh...kamu kenapa sih bisa berurusan sama perawat jutek itu??" tanya Bandiah menarik tanganku.
"Ooh dia perawat??" tanyaku lagi.
"Ayahnya seorang dokter spesialis mata di rumah sakit ini, kakaknya juga seorang dokter, tapi entah mengapa dia hanya memilih untuk menjadi seorang perawat!!" tutur Bandiah panjang lebar.
"Kalau yang di sebelahnya itu perawat juga??" tanyaku lagi.
"Ohh mas Indra?? iya, dia salah satu perawat idola di rumah sakit ini, orangnya ganteng...ramah juga tidak pernah marah terutama ngga pelit...ibunya direktur rumah sakit ini!!" kata Bandiah lagi.
"Ayo cepat...tugasmu di lantai 3 dan aku di lantai 2, aku ditugaskan leader untuk mengajari kamu dulu supaya kamu bisa bekerja sendiri nantinya!!" kata Bandiah.
"Tapi kamu hati-hati ya!!" pesan Bandiah agak sedikit khawatir.
"Kenapa Di??" tanyaku.
"Mas Elang dan mas Indra dinasnya di lantai atas!!" jawab Bandiah
"Aku juga lupa bilang ke kamu, Num...kalau mas Elang itu sudah diangkat jadi kepala ruangan dan mas Indra itu wakilnya, mereka berdua itu ngga suka kalau melihat ruangannya ada kotoran atau lantai ruangan mereka ada bercak sedikit aja, pasti cleaningnya yang bertugas di situ langsung dipanggil, jadi kalau bisa kamu mau kemana-mana walaupun jam istirahat harus ijin dahulu dan jangan istirahat jauh dari area sini."
"Mereka ngga suka bawahannya lelet, mereka pecinta kebersihan jadi grooming kita harus diperhatikan!!" kata Bandiah.
"Grooming itu apa, Di??" tanyaku karena memang tidak mengerti.
"Penampilan kita harus rapi jangan acak-acakan tetapi juga jangan berdandan berlebihan karena kita ini penyedia jasa kebersihan yang langsung masuk keruangan untuk membersihkan ruangan mereka, dan kamu juga harus tau bahwa mereka yang dirawat di lantai 3 ini adalah para golongan orang elit semua, jadi hati-hati jangan sampai buat kesalahan, kesopanan dan keramahan harus selalu di nomor satukan, oke??" kata Bandiah.
Aku hanya mengangguk tanda mengerti.
Dan satu lagi, mulai besok usahakan jam 6 pagi sudah ada disini, hari ini aku membantumu membersihkan ruangan mas Elang dan mas Indra tetapi besok kamu sudah harus membersihkannya sendiri."
"Ayo cepat...gesit sedikit gerakanmu!!" tarik Bandiah pada tanganku.
"Mba Diah...dipanggil mas Indra!!" kata Tantri perawat yang bertugas pagi ini.
"Kamu lanjutkan dulu pekerjaanmu ya sesuai yang sudah di trainingkan selama 3 hari kemarin, nanti aku kemari lagi setelah menghadap mas Indra.
Aku hanya menggangguk saja.
TOK...TOK...TOK
"Permisi...mas memanggil saya??" tanya Bandiah dari balik pintu luar.
"Oh mba Diah masuk mba!!" kata mas Indra ramah.
"Mba Diah, dengar-dengar mba Diah dipindahkan kelantai 2 lalu siapa penggantinya di lantai 3 ini??" tanya Elang dengan matanya yang memandang tajam seperti mata elang.
Jangankan perawat baru atau cleaning service baru seperti Shanum, Bandiah yang kerja di situ sudah lebih dari 5 tahun aja dan mengenal Elang serta Indra sebelum mereka menjabat menjadi kepala ruangan dan wakilnya saja masih ketar ketir mendapat tatapan tajam dan jutek dari Elang.
"Sudah ada penggantinya, mas!! dia masih saya perkenalkan seluruh ruangan di lantai 3 ini!!" jawab Bandiah sedikit gaer takut kalau mas Elang tidak menyukai Shanum apalagi ada insiden penabrakan Shanum pada motor Elang tadi pagi.
*
*
***Bersambung...
Masuk ke novel baru ya reader mohon dukungannya selalu!!🙏🙏🙏
"Sudah ada penggantinya, mas!! dia masih saya perkenalkan seluruh ruangan di lantai 3 ini!!" jawab Bandiah sedikit gaer takut kalau mas Elang tidak menyukai Shanum apalagi ada insiden penabrakan Shanum pada motor Elang tadi pagi.
"Ya sudah...kamu ajarkan saja padanya tentang bagaimana peraturan di sini!!" jawab Elang dan lalu menyuruh Bandiah pergi.
"Aduuhhh...moga aja si Shanum ngga akan apa-apa ya!!" gumam Bandiah.
"Lang, bagaimana rencana pernikahanmu dengan Sheila??" tanya Indra sambil mengetik laporan di laptopnya.
"Tau ah...itu urusan papi sama mami aku ngga peduli...mau nikah kek mau ngga kek ngga urus!!" jawab Elang enteng.
"Ya jangan gitu, Lang...hubunganmu dengan Sheila kan sudah berjalan hampir 2 tahun...lagi pula orang tua kalian kan bersahabat baik...jangan membuat kedua nya kecewa!!" kata Indra.
"Lha kamu sendiri dengan Pingkan gimana??" tanya Elang pada sahabat karibnya itu.
"Aku dengan Pingkan?? hubungan kami baik-baik saja!!" jawab Indra.
"Alangkah indahnya jika kita para lelaki ini tidak terikat dengan aturan pernikahan ya!!" sahut Elang.
"Pusing aku dengan segala ***** bengek urusan para wanita!!" sahut nya dan di iyakan oleh Indra.
Karena asyiknya mengobrol Elang lupa ada cangkir teh di ujung mejanya!!
KROMPYANG....
"Haduh...bikin kotor aja kalau begini!!" kata Elang.
"Coba kamu panggilkan cleaning service yang bertugas di lantai 3 ini, Dra??" kata Elang.
Indra berdiri dari kursinya dan menuju ruang perawat di depan minta dipanggilkan cleaning servicenya.
Saat salah seorang perawatnya memanggil, bergegas Shanum menuju ruangan kepala perawat muda itu.
TOK...TOK...TOK
"Permisi pak apa yang harus saya bersihkan??" tanyaku.
DEG....
"Ya Allah...matilah aku ketemu psikopat berdua ini lagi!!" batinku dengan sedikit gemetar.
Mata bulat dan sipit Elang pun membulat sempurna.
"Ternyata kamu petugas cleaning service yang baru itu?? awas saja jika kamu membuat kekacauan di ruangan kami ini!!" tegasnya penuh penekanan.
"Itu ada tumpahan teh di lantai bersihkan dan jangan sampai lengket di lantai dan satu lagi...kami mau ruangan ini sudah bersih dan rapi sebelum kami datang...karena saya tidak mau saya sudah duduk fi sini tiba-tiba ada cleaning yang mengetuk pintu mau bersihkan ruangan!!" katanya memandangku tajam.
Dari balik maskerku aku menggumam, "iya pak bos psikopat!!"
Setelah memastikan ruangan mereka bersih, aku mundur diri dari ruangan yang seperti ruangan penyiksaan itu karena mata keduanya selalu memindai pekerjaanku.
"Sudah bersih pak...!!" kataku.
"Siapa namanya mbak...jadi kita kalau ada perlu mau memanggil enak!!" kata laki-laki yang tak kalah gantengnya dari Elang yang bernama Indra itu.
"Shanum pak!!" sahutku.
"Jika sudah tidak ada yang harus saya bersihkan, saya permisi pak...!" kataku.
"Oke mbak Shanum...jangan istirahat jauh-jauh jadi saat kami butuh bantuan mbak Shanum kami tinggal panggil!!" lagi-lagi kata Indra sementara si psikopat itu sudah sibuk dengan pekerjaannya.
***********
Tepat jam 12 siang kerjaanku baru kelar, karena mungkin aku masih baru jadi aku belum paham benar cara kerja di lantai 3 ini.
Tapi Alhamdulillah...dua puluh kamar pasien di lantai 3 ini yang kubersihkan, ada 2 ruangan yang memberiku uang walaupun aku menolak awalnya, tapi ibu-ibu itu tetap menyelipkan ke kantong baju kerjaku, dan 1 ruangan memberiku 1 kotak bolu Holland yang masih utuh, katanya dia terlalu banyak dibawakan oleh pembesuk.
"Ya Allah...terima kasih, Chika dan Chiro pernah minta dibelikan bolu seperti ini tapi sampai sekarang aku belum bisa membelikan karena aku tak pernah punya uang yang cukup."
"Mas Rahman 3 bulan sekali mengirimkan uang hanya 3 juta rupiah, hanya cukup untuk biaya makan dan sekolah anak-anak...jangankan untuk membelikan kue yang mahal, kalau harga nya di atas 50 ribu bisa untuk biaya makan kami selama 3 hari."
Aku membuka bekal makanku yang berisi telur dadar dan nasi putih. Badanku terasa patah dua rasanya karena semenjak tadi aku tidak ada istirahat sama sekali.
Kuraba kantong baju kerjaku karena aku menyimpan uang pemberian pasien di dua ruangan tadi.
Kuperjelas pandangan mataku melihat dua lembar uang ratusan berwarna merah yang mereka beri tadi.
"Aku ngga salah lihatkan??" aku membolak balikan dua lembar uang itu.
"Ngga percuma aku membaca ayat seribu dinar setiap kali sehabis sholat!!" ucapku lirih seraya mengucap syukur.
Aku masih makan saat dua manusia psikopat lewat di depan pantry tempat aku menumpang makan.
Aku dan mereka saling bersitatap. Aku membungkukan sedikit kepalaku sekedar memberi hormat.
Kulihat mereka berdua sedikit tercengang memandangku yang tanpa mengenakan masker.
Aku mendengus setelah mereka berdua berlalu.
"Ngga usah syok juga kali melihat wajahku yang jelek ini, aku tau aku tidak secantik orang kota, tapi jangan ngenyek juga kali liat wajahku!!" sungutku lalu meneruskan makanku sedikit lebih cepat sebab aku sudah mendengar panggilan azan sholat dzuhur.
"Wih, gila itu cleaning service yang baru...ayu banget, wajahnya itu keibuan banget!!" celoteh Indra.
"Iyalah keibuan...masa iya perempuan di bilang kebapakan??" sungut Elang.
Lalu mereka berdua makan di kantin dan melanjutkan untuk sholat dzuhur.
Tepat pukul satu siang aku bersiap mau mengambil sampah di ruangan-ruangan.
Aku cepat-cepat masuk keruangan pak Elang dan pak Indra untuk mengambil sampah di ruangan mereka, dari pada aku nanti diomeli lagi.
Di salah satu ruangan pasien aku melihat buah parcel yang masih utuh di atas tempat sampah.
Karena agak ragu aku memberanikan diri bertanya pada pasiennya.
"Maaf bu, parcel buahnya ini mau di buang??" tanyaku sopan.
"Iya mbak, sebab buahnya sudah ada yang busuk!!" jawab pasiennya.
Aku tidak berani membuang sembarangan takut jika pasiennya salah buang.
Kuperhatikan bungkusan parcel buah itu dengan seksama.
"Busuk dari mananya sih?? hanya pisangnya aja yang agak kemasakan dan buah anggurnya aja yang agak kisut...selebihnya buah pir, apel dan jeruknya masih bagus."
"Astagfirullah...orang-orang kaya!! buah bagus begini dikatakan busuk!!" lirihku.
Aku menyisihkan parcel buah itu kedalam plastik dan menyimpannya.
Shanum tidak melihat saat sepasang mata tajam itu memperhatikannya. Ada perasaan iba terbersit di hatinya saat melihat Shanum membersihkan buah utuh itu dan menyimpannya di dalam plastik kresek.
"Loe memperhatikan apa sih, Lang?? jangan bilang lagi mengawasi cleaning service yang baru itu...kalau dia tidak berbuat kesalahan, janganlah kamu mencari-cari kesalahannya...kasihan!!" kata Indra menepuk bahu teman sekaligus atasannya itu.
*
*
***Bersambung...
"Jangan kelewat membenci seseorang...karena bisa saja kebencian berubah jadi cinta!!"
Mohon dukungannya selalu di karyaku yang baru ini ya reader...terima kasih🙏🙏
"Loe memperhatikan apa sih, Lang?? jangan bilang lagi mengawasi cleaning service yang baru itu...kalau dia tidak berbuat kesalahan, janganlah kamu mencari-cari kesalahannya...kasihan!!" kata Indra menepuk bahu teman sekaligus atasannya itu.
"Loe sok tau...siapa juga yang memperhatikan wanita itu?? seperti ngga ada kerjaan aja, lagian sepat mata gue ngeliat wajah lusuhnya!!" desis Elang.
"Alhamdulillah...hari ini aku dapat uang 200 ribu rupiah diberi oleh pasien, dapat kue bolu, dapat buah parcel walaupun buah sudah 3 hari...tapi masih bagus!!" wajah Shanum berseri-seri karena bisa membawa pulang sesuatu yang bisa dimakan oleh anak-anaknya.
Tiba-tiba ponsel jadulnya berdering....
📱"Assalamualaikum...mas Rahman?? apa kabar??"
📱"Waalaikum Salam, kabar mas ngga begitu baik Num, bulan ini mas belum bisa kirim kalian uang ya...gaji mas masih ditahan sama perusahaan!!"
📱"Belum bisa kirim ya mas...padahal ini sudah 5 bulan mas ngga ada mengirim uang untuk kami!!"
📱"Ya habis mau gimana lagi, Num...nanti jika berkeras malah dipecat, terus mas di sini gimana??"
Shanum terdiam mendengar ucapan suaminya. Uang tiga juta rupiah yang dikirim oleh Rahman 5 bulan lalu sudah habis bulan kemarin, itupun Shanum sudah setengah mati putar otak memutar uang tiga juta itu untuk empat bulan agar bisa cukup walaupun harus makan 2 kali sehari saja untuk menghemat beras.
Bulan ini tadi hampir kilo meter listrik di rumahnya disegel oleh PLN karena dia tidak bisa bayar listrik, untung ibunya masih punya sedikit uang untuk menalangi pembayaran listrik terlebih dahulu.
📱"Jadi kapan kira-kira mas gajian??"
📱"Belum tau Num, nanti kalau sudah punya uang mas kabari lagi...sudah dulu Num, mas kembali kerja lagi, baik-baik di sana jaga anak-anak...Assalamualaikum!!"
Tuutttt...
Belum sempat Shanum membalas salam itu, sambungan ponsel sudah terputus.
"Ya Allah...bagaimana ini?? tadi pagi Chika sudah tanya apa bapaknya sudah mengirim uang atau belum, karena sepatu sekolahnya sudah mangap minta makan, mau dijahit ditukang sol sepatu sudah tidak bisa di jahit lagi, belum lagi tas sekolah Chiro...sudah beberapa hari Chiro sekolah membungkus buku pelajarannya hanya memakai kresek...karena tasnya juga sudah sangat jabuk."
Shanum terus melamun hingga tak sadar Bandiah sudah berdiri di sampingnya.
"Ayo kita pulang??" ajaknya.
"Kenapa kamu murung?? mas Rahman telepon ngga bisa kirim uang lagi??" tebak Bandiah.
"Sudah kamu pakai saja uangku dulu, aku punya 300 ribu, ngga banyak sih tapi bisa kamu pakai untuk keperluan kamu dahulu, aku kan belum punya anak jadi kebutuhanku tidak sebesar kebutuhan kamu!!" Kata Bandiah lalu memberikan uang ke tangan Shanum.
"Jangan Di...hutangku yang dulu aja belum bisa kubayar, sekarang mau nambah lagi!!" jawabku.
"Sudah...pakai saja dulu, kan kalau kamu punya rejeki bisa kamu cicil!!" sahut Bandiah.
"Wihh dapat apa itu??" tanya Bandiah melihat kotak holland dan kresek buah yang kubawa.
"Dari pasien, kamu mau nyicip??" tanyaku.
"Ngga usah...di kos-kosan malah ngga kemakan nanti, aku malah mau kasih kamu biskuit untuk anakmu, aku juga tadi dikasih pasien!!" kata Bandiah menyodorkan sekaleng biskuit yang sudah dia bungkus.
"Jangan Di...buat cemilan kamu kalau malam kelaparan!!" jawabku.
"Num..num...kamu kayak nggak kenal aku aja, aku nggak biasa ngemil kue...kalau aku lapar paling aku beli nasi goreng lagi!!" katanya.
"Ambilah...bawa buat Chika dan Chiro...kasihan anak-anakmu itu!!" ucap Bandiah.
Aku sangat bersyukur bisa punya tetangga sebaik Bandiah. Dia yang suka membawakan makanan untuk anak-anakku, suka meminjamkan aku uang tapi ngga tau kapan bisa kuganti, bahkan mencarikan aku pekerjaan saat dia tau suamiku tidak menentu memberiku gaji bulanannya.
"Ayo sudah cepat kita pulang yuk...aku sudah ngantuk berat!!" ajak Bandiah.
Tiba-tiba...
Mbak Shanum...dipanggil pak Elang disuruh membersihkan ruangan beliau karena AC di ruangan baru dibersihkan dan banjir di lantai." kata perawat itu.
"Tapi mbak Yana...tugas kami sudah selesai, nggak bisa menunggu shift siang yang akan bertugas sebentar lagikah??" tanya Bandiah mencoba membelaku.
"Saya ngga tau mbak Di...saya cuma disuruh doang sama pak bos!!" ucap perawat yang bernama Yana itu.
"Ya sudahlah Di...ngga apa-apa, aku kerjakan aja dulu, menunggu yang shift siang masih agak lama...kamu duluan aja!!" kataku mencoba menenangkan hatinya.
"Beneran kamu ngga apa-apa??" tanya Bandiah sedikit khawatir karena dia melihat wajahku sudah sangat lelah.
Aku mengangguk meyakinkannya.
Aku kembali ke janitor untuk mengambil perlengkapan mengepel yang tadi sudah kucuci dan kurapikan.
TOK...TOK...TOK
"Permisi pak...saya mau membersihkan lantainya!!" kataku sambil mengedarkan pandangan mencari mana yang katanya banjir AC yang menggenang di lantai tadi.
"Oh mbak Shanum...itu mbak yang di dekat kursinya pak Elang!!" jawab Indra sementara pak Elang sibuk mengurusi laporannya tanpa menghiraukanku.
Hampir sepuluh menit aku mengepel dan memeras air pel berulang-ulang agar lantainya cepat kering.
"Sudah selesai pak...jika tidak ada lagi yang harus saya kerjakan, saya mau kembalikan alat-alat dan sekalian saya pamit pulang!!" kataku.
Tiba-tiba manusia psikopat itu bersuara, "enak ya sudah mau pulang aja...yakin kerjaanmu sudah beres semua??" tanyanya ketus.
"Kan tugas saya memang sudah berakhir setengah jam yang lalu pak, ini mau digantikan oleh yang shift berikutnya." ucapku.
"Ya sudah mbak Shanum pulang aja...terima kasih ya!!" suara pak Indra menyelamatkanku dari sipembunuh perasaan itu.
Tanpa dua kali aba-aba, aku bergegas kembali ke janitor untuk membersihkan alat kerjaku dan bergegas untuk pulang.
"Kamu jangan terlalu baik pada para tenaga kebersihan di sini apalagi pada orang baru, nanti mereka keenakan dan malah ngelunjak jadinya!!" kata Elang.
"Ngga lah Lang, lagian ini memang jam pulang mereka dan sudah memasuki pergantian shift satunya." Kata Indra mengingatkan.
Elang hanya mendengus lalu melanjutkan pekerjaannya lagi.
"Ibu...ibu sudah pulang..." sambut Chiro di depan pintu.
"Chiro jajan dapat uang dari mana??" tanyaku pada Chiro yang tampak memegang snack di tangannya.
"Tadi tante Di memberi Chiro uang dua ribu rupiah bu!!" kata Chiro.
"Kalau dikasih orang, Chiro bilang apa??" tanyaku.
"Bilang terima kasih lah bu dan mendoakan semoga orang yamg memberi kita dengan ikhlas akan selalu mendapatkan rejeki yang lebih biar bisa lebih berbagi lagi!!" jawab Chiro.
"Pinter anak ibu, Chiro sudah makan??" tanyaku lupa bahwa nasi yang kami makan tadi pagi adalah beras terakhir.
Chiro menggelengkan kepalanya.
"Kan nasi sudah habis bu...ini aja perut Chiro baru terisi snack dari tante Di, ini!!" jawab Chiro.
"Astagfirullah...maaf ibu lupa!!" jawabku.
*
*
***Bersambung...
Akan ada satu kejadian yang membuat Shanum sangat syok...apakah itu??
Tunggu di episode selanjutnya ya...dan jangan lupa tinggalkan jejak cintanya😊😊🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!