NovelToon NovelToon

Istriku Bukan Pembawa Sial!

Awal Mula Kebencian Ibu

Happy reading....

Aku gadis desa yang bernama Andini Amalia. Gadis yang baru berusia 18 tahun. Terlahir dari keluarga sederhana. Akan tetapi, sepertinya kehadiranku dalam keluargaku tak pernah diharapkan oleh ibuku.

"Aku menyesal telah membiarkanmu hidup sampai saat ini. Karena kau, ayahmu meninggalkanku selamanya, dan takkan pernah bisa bersama kita lagi!" ucap ibu, hampir setiap hari kata-kata itu pasti keluar dari bibirnya.

"Apa kesalahanku, Bu? Apa yang sebenarnya terjadi? Katakan padaku sejujurnya, Bu! Aku sebenarnya siapa Bu? Apakah aku bukan anak kandung, Ibu?'' tanyaku sambil tersedu-sedu.

PLAK!

"Berani kau sekarang membantah ucapanku, ya! Kau ini hanya anak pembawa sial untukku. Karenamu, aku kehilangan suami yang sangat aku cinta." hardik ibu sambil melototiku.

"Begitu bencikah Ibu padaku? Apakah tak ada sedikitpun rasa sayang Ibu padaku?"

Sambil mengusap kasar air mataku, aku selalu menjawab ucapan ibu.

Jujur aku sudah tau apa yang sebenarnya telah terjadi 18 tahun yang lalu. Nenek yang diam-diam menceritakan semua kejadian yang menimpaku dan orang tuaku. Ya, nenek bercerita bahwa dulu waktu aku masih bayi yang hampir saja di bawa pergi oleh seseorang. Entah nenek pun juga tak tau siapa sebenarnya.

Di saat orang itu tertangkap basah telah membawa pergi, ayah kemudian mengejarnya sampai di tepi jalan. Tetapi hal tak terduga pun terjadi, seseorang itu meninggalkan ku di tengah jalan yang sebelumnya sepi kendaraan yang melintas.

Naasnya saat ayah ingin mengambilku dari tengah jalan, tiba-tiba ada sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi.

Mungkin mobil itu ingin berhenti secara mendadak. Namun tidak bisa terelekan, kecelakaan itupun akhirnya terjadi. Aku yang sudah berada di dalam pelukan ayah ikut terpental beberapa meter. Entah itu sebuah mukjizat untuk atau apa, saat ayah berlumuran darah, akan tetapi aku masih berada dalam dekapan ayah dengan begitu erat.

Hingga ibu yang baru saja mengikutiku dan ayah berteriak histeris. Pada waktu kejadian, ayah masih bernafas oleh karena itu beliau masih bisa mendekap erat tubuhku.

Tapi tak lama setelah itu, aku terjatuh dan bergulir secara perlahan di samping ayahku. Dan saat itulah ibu mulai membenciku.

Itulah yang pernah nenek ceritakan padaku. Dan sejak saat itulah nenek yang merawat ku. Bahkan ibuku sendiri enggan untuk menyusuiku. Bagaimana ingin menyusui, menyentuhku pun beliau enggan sekali.

"Cukup Trisya! Hentikan semua kata-kata mu itu! Apakah kamu tidak bosan dan merasa kasihan kepada anak kandungmu sendiri? Setega itukah hingga kau mengatan itu padanya?!'' bentak nenek saat membelaku.

"Tidak bisa Bu! Apakah saat aku berhenti mengatakan itu, mas Ridwan akan kembali hidup lagi?'' bantah ibu tak terima, karena nenek yang selalu membelaku.

"Bela saja terus anak itu. Tak Sudi aku menganggap dia sebagai anakku!''

"Kamu akan menyesal memperlakukan putrimu sendiri seperti ini Trisya! Suatu saat, kamu akan sangat menyesali nya, camkan itu!"

Kemudian ibu berlalu begitu saja, tanpa menghiraukan ucapan nenek padanya.

Jujur saja, meskipun setiap hari ibu berkata kasar padaku. Aku masih tetap menyayangi ibuku. Ya, meski ku sadari dalam hatiku yang terdalam, ada sebuah sayatan luka yang semakin mendalam.

Anak mana yang mau di perlakukan seperti aku saat ini? Di saat anak-anak mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang dari orang tua mereka, tapi kini berbanding terbalik dengan takdirku saat ini.

Ibuku sendiri enggan untuk menganggap ku sebagai anaknya.

Ingin sekali aku merasakan kehangatan dan kasih sayang dari seorang ibu. Sebenarnya aku sangat iri dengan teman-teman ku, setiap kali bercerita membahas orang tua mereka. Terbesit berjuta-juta kerinduan kepada sosok ibuku. Berharap suatu saat nanti ibu akan sayang padaku dan menciumku meskipun hanya sekali.

"Nek, apakah aku tak pantas untuk di cintai dan di sayangi?" tanyaku pada nenek setiap kali mengingat kata-kata ibu yang menusuk hatiku.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu, sayang? Kamu sangat pantas untuk mendapatkan semua itu. Katakan pada Nenek, kamu ingin apa sayang?"

Akupun sebenarnya ingin meminta hal yang sangat sederhana pada nenek, akan tetapi itu sangat mustahil untuk kudapatkan.

Lalu ku jawab dengan keraguan, "Aku hanya ingin ibu bisa menerima dan menyayangiku, Nek! Aku hanya ingin beliau menciumiku meski hanya sekali."

Nenek pun terkejut mendengar tentang permintaan ku.

"Kamu yang sabar ya sayang! Percayalah, suatu saat nanti, entah kapan itu waktunya, pasti ibumu akan menyadari bahwa kamu sangat berharga untuknya. Dan pantas untuk mendapatkan kasih sayangnya."

Nenek lalu memelukku. Menumpahkan air matanya,. Mungkin beliau juga bisa merasakan bagaimana menjadi aku saat ini. Anak yang keberadaannya tak dianggap olehnya, bahkan tak pernah di akui bahwa aku anaknya.

Sakit. sungguh sangat sakit hatiku saat ini. Luka yang ibu torehkan padaku semakin hari semakin dalam. Tapi semua itu juga tak menutup kemungkinan. Aku selalu menganggap beliau ibu terbaik dan terhebat untukku.

Dianggap ataupun tidak olehnya. InsyaALLAH aku harus sabar dan menerima semua ini. Dalam hati ku selalu berdo'a.

'Semoga suatu saat nanti ibu bisa menyayangiku dengan sepenuh hatinya. Menjadikan aku anak yang selalu dia dambakan. Aku juga selalu berharap semoga ibu dan nenekku selalu sehat dan panjang umur. Dan aku juga berharap semoga ibu segera menyadari dan itu tak akan lama lagi.'

( Dan selalu ku Aamiinkan. Agar Tuhan segera menjawab setiap do'aku. )

Tak terasa hari sudah mulai gelap. Aku yang duduk di teras di kejutkan oleh nenekku.

"Jangan melamun di saat senja, tak baik sayang. Lebih baik kita masuk dan beribadah dulu ya, ayo!" Kemudian nenek menuntunku untuk masuk ke dalam rumah.

"Iya Nek. Andin mau membersihkan diri dulu ya Nek."

Kemudian aku berlalu ke dalam kamar dan melaksanakan apa yang tadi nenek perintahkan ( beribadah kepada Tuhan ).

Setelah selesai, nenek mengetuk pintu kamarku.

"Andin sayang? Ayo keluar makan dulu!" ajak nenek padaku sambil menunggu di depan pintu.

"Baik Nek, tunggu sebentar!''

Kemudian aku bergegas untuk keluar. Tak mungkin aku membiarkan nenek menungguku terlalu lama.

Seperti biasa, kami hanya makan berdua. Karena ibu sangat enggan makan satu meja denganku.

'Sebenci itukah bu, engkau pada darah dagingmu sendiri? Apakah tak ada setitik pun kasih sayang untukku?'

Aku yang melamun kini di kejutkan kembali oleh nenek, saat perlahan memegang tanganku. Mungkin beliau juga paham apa yang ada dalam pikiranku saat ini.

"Sayang, kalau makan jangan melamun begitu ya! Tak baik Nak, nanti makanannya di ambil Nenek kamu tidak tau lho?" goda nenek padaku.

"Hehhe ... Iya Nenekku sayang. Aku tidak melamun kok Nek,'' jawabku mengelak.

BERSAMBUNG......

Pergi Ke Kota

Setelah beberapa lama aku terdiam. Aku terdiam dan berfikir, ingin aku pergi dari rumah ini untuk menghindari ibu. Tapi aku juga tak ingin meninggalkan nenek di sini. Hanya nenek yang mau mendengar keluh kesahku, setelah aku bertengkar dengan ibu.

Ku coba untuk berpikir, mencari sebuah alasan agar sementara bisa menenangkan diri.

'Apa aku bilang saja pada nenek, aku ingin pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan?' batinku.

Dengan langkah perlahan aku menghampiri nenek yang duduk di teras rumah. Lalu aku ikut duduk di sampingnya.

Nenek pun tersenyum padaku, "Ada apa sayang?" tanya nenek lembut.

"Eem ... ini Nek, ada yang ingin aku bicarakan kepada Nenek,'' ucapku dengan ragu.

"Coba sekarang katakan kepada Nenek! Tiidak seperti biasanya kau seperti ini?" Masih dengan suara lembut.

"Emm ... jadi begini Nek, aku berencana ingin mencari pekerjaan di kota. Aku ingin mencari pengalaman di luar sana Nek, dan ingin mengenal dunia luar," ucapku ragu.

Nenek pun terkejut dengan ucapan ku. "Apa, Nenek tidak salah dengar? Kau ingin mencari pekerjaan dimana? Apakah kau sudah ada tujuan setelah sampai disana?" tanya nenek dengan wajah sendu.

"Aku sudah menelpon Siska, Nek, tetangga kita, anaknya bu Nia. Kebetulan katanya di tempat dia bekerja ada lowongan pekerjaan. Jadi aku ingin mencoba untuk ikut dengannya. Nenek tenang saja, nanti aku akan tinggal dengan Siska kok." Aku mencoba meyakinkan nenek.

Tersirat di wajahnya sebuah kekhawatiran terhadapku. Mungkin nenek khawatir, karena aku belum pernah, bahkan belum mengenal dunia luar. Nenek takut aku tersesat nanti.

"Apa kau yakin, kamu bisa hidup sendiri di luar sana? Dunia luar itu keras sayang," ucap nenek dengan suara lemah.

"InsyaAllah, aku yakin Nek. Aku berjanji akan menjaga diriku dan membatasi pergaulanku di kota nanti. Setiap hari aku akan menelpon Nenek, agar Nenek tidak mencemaskan keadaanku di sana. Tolong izinkan aku Nek!" Mohonku pada nenek.

Lalu nenek menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan.

"Baiklah. Meski terasa sangat berat untuk melepasmu berkelana di dunia luar, di usiamu yang masih sangat muda ini. Nenek percaya padamu Shintya," ujar nenek dengan sedikit ragu.

Lalu aku langsung memeluk tubuh nenek, dan mengucapkan terima kasih padanya. Beliau hanya menganggukkan kepala dan tersenyum tipis. Terlihat beliau memendam kesedihannya, semua terlihat dari matanya yang berkaca-kaca dan tatapan sendunya.

Jujur sebenarnya aku juga berat untuk berpisah dari nenek. Apalagi nenek yang selalu ada untukku. Tapi aku tidak boleh goyah, aku harus bisa meyakinkan diriku sendiri. Aku hanya ingin hidup mandiri. Tanpa terus tergantung pada nenek. Sebisaku aku akan membantu nenek. Aku ingin nenek bahagia, aku juga ingin membuat ibu bangga padaku, meski ku taux itu hal mustahil.

Bagaimana akan merasa bangga? Jika menoleh padaku pun tak Sudi.

Tapi aku tetap teguh pada pendirianku. Aku yakin, suatu saat nanti ibu akan menyayangi ku.

Beberapa hari kemudian.

Saat tiba hari ku nantikan. Kini hari ini aku harus berangkat ke Ibukota menggunakan travel. Agar mudah aku menemukan alamat tujuanku.

Sebenarnya aku berat melangkahkan kaki, meninggalkan tanah kelahiranku, meskipun takkan selamanya aku pergi.

Akan tetapi, dengan niat dan tekat yang bulat, aku meyakinkan diriku sendiri agar tetap semangat. Semoga aku bisa merubah nasib keluarga ku nantinya.

Bismillahirrahmanirrahim. Ku langkahkan kaki menuju mobil travel, setelah aku berpamitan pada nenek. Ya. Hanya nenek yang ada, ibuku selalu menghindar dariku. Akan tetapi, saat aku menoleh ke belakang, ku dapati ibu mengintip di balik jendela.

Ingin ku langkahkan kakiku ke arah beliau. Tapi aku merasa enggan, sebab dia pasti tak akan peduli.

Setelah mobil travel dinyalakan, kini perjalanan baru akan segera kulalui sendiri. Perjalanan yang memakan waktu berjam-jam untuk sampai dengan tujuanku.

Aku pun tertidur karena perjalanan masih lama.

Sesaat kemudian tak terasa aku telah sampai di tujuan utamaku. Aku sedikit terkejut karena di bangunkan oleh sopir travel yang ku tumpangi.

Setelah sampai, aku turun secara perlahan. Ku pandangi sekitar, terlihat sangat asing untukku. Bangunan dan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Kulangkahkan kaki menuju pintu, yang aku kira itu adalah alamat yang di berikan oleh Siska padaku. Ku coba mencocokkan nama dan nomor jalannya, dan Alhamdulillah sama.

Lalu ku ketuk pintu itu.

Tak berselang lama, pintu kemudian terbuka. Kini ku dapati Siska di hadapanku, lalu kami pun berpelukan saling melepas rindu.

"Aahh ... akhirnya kau sampai juga Ndin. Aku pun menunggumu dengan perasaan gelisah,'' ucapnya bahagia.

"Alhamdulillah Sis, perjalanan juga lancar tanpa ada kendala apapun," jawabku sambil tersenyum.

"Emmn ... apa kau merasa lelah? Lebih baik kau membersihkan diri dulu, lalu beristirahat lah!" titahnya dengan tulus.

"Baiklah,bsebentar lagi ya. Aku ingin merentangkan otot-ototku yang terasa sangat kaku ini, hehe." kataku sambil meringis.

"Oke deh," jawabnya sambil tertawa.

Lalu Siska pun beranjak dari tempat duduknya. Dia berlalu ke belakang, entah dia mau apa. Ku pejamkan mata sejenak, untuk merelekskan tubuhku.

Beberapa saat kemudian, Siska berjalan menghampiriku dan membawa secangkir minuman.

'Aahh ... Siska, kau pengertian sekali padaku.' batinku.

"Ini lebih baik kamu minum teh hangat dulu sebelum membersihkan diri. Maaf di kost aku sedang tidak menyetok makanan ringan. Aku juga belum belanja," ucapnya sambil meringis.

"Terimakasih banyak ya Sis. Kau begitu baik padaku. Kau mau mencarikan pekerjaan dan memberi tumpangan untuku saja, aku sudah bersyukur." jelasku tulus.

"Aahh ... kau ini seperti dengan siapa saja Ndin. Aku 'kan sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri. Jadi kamu jangan sungkan ya untuk meminta tolong padaku. Aku tulus membantu mu, dan aku tidak mengharapkan imbalan apapun darimu. Semoga kamu betah ya tinggal bersamaku," ucap Siska penuh dengan ketulusan.

Aku pun terharu, lalu ku peluk kembali Siska.

"Terimakasih Sis, aku ucapkan banyak terimakasih. Aku berhutang budi padamu."

Setelah cukup lama aku beristirahat, kini aku beranjak dan meminta izin kepada Siska untuk membersihkan diriku yang terasa sangat lengket.

Tak berselang lama kemudian, tak terasa hari sudah mulai gelap. Lalu ku buka tasku, lalu ku letakkan pakaianku di tempat yang sudah di sediakan oleh Siska.

Ku periksa juga surat-surat untuk melamar pekerjaan nanti. Lembar demi lembar ku baca secara teliti, agar tidak terjadi kesalahan nanti. Aku berharap besok bisa di terima bekerja di tempat yang sama dengan Siska.

'Semoga saja niat baik ku akan berakhir baik pula di kota ini. Dan InsyaAllah, semua akan berjalan dengan lancar.' batinku.

BERSAMBUNG....

Di Terima Kerja

Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi sekali. Hanya sekedar ingin membuat sarapan untukku dan Siska. Aku memang tak pandai dalam hal di dapur dan tak bisa memasak seperti seorang koki pastinya. Tak mungkin aku menumpang padanya, dan tidak melakukan pekerjaan apapun di tempatnya.

Meskipun Siska pernah tidak menyuruhku melakukannya. Akan tetapi, hanya hal kecil inilah untuk membalas budiku padanya.

Tiba-tiba langkah kaki perlahan ku dengar menuju dapur. Ternyata Siska sudah bangun, dan terkejut karena sudah tersedia dua piring nasi goreng sederhana ala-ala Shintya pastinya.

"Loh, Ndin. Kamu sudah selesai memasak sepagi ini? Kamu tadi bangun jam berapa? Kenapa tak membangunku agar aku bisa membantu mu!" Protes Siska padaku.

Akupun hanya mengulum senyum.

"Aku tadi bangun setelah shubuh. Aku tak mau mengganggu tidurmu, Sis. Dan maaf, aku hanya membuat nasi goreng ala kadarnya saja," ucapku dengan tersenyum.

"Aahh ... kau ini, seperti dengan siapa saja. Jangan seperti ini lagi ya, Ndin! Aku jadi merasa tak enak padamu,'' jelas Siska.

"Tidak apa-apa Sis, ini hanya pekerjaan kecil kok. Oh iya, ayo kita segera makan! Nanti kalau dingin rasanya tak seenak di waktu hangat," ajakku pada Siska.

"Oke, sepertinya enak. Dari aromanya saja sudah menggugah selera makanku," ucapnya tulus.

Lalu ku anggukan kepalaku. Hanya dentingan alat makan saat ini yang terdengar. Kami sudah terbiasa makan tanpa banyak bicara apalagi sambil bercanda.

Setelah selesai, aku pun bergegas membersihkan meja dan piring yang kotor. Akan tetapi Siska menahanku.

"Biar gantian aku yang membereskan. Kamu bersiaplah dulu Shin, nanti gantian mandinya!" Suruh Siska.

"Tapi Sis, biar aku saja yang membereskan semua ini. Kamu duluan saja yang bersiap!" Mohonku.

"Sudah sana jangan mengajakku berdebat, nanti keburu siang kita pasti akan telat,'' ucapnya dengan seulas senyum di wajahnya.

"Oke, aku mengalah. Aku akan cepat untuk bersiap. Setelah itu, nanti giliranmu untuk bersiap." Aku pun bergegas berdiri dan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai kami bersiap. Aku mengikuti Siska untuk membonceng motornya.

Perjalanan menuju tempat kerjanya hanya memakan waktu 30 menit. Menurut ku lumayan jauh tempatnya, jika menggunakan angkutan umum, mungkin bisa memakan waktu 45 menit.

Tak lama kemudian kami sudah sampai di tempat kerja Siska berada. Aku memandangi gedung yang menjulang tinggi di hadapanku. Bahkan aku akan menginjakan kakiku di sana. Oh Tuhan, seperti mimpi rasanya jika bisa bekerja di sini. Meskipun nanti hanya akan menjadi seorang office girl, aku bersyukur jika bisa di terima di sini.

Lalu aku di kejutkan Siska yang datang setelah memarkirkan motornya.

"Kok melamun Ndin? Ada apa? Apa kamu gugup?" tanya Siska.

"Hehehe ... Sedikit Sis," jawabku cengengesan.

"Kamu harus yakin dan percaya diri ya, biasanya yang datang ke sini untuk melamar pekerjaan, pasti akan langsung interview kok. Jadi nanti kamu jangan gugup ya! Semangat Andin!" serunya padaku.

Kami pun berjalan beriringan melewati lobby.

Akan tetapi, kami berpisah setelah menanyakan lokasi untuk interview. Sebelum berpisah Siska mengepalkan tangannya ke atas, tanda untuk memberikan semangat padaku.

Jujur saja, aku sangat gugup. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya aku akan bekerja setelah lulus SMA.

Ya, aku memang baru lulus SMA beberapa bulan lalu.

Ku dengar namaku di panggil oleh seorang laki-laki dengan postur tubuh tinggi, kulit putih, hidung mancung, dan terlihat begitu tampan. Aah, ada apa denganku, kenapa aku malah menilai penampilannya?

"Andini Amalia, silahkan masuk untuk melakukan interview!" ucapnya dengan tegas.

"Baik Pak." Lalu aku bergegas mengikuti langkah kakinya menuju sebuah ruangan dengan nuansa abu-abu.

Setelah aku berada di dalam ruangan itu, lalu aku di persilahkan duduk oleh nya.

"Selamat pagi, Pak,'' ucapku sedikit gugup.

"Ya, selamat pagi kembali," jawabnya dengan senyum tipis.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Rendy Anggara. Panggil saja saya Rendy." ucapnya kembali.

"Baik Pak Rendy,'' jawabku singkat.

"Oke! Sebelum saya menerima kamu bekerja di sini. Apakah kamu sudah siap dengan posisi kamu. Di sini kamu akan melakukan pekerjaan yang sedikit berat, yaitu office girl,'' terangnya padaku.

"InsyaAllah saya siap Pak. Di sini saya sangat membutuhkan pekerjaan ini. Apapun posisi saya di sini, saya akan bekerja dengan sepenuh hati saya,'' jawabku dengan tegas.

"Good, jawaban yang jelas dan tepat. Baik, jika harus ini kamu mulai bekerja apa sudah siap?" tanya pak Rendy padaku.

"Kapanpun saya siap pak. Saya akan bekerja semaksimal mungkin dan berusaha untuk tidak mengecewakan Pak Rendy!" tegasku lagi.

Lalu pak Rendy mengulurkan tangannya padaku.

"Oke, selamat bekerja! Semoga kamu betah kerja di sini,'' ucapnya sembari melangkah keluar. Lalu beliau juga menjelaskan secara terperinci tentang pekerjaan ku nanti.

Beliau pun mengantarkanku ke sebuah ruangan, di mana para office girl dan office boy berada.

Setelah itu pak Rendy pun berlalu setelah memberikan tiga stel seragam kerja untukku. Lalu Siska pun datang menghampiriku.

"Waahh ... selamat ya Ndin, akhirnya kamu langsung di terima juga untuk bekerja di sini. Jadi nanti kita bisa berangkat dan pergi bersama,'' ucapnya sumringah.

"Iya Siska, alhamdulillah. Akhirnya aku di terima bekerja juga. Ini pekerjaan pertamaku dan aku ingin menjadikannya sebagai pengalaman yang paling berkesan nantinya," jawabku dengan sedikit candaan.

"Oke, baiklah. Sekarang kamu cepetan ganti seragam kamu, biar aku yang mengajarimu nanti!'' titahnya sambil mendorongku agar bergerak cepat.

Akupun berlalu menuju ruang ganti. Dalam hati aku sangat bersyukur, karena bisa secepat ini mendapat pekerjaan.

'Alhamdulillah. Semoga aku bisa merubah nasib keluarga secara perlahan nantinya. Aku akan bekerja keras untuk mereka,' batinku.

Setelah selesai aku pun ikut berkumpul dengan Siska dan teman-teman yang satu profesi dengan kami.

Kemudian kami membagi pekerjaan sesuai dengan ruangan yang telah di sepakati.

Aku dan Siska memang satu ruangan saat ini, karena aku masih baru dan belum paham secara detail, dia yang memanduku secara perlahan dan sabar.

Dijelaskannya satu per satu apa yang harus aku kerjakan. Sedikit demi sedikit aku mulai memahaminya. Beruntung nya dulu aku memiliki IQ yang cukup tinggi. Jadi aku mudah untuk menangkap sesuatu secara cepat.

Setelah semua jelas, kami mulai mengerjakan tugas masing-masing. Tak terasa sudah siang, waktunya untuk istirahat dan makan siang juga.

Aku dan Siska bergegas menuju ke kantin untuk membeli makanan. Akan tetapi, kami tidak makan di tempat, kami membungkusnya dan memakannya bersama-sama di sisi loker yang telah tersedia untuk beristirahat.

Saat sedang di perjalanan, tiba-tiba secara tidak sengaja aku menabrak seseorang.

BUGH!

BERSAMBUNG.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!