Pengenalan tokoh.
Azura Celina Nora adalah anak dari pasangan Edison Arzura dan Aluna Nora. Azura memiliki tiga Kaka, yang pertama Charlie Arzura. Ke dua dan ke tiga Enver Arzura dan Anver Arzura, mereka berdua kembar.
Azura berumur 18 tahun, berbeda satu tahun dengan si kembar dan beda empat tahun dengan Kaka pertama nya.
Barnaby Calvin Dharmendra merupakan anak dari pasangan Addy Almendra dan Sherly Zemira, Addy merupakan tangan kanan Edison.
Calvin berumur 19 tahun, berbeda satu tahun dengan Azura walaupun begitu mereka satu sekolah dan seangkatan.
Tokoh lainnya akan menyusul.
***
Kehidupan Azura tadinya sangat luar biasa bahagia,tapi kebahagiaan itu sirna saat Aluna sang mama tercinta meninggal akibat melindunginya dari sesuatu.
Ayah serta ke tiga Kaka nya mulai tak menyukai Azura karena menganggap Azura itu seorang anak manja sehingga mama nya meninggal akibat ke manjaan Azura.
Azura pun mulai tidak di perhatikan, tidak di anggap seperti keluarga,nama Azura juga di keluarkan dari kartu keluarga Edison. Edison memasukan nama Azura pada kartu keluarga Addy tangan kanannya,tanpa Azura ketahui.
Semuanya berubah setelah kejadian itu, keluarga Edison dan Addy memiliki tempat tinggal yang sama,dalam artian satu rumah mewah. Rumah Edison yang menghadap jalan raya dan rumah Addy yang menghadap danau buatan.
Edison sengaja membuat rumah tersebut untuk nya dan Addy agar tidak jauh saat akan membahas pekerjaan,mereka sudah seperti keluarga. Negara Indonesia kota Jakarta merupakan tempat tinggal mereka.
****
Sore hari, di sebuah kamar bernuansa modern dengan perpaduan warna antara hijau dan putih, terlihat seorang gadis cantik yang sedang bersandar pada ranjangnya dengan sebuah buku novel di tangannya.
"Kata Arshi buku novel ini cerita nya bagus,baca aja kali ya siapa tau emang bagus ceritanya,meski aku juga seorang penulis" gumam Azura sambil membolak-balikkan sebuah buku novel yang ada di tangannya.
"Temanya penyesalan? Mungkin cerita nya sad ending" batin Azura sambil mulai membaca cerita novelnya.
47 detik 23 sekon kemudian Azura tertidur setelah tamat membaca cerita novelnya, pukul menunjukan jam 15:59 Azura terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal.
"Deg,deg,deg. Astaga apa akhir dari aku juga bakalan kaya gitu? Kenapa cerita novel ini hampir mirip dengan kehidupan nyata aku sihh" ucap Azura dengan menunduk.
Azura terbangun dari mimpi buruknya, Azura memimpikan hal sama yang terjadi di dalam cerita novel yang Azura dapat dari Arshi.
Novel itu menceritakan tentang seorang gadis yang terus-menerus mencari perhatian keluarganya, gadis itu di jauhi keluarga nya akibat terbukti akan meracuni ibu kandungnya-.
Di keluarga nya hadir seorang gadis yang pura-pura polos di tengah keluarga nya, sehingga membuat sang gadis semakin tersingkirkan.
Sang gadis tidak menerima nya sehingga selalu mencari cara agar si cewek pura-pura polos tersebut celaka, namun sayang nasibnya tidak baik.
Sang gadis meninggal di tangan kedua Kaka kandungnya akibat terbukti akan meracuni cewek pura-pura tadi.Azura menatap ke langit-langit kamar dengan tatapan matanya kosong,Azura menangis.
"Kenapa? Aku ga salah,ini takdir. Apa bisa anak kecil yang masih berumur lima tahun membunuh mamanya sendiri? Mengapa aku terlahir dari keluarga yang berfikiran sempit!! Mereka bodoh-"
"Aku cape maa, kenapa mama ga bawa Azura sekalian ke sana. Aku cape terus menerus di tuduh telah membuat mama meninggal. Padahal kan waktu itu aku masih berumur lima tahun, kejadian pembegalan itu juga nga ada yang tau-"
"Mereka jahat telah menuduh Azura pembunuh mama, padahal kan bukti dari rekaman cctv yang ada di sekitar lokasi kejadian itu ada. Pembegal itu lah yang udah nusuk perut sama punggung mama-"
"Mama lindunggin Azura dari mereka, Azura tau Azura bodoh cuma bisa jadiin mama beban. Tapi kan seharusnya mereka tau bagaimana caranya seorang anak berumur lima tahun melawan begall itu, aaaaa Azura cape maa,cape, hiks,hiks waktu itu Azura sempat melawan mereka tapi tetap saja tidak berarti apa-apa" ucap Azura teriak sambil menangis.
Di luar kamar Azura, seorang laki-laki tampan terdiam setelah mendengar ucapan Azura, laki-laki tampan itu menunduk.
"Maaf,Abang masih ga bisa nerima bahwa mama udah pergi. Walaupun itu bukan kesalahan kamu tapi mama pergi saat berada di pelukanmu" ucap laki-laki tampan itu sambil pergi dari depan pintu kamar Azura.
Di lantai bawah Edison dan Enver sedang duduk di sofa ruang tamu dengan seorang gadis, mereka bercanda ria dengan bahagia.
"Kamu kesini sama sia Bella?" Tanya Enver.
"Di anterin sama sopir Ar" jawab Arabella dengan tersenyum.
"Ouh, kenapa ga bilang kalo mau main ke sini. Tau gitu tadi aku jemput" ucap Enver.
"Gapapa heheh,oh iya Azura kemana?" Tanya Bella.
"Ngapain sih nyariian dia, ga penting banget" ucap Enver dengan kesal.
"Kamu ga boleh bicara kaya gitu,hmm ya udah aku izin ke kamar Azura dulu Ar, om" ucap Bella dengan tersenyum.
Edison dan Enver mengangguk,Bella pun pergi menuju kamar Azura. Edison melihat kepergian Bella dengan tersenyum, Bella sudah di anggap seperti anaknya sendiri, bella anak yang baik,polos,cantik dan pintar itulah penilaian Edison.
Di kamar Azura,Azura baru saja keluar dari kamar mandi. Azura memakai dres pendek berwarna putih, dengan rambut di gelung menyisakan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya.
Azura berjalan ke arah kaca, Azura muli merias dirinya dengan menggunakan alis palsu dan tahi lalat palsu di dekat bibirnya.
"Krucuk,krucuk. Eh aku lupa belum makan dari tadi siang, eum makan dulu kali yah" ucap Azura karena perutnya terus berbunyi.
Azura keluar dari kamarnya menuju tangga untuk turun ke lantai satu,di dekat tangga Azura berpas-pasan dengan Bella. Azura terdiam saat Bella hampir berada di hadapannya.
"Ngapain dia di sini? Tiap hari kesini terus kaya yang nga punya rumah aja. Pasti udah caper sama kaka sama papa" batin Azura sambil melihat ke arah Bella dengan tersenyum sinis.
Bella berjalan ke arah Azura dengan tersenyum,Duk,ah Bella terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Azura mendekat ke arah Bella sambil mengulurkan tangannya,Bella terdiam menatap tangan Azura.
"Makanya kalo jal-" ucapan Azura terpotong.
"Azura !! Apa yang kamu lakuin sama Bella ha?" ucap Anver sambil berjalan ke arah Azura dan Bella.
Anver langsung membalikkan badan Azura sehingga Azura menjadi menghadapnya. Azura menatap mata Anver yang terlihat memerah akibat marah.
"Aku nga ngapa-ngapain Bella,tadi Bella jatuh kesandung kakinya sendiri. Kalo nga percaya tanyain aja ke Bella" ucap Azura.
"Bella apa yang di ucappin Azura bener?" Tanya Anver dengan lembut,Bella menggelengkan kepalanya pelan. Anver melihat ke arah Azura dengan marah.
Azura mendengar Anver berucap lembut kepada Bella pun sedikit cemburu.
"Memang nya dia siapa? hanya seorang perempuan yang tak sengaja menabrakku lalu mulai terkenal dan bermain trik-trik busuk untuk menjatuhkanku" batin Azura.
"Ternyata selain pembunuh kamu juga pembohong" ucap Anver dengan mendorong kening Azura sedikit keras, Azura pun tersentak kaget dengan mata berkaca-kaca.
"Aku ga bohong,dia yang bohong. Dia emang jatuh kesandung kakinya sendiri,dan lagi aku bukan pembunuh" ucap Azura sedikit keras dengan menangis.
"Apa bang Anver belum liat video cctv itu? Mengapa mereka tetap menyalahkanku atas kematian nya mama" batin Azura.
"Cih,dasar wanita tidak tau malu. Sudah salah malah menuduh orang lagi" ucap Anver dengan tatapan merendahkan.
"Iya aku emang ga tau malu, karena yang ga tau diri itu kamu udah menuduh orang sembarangan tanpa bukti. Begitupun dengan ka Charlie,Enver dan papa, kalian semua ga tau diri" ucap Azura dengan berteriak sambil menangis.
"Aku cape ya tuhan,aku mau pulang" batin Azura.
Anver terdiam setelah mendengar teriakkan Azura, biasanya Azura tidak akan berteriak. Azura selalu berbicara dengan lembut tak pernah terlihat marah sedikitpun.
"Azura kamu ga boleh ngomong kaya gitu sama keluarga kamu sendiri. Aku udah maafin kamu ko,aku tau kamu ga sengaja nabrak aku" ucap Bella dengan pelan.
Anver yang mendengar ucapan Bella pun langsung membulatkan matanya,plak. Anver menampar Azura,Azura memegang pipinya yang terasa panas.
"Benar-benar tidak tau malu. Kenapa aku harus punya saudara seperti kamu sih, dasar penjahat" ucap Anver. Azura melihat Anver dengan tatapan sendu,Azura tersenyum.
"Mau tampar Azura lagi ? Ayo mumpung Azura nya masih ada di dunia ini dan lagi apa belum cukup merusak mental ku sehingga sekarang ka Anver mulai menyakiti fisikku? suatu hari nanti Azura berharap tidak mengingat kalian sama sekali sedikitpun" ucap Azura dengan tersenyum.
Anver yang mendengar ucapan Azura pun langsung menampar nya lagi dan mendorong Azura,Azura membulatkan matanya yang berkaca-kaca. Anver melihat Azura dengan terkejut, Anver lupa bahwa di belakang Azura adalah tangga.
Azura terjatuh dari tangga lantai dua dengan kencang,Azura melindungi kepala nya dengan air mata yang terus menerus mengalir.
"Sakit ya tuhan,tolong segera bawa Azura pulang" batin Azura. Anver masih melihat Azura dengan tatapan terkejut sampai-sampai Azura sudah tergeletak di bawah.
"Azura" teriakkan Calvin membuat Anver tersadar dari terkejut nya. Calvin mendekati Azura yang sudah tergeletak di sana dengan darah yang keluar dari hidung, mulut dan dahinya,baju putih yang Azura kenakan sudah tercampur dengan warna merah darah Azura.
Calvin langsung menggendong Azura untuk di bawa ke rumah sakit, sebelum itu Calvin melihat ke arah Anver dan Bella dengan dingin.
Calvin membawa Azura ke rumah sakit,melewati Enver dan Edison yang sedang berada di ruang tamu.
"Calvin,apa yang terjadi dengan Azura?" Tanya Edison saat melihat Azura yang berbeda di gendongan Calvin dengan darah yang terus keluar.
"Kenapa anda tidak menanyakannya kepada sang pelaku utama,saya rasa anak anda akan menjawabnya dengan benar dan satu hal lagi apa peduli anda? " ucap Calvin dingin sambil membawa Azura keluar.
Edison melihat Calvin dan Azura dengan sedih, bagaimana pun Azura tetaplah anaknya. Edison merasakan sesak di dadanya saat melihat Azura berlumuran darah,Azura mengingatkan nya kepada sang istri.
Waktu pembegalan itu Edison tak sengaja berpas-pasan dengan istri dan anaknya, Edison datang terlambat istrinya sudah tertusuk oleh pisau di bagian perut dan punggungnya. Istrinya meninggal di tempat, tepatnya di pelukan Azura.
Calvin membawa Azura ke rumah sakit terdekat, setelah sampai Calvin langsung membawa Azura ke dalam. Azura sedang di tangani oleh dokter Reja,dokter pribadi keluarga Edison.
Calvin bersandar ke dinding rumah sakit setelah memberitahu kedua orang tuanya mengenai Azura.
"Kalo aku ga datang waktu kamu jatuh, mungkin sekarang kamu belum ada di rumah sakit. Mereka terlalu kejam Zura" batin Calvin.
Calvin melamun sampai lamunan itu hilang karena kedatangan Addy dan Sherly.
"Bagaimana keadaan Azura? Kenapa bisa sampai masuk ke rumah sakit?" Tanya Sherly dengan khawatir. Calvin menceritakan tentang Azura yang terjatuh dari tangga.
"Keluarga itu, kenapa bisa sampai seperti itu sekarang" ucap Sherly dengan marah.
"Tenang lah" ucap Addy sedikit dingin, Addy tak menyangka teman semasa kecilnya sekaligus atasannya bisa berperilaku seperti itu terhadap putrinya.
Sherly menangis,begitupun dengan Calvin. Addy membawa Sherly dan Calvin kedalam pelukannya. Beberapa jam berlalu dokter baru keluar dari ruang rawat Azura.
"Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Calvin setelah melihat dokter itu keluar.
"Azura baik-baik saja, mungkin beberapa jam kedepan Azura sudah sadar" ucap dokter tersebut sambil pergi meninggalkan keluarga itu.
"Sebaiknya kita semua pulang terlebih dahulu,nanti kita ke sini lagi" ucap Sherly,Calvin menggelengkan kepalanya.
"Calvin di sini aja maa, nunggu Azura bangun. Kalo nanti Azura bangun terus ga ada siapa-siapa di sisinya bagaimana" ucap Calvin pelan.
"Masih ada dokter,kita hanya sebentar setelah itu ke sini lagi. Kamu juga pasti belum makan kan. Sekarang udah jam tujuh lebih kamu juga harus ganti pakaian" ucap Sherly dengan lembut.
"Tap-"
"Pulang" ucap Addy, Calvin pun hanya bisa pasrah. Keluarga Calvin pun pulang terlebih dahulu.
Setengah jam kemudian,dokter memasuki kamar rawat Azura. Dokter sedikit terkejut saat melihat Azura sedang bersandar pada ranjangnya.
"Kamu udah bangun,mau minum?" Tanya dokter Reja dengan lembut.
"Nga, keluarga Azura ada yang datang ke sini?"
"Tidak ada satupun yang datang kecuali keluarga Addy. Kenapa bisa sampai seperti ini?" Tanya Reja.
"Azura di dorong bang Anver dari tangga sampai terjatuh ke bawah" jawab Azura.
"Apa !!! Itu sangat keterlaluan, Azura om harap kamu berhenti mencari perhatian mereka, mereka benar-benar tidak pantas untuk menerima nya" ucap Reja pelan sambil menatap mata Azura yang berwarna hijau terang.
"Iya,Azura juga sudah ada niatan seperti itu om" ucap Azura.
"Suatu hari nanti mereka pasti akan tersadar dan pada saat itu om harap kamu sudah berubah" ucap Reja dokter tatapan sendu.
"Iya akan Azura usahakan,om apa ada orang lain yang udah tau Azura sadar?" Tanya Azura.
"Belum,hanya om yang baru tau, diluar juga ga ada orang lain" jawab Reja.
"Kalo gitu om mau kan bantuin Azura?"
"Kalo om bisa,tentu saja akan om bantu"
"Jadi gini om,om bisa kan bilang kepada semua orang bahwa Azura hilang ingatan dan suatu waktu Azura bisa inget sama orang-orang khusus yang pernah berinteraksi dengan Azura. Azura ga ada maksud lain om, Azura hanya ingin awal yang baru, Azura cape terus-menerus kaya gini"
"Om bakal bantuin,rencana kamu emang bagus. Om harap kamu bisa buat mereka menyesal, apapun yang terjadi om pasti bakalan terus dukung kamu"
"Makasih om"
"Iya, sekarang kamu istirahat agar cepat sembuh, mengenai hal tadi om bakal rahasiain"
"Iya om"
Reja membantu Azura berbaring, setelah itu Reja keluar meninggalkan Azura yang sudah siap berkelana ke alam mimpinya.
Setengah jam kemudian sesudah Azura tertidur,Calvin dan kedua orangtuanya datang.
Sherly mengelus rambut Azura dengan pelan, begitupun dengan Calvin yang menatap Azura dengan sedih. Addy terdiam memperhatikan wajah Azura yang sudah tertidur.
Setelah pulang dari rumah sakit tadi, Addy langsung mencari Edison dan memukulnya dengan keras. Addy marah, tetapi Edison tetap diam Edison tau rasanya di posisi Addy.
Calvin, Sherly dan Addy menginap di ruang rawat Azura,Azura terbangun di tengah malam, hatinya menghangat setelah melihat keberadaan keluarga Calvin yang sedang tertidur di kursi.
Pagi hari keluarga Calvin sudah terbangun, beberapa menit kemudian Azura pun terbangun dengan raut wajahnya bingung melihat keluarga Calvin. (Disini Azura mulai memainkan perannya,hilang ingatan)
"Kalian siapa?" Tanya Azura dengan bingung, pertanyaan Azura membuat keluarga Calvin terdiam.
"Aku Calvin Azura,kamu jangan ngeprank deh" ucap Calvin sambil memegang tangan Azura.
"Apa sih main pegang-pegang aja,kamu mau aku pukul ha" ucap Azura sedikit berteriak sambil melepaskan pegangan tangan Calvin.
Calvin yang mendengar teriakkan Azura pun terdiam, begitupun dengan Sherly dan Addy.
"Azura ak-"
Ceklek, pintu terbuka dari luar menampilkan Reja dengan pakaian dokternya. Reja berjalan ke arah Azura dengan tatapan matanya sedih.
"Kamu sudah sadar, syukurlah. Ayo minum dulu" ucap Reja sambil memberikan air putih kepada Azura.
"Azura hilang ingatan, tapi suatu waktu Azura bisa inget sama beberapa orang yang memiliki interaksi paling besar di kehidupannya" ucap Reja dengan memandang ke arah Addy.
Addy yang mendengar itupun menunduk dan menghela nafas panjang, begitupun dengan Calvin dan Sherly.
"Saya titip Azura,jaga dia baik-baik" ucap Reja sambil berjalan keluar setelah menepuk dua kali pundak Addy.
Addy mendekat ke arah Azura, Azura melihat Addy dengan pandangan matanya kosong. Addy melihat tatapan itu dengan sedih,Addy memeluk Azura dengan matanya berkaca-kaca.
"Sayang ini dady Addy,itu momy Sherly,dan itu Abang kamu Calvin,nama kamu Azura . Kamu terjatuh dari tangga, sekarang kamu hilang ingatan, maafin dady ga bisa jagain kamu" ucap Addy dengan lembut,Azura mulai tenang di pelukan Addy.
"Dady?" Tanya Azura dengan polos.
"Iya" jawab Addy sambil mengelus rambut Azura, Calvin dan Sherly mendekat ke arah Azura dan ikut memeluknya.
"Abang maafin Azura soal yang tadi" ucap Azura dengan menunduk, Calvin memegang dagu Azura sehingga Azura menatap nya dengan mata berkaca-kaca.
"Ga papa kamu kan ga tau" ucap Calvin dengan tersenyum.
"Azura mau pulang" ucap Azura dengan tersenyum canggung.
"Nanti malam kita pulang" ucap Addy yang membuat Azura cemberut,Calvin langsung mengusap-usap rambut Azura dengan sayang.
Mereka pun menghabiskan waktu bersama sampai waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Addy membawa keluarga nya pulang, Addy sengaja membawa mereka pulang jam setengah sebelas agar tidak bertemu dengan keluarga Edison.
Setelah sampai di rumah nya Addy membawa Azura ke kamar yang berada di rumah Addy.
"Ini kamar kamu, barang-barang kamu belum di pindahkan dari lantai dua. Sekarang kamar kamu di lantai satu,dady ga mau ambil resiko kalo suatu waktu kamu jatuh dari tangga lagi" ucap Addy.
"Iya,makasih dad" ucap Azura sambil memeluk Addy.
"Sekarang kamu masuk dan istirahat,bukan kah kamu ingin sekolah besok" ucap Addy.
"Iya Azura kan harus sekolah besok,kalo gitu Azura masuk. Selamat malam dad" ucap Azura sambil masuk ke dalam kamarnya meningalkan Addy yang tersenyum melihat nya.
Di dalam kamar Azura berbaring di atas ranjang dengan tersenyum geli.
"Astaga bagaimana bisa aku berakting seperti itu hahaha, maafkan aku om Addy,tante Sherly, Calvin. Aku benar-benar harus membuat kita seperti keluarga" gumam Azura dengan tertawa kecil.
Tok,tok,tok suara pintu di ketuk dari luar,Azura bangun dari baringannya dengan membawa sisir kecil dalamman pisau.
"Siapa orang yang ketuk pintu jam segini? untung aku lumayan bisa bela diri, barang-barang berharga aku juga untungnya di bawa" ucap Azura sambil berjalan ke arah pintu dengan pelan.
Ceklek,pintu kamar Azura terbuka menampakkan Calvin dengan tiga buah pappeebag di tangannya. Azura langsung menyembunyikan sisirnya.
"Abang ada apa?" tanya Azura dengan tersenyum manis.
"Ayo masuk" ucap Calvin sambil membawa Azura masuk ke kamarnya.
"Ehh-"
Calvin mendudukan dirinya dan Azura di sofa kamar.
"Ini seragam sekolah,kamu coba dulu sekarang kalo misalnya kekecilan nanti Abang kasih yang lebih besar" ucap Calvin sambil memberikan baju seragam.
"Hehe makasih bang, pengertian banget dehh" ucap Azura dengan tertawa kecil.
"Hmm,sana coba" ucap Calvin dengan tersenyum tipis.
Azura mengangguk dan langsung pergi menuju kamar mandi, beberapa menit kemudian Azura keluar baju seragam berwarna hitam,putih, coklat muda.
"Bang Calvin gimana bagus kan?" Tanya Azura dengan tersenyum sombong.
"Bagus" jawab Calvin sambil menepuk kursi di sampingnya, menandakan agar Azura duduk di sampingnya.
"Kenapa warna seragamnya nga putih abu ka?" Tanya Azura setelah duduk di samping Calvin.
"Karena sekolah kita beda dari yang lain, sudah lah nanti juga kamu tau sendiri" jawab Calvin.
"Ini handphone, sama laptop kamu kaka ganti jadi yang baru,punya kamu yang dulu udah jelek" ucap Calvin dengan tersenyum mengejek.
"Jelek-jelek gitu juga namanya masih sama handphone sama laptop" ucap Azura dengan mencibir yang membuat Calvin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nih yang ini isinya peralatan tulis sama seragam kamu , ini isinya tas, sepatu sama alat-alat make up, dan ini isinya handphone sama laptop" ucap Calvin sambil memberikan tiga pappeebag tadi.
"Wahh,makasih banyak bang Calvin" ucap Azura sambil menerima ketiga paperbeeg tadi dengan tersenyum malu.
Calvin tersenyum sambil mengeluarkan dompet nya, Calvin memberikan sebuah kartu kepada Azura.
"Pin nya 102006,setiap bulan bakalan Dady isi lima belas juta itu khusus buat jajan kamu di sekolah,kalo kamu mau jalan-jalan atau bepergian bilang aja" ucap Calvin.
"Lima belas juta, banyak banget bang nanti kalo Dady ga punya uang alias bangkrut gimana?" Tanya Azura dengan ekspresi bingung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!