Bab 1
Hai perkenalkan nama aku Vika Putri, hari ini umur aku tepat 20 tahun. Memasuki kuliah semester III, Universitas ternama dikota.
Aku bangga bisa kuliah dikota, dengan hasil beasiswa. Karena aku anak berprestasi disekolah, jadi aku dapat merasakan kakiku berpijak dikota.
Dengan menggambil jurusan Ekonomi aku bermimpi agar suatu saat nanti aku bisa bekerja diperusahaan besar seperti orang-orang yang dilihatnya dalam Tv tetangganya.
Aku berjuang untuk bisa menyelesaikan kuliahku agar kelak bisa membahagiakan Ayah dikampung.
Aku memiliki Bapak yang bekerja sebagai petani. Sedangkan Ibu sudah lama pergi meninggalkanku saat aku baru melihat dunia.
Wajah Ibu yang hanya dapat aku lihat lewat bingkai foto membuat aku yakin, kalau aku cantik seperti Ibu
“Aaaaa, basah..buku aku basah” buru-buru aku berdiri mengeringkan buku kuliahku yang basah karena siraman air dari seseorang
“Heii cupu masih siang aja, udah ngelamun. Kesurupan lo entar, bagus kita-kita sadarin loe, Haaaa”
Mereka lagi!! salah satu dari mereka adalah Korry Carolina. Korry adalah anak rektor kampus, selalu saja dia dan teman-temannya membullyku.
Aku berlari meninggalkan mereka disana yang masih tertawa karena sudah membullyku lagi.
Tidak hanya itu, seriang sekali mereka membullyku disaat jam istirahat dan pelajaran kuliah berlangsung.
Tidak ada yang berani membantuku, kalau aku sedang dibullynya. Bahkan dosen tutup mata kalau Korry dan teman-temannya membuat keributan diruang kelas.
Terkadang aku hanya diam saat diperlakukan buruk oleh Korry Cs. Rasanya aku sudah tak betah untuk kuliah.
Tapi teringat pesan Bapak saat dikampung waktu itu membuat aku harus bertahan dikampus. Kejar mimpimu ndok, jangan sampai putus ditengah jalan. Itu pesan Bapak yang ku ingat.
Karena bullyan tak pernah ada habisnya, aku pun tak kuat lagi. Mulai saat itu aku berhenti kuliah.
Dan mulai memikirkan bekerja saja, dengan bekal ijasah SMA aku pergi keluar masuk toko, rumah makan dan pasar-pasar. Tapi tidak ada yang mau merekrutku.
Saat duduk dibangku warung untuk membeli minum. Aku melihat ada toko kecil yang menjual beberapa kain.
Vika mulai berpikir untuk mencoba menjahit ****** ***** wanita karena dulu dia sekolah SMK jurusan Tata busana.
Membeli beberapa kain katun dan membeli perlengkapan menjahit manual. Dikamar kosnya Vika memulai memotong kain-kain itu dan membuat pola sesuai ukuran ****** *****.
Karena modal sedikit jadi hanya ****** ***** yang Vika buat dari kain yang dibelinya.
Pukul 2 pagi Vika menyelesaikan jahitannya, lelah dan kantuk menghampiri Vika dan merebahkan badannya dikasur yang tipis itu.
Tok..tok..tok
Vika terbangun karena pintu kamarnya diketuk dari luar. Dengan mata yang masih berat, membuka pintu kamarnya.
“Vika? Kamu baik-baik saja?” tanya Ibu kost karena tidak melihat Vika keluar kamar sampai siang hari.
“Ehh Ibu aku kira siapa, maaf bu Vika kesiangan bangun.” Ucap Vika dan mempersilahkan Ibu kost masuk.
“Tumben Vika?biasanya berangkat kuliah pagi. Tidak ada jadwal kuliah? Tanya ibu Kost yang masuk kamar Vika. Melihat kamar Vika yang berantakan penuh dengan kain katun yang berserakan.
“Aku mau jualan bu, kuliahnya nanti lagi deh bu” ucap Vika sambil merapikan kamarnya yang berantakan.
“Kenapa jadi jualan, kamu kehabisan uang Vika? Kan ibu pernah bilang, kalau kamu kekurangan uang bisa bilang ibu. Sayang sekali kuliah ditinggalkan” ucap ibu kost yang mulai duduk dilantai yang aku bersihkan dari kain-kain jahitanku.
“Terima kasih bu, ibu sudah aku anggap seperti ibu sendiri. Kalau kuliah bisa dilanjutkan bu, aku mau coba usaha ne bu. Coba ibu liat jahitan aku, aku buat celana dalam” menunjukkan hasil jahitannya kepada ibu kost.
“Beneran jahitan kamu Vik? Rapi dan bagus modelnya. Apa boleh ibu beli Vik? Kebetulan ****** ***** Ibu banyak yang longgar,hee” ucap ibu kost sambil tersenyum dan memilih model ****** ********
“Makasih bu, buat ibu gratis deh. Kan aku sering makan dirumah ibu” ucap Vika senang karena jahitannya dibilang bagus sama ibu kost.
“Jangan Vika, tidak boleh begitu yang namanya jualan tidak boleh diberi gratis seperti itu, kita tawarin sama anak-anak kamar lain deh nanti ya Vik. Nanti ibu promosikan buat kamu.” Jawab Ibu yang mengambil selusin ****** ***** jahitanku.
“Terima kasih bu, aku jadi semangat menjahit”
“Ibu bawa dulu ya Vik, nanti ibu antar uangnya” berdiri dan pamit kepadaku.
Betapa senang hatiku, tidak sia-sia menyelesaikan sampai tinggi malam. Sambil merapikan kamar dan jualanku, ada teman sebelah kamar datang untuk melihat jualanku.
Yang datang awalnya satu dua orang, sekarang jadi banyak yang datang. Bahkan jualan ku habis dan banyak yang tidak kebagian.
“Bikin yang banyak lagi donk vik”
“Celana dalam cowok kok gak ada Vik, bikin ya?
“Kabarin kalau ada lagi ya Vik, murah dan bagus celana dalamnya”
Banyak yang sudah pesan, bahkan minta ****** ***** cowok juga. Aku gegas membersihkan diri, untuk siap-siap berangkat kepasar lagi buat beli bahan-bahan jahitan.
Sebelum berangkat aku menghitung hasil jualanku, banyak juga untungnya. Aku mau nabung keuntungannya biar bisa beli alat jahit yang bagus jadi kerjaan jahitnya cepat juga.
Bersambung
Kepasar..
Naik angkot menuju pasar, membeli banyak kain untuk bahan ****** *****.
“Ehh, neng yang kemaren beli kain. Kurang neng kainya?” kata mamang yang jualan kain.
“Habis mang yang kemaren" ucap Chika sambil memilih kain yang ingin dibeli
"Habis kainnya atau jualannya neng? Maaf mamang seperti orang kepo saja" jawab Mamang disamping Vika yang lagi memilih kain.
"Alhamdulillah mang kain beli kemaren habis buat bikin ****** *****. Dan ****** ***** jahitan aku juga habis dibeli tetangga kost." kata Vika yang tersenyum sendiri seakan bangga dengan pencapaiannya tadi.
“Wah, alhamdulillah neng kalau begitu. Mamang jadi kecipratan untung juga. Mamang kasih diskon deh buat neng”
“Makasih mang, semoga jualan mamang juga habis ludes”
“Amin”
Mata Vika menoleh sebuah alat jahit yang tertutup berbagai kain jualan.
“Kenapa neng, liatin itu ya?” tunjuk mamang mengarah ke mesin jahit yang tidak terpakai.
“Punya mamang ini mang?” mengelus mesin jahit didepannya. Dan menggeser kain yang menutup mesin jahitnya.
“Kalau mau, mamang jualin aja buat neng, sudah tidak terpakai lagi” jawab mamang menoleh Vika.
Vika berpikir saat dapat tawaran mesin jahit yang murah dan bagus, walaupun seconf tapi barang jahitnya masih mulus tapi.
“Mau sih mang, tapi nanti lagi mang. Uangnya belum cukup, kalau uangnya cukup aku beli dan jangan dijual ke lain ya mang?” Kata Vika yang mengeluarkan uang untuk.membayar kain yang dibelinya.
“Bawa aja neng, kalau ada uang baru dibayar. Biar neng cepat kerjanya, jadi uangnya cepat terkumpul” ucap mamang kepada Vika yang melihat wajah Vika senang.
“Boleh gitu mang?? Aku makasih kalau memang di ijinkan menggunakannya. Aku pasti bayar alat mamang kalau uangnya sudah terkumpul” ucap Vika bahagia karena mendapat mesin jahit yang masih bagus.
Sebuah pick up turun didepan kos-kosan Vika. Menurunkan roll kain dan mesin jahit. Vika datang mengarahkan Bapak-bapak yang menurunkan barangnya.
Ibu kost datang menghampiri Vika.
"Kamu hebat nak Vika, sudah bisa beli alat jahit. Semoga laris manis hasil jahitannya” ucap bu kost yang bangga akan usaha Vika.
“Terima kasih bu, tapi ini mesin jahit bekas. Seoarang penjual kain mempercayakan Vika memakainya. Kalau uang Vika sudah terkumpul, baru Vika bayar. Vika bersyukur bu masih banyak orang baik dikota sama seperti Ibu hee” jawab Vika sambil membawa kain roll kekamarnya
“Syukurlah nak, ini semua sudah jadi rejeki kamu. Ibu berdoa semoga Vika sukses dengan usaha barunya. Doa ibu ost untuk Vika yang terlihat semangat dengan usaha barunya.
“Amiinnn”
Hari mulai sore Vika baru selesai memberes isi kamarnya yang mulai sempit karena barang jahitannya.
Tidak mengurungi niat Vika untuk menyelesaikan jahitannya. Menit jam berlalu, semua kain habis menjadi ****** *****.
30 lusin ****** ***** wanita, 30 lusin ****** ***** pria. Merapikan semuanya dan siap untuk dijual besok.
Mengistirahatkan badannya dikasur tipis, Vika sudah terlelap masuk dalam alam mimpi.
Dia sudah tertidur pulas selama 5 jam, segera mandi dan mengeluarkan jualannya diteras kamar. kebetulan ada meja belajarnya yang diberikan Ibu kost dulu. Digunakan Vika untuk menjajakan hasil jahitannya.
Ibu-ibu yang lagi ngerumpi didepan rumah warga, melihat ada dagangan didepan kost. Karena penasaran beberapa Ibu-ibu mendatangi kost Vika dan menanyakan sedang berjualan ****** ***** yaa nak? Tanya salah satu Ibu yang melihat jualan Vika.
Betapa bahagia hati Vika jahitannya habis kembali, hari ini dia kembali menghitung hasil jualannya. Menyisihkan modal dan tabungan pada masing-masing kebutuhan.
Tiba-tiba bunyi dering handphone dari samping Vika, segera kuraih handphone itu dan mendekatkan nya ke telinga.
Vika [ Hallo Selamat siang]
No. Baru [ Selamat siang, apa benar ini dengan saudari Vika?]
Vika [ Ia betul saya sendiri ibu, ini dengan ibu siapa? Dan ada yang bisa Vika bantu ibu?]
No. Baru [ Alhamdulillah kalau ini nak Vika sendiri, perkenalkan nama Ibu Fatimah. Ibu tadi sempat membeli ****** ***** bersama ibu-ibu komples di jualan nak Vika. Ibu tertarik dengan jahitan kamu rapi sekali dan harga benar-benar terjangkau. Apa boleh ibu pesan 10 lusin Campur untuk ****** ********? Karena dipasar ibu punya toko pakaian ]
Vika mendengar pembicaraan Ibu itu dengan seksama, senyum yang lebar dan hati yang bahagia karena dapat pujian dari orang lain. Bahkan Vika mendapat orderan dari pembicaraannya ini.
Fatimah [ Nak Vika hallo nak Vika ]
Vika [ Maaf bu saya jadi melamun karena baru dua hari jualan sudah dapat orderan banyak, Vika akan membuat sebaik dan serapi mungki pesanan ibu tadi}
Fatimah ( Baik ibu tunggu kabar baiknya ya, assalamualaikum]
Vika [Waalaikumsalam]
Vika jingkrak-jingkrak setelah telepon itu berakhir, begitu gembira dihari kedua berjualan dapat orderan. Besok pagi-pagi aku ketempat mamang kain lagi.
Keesokan paginya..
Vika keluar kamar tepat pukul 7 pagi, mencari angkot dipinggir jalan menuju pasar kain.
melambaikan tanggannya, sebuah kendaraan umum berhenti dihadapannya.
Sepi, karena jam kantor dan jam sekolah. Jadi angkot yang aku tumpangi hanya ada aku dan pa Sopirnya.
"Kemana mbak?" tanya sopir angkot
"Pasar kain ya pak"
"Wah beli kain ya mbak?
" Betul pa, gimana pendapat narik angkot pa?"
" Ya lumayan menyedihkan mbak, kalah saing sama yang berbau online" ucap pa sopir yang murung mengucapkan pendapatannya.
" Semangat pa, tidak ada usaha yang tidak menghianati hasil"
"amin mbak, sukses juga dengan kain-kainnya" ucap pa sopir dan melambat laju angkotnya karena pasar kain sudah didepan mata.
Vika turun dan memberikan 1 lembar uang lima puluh ribu. dan menyuruh pa sopir angkot untuk mengambil kembaliannya sebagai rejeki pagi ini.
Pa sopir mengucapkan terima kasih dan melanjutkan perjalanannya mencari penumpang. Sedangkan Vika melangkahkan kakinya menuju mamang kain langganannya.
"Ehh Neng Vika ? Kain lagi neng?" mang kain tersenyum dan menepuk tangannya karena dalam waktu berdekatan orang yang sama membeli kain lagi."
Vika tersenyum dengan tingkah mang kain dan memberikan catatan kain yang dia perlukan. Sambil menunggu mang kain menyelesaikan orderannya.
Vika pamit keluar sebentar kepada mamang kain untuk mencari makan, sementara pesanannya selesai dibuat.
Menuju gerobak bakso dipinggir jalan, Vika berjalan menyusuri pasar yang mulai banyak pembelinya.
Memesan bakso dan duduk sambil menunggu bakso. Memeriksa gawai ditangannya. Membuka aplikasi biru yang lama tak disentuhnya.
Ada notifikasi masum dihari kemaren, sebuah akun yang mentag namanya dalam postingan beranda akun tersebut. Saat membukanya, seseorang sudah mentag hasil ****** ***** yang dibelinya dihari kemaren.
Bahkan banyak komentar dalam postingan itu, saat membuka kolom komentar. Banyak yang bertanya beli ****** ***** dimana.
Aku bahagia hasil jahitanku bisa dihargai begitu baik diluar sana. Tanpa menunggu lama, aku ikut membalas komentar disana dengan tidak lupa mentag nama akun yang sudah dengan sengaja mempromosikan jualan aku.
Terima kasih sudah berbelanja dijualan aku, ini alamat tempat aku berjualan. Tak lupa aku menyertakan nomor handphoneku disana.
Aku jadi kepikiran ingin membuat nama jualanku seperti olshop biasanya.
Vika mendapat ide dan memberi nama jualannya, Jualan ****** ***** Keramat. Karena alamat tempat kostku sekarang memang berada dijalan keramat 1.
Penjelajahan media sosialku terhenti tak kala paman bakso mengantar semangkok bakso kesukaanku. Asap bakso dan aroma bakso sudah sampai dalam penciumanku.
Tidak butuh waktu lama, bakso itu habis tidak dalam hitungam menit. Selesai makan Vika buru-buru menuju toko kain mamang untuk mengambil orderannya.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!